Anda di halaman 1dari 116

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN METODE PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS I JURUSAN AKUNTANSI SMK

PELITA NUSANTARA 1 SEMARANG SKRIPSI


Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Asti Wahyuni 3301403039 Pendidikan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada: Hari Tanggal : :

Disahkan oleh:

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Drs. Kusmuriyanto, M. Si NIP. 131404309

Maylia Pramono Sari, SE, M. Si NIP. 132307250

Mengetahui Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M. Si NIP. 131967646

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Juli 2007

Asti Wahyuni NIM. 3301403039

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada: Hari Tanggal : Senin : 27 Agustus 2007 Penguji Skripsi

Drs. Partono Thomas, M.S. NIP. 131125640

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Drs. Kusmuriyanto, M. Si NIP. 131404309 Mengetahui Dekan

Maylia Pramono Sari, SE, M. Si NIP. 132307250

Drs. Agus Wahyudin, M. Si NIP. 131658236

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: Keberhasilan tidak akan pernah diraih tanpa ketekunan, keprihatinan dan kesabaran.

Persembahan Kupersembahkan skripsi ini untuk: Bapak dan Ibu tercinta atas doa dan segalanya Adikku Ari dan Fatkhur yang kusayangi Mas Chandra atas semua doa dan dukungannya Keluarga Balapulang atas dukungannya Keluarga besar Kos Pasadena Teman-temanku Ratieh, Puj-puj, Datik Teman-teman seperjuangan Pend. Akuntansi '03

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga skripsi dengan judul "Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas I Jurusan Akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang" dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Soedijono Sastroatmodjo, M. Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Agus Wahyudin, M. Si, Dekan Fakultas Ekonomi. 3. Drs. Sukirman, M. Si, Ketua Jurusan Akuntansi. 4. Drs. Kusmuriyanto, M. Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kritik dan saran dengan tulus. 5. Maylia Pramono Sari, SE, M. Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus. 6. Drs. Partono Thomas, M.S. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran. 7. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNNES yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penyusun.

8. Drs. Djoko Prasetyo, MM, kepala sekolah SMK Pelita Nusantara 1 Semarang, yang telah memberi ijin dan membantu dalam penelitian ini. 9. Budi Setyowati, S.Pd dan Tina Andarwati, S.Pd, selaku guru SMK Pelita Nusantara 1 Semarang yang telah membantu dalam penelitian ini. 10. Siswa-siswi kelas I jurusan Akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang yang membantu dalam pengumpulan data. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis yakin skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang,

Juni 2007

Peneliti

SARI

Asti Wahyuni. 2007. Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas I Jurusan Akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. 99 hal. Kata kunci: Motivasi Belajar, Metode Pembelajaran, Prestasi Belajar Akuntansi. Prestasi belajar akuntansi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor diantaranya adalah motivasi belajar dan metode pembelajaran. Motivasi yang rendah dapat menimbulkan rasa malas dalam mengikuti pelajaran, serta metode pembelajaran yang kurang bervariasi akan terasa monoton sehingga siswa menjadi bosan. Untuk dapat mengetahui pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran maka diperlukan penelitian agar diperoleh jawaban yang akurat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat pengaruh antara motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? (2) Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? (3) Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui apakah terdapat pengaruh antara motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? (2) mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? (3) mengetahui apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? Populasi penelitian ini adalah siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang sebanyak 118 siswa yang tersebar dalam 3 kelas. Pengambilan sampel yang berjumlah 54 siswa dilakukan dengan teknik proportional random sampling. Ada tiga variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: motivasi belajar, metode pembelajaran dan prestasi belajar akuntansi. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder. Data diambil melalui angket dan dokumentasi. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase dan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil regresi berganda diperoleh model regresi Y = 4,442 + 0,034X1 + 0,037X2. Uji keberartian persamaan regresi dengan menggunakan uji F, diperoleh Fhitung = 168,554 dengan taraf signifikansi 0,000 yang berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan metode pembelajaran

terhadap prestasi belajar akuntansi. Besarnya pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang mencapai 86,9%. Berdasarkan uji parsial diperoleh thitung variabel motivasi belajar sebesar 7,335 dengan taraf signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi, sedangkan kontribusi motivasi belajar terhadap prestasi belajar sebesar 51,3%. Hasil uji parsial metode pembelajaran diperoleh thitung sebesar 6,958 dengan taraf signifikansi 0,000 < 0,05 berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi, kontribusi metode pembelajaran terhadap prestasi belajar sebesar 46,1%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi secara bersama-sama dan parsial. Oleh karena itu peneliti menyarankan guru memberikan penugasan lebih agar siswa lebih bertanggungjawab untuk belajar untuk menunjang kemandirian dalam belajar. Serta guru hendaknya lebih meningkatkan kemampuan keprofesionalannya dalam menyampaikan materi dengan metode yang lebih efektif untuk menunjang keberanian siswa untuk bertanya.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... SURAT REKOMENDASI ................................................................................ PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ PERNYATAAN................................................................................................. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... PRAKATA......................................................................................................... SARI................................................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1.3 Penegasan Istilah........................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 1.6 Sistematika Skripsi........................................................................

i i iii iv v vi vii ix xiv xv xvii xviii 1 1 7 7 8 9 10

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 2.1 Tinjauan Prestasi Belajar Akuntansi ............................................. 2.1.1 Hakekat Belajar.................................................................... 2.1.2 Ciri-ciri Belajar .................................................................... 2.1.3 Prinsip-prinsip Belajar ......................................................... 2.1.4 Teori-teori Belajar................................................................ 2.1.5 Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi ................................. 2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............ 2.2 Motivasi Belajar ............................................................................ 2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar................................................. 2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ....................... 2.2.3 Ciri-ciri Motivasi Belajar ..................................................... 2.2.4 Bentuk-bentuk Motivasi....................................................... 2.2.5 Jenis Motivasi Belajar .......................................................... 2.2.6 Fungsi Motivasi Belajar ....................................................... 2.3 Metode Pembelajaran.................................................................... 2.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran......................................... 2.3.3 Pemilihan dan Penentuan Metode........................................ 2.3.4 Macam-macam Metode Pembelajaran................................. 2.4 Kajian tentang Akuntansi.............................................................. 2.5 Kerangka Berfikir ......................................................................... 2.6 Hipotesis........................................................................................

11 11 11 12 13 15 19 20 23 23 25 27 27 30 30 31 31 32 37 44 47 51

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 3.1.1 Populasi ................................................................................ 3.1.2 Sampel ................................................................................. 3.1.3 Pilot Tes ............................................................................... 3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 3.2.1 Variabel Bebas atau Independen Variabel .......................... 3.2.2 Variabel Terikat ................................................................... 3.3 Sumber Data.................................................................................. 3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 3.4.1 Angket .................................................................................. 3.4.2 Dokumentasi ........................................................................ 3.5 Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 3.5.1 Validitas ............................................................................... 3.5.2 Reliabilitas ........................................................................... 3.6 Metode Analisis Data.................................................................... 3.6.1 Metode Analisis Deskriptif Persentase ................................ 3.6.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................ 3.6.3 Analisis Regresi ................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian............................................ 4.2 Hasil Penelitian .............................................................................

52 52 52 53 55 55 55 56 56 57 57 57 57 58 58 61 61 63 64 68 68 68

4.2.1 Analisis Deskriptif ............................................................... 4.2.1.1 Analisis Deskriptif Motivasi Belajar Akuntansi ...... 4.2.1.2 Analisis Deskriptif Metode Pembelajaran .............. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................ 4.2.3 Uji Hipotesis ........................................................................ 4.2.2.1 Analisis Regresi Berganda ....................................... 4.2.2.2 Uji Bersama-sama .................................................... 4.2.2.3 Uji Parsial................................................................. 4.2.2.4 Besarnya Kontribusi Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar ................... 4.3 Pembahasan .................................................................................. BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 5.1 Simpulan ...................................................................................... 5.2 Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... LAMPIRAN.......................................................................................................

69 71 78 83 87 87 88 88

90 90 96 96 97 98 99

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 4.1 4.2

Halaman 51 84 85

Bagan Kerangka Berfikir ............................................................................. Normal P-Plot Regresi................................................................................. Pola Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas.....................................................

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman 2 52 54 60 62 69 71 72 74 75 77 78 78 80 81 82 86` 87 88

Tabel 1.1 Prestasi Belajar Siswa Semester I ........................................................ Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa Kelas I Jurusan Akuntansi.................................... Tabel 3.2 Perhitungan Proporsi Sampel............................................................... Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................... Tabel 3.4 Kriteria Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran........................... Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel................................................................. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Akuntansi................................ Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tekun Menghadapi Tugas .................................. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Keinginan Untuk Sukses .................................... Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Suka Bekerja Keras ............................................ Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berorientasi Jauh ke Depan ................................ Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Metode Pembelajaran ......................................... Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Mendidik Belajar Sendiri ................................... Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Menumbuhkan Keinginan Belajar Lebih Lanjut Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Meniadakan Verbalitas..................................... Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kesempatan Mewujudkan Hasil Karya ............ Tabel 4.12 Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................... Tabel 4.13 Analisis Regresi ................................................................................. Tabel 4.14 Hasil Uji Bersama-sama.....................................................................

Tabel 4.15 Hasil Uji Parsial ................................................................................. Tabel 4.16 Kontribusi Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar ..................................................................

89

90

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman 104 105 112 113 117 120 121 125 128 132 133 138 139 140 141 143 144 146

Lampiran 1 Kisi-Kisi Kuesioner .......................................................................... Lampiran 2 Kuesioner Penelitian......................................................................... Lampiran 3 Uji Validitas Motivasi Belajar.......................................................... Lampiran 4 Perhitungan Validitas Motivasi Belajar............................................ Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas Motivasi Belajar........................................ Lampiran 6 Uji Validitas Metode Pembelajaran.................................................. Lampiran 7 Perhitungan Validitas Metode Pembelajaran ................................... Lampiran 8 Perhitungan Reliabilitas Metode Pembelajaran................................ Lampiran 9 Data Hasil Penelitian ........................................................................ Lampiran 10 Tabel Persiapan Regresi ................................................................. Lampiran 11 Analisis Regresi.............................................................................. Lampiran 12 Daftar Kritik Uji t ........................................................................... Lampiran 13 Daftar Kritik Uji F .......................................................................... Lampiran 14 Data Prestasi Belajar Siswa ............................................................ Lampiran 15 Daftar Nama Siswa......................................................................... Lampiran 16 Surat Ijin Observasi ........................................................................ Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian ........................................................................ Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian ...........................................................

xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUPN No. 2 1989, pasal 1). Sehingga dalam mengemban tugasnya guru dituntut dapat mendidik, mengajar dan melatih agar penguasaan konsep lebih tertanam. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah siswa, guru, alat dan metode, materi dan lingkungan pendidikan. Semua unsur tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Banyak hal yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran serta perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Namun demikian mutu pendidikan yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak akan ada artinya jika tanpa

dukungan dari guru, orang tua, siswa, dan masyarakat. Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dengan proses belajar mengajar. Di mana dalam proses belajar mengajar guru harus mampu menjalankan tugas dan peranannya. SMK Pelita Nusantara 1 Semarang sebagai salah satu SMK yang mempunyai 3 program keahlian yaitu akuntansi, administrasi perkantoran, dan penjualan. Di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang sendiri prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I yang memperoleh mata pelajaran akuntansi yaitu jurusan akuntansi sebagian belum membuahkan hasil yang diharapkan. Siswa masih menemui kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal akuntansi. Hal ini terlihat dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hasil ulangan per kompetensi untuk mata diklat produktif akuntansi 2 yang masih belum mencapai hasil yang maksimal. Rata-rata nilai ulangan masih di bawah 7,00. Adapun data nilai akuntansi siswa kelas I AK adalah: Tabel 1.1 Prestasi Belajar Siswa Mata Diklat Produktif Akuntansi 2 Siswa Kelas I Jurusan Akuntansi Semester 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang Kelas I AK 1 I AK 2 I AK 3 Jumlah Nilai ratarata kelas 6,74 6,84 6,71 Nilai di bawah 7,00 25 22 20 67 Nilai di atas 7,00 16 18 17 51 Jumlah siswa 41 40 37 118

Sumber : SMK Pelita Nusantara 1 Semarang

Nilai yang memenuhi standar ketuntasan yang ditetapkan oleh SMK Pelita Nusantara 1 Semarang adalah sebesar 7,00. Jadi hanya terdapat 43% siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 57% siswa belum tuntas. Hal ini bisa juga dikarenakan terjadi perubahan jenjang dari siswa SMP menuju SMK dimana waktu masih duduk di SMP belum mendapatkan pelajaran akuntansi. Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Di dalam pendidikan siswa akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar. Hasil yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi yang tinggi, baik siswa, guru, sekolah, maupun orang tua hingga masyarakat. Namun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi belajar. Ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga siswa yang rendah prestasi belajarnya. Bagi siswa sendiri prestasi belajar akuntansi sangat penting mengingat jurusan mereka adalah akuntansi agar siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya terutama dalam belajar akuntansi sehingga dapat membuat perencanaan studi kelanjutannya. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam individu seperti kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar seperti lingkungan. Lingkungan ini terdiri dari tiga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik,

relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan lain-lain. Sedangkan lingkungan masyarakat meliputi keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan proses interaksi belajar mengajar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah motivasi belajar dan metode pembelajaran. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor internal yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Motivasi diperlukan untuk menumbuhkan minat terhadap pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sedangkan metode pembelajaran juga salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dengan metode yang tepat secara otomatis akan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga kedua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar. Belajar adalah salah satu kegiatan yang membutuhkan motivasi. Sayangnya motivasi ini tidak selalu timbul, sehingga terlihat ada siswa yang bersemangat, ada juga yang malas. Hal ini tercermin dari proses pembelajaran di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. Siswa terlihat belum termotivasi untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Guru yang bersangkutan sudah berusaha membangkitkan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar namun hasilnya belum maksimal. Guru banyak memberikan waktu ekstra untuk mengembangkan tugas yang diberikan

dan memperluas materi belajar. Selain itu guru juga menilai setiap tugas dan memberikan komentar secara tertulis. Metode yang digunakan guru dalam mengajar juga menentukan sikap siswa, sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar. Menggerakkan motivasi belajar dapat mendorong pencapaian prestasi belajar secara optimal. Walaupun siswa mempunyai bakat dan minat yang tinggi tetapi bila tidak disertai dengan motivasi belajar maka prestasi belajar tidak optimal begitu juga sebaliknya. Bisa juga siswa yang mempunyai intelegensi tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Sehingga motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar karena motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang. Selain siswa unsur yang penting dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya penyampaian tujuan belajar. Menurut pengalaman peneliti pada saat PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) siswa cenderung kurang bersemangat pada saat belajar akuntansi. Semua itu terlihat dengan adanya sikap beberapa siswa yang kurang antusias dalam mengerjakan soalsoal akuntansi. Siswa kurang bersemangat untuk mengerjakan karena proses belajar mengajar terasa monoton. Metode pembelajaran yang diberikan kurang bervariasi sehingga timbul kebosanan pada siswa. Suasana kelas terlihat kurang hidup karena siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan guru. Sehingga dibutuhkan strategi metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.

Pemilihan dan penggunaan metode yang tepat sesuai dengan tujuan kompetensi sangat diperlukan. Karena metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk itu guru sebagai pengarah dan pembimbing tidak hanya pandai dalam memilih metode pembelajaran namun usaha guru-guru untuk mengoptimalkan komponen pembelajaran diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Di mana akuntansi merupakan sebuah mata diklat yang membutuhkan kecermatan dan ketelitian sehingga metode yang digunakan harus sesuai agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pengembangan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Masalah yang timbul bagi siswa adalah bagaimana cara belajar yang efektif yaitu sesuai dengan teknik belajar yang standar dengan berlatih melatih otaknya untuk belajar terus dengan keteraturan, bagaimana melakukan penyesuaian dengan guru dan bagaimana menimbulkan kebiasaan teratur sehingga mencapai prestasi belajar yang optimal. Dari keterangan di atas peneliti mempunyai dugaan bahwa ada keterkaitan antara tinggi rendahnya motivasi belajar dan metode pembelajaran yang digunakan terhadap prestasi belajar. Berdasarkan pengamatan tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini ke dalam skripsi dengan judul PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN METODE PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS I JURUSAN AKUNTANSI SMK PELITA NUSANTARA 1 SEMARANG.

1.2

Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat diambil

dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh antara motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? 2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? 3. Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang? 1.3 Penegasan Istilah Judul yang dikemukakan oleh peneliti terdapat istilah-istilah yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi salah penafsiran atau salah pengertian, oleh karena itu penulis akan membatasi istilah-istilah tersebut sehingga pembaca dapat mengerti apa yang dimaksudkan peneliti. Adapun istilah yang perlu ditegaskan adalah: 1. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2006: 75).

Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi siswa dalam belajar akuntansi, baik dalam penyerapan materi yang telah diberikan oleh guru sampai pada penerapan ilmu dengan menyelesaikan soal-soal akuntansi. 2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur (Ahmadi, 1997: 52). Metode pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode-metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi akuntansi. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 895). Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam mata diklat produktif akuntansi 2 yang dapat diketahui dari nilai ulangan per kompetensi dan sejauh mana keberhasilan terhadap materi yang diterima. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk: 1. Mengetahui pengaruh antara motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang.

2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. 3. Mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang.

1.5

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Memberikan masukan dalam rangka penyusunan teori dan konsep-konsep baru terutama untuk mengembangkan bidang ilmu pendidikan khususnya ilmu akuntansi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Diharapkan siswa selalu meningkatkan motivasi belajar akuntansi pada khususnya. b. Bagi Guru Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap akuntansi dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan efektif dalam penyampaian materinya. c. Bagi Sekolah Sekolah dapat lebih meningkatkan kualitas proses belajar mengajar untuk keseluruhan mata pelajaran pada umumnya.

10

d. Bagi Peneliti Merupakan wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian.

1.6

Sistematika Skripsi Untuk mengetahui gambaran isi dari penelitian ini maka peneliti membuat

sistematika secara garis besar. Adapun sistematikanya sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi. BAB II Landasan teori yang berisikan teori yang dijadikan landasan teoritis dalam penelitian yang menjadi acuan untuk mengajukan hipotesis. BAB III Metode penelitian yang berisikan mengenai populasi penelitian, sampel penelitian, pilot tes, variabel penelitian, sumber data, metode

pengumpulan data serta metode analisis data. BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan berisikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. BAB V Penutup yang berisikan simpulan dan saran yang dapat membantu dalam pengembangan pendidikan di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. Pada bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

11

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 2.1.1

Tinjauan Prestasi Belajar Akuntansi Hakekat Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan

mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. "Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita" (Hamalik, 2002:45). Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar akuntansi berbeda dengan belajar mata pelajaran yang lainnya. Karena dalam belajar akuntansi membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan ketrampilan dalam bentuk latihan yang kontinyu. Latihan merupakan cara belajar yang tepat karena memiliki andil yang cukup besar dalam mempelajari akuntansi sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

11

12

2.1.2

Ciri-ciri Belajar Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah

(2002:15) belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut aliran Humanis bahwa setiap orang menentukan sendiri tingkah lakunya. Orang bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Tidak terikat pada lingkungan. Hal ini sesuai dengan Wasty Sumanto yang dikutip dari Darsono (2000:18) bahwa tujuan pendidikan adalah membantu masing-masing individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri masing-masing. Menurut pandangan dan teori Konstruktivisme (Sardiman, 2006:37) belajar merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah tes, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan dengan pengalaman atau bagian yang dipelajarinya dari pengertian yang dimiliki sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno seperti dikutip oleh Sardiman (2006: 38) yang dijelaskan sebagai berikut:

13

1. Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. 2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus. 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri. 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dengan lingkungannya. 5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang telah dipelajari. Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan di atas, maka proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya dan menggunakan pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru sangat dibutuhkan untuk membantu belajar siswa sebagai perwujudan perannya sebagai mediator dan fasilitator. 2.1.3 Prinsip-prinsip Belajar Untuk melengkapi berbagai pengertian dan makna belajar, perlu dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Menurut Slameto (2003:27-28) seorang guru atau calon guru perlu mengetahui prinsip-prinsip belajar yaitu prinsipprinsip belajar yang harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual. Beberapa prinsip belajar yang perlu diketahui antara lain: 1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

14

b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Sesuai hakikat belajar a. Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. 3. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai. 4. Syarat keberhasilan belajar a. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. b. Repetisi, dalam belajar mengajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

15

2.1.4

Teori-teori Belajar Menurut Sardiman (2006:30-36) selama perkembangan sejarah psikologi, kita

banyak sekali mengenal aliran psikologi. Setiap aliran tersebut mempunyai pandangan sendiri mengenai belajar. Berikut ini adalah beberapa teori tentang belajar: 1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masingmasing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih daya itu dapat digunakan berbagai cara atau bahan. Misalkan untuk melatih daya ingat dalam belajar dengan menghafalkan kata-kata atau angka, istilah-istilah asing. 2. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagianbagian/unsur. Sehingga dalam kegiatan belajar berawal dari pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Sehingga berdasarkan teori ini mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah tergantung pada pengamatan. Menurut aliran teori ini, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Dari aliran ilmu jiwa Gestalt memberikan beberapa prinsip yang penting, antara lain: a. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya. b. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. c. Manusia berkembang secara keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya. d. Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas. e. Belajar hanya berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.

16

f. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh organisme. g. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan. h. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi. 3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang terkenal yakni: a. Teori Konektionisme Teori ini mengatakan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan terbiasa, otomatis. b. Teori Conditioning Teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya suatu tanda. Kondisi yang diciptakan merupakan syarat memunculkan refleks bersyarat. 4. Teori Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta

17

yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seseorang yang belajar itu membentuk pengertian. Bettencourt dalam Sardiman (2006:37) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari. 5. Teori belajar dari R. Gagne Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi: a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut dengan the domainds of learning yaitu sebagai berikut ini: 1) Keterampilan motoris (motor skill) Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil dan sebagainya.

18

2) Informasi verbal Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,

menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu perlu intelegensi. 3) Kemampuan intelektual Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut dengan kemampuan intelektual. 4) Strategi kognitif Strategi kognitif merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan terus menerus. 5) Sikap Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Berdasarkan teori-teori belajar yang dijelaskan di atas teori yang sesuai dengan motivasi adalah teori belajar menurut R. Gagne yang menyebutkan bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi. Sedangkan teori yang sesuai

19

dengan faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi yang sedang dikaji oleh peneliti yaitu metode pembelajaran adalah teori konstruktivisme. Teori ini meyebutkan bahwa proses belajar mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajar/siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subjek belajar merekonstruksi pengetahuannya. Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan dan membuat makna, mencari kejelasan dan membentuk justifikasi. Karena itu guru mempunyai peran yang penting sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar siswa dengan cara menggunakan metode-metode mengajar yang tepat. 2.1.5 Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi "Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka

mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun sikap" (Darsono, 2000:64). Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar harus berjalan secara efektif agar mampu mempengaruhi hasil belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 895). Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu. Sedangkan menurut Tuu (2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

20

Prestasi belajar akuntansi merupakan hasil belajar yang telah dicapai pada mata pelajaran akuntansi yang ditunjukkan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru akuntansi. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar akuntansi merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru akuntansi. 2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal 1. Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar seperti: a. Faktor Jasmaniah, meliputi a) Faktor kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau gangguan fungsi alat indera. b) Cacat tubuh Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan patah tangan. b. Faktor Psikologis, meliputi a) Intelegensi Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dapat berhasil dengan baik dalam

21

belajarnya dikarenakan belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien. Sedangkan yang mempunyai intelegensi rendah perlu mendapatkan pendidikan khusus. b) Perhatian Perhatian menurut Ghazali yang dikutip oleh Slameto (2003:55) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek benda/hal atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. c) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. d) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. e) Motivasi Seseorang akan berhasil dalam belajarnya bila mempunyai penggerak atau pendorong untuk mencapai tujuan. Penggerak atau pendorong inilah yang disebut dengan motivasi.

22

f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan berhasil bila anak sudah siap (matang). g) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik. c. Faktor Kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani terlihat dengan kelesuan dan kebosanan. 2. Faktor Eksternal a. Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses belajar. Keadaan yang ada dalam keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi belajar misalnya cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua. b. Keadaan sekolah Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa belajar secara sistematis. Kondisi ini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

23

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar dan fasilitas yang mendukung lainnya. c. Keadaan masyarakat Siswa akan mudah kena pengaruh lingkungan masyarakat karena

keberadaannya dalam lingkungan tersebut. Kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi siswa sehingga perlu diusahakan lingkungan yang positif untuk mendukung belajar siswa. Dari berbagai faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa maka peneliti mengkaji motivasi belajar dan metode pembelajaran. 2.2 2.2.1 Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Melakukan perbuatan mengajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu yang mendorong kegiatan belajar agar semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal tersebut adalah adanya motivasi. Menurut Syamsu (1994: 36) motivasi berasal dari kata motif yang berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Menurut Whittaker yang dikutip Darsono (2000:61) motivasi adalah suatu istilah yang sifatnya luas yang digunakan dalam psikologi yang meliputi kondisikondisi atau keadaan internal yang mengaktifkan atau memberi kekuatan pada

24

organisme dan mengarahkan tingkah laku organisme mencapai tujuan. Sedangkan menurut Winkel motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat melakukan percobaan, sedangkan motif sudah ada dalam diri seseorang jauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan. Menurut Nasution (2000: 73) motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam psikologi motivasi diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 83), motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. "Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai" (Sardiman, 2006: 75). Sedangkan menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2006: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Jadi dalam penelitian ini motivasi belajar diartikan sebagai dorongan yang ada dan timbul dalam diri siswa untuk belajar atau meningkatkan pengetahuan serta pemahaman akuntansinya. Sesuai dengan pengertian motivasi yang dijelaskan di atas, bahwa tidak perlu dipertanyakan lagi pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Di dalam kenyataan

25

motivasi belajar tidak selalu timbul dalam diri siswa. Ada sebagian siswa yang mempunyai motivasi tinggi namun ada juga yang rendah motivasinya. Oleh karena itu seorang guru harus bisa membangkitkan motivasi yang terdapat dalam diri siswa agar dapat mencapai tujuan belajar. Bagi siswa yang sudah mempunyai motivasi, guru bertugas untuk meningkatkan motivasinya, jika guru dapat membangun motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan meminati pelajaran tersebut. 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: 1. Cita-cita atau Aspirasi Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Cita-cita atau aspirasi adalah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang, Winkel (1989:96) dalam Darsono. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negatif, ada yang menunjukkan keinginan untuk mendapatkan keberhasilan tapi ada juga yang sebaliknya. Taraf keberhasilan biasanya ditentukan sendiri oleh siswa dan berharap dapat mencapainya.

26

2. Kemampuan Belajar Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi dalam belajar. 3. Kondisi Siswa Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berhubungan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis. Biasanya kondisi fisik lebih cepat terlihat karena lebih jelas menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa. 4. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. 5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. 6. Upaya Guru Membelajarkan Siswa Guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar.

27

2.2.3

Ciri-ciri motivasi belajar Menurut Sardiman (2006 :83) bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses). 4. Mempunyai orientasi ke masa depan. 5. Lebih senang bekerja mandiri. 6. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulangulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 7. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 8. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini. 9. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik. 2.2.4 Bentuk-bentuk motivasi Menurut Sardiman (2006:92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar di sekolah:

28

1. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka itu merupakan motivasi yang kuat. Sehingga yang biasa dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. 2. Hadiah Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik perhatian bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut. 3. Saingan atau kompetisi Saingan atau kompetisi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar. 4. Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. 5. Memberi ulangan Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Memberi ulangan seperti juga merupakan sarana motivasi.

29

6. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar semakin meningkat maka ada motivasi dalam diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. 7. Pujian Pujian ini merupakan suatu bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 8. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. 9. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan baik. 10. Minat Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

30

11. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik olah siswa, merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar. 2.2.5 Jenis motivasi belajar Menurut Sardiman (2006:89) ada berbagai jenis motivasi, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa melakukan belajar karena didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. 2.2.6 Fungsi motivasi belajar Menurut Sardiman (2006:85) bahwa motivasi selain berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi juga berfungsi sebagai berikut:

31

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang telah dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana yang akan dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat dikemukakan indikator motivasi belajar dalam penelitian ini adalah: 1. Tekun menghadapi tugas 2. Keinginan untuk sukses 3. Suka bekerja keras 4. Berorientasi jauh ke depan

2.3 2.3.1

Metode Pembelajaran Pengertian Metode Pembelajaran Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit

menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan "pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik" (Darsono, 2000:24). Menurut Ahmadi (1997: 52) dikutip oleh Yatik Hidayanti, metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik

32

secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. 2.3.2 Pemilihan dan Penentuan Metode Dalam proses belajar mengajar guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi yang dihadapi. Metode-metode yang digunakan pun haruslah bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Namun metode yang bervariasi ini tidak akan menguntungkan bila tidak sesuai dengan situasinya. Baik tidaknya suatu metode pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Winarno Surakhmad dalam Djamarah mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Anak didik Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam. Demikian juga dengan jenis kelamin serta postur tubuh. Pendek kata dari aspek fisik selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik. Sedangkan dari segi intelektual pun sama ada perbedaan yang ditunjukkan dari cepat dan lambatnya

33

tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar. Aspek psikologis juga ada perbedaan yaitu adanya anak didik yang pendiam, terbuka, dan lain-lain. Perbedaan dari aspek yang disebutkan di atas mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. 2. Tujuan yang akan dicapai Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat mempengaruhi penyeleksian metode yang harus digunakan. Metode yang dipilih guru harus sesuai dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 3. Situasi belajar mengajar Situasi belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya sama. Maka guru harus memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan. Di waktu lain, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan maka guru menciptakan lingkungan belajar secara berkelompok. Jadi situasi yang diciptakan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. 4. Fasilitas belajar mengajar Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.

34

5. Guru. Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.

Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Tetapi ada juga yang tepat memilihnya namun dalam pelaksanaannya menemui kendala disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atas metode yang digunakan. Sedangkan kriteria pemilihan metode menurut Slameto (1991:98) adalah a. Tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat ditunjukkan siswa setelah proses belajar mengajar. b. Materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran yang berupa fakta yang memerlukan metode yang berbeda dari metode yang dipakai untuk mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur atau kaidah. c. Besar kelas (jumlah kelas), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan. Kelas dengan 5-10 orang siswa memerlukan metode pengajaran yang berbeda dibandingkan kelas dengan 50-100 orang siswa. d. Kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa menangkap dan mengembangkan bahan pengajaran yang diajarkan. Hal ini banyak tergantung pada tingkat kematangan siswa baik mental, fisik dan intelektualnya. e. Kemampuan guru, yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran yang optimal.

35

f. Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. g. Waktu yang tersedia, jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran yang sudah ditentukan. Untuk materi yang banyak akan disajikan dalam waktu yang singkat memerlukan metode yang berbeda dengan bahan penyajian yang relatif sedikit tetapi waktu penyajian yang relatif cukup banyak. Ahmadi (1997:53) yang dikutip Yatik Hidayanti mengemukakan syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah: 1. Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa. 2. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. 3. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya. 4. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan). 5. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi. 6. Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan. 7. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai dan sikapsikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah melakukan penentuan dan pemilihan metode. Suatu metode yang digunakan oleh guru untuk mengajar harus benar-benar dikuasai. Sehingga pada saat penggunaannya dapat menciptakan suasana interaksi edukatif.

36

Untuk menghindari kejemuan dan berhentinya minat siswa terhadap pelajaran yang disampaikan maka hendaknya guru menggunakan metode yang bervariasi. Bahkan metode yang digunakan dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar secara mandiri dengan menggunakan teknik tersendiri. Di dalam kelas guru menyampaikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran itu akan kurang memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar lebih lanjut bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Metode-metode yang dipilih dipergunakan berdasarkan manfaatnya, jadi seorang guru dikatakan kompeten bila ia memiliki khazanah cara penyampaian yang kaya dan memiliki kriteria yang akan digunakan untuk memilih cara-cara dalam menyajikan pengalaman belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar juga dibutuhkan alat bantu yang digunakan untuk menghilangkan verbalitas. Sehingga siswa lebih cepat menyerap materi yang telah disampaikan. Metode pembelajaran yang diterapkan guru hendaknya dapat mewujudkan hasil karya siswa. Siswa dituntun untuk dapat berfikir kritis dan kreatif dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya. Pemilihan metode yang kurang tepat dengan sifat bahan dan tujuan pembelajaran menyebabkan kelas kurang bergairah dan kondisi siswa kurang kreatif. Sehingga dengan penerapan metode yang tepat dengan berbagai macam indikator tersebut dapat meningkatkan minat siswa pada bahan pelajaran yang disampaikan dan minat yang besar pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan diraihnya.

37

2.3.3

Macam-macam Metode Pembelajaran Banyak macam metode pembelajaran yang dapat digunakan. Berikut ini

adalah 9 macam metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dan diungkapkan peneliti antara lain: 1. Metode ceramah Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk

menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Ibrahim, 2003:106). a. Kelebihan metode ceramah 1) Guru lebih menguasai kelas 2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik b. Kelemahan metode ceramah 1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata). 2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar menerima. 3) Membosankan bila selalu digunakan dan terlalu lama. 4) Sukar menyimpulkan siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya. 2. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi

38

dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. a. Kelebihan metode tanya jawab 1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. 2) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan. 3) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. b. Kelemahan metode tanya jawab 1) Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang. 2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa. 3) Sering membuang banyak waktu. 4) Kurangnya waktu untuk memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa. 3. Metode diskusi Metode diskusi adalah bertukar informasi, berpendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.

39

a. Kelebihan metode diskusi 1) Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan masalah. 2) Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain. 3) Memperluas wawasan. 4) Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah. b. Kelemahan metode diskusi 1) Membutuhkan waktu yang panjang. 2) Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar. 3) Peserta mendapat informasi yang terbatas. 4) Dikuasai orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri. 4. Metode demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. a. Kelebihan metode demonstrasi 1) Menghindari verbalisme. 2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 3) Proses pengajaran lebih menarik. 4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.

40

b. Kelemahan metode demonstrasi 1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus. 2) Kurangnya fasilitas. 3) Membutuhkan waktu yang lama. 5. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2002:95). a. Kelebihan metode eksperimen 1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan. 2) Membina siswa membuat terobosan baru. 3) Hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. b. Kelemahan metode eksperimen 1) Cenderung sesuai bidang sains dan teknologi. 2) Kesulitan dalam fasilitas. 3) Menuntut ketelitian, kesabaran, dan ketabahan. 4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.

41

6. Metode latihan (drill) Metode latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. a. Kelebihan metode latihan 1) Untuk memperoleh kecakapan motoris. 2) Untuk memperoleh kecakapan mental. 3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat. 4) Pembentukan kebiasaan serta menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. 5) Pemanfaatan kebiasaan yang tidak membutuhkan konsentrasi. 6) Pembentukan kebiasaaan yang lebih otomatis. b. Kelemahan metode latihan 1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa. 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. 3) Monoton, mudah membosankan. 4) Membentuk kebiasaan yang kaku. 5) Dapat menimbulkan verbalisme. 7. Metode pemberian tugas (resitasi) Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

42

a. Kelebihan metode resitasi 1) Merangsang siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar baik individual maupun kelompok. 2) Dapat mengembangkan kemandirian. 3) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 4) Mengembangkan kreatifitas siswa. b. Kelemahan metode resitasi 1) Sulit dikontrol. 2) Khusus tugas kelompok yang aktif siswa tertentu. 3) Sulit memberikan tugas yang sesuai perbedaan individu. 4) Menimbulkan kebosanan. 8. Metode Karyawisata Melalui metode ini siswa-siswa diajak mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan hal-hal yang perlu diamati telah direncanakan terlebih dahulu, dan setelah kegiatan siswa diminta membuat laporan. a. Kelebihan metode karyawisata 1) Memiliki prinsip pengajaran modern dengan memanfaatkan lingkungan nyata. 2) Membuat relevansi antara apa yang dipelajari dengan kebutuhan di masyarakat. 3) Merangsang kreatifitas siswa.

43

4) Bahan pelajaran lebih luas dan aktual. b. Kelemahan metode karyawisata 1) Kurangnya fasilitas. 2) Perlu perencanaan yang matang. 3) Perlu koordinasi agar tidak tumpah tindih waktu. 4) Mengabaikan unsur studi. 5) Kesulitan mengatur siswa yang banyak. 9. Metode Sosiodrama Metode yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut serta mendiskusikannya di kelas. (Ibrahim, 2003: 107). a. Kelebihan metode sosiodrama 1) Melatih siswa untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. 2) Melatih siswa berinisiatif dan berkreatif. 3) Memupuk bakat. 4) Menumbuhkan dan membina kerjasama. 5) Mendapat kebiasaan untuk membagi tanggung jawab. 6) Membina tata bahasa siswa.

44

b. Kelemahan metode sosiodrama 1) Kurang kreatif bagi anak yang tidak ikut dalam drama. 2) Banyak memakan waktu. 3) Memerlukan tempat yang luas. 4) Mengganggu kelas lain karena gaduh. Metode-metode yang sering digunakan dalam kegiatan belajar mengajar akuntansi adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode latihan dan metode resitasi. Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat dikemukakan indikator metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1. Mendidik belajar sendiri 2. Menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut 3. Meniadakan verbalitas 4. Kesempatan mewujudkan hasil karya 2.4 Kajian Tentang Akuntansi Akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi, bila ditinjau dari sudut pemakainya. Sedangkan bila ditinjau dari proses kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. (Haryono Jusuf: 2001: 5). Sedangkan definisi akuntansi menurut buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang dikutip Syafri (2003:

45

4) adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya. Akuntansi sebagai suatu sistem informasi diperlukan oleh berbagai pihak baik dari kalangan intern maupun dari luar organisasi yang menyelenggarakan akuntansi tersebut. Secara garis besar pihak-pihak tersebut adalah: 1. Manajer Manajer perusahaan menggunakan akuntansi untuk menyusun perencanaan perusahaannya, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha mencapai tujuan, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. 2. Investor Para investor melakukan penanaman modal dalam perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapannya. Oleh karena itu mereka harus mengevaluasi pendapatan yang diperkirakan dari investasinya. 3. Kreditur Kredit diberikan kepada calon penerima kredit bila mereka dipandang mampu untuk mengembalikan bunga dan kredit tepat waktu. Untuk itu kreditur selalu meminta laporan keuangan calon nasabah untuk dinilai. 4. Instansi Pemerintah Badan-badan pemerintah tertentu membutuhkan informasi keuangan dari perusahaan-perusahaan wajib pajak atau perusahaan yang menjual sahamnya

46

melalui pasar modal untuk menetapkan pajak perusahaan atau mengawasi perusahaan. 5. Organisasi Nirlaba Meskipun organisasi ini tidak bertujuan untuk mencari laba tetapi mereka tetap berurusan dengan soal keuangan karena mereka harus mempunyai anggaran, membayar tenaga kerja, membayar listrik dan sewa serta urusan keuangan lainnya. 6. Pemakai Lainnya Informasi akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak lain untuk kepentingan tertentu, misalnya oleh organisasi buruh. para buruh membutuhkan informasi tentang laba perusahaan dan kadang-kadang juga informasi lain dalam rangka mengajukan kenaikan gaji atau tunjangan-tunjangan lain dari perusahaan tempat mereka bekerja. Jabatan-jabatan dalam lapangan akuntansi dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang. Pada umumnya dibedakan menjadi dua bidang yaitu akuntansi publik dan akuntansi intern. Akuntan Publik adalah akuntansi yang memberikan jasanya untuk melayani kepada masyarakat. Untuk itu akuntansi publik menerima imbalan jasa dari pemakai jasa. Sedangkan Akuntan Intern adalah akuntan yang bekerja pada suatu perusahaan tertentu. Perbedaannya akuntan intern hanya melakukan pekerjaan untuk kepentingan perusahaan dimana ia bekerja.

47

2.5

Kerangka Berpikir Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar dikatakan berhasil bila siswa dalam melakukan kegiatan berlangsung secara intensif dan optimal sehingga menimbulkan pengaruh tingkah laku yang bersifat tetap. Perubahan tingkah laku sebagai akibat belajar dipengaruhi banyak faktor. Dari faktorfaktor yang mempengaruhinya secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern (dari dalam) diri subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri subjek belajar. Dari pembicaraan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar tidak hanya ditekankan pada faktor intern saja melainkan juga faktor ekstern. Faktor intern menyangkut faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Faktor intern yang relevan dengan persoalan reinforcement adalah faktor psikologis, sehingga faktor psikologis dijadikan tinjauan khususnya dalam faktor intern. Sedangkan faktor ekstern menyangkut faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keseluruhan faktor yang berpengaruh terhadap belajar mempunyai andil yang sama besar dalam memberikan dasar dan kemudahan dalam pencapaian tujuan belajar yang optimal. Faktor psikologis yang termasuk di dalamnya adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan dan lainnya yang mempunyai peran penting dalam pemahaman bahan pelajaran, dan pada akhirnya penguasaan terhadap bahan pelajaran tersebut lebih cepat dan efektif. Di antara berbagai faktor psikologis tersebut motivasi merupakan hal yang penting dan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.

48

Motivasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam melakukan kegiatan. Dalam melakukan sesuatu motivasi dapat dijadikan sebagai pendorong atau penggerak. Motivasi sangat dibutuhkan dalam pemahaman bahan pelajaran di sekolah. Bila belajar berhasil maka akan timbul motivasi dengan sendirinya dan menimbulkan keinginan untuk lebih banyak belajar. Sukses dalam belajar akan membangkitkan motivasi belajar. Masalah motivasi bukan soal memberikan motivasi tetapi mengatur kondisi belajar sehingga memberikan reinforcement (Skinner, 1968). Motivasi merupakan hal yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya motivasi maka prestasi belajar akan optimal. Semakin tepat motivasi yang diberikan guru maka kegiatan belajar mengajar akan semakin berhasil. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar peserta didik. Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal di atas, motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai dan menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat (Sardiman, 2006: 85). Selain itu motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Belajar akuntansi sering dianggap sulit tetapi bila siswa sudah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akuntansi maka tidak akan mudah putus asa pada saat menghadapi kesulitan dalam belajar akuntansi. Siswa yang mempunyai motivasi

49

tinggi akan berusaha mencari cara untuk mengatasi kesulitan belajarnya melalui buku-buku paket, latihan soal, modul, belajar di perpustakaan, sampai belajar kelompok atau bertanya pada orang yang sudah ahli atau menguasai. Berbeda dengan siswa yang motivasinya rendah maka akan cepat menyerah dalam menghadapi kesulitan dalam belajar akuntansi. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar akuntansi. Berdasarkan keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa motivasi belajar mempunyai peran yang besar karena siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan giat dalam belajar sehingga tujuan yang diharapkan yang ditunjukkan dengan prestasi belajar akan meningkat. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal banyak dipengaruhi oleh komponen belajar mengajar. Guru sebagai salah satu sumber belajar hendaknya mampu menyediakan kondisi kelas yang kondusif dalam kegiatan belajar akuntansi di kelas. Sebagai perwujudannya, salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang tepat. Setiap kompetensi mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga pemilihan metode dalam mengajar pun harus disesuaikan agar siswa tidak mendapatkan kesulitan dalam mempelajarinya. Pada kompetensi mengerjakan persamaan dasar akuntansi metode yang digunakan berbeda dengan kompetensi menganalisis bukti transaksi. Pada kompetensi mengerjakan persamaan dasar akuntansi guru lebih

50

banyak menggunakan metode latihan soal karena tujuan dari kompetensi ini adalah menjadikan siswa dapat membuat persamaan dasar akuntansi di mana jumlah harta harus sama dengan jumlah utang ditambah modal dan membutuhkan perhitungan. Sedangkan kompetensi menganalisis bukti transaksi lebih banyak ceramah karena siswa dituntut hanya mengenal bukti-bukti transaksi. Dalam kegiatan belajar akuntansi guru tidak harus berpatokan pada satu metode. Ada kalanya dapat menggunakan metode ceramah kemudian latihan soal. Apabila dalam kompetensi tertentu siswa sudah menguasai maka guru dapat menggunakan metode lain seperti diskusi atau kerja kelompok sehingga suasana yang ada di kelas tidak monoton dan membosankan. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan prestasi belajar. Prestasi belajar akuntansi adalah indikator proses belajar mengajar akuntansi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pelajaran dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa (Djamarah, 2002:180). Penggunaan metode yang bervariasi akan mendorong siswa berfikir kreatif dan kritis sehingga siswa tidak akan bosan dalam belajar akuntansi. Secara otomatis motivasi untuk belajar akuntansi akan lebih tinggi pada akhirnya prestasi belajarnya akan baik. Jadi motivasi belajar dan metode pembelajaran mempengaruhi prestasi belajar akuntansi. Dari uraian di atas dapat ditunjukkan skema sebagai berikut:

51

Motivasi Belajar (X1) Indikator: 1. Tekun menghadapi tugas 2. Keinginan untuk sukses 3. Suka bekerja keras 4. Berorientasi jauh ke depan Prestasi Belajar Akuntansi (Y) Metode Pembelajaran (X2) Indikator: 1. Mendidik belajar sendiri 2. Menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut 3. Meniadakan verbalitas 4. Kesempatan mewujudkan hasil karya
Gambar 2.1 Bagan kerangka berfikir

2.6

HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya masih harus diuji secara empiris dengan alat uji yang ada. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh antara motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. 2. Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. 3. Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang.

52

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel penelitian 3.1.1 Populasi Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sudjana (2002: 6) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, menghitung hasil atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Jadi populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berupa data kuantitatif dan kualitatif dari mengukur dan menghitung. Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Pelita Nusantara 1 Semarang kelas I jurusan akuntansi tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 118 siswa yang tersebar dalam 3 kelas. Data jumlah siswa kelas I jurusan akuntansi dapat dilihat di Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa Kelas I Jurusan Akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang Nomer Kelas Jumlah Populasi 1. 2. 3. I AK 1 I AK 2 I AK 3 Jumlah Sumber : SMK Pelita Nusantara 1 Semarang 52 41 40 37 118

53

3.1.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:109). Sedangkan menurut Sudjana (2002: 6) sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu dari jumlah populasi ditentukan jumlah sampel sebagai obyek penelitian, pengambilan sampel dilakukan secara merata ke setiap kelas sehingga semua responden mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel penelitian. Untuk mengetahui jumlah sampel yang akan digunakan peneliti

menggunakan rumus Slovin yaitu: n = Keterangan: n N e : Ukuran sampel : Ukuran populasi : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi 10% n =
N 1 + Ne 2

(Umar, 1998: 78)

1 + 118(0,1)

118

n =

118 1 + (118(0,01))

n =

118 2,18

54

n = 54,13 n = 54 (dibulatkan) Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 54 siswa. Dari ukuran sampel yang telah diketