Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

I.

Latar belakang ......................................................................

II

Permasalahan .......................................................................

III

Pemecahan masalah .............................................................

IV

Kesimpulan ...........................................................................

18

Kepustakaan .........................................................................

18

NILAI KEADILAN DALAM CADANGAN KOPERASI


oleh 1 Hadianto Tanjung, S.IP, MM

I.

Latar belakang Masih banyak dikalangan gerakan koperasi, praktisi koperasi, akademisi

bahkan dikalangan aparatur pemerintah yang membidangi pembinaan dan pemberdayaan koperasi kita sebut saja dengan pemangku kepentingan masih terlihat gamang dalam menjawab pertanyaan dimasyarakat (anggota koperasi) apabila ditanya mengenai apakah cadangan koperasi dapat dibagikan kepada anggota atau tidak boleh dibagikan kepada anggota?. Pertanyaan tersebut kelihatannya sederhana namun implikasinya barangkali sangat luas terhadap kehidupan koperasi itu sendiri, jika ditanggapi dengan tidak semestinya. Bisa saja anggota koperasi berbondong-bondong ingin keluar dari koperasi atau sebaliknya berbondong-bondong ingin menjadi anggota koperasi, Jawaban yang salah bisa berakibat patal dan mengundang masalah. Ketidak tahuan atau tidak memahami pedoman dan aturan yang ada sering kali menjawab dengan sekenanya saja, sehingga jawaban yang diberikan simpang siur antara satu dengan yang lain yang menjadikan anggota koperasi menjadi bingung. Apapun bisa terjadi di koperasi (perusahan koperasi), anggota masuk atau anggota keluar pada koperasi adalah hal yang biasa, asalkan sesuai dengan aturan main yang ada pada koperasi tersebut (AD/ART), karena koperasi mempunyai karakteristik atau jatidiri koperasi yang memuat mengenai pengertian, prinsip-prinsip dan nilai-nilai, salah satu prinsip koperasi adalah keanggotaan sukarela dan terbuka yang dianut koperasi sering diartikan bahwa seseorang masuk atau keluar dari keanggotaan koperasi sesuka-sukanya. Dikhawatirkan mempengaruhi modal koperasi, yang keluar mengambil simpanan yang akan mengurangi modal, dan yang masuk (jika ada) membayar simpanan yang akan menambah modal. Kesukarelaan diartikan bahwa seseorang menjadi anggota karena mempunyai kepentingan
1

Widyaiswara Madya pada Balai Pelatihan Tenaga KUMKM Provinsi Jawa Barat

ekonomi yang sama dan bersedia memanfaatkan jasa koperasi serta menerima tanggung jawab keanggotaan. Keterbukaan diartikan bahwa koperasi terbuka bagi setiap orang sepanjang mempunyai kepentingan ekonomi yang sama tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik dan agama. Keluarnya anggota bersifat alamiah jika sudah tidak lagi mempunyai kepentingan ekonomi yang sama sehingga tidak memenuhi syarat keanggotaan, misalnya beralih pekerjaan atau meninggal dunia. Stabilitas modal koperasi memang harus dipertimbangkan, misalnya modal yang berkurang karena anggota yang keluar dapat diimbangi dengan simpanan baru anggota yang masuk. Terkait dengan modal koperasi, UU no. 25/1992 menyebutkan bahwa Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti. Sedangkan Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan Koperasi dan sisa hasil usaha belum dibagi.

II.

Permasalahan Pada umumnya Nilai saham perusahaan berubah sesuai dengan

perkembangan perusahaan. Jika berkembang baik dan nilai kekayaan bertambah maka nilai saham akan lebih besar dari nilai nominal (capital gain). Sebaliknya jika perusahaan merosot dan kekayaannya berkurang nilai sahamnya akan jatuh dibawah nilai nominal (capital lost). Berbeda dengan Koperasi selama ini Nilai simpanan koperasi tidak diperhitungkan perkembangan nilainya dan hanya diakui sebesar nilai nominalnya. Padahal Koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 adalah Badan Usaha (perusahaan). Semestinya perlakuan terhadap Modal koperasi juga tidak berbeda dengan perusahaan bukan koperasi. Sehingga wajar jika kalangan praktisi koperasi sendiri sebenarnya banyak yang mempersoalkan masalah ini, karena perkembangan nilai simpanan cenderung tidak diperhitungkan yang berakibat merugikan anggota (tidak adil). Para pendiri koperasi yang sejak semula

menyimpan disamakan nilai simpanannya dengan anggota yang baru masuk ketika koperasi telah berkembang. Anggota yang telah lebih sepuluh tahun lampau menyimpan dengan nilai nominal tertentu misalnya, ketika keluar akan mendapat pengembalian simpanan dalam nilai nominal (simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan). Masalah ini bukan saja berkaitan dengan capital gain, capital lost, inflasi, dan sisa kekayaan jika koperasi bubar, tetapi masalah keadilan bagi anggota koperasi yang keluar dari keanggotaannya yang turut memupuk kekayaan koperasi selama mereka menjadi anggota. Disisi lain koperasi tidak boleh melarang orang untuk menjadi anggota koperasi, sepanjang orang tersebut memenuhi syarat menjadi anggota menurut Anggaran Dasar (AD) atau Aturan Rumah Tangga (ART), sedangkan pelayanan kepada anggota lama dan anggota baru relatif sama, padahal kontribusi dan partisipasi anggota lama terhadap perkembangan perusahaan koperasi jauh lebih besar dibandingkan anggota baru, sehingga menimbulkan kecemburuan dan rasa ketidakadilan. Sementara itu pengurus atau pengelola kesulitan menghitung pembayaran nilai tambah (value added) kepada anggota koperasi yang keluar dan menghitung modal penyetaraan partisipasi anggota yang baru.

III.

Pemecahan masalah Untuk menjawab berbagai permasalahan tersebut diatas mari kita membahas

dari sudut pandang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 27 Reformat 2007 (Pernyataan ini berlaku efektif dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999) dan dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah nomor: 19.5/Per/M.KUKM/VIII/2006, tanggal 18 Agustus 2006. Pertama, untuk menjawab permasalahan tersebut mari kita pahami dahulu pedoman yang berkaitan dengan hal tersebut. Antara lain bunyi salah satu paragraf dari Permen No. 19.5/2006 yaitu: dalam rangka membangun dan mengembangkan koperasi sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi harus dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparasi dan akuntabilitas yang dapat di akui, diterima dan dipercaya baik oleh

anggota pada khususnya maupun oleh masyarakat luas pada umumnya. Selain hal tersebut pada PSAK 27 maupun Permenkop memuat definisi mengenai jatidiri koperasi. Artinya bahwa kalangan profesional dalam hal ini Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang mengeluarkan PSAK 27 maupun pemerintah sepakat dengan definisi dari Karakteristik koperasi di Indonesia, yang mana Karakteristik koperasi tersebut memuat mengenai Pengertian, Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip atau selalu disebut

dengan Jatidiri atau identitas koperasi. Jatidiri atau identitas koperasi didefinisikan sebagai perbedaan prinsipil antara koperasi dengan bukan koperasi. Didalam Jatidiri atau Karakteristik koperasi tersebut terdapat nilai Keadilan. Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Oleh karena itu: a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama; b. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan dan demokrasi. Selain itu anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain. c. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya; d. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the members welfare). e. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang non anggota koperasi.

1)

Anggota yang keluar dari koperasi PSAK 27/reformat pada paragraf 37 menyebutkan bahwa, pembentukan

cadangan dapat ditujukan antara lain untuk pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi. Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha dicatat dalam akun Cadangan. Tujuan penggunaan cadangan tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan dan pada paragraf 38 juga menegaskan bahwa pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi di atas jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain-lain dibebankan pada cadangan. Lampiran Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 19.5/Per/M.KUKM/VIII/2006, tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Indonesia, tanggal 18 Agustus 2006 terbitan tahun 2007 halaman 42-43 (poin 6 mengenai Cadangan) memuat yaitu: a) Cadangan adalah bagian dari SHU yang disisihkan sesuai dengan ketentuan anggara dasar atau ketetapan rapat anggota; b) Cadangan merupakan hasil kebijakan untuk menarik kembali SHU yang seharusnya diberikan kepada anggota yang keputusannya berada pada rapat anggota; c) Pembentukan cadangan dapat dutujukan antara lain untuk pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi; d) Pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi diatas jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain lain dibebankan pada cadangan;

2)

Anggota yang baru masuk koperasi Bagi anggota yang baru masuk menjadi anggota koperasi, selain membayar

simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang menentukan kepemilikan juga harus menyetorkan kelebihan nilai setoran simpanan tersebut

(modal penyetaraan partisipasi anggota), selain itu harus memenuhi persyaratan keanggotaan yang diatur dalam AD/ART koperasi. Baik PSAK 27/reformat maupun Permenkop 19.5/2006, tidak ada perbedaan pernyataan mengenai hal ini. Hal ini termuat dalam PSAK 27 paragraf 26, 27, 28) dan Permenkop No. 19.5/2006 (halaman 35 poin a, b dan c) yaitu: Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru di atas nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri diakui sebagai Modal Penyetaraan Partisipasi Anggota. Rapat anggota dapat menetapkan jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib bagi anggota baru yang masuk kemudian yang jumlahnya setara dengan jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri. Jika terdapat kelebihan nilai setoran simpanan tersebut di atas nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri, maka kelebihan tersebut diakui sebagai modal penyetaraan partisipasi anggota. Modal ini bukan milik anggota penyetor, karena itu tidak dapat diambil kembali pada saat anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Apabila koperasi juga menetapkan simpanan lain selain simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai ekuitas, maka bila terdapat penyetoran lebih dari nilai nominal simpanan oleh anggota baru, maka kelebihan tersebut juga diakui sebagai modal penyetaraan partisipasi anggota. Setelah menelaah PSAK 27 maupun Permenkop 19.5/2006 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Indonesia (PUAKI), ternyata tidak ada pernyataan yang dapat merugikan anggota lama maupun anggota baru yang bergabung pada koperasi artinya bahwa anggota koperasi baik yang keluar maupun yang masuk diperlakukan dengan adil. Kedua, untuk menjawab bagaimana nilai keadilan tersebut dapat

diimplementasikan atau menghitung modal penyetaraan partisipasi anggota baru dan nilai tambah pada anggota yang keluar dari koperasi agar koperasi berlaku adil terhadap anggotanya yaitu dengan perhitungan sebagai mana dibawah ini: a) Penyetaraan Bagi Anggota Baru Modal penyetaraan Partisipasi Anggota adalah modal yang berasal dari penyetaraan nilai simpanan, yaitu kelebihan nilai simpanan pokok dan simpanan

wajib anggota baru terhadap jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru atas simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri/lama antara lain karena nilai kekayaan bersih koperasi pada saat didirikan tidak sama dengan saat anggota baru menjadi anggota, yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:

K n C Ms M p dimana:
Kn C Ms Mp = Nilai kekayaan bersih koperasi = Cadangan koperasi = Modal sumbangan yang diakui sebagai ekuitas = Modal penyetaraan partisipasi anggota

Modal penyetaraan partisipasi anggota dianggap atau diperlakukan bukan sebagai milik anggota penyetor tetapi sebagai milik bersama bagi keseluruhan anggota koperasi. Sebagai konsekuensinya maka modal penyetaraan partisipasi anggota tidak dapat diambil kembali pada saat anggota yang bersangkutan keluar dari keanggotaan koperasi. Artinya modal penyetaraan partisipasi anggota dikelompokkan sebagai ekuitas koperasi, merupakan bagian dari klaim anggota pada saat keluar atau koperasi dilikuidasi, setelah dikurangi untuk menutupi kerugian atau kewajiban-kewajiban lainnya kepada pihak luar. Penetapan kelebihan simpanan pokok dan simpanan wajib bagi anggota baru sebagaimana dijelaskan diatas, dimaksudkan untuk menerapkan prinsip keadilan yang didasarkan kepada nilai riil sumberdaya ekonomis yang dimiliki seluruh anggota. Cara menetapkan besarnya penyetaraan simpanan pokok dan penyetaraan simpanan wajib bagi anggota baru yang paling tepat didasarkan kepada: 1. 2. Nilai Bersih Kekayaan Koperasi; Total simpanan pokok dan simpanan wajib atau simpanan lain yang dikelompokkan sebagai simpanan yan menentukan kepemilikan atau simpanan yang ketentuannya identik dengan simpanan pokok dan simpanan wajib pada saat tertentu atau ketika calon anggota baru mendaftarkan diri.

Untuk memudahkan penetapan kelebihan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan bagi anggota baru sebagai penyetara, maka lebih dahulu perlu ditentukan angka indek (dalam persentase) agar mudah menghitungnya, yaitu dengan cara:

Kn x 100 % (Tp Tw Tl )
= Indek penyetaraan seluruh simpanan (simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan) bagi anggota baru;

Tp Tw Tl

= Total simpanan pokok seluruh anggota sampai dengan waktu tertentu; = Total simpanan wajib seluruh anggota sampai dengan waktu tertentu; = Total simpanan lain yang menentukan kepemilikan sampai dengan waktu tertentu.

Indek untuk masing-masing simpanan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Ip

Kn x 100 % Tp

Iw Il
Ip Iw Il

Kn x 100 % Tw

Kn x 100 % Tl
= Indek penyetaraan simpanan pokok bagi anggota baru; = Indek penyetaraan simpanan wajib anggota baru; = Indek penyetaraan simpanan lain yang menentukan kepemilikan bagi anggota baru

Besarnya nilai penyetaraan simpanan pokok yang harus disetor oleh anggota baru kita sebut dengan Tpp adalah sebagai berikut:

Tpp Ta x Ip

dimana Ta adalah besarnya simpanan pokok anggota

pendiri/lama. Besarnya simpanan pokok dan kelebihan simpanan pokok harus disetorkan oleh anggota baru disebut dengan T pb dapat dihitung dengan cara:
Tpb Ta Tpp

Dalam hal penyetaraan simpanan wajib terhadap anggota baru dan karena tarif simpanan wajib anggota pendiri/lama dapat berlainan, maka terlebih dahulu koperasi harus menetapkan kedalam tarif simpanan wajib yang mana anggota baru tersebut ditetapkan, misalnya terhadap anggota baru dikenakan kelompok tarif Tr sehingga penyetraan dihitung sebesar:

Twp Tr x I w
Sedangkan besarnya simpanan wajib dan kelebihan simpanan wajib yang harus disetor oleh anggota baru adalah:

Trb Tr Tw p
Dalam hal penyetaraan simpanan wajib khusus (lainnya) terhadap anggota baru dan karena tarif simpanan wajib khusus (lainnya) anggota pendiri/lama dapat berlainan, maka terlebih dahulu koperasi harus menetapkan kedalam tarif simpanan wajib wajib khusus (lainnya) yang mana anggota baru tersebut ditetapkan, misalnya terhadap anggota baru dikenakan kelompok tarif Tk sehingga penyetraan dihitung sebesar:

Tlp T x I l k
Jika ditemukan alternatif lain untuk menentukan penyetaraan simpanan pokok, simpanan wajib dan atau simpanan lain yang menentukan kepemilikan yang lebih operasional serta mendapatkan persetujuan dari anggota lama atau anggota pendiri dapat saja digunakan. Perhitungan diatas hanyalah sebagai salah satu alternatif. Sedangkan besarnya simpanan wajib khusus (lainnya) dan kelebihan simpanan wajib khusus (lainnya) yang harus disetor oleh anggota baru adalah:

Tlb Tk Tlp

Model-model perhitungan tersebut disusun dengan asumsi bahwa Kn (Kekayaan bersih koperasi) mengalami kenaikan-kenaikan. Di dalam kenyataannya mungkin saja terjadi Kn itu menurun, sehingga bila diperhitungkan dengan angka indek menjadi minus, artinya anggota baru menyetor simpanan pokok dan simpanan wajib lebih kecil dari setoran para pendiri atau anggota lama. Dalam hal terjadi seperti ini, maka terhadap anggota baru dapat dikenakan kewajiban menyetor simpanan pokok dan simpanan wajib yang secara nominal besarnya dengan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota lama atau pendiri Contoh penyetaraan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan pada koperasi Maju Terus Pantang Mundur, dengan ekuitas per 31 Desember 2009, sebagai berikut:

1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah

Simpanan Pokok Simpanan Wajib Simpanan Wajib Khusus (lainnya) Modal Penyetaraan Modal Sumbangan Cadangan

= Rp = Rp = Rp. = Rp = Rp = Rp = Rp

2.450.000 31.538.000 5.000.000 31.325.000 76.440.100 85.133.000 231.886.100

Berdasarkan data diatas dapat dihitung besarnya kekayaan bersih koperasi sebagai berikut: Kn 1. 2. 3. = C + Ms + Mp Modal Penyetaraan Modal Sumbangan Cadangan Kekayaan bersih koperasi = Rp = Rp = Rp 31.325.000 76.440.100 85.133.000

= Rp 192.898.100

10

Penetapan indek penyetaraan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan anggota baru yang masuk menjadi anggota pada awal Januari 2010, dapa dihitung sebagai berikut:

Indek simpanan pokok ( Ip )

Ip
Ip

Kn x 100 % Tp
Rp. 192.898.10 0 Rp. 2.450.000 x 100 %

Ip 7.873,39%

Indek simpanan wajib ( Iw )

Iw Iw

Kn x 100 % Tw

Rp.192.898.100 x 100 % Rp. 31.538.000 I w 611.64 %

Indek Simpanan Wajib Khusus (lainnya) ( Il )

Il

Kn x 100 % Tl

Rp.192.898.100 I x 100 % l Rp. 5.000.000 I 3857,96 % l

Jika besarnya simpanan pokok Rp. 10.000, simpanan wajib Rp. 5.000 dan simpanan wajib khusus (lainnya) Rp. 2.000 perbulan, maka bila ada anggota baru yang ingin menjadi anggota koperasi, maka ia harus menyetor simpanan pokok dan simpanan wajib dan simpanan wajib khusus (lainnya) sebagai berikut:

11

1.

Penyetaraan simpanan pokok yang harus disetor anggota baru ( T pp )

Tpp Ta x I p Tpp Rp.10.000 x 7.873,39 % Tpp Rp. 787.339


Simpanan pokok dan penyetaraan simpanan pokok yang harus disetor anggota baru ( Tpb )
Tpb Ta Tpp Tpb Rp.10.000 Rp. 787.339 Tpb Rp. 797.339

2.

Penyetaraan simpanan wajib yang harus disetor anggota baru ( Twp )

Twp Tr x I w Twp Rp. 5.000 x 611,64 % Twp Rp. 30.582


Simpanan wajib dan penyetaraan simpanan wajib yang harus disetor anggota baru ( Trb )

Trb Tr Twp Trb Rp. 5.000 Rp. 30.582 Trb Rp. 35.582

3.

Penyetaraan simpanan wajib khusus (lainya) yang harus disetor anggota baru ( Tlp )
Tlp Tk x I l Tlp Rp. 2.000 x 3857,96 % Tlp Rp. 77.159

Simpanan wajib khusus (lainnya) dan penyetaraan simpanan wajib khusus (lainnya) yang harus disetor anggota baru ( Tlb )

12

T Tk Tlp lb Tlb Rp. 2.000 Rp. 77.159 Tlb Rp. 79.159

b)

Penyetaraan Bagi Anggota yang Keluar Pernyataan nomor 56 (PSAK/27) Pembayaran tambahan kepada anggota

yang keluar dari keanggotaan koperasi di atas jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain-lain dibebankan kepada cadangan. Cadangan dapat digunakan untuk mengembalikan hak anggota atas nilai kekayaan bersih koperasi. Caranya melalui pembayaran lebih atas nilai nominal simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi. Cara untuk menentukan jumlah pembayaran lebih atas simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan adalah dengan menentukan terlebih dahulu berapa besar nilai kekayaan bersih koperasi yang tercermin dalam cadangan yang dapat dibagikan. Berdasarkan pertimbangan tertentu dialokasikan dan dihitung angka indek pengembalian untuk masing-masing jenis simpanannya. Pertimbangan pembayaran lebih atas simpanan anggota yang keluar dapat dipertimbangkan berdsarkan: 1. Jumlah simpanan yang menentukan kepemilikan terhadap koperasi,

diantaranya: Simpanan pokok; Simpanan wajib; Simpanan lain yang termasuk kepada simpanan yang menentukan kepemilikan terhadap koperasi. 2. 3. Jumlah transaksi pemanfaatan pelayanan koperasi; Pertimbangan lain yang disepakati bersama. Terhadap masing-masing dasar pertimbangan ditetapkan bobot persentasi tertentu sebagai alokasi. Penetapan bobot harus memperhatikan tata nilai yang dikembangkan koperasi, misalnya bobot berdasarkan jumlah transaksi lebih besar dibandingkan dengan bobot bedsarkan jumlah simpanan.

13

Cara menentukan besarnya nilai bersih kekayaan bersih koperasi yang tercermin didalam cadangan adalah total cadangan sampai dengan waktu tertentu (berdasarkan laporan keuangan koperasi terakhir) dikurangi dengan risiko-risiko usaha yang diprediksikan pada periode akuntansi yang bersangkutan. Besarnya risiko yang diprediksikan dapat dinyatakan dalam presentase atas total cadangan menurut neraca, atau dapat diilustrasikan sebagai berikut: Ca = C (C x r), dimana: Ca = Nilai cadangan yang dapat dibagikan kepada anggota yang keluar; C = Total nilai cadangan koperasi; r = Persentase prediksi risiko usaha koperasi

Setelah diketahui nilai cadangan yang dapat didistribusikan sebagai sumber untuk membayar nilai lebih atas simpanan anggota, kemudian ditetapkan bobot tertentu yang dijadikan dasar alokasinya dan dihitung indek masing-masing dasar yang digunakan atau dapat diilustrasikan sebagai : Ic = a + b, dimana: a = Persentase bobot berdasarkan transaksi pemanfaatan pelayanan koperasi; b = persentase bobot berdasarkan transaksi simpanan yang menentukan kepemilikan Ic = Indek mengalokasikan dana cadangan untuk anggota yang keluar. a dan b digunakan sebagai indek untuk menghitung besarnya C a (nilai cadangan yang dapat dinbagikan kepada anggota yang keluar), yaitu: Aa = a x Ca Ab = b x Ca, dimana Aa = alokasi Ca berdasarkan transaksi pemanfaatan pelayanan koperasi Ab = alokasi Ca berdasarkan simpanan yang menentukan kepemilikan, sehingga: Ca = Aa + Ab = C ( C x r )

14

Indek untuk masing-masing komponen dasar pertimbangan dihitung dengan cara:

Aa q A Ib b t Ia

, dimana

Ia = Indek Ib = Indek

pembayaran

tambahan

simpanan

berdasarkan

transaksi

pemanfaatan pelayanan koperasi; pembayaran tambahan simpanan berdasarkan transaksi

simpanan yang menentukan kepemilikan; q = Total transaksi pemanfaatan pelayanan koperasi oleh seluruh anggota; t = Total seluruh simpanan anggota yang menentukan kepemilikan

Sebagai contoh penerapannya dibuat ilustrasi berikut ini. Di dalam tahun terakhir anggota X menyatakan keluar dari keanggotaan koperasi. Data yang menyangkut dirinya adalah: 1. Transaksi pemanfaatan pelayanan anggota X selama menjadi anggota sebesar Rp. 25 juta (qx); 2. Total simpanan yang menentukan kepemilikan anggota X yang sudah disetor kepada koperasi sebesar Rp. 12 juta ( tx ); 3. Rapat anggota yang lalu teleh memutuskan bahwa terhadap anggota yang keluar, dapat diberikan tambahan nilai simpanan-simpanan yang menentukan kepemilikan dengan ketentuan: Prediksi kerugian koperasi sebesar 40 % dari nilai cadangan ( r ); Bobot tambahan nilai simpanan berdasarkan pemanfaatan

pelayanan koperasi sebesar 60 % ( a ); Dengan demikian pembayaran tambahan nilai simpanan terhadap anggota X yang keluar dapat dihitung dengan cara:

Vx

= ( la x qx ) + ( lb x tx ), dimana:

15

Vx

= Value Added X = Total pembayaran tambahan terhadap simpanan anggota X yang keluar;

qx tx

= Total transaksi pemanfaatan pelayanan koperasi oleh anggota X yang keluar; = Total simpanan anggota X yang keluar

Contoh penggunaan model perhitungan tambahan nilai terhadap simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang menentukan kepemilikan anggota terhadap koperasi. Diketahui data koperasi sebagai berikut: 1. Nilai cadangan koperasi (C) berdasarkan neraca per 31 Desember sebesar Rp. 500 juta; 2. Total transaksi pemanfaatan pelayanan koperasi oleh seluruh anggota (q) sampai dengan tahun terakhir sebesar Rp. 25 milyar; 3. Total simpanan seluruh anggota yang menentukan kepemilikan sampai dengan tahun terakhir sebesar Rp. 1 milyar; Ca = C ( C x r ); = Rp. 500 juta (Rp. 500 juta x 40 %) = Rp. 300 juta

Ic = a + b = 60 % + 40 %

Ca = Aa + Ab = a x C a + b x Ca = 60 % (Rp 300 juta) + 40 % (Rp. 300 juta) = Rp. 180 juta + Rp. 120 juta = Rp. 300 juta

16

Aa = a x Ca = 60 % (Rp. 300 juta) = Rp. 180 juta

Ab = b x Ca = 40 % (Rp. 300 juta) = Rp. 120 juta

Ia

A a Rp.180 juta 0,0072 q Rp. 25 milyar

Ib

Ab t

Rp.120 juta Rp.1 milyar

0,12

Jadi terhadap anggota X yang keluar, dapat diberikan tambahan nilai simpanan yang menentukan kepemilikan sebesar:

Vx = (Ia x qx) + (Ib x tx) = (0,0072 x Rp. 25 juta) + (0,12 x Rp. 12 juta) = Rp 180.000 + Rp. 1.440.000 = Rp. 1.620.000

Dengan demikian kepada anggota X yang keluar dari keanggotaannya di koperasi dibayarkan nilai nominal simpanan yang telah disetor sebesar Rp. 12 juta ditambah dengan tambahan nilai simpanannya sebesar Rp. 1.620.000, sehingga anggota X menerima sebesar Rp. 13.620.000

17

IV.

Kesimpulan Setelah melihat penjelasan dan pemaparan tersebut diatas dapat disimpulkan,

bahwa tidak ada larangan memberikan tambahan pembayaran kelebihan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang menentukan kepemilikan kepada anggota yang keluar dari dana cadangan sepanjang diatur dalam AD dan atau ART Koperasi. Artinya bahwa pada Dana Cadangan Koperasi dapat menjadi sarana menjunjung tinggi nilai keadilan terhadap anggota lama yang ingin keluar dari keanggotaan koperasi. Kepada anggota baru diwajibkan membayar selain Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang menentukan kepemilikan diwajibkan juga untuk membayar Modal Penyetaraan Partisipasi Anggota sesuai dengan aturan yang berlaku dikoperasi tersebut (AD/ART), sehingga tidak menimbulkan

kecemburuan dan ketidak adilan bagi anggota lama yang masih aktif. Modal Penyetaraan Partisipasi Anggota, bukan milik anggota tetapi milik koperasi, artinya apabila anggota koperasi keluar dari keanggotaan modal tersebut tidak boleh diambil, karena sudah dibayar melalui tambahan nilai simpanannya dari dana cadangan. Perhitungan dan rumus diatas hanyalah alternatif untuk memudahkan perhitungan, silakan gunakan rumus atau perhitungan yang lebih baik dan lebih adil terhadap anggota jika ada.

V.

KEPUSTAKAAN

Andang K. Ardiwidjaja, 2009, Mengenal Penerapan Akuntansi Koperasi Berbasis PSAK 27/Reformat 2007, BAKOP, Jatinangor; Departemen Koperasi, 1993, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992, tentang Perkoperasian, Jakarta; Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 27, Jakarta;

18

Kementrian Koperasi dan UKM, 2002, Himpunan Kebijakan Koperasi dan UKM di Bidang Akuntabilitas, Jakarta; ..................... , 2007, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Indonesia, Jakarta;

19

Anda mungkin juga menyukai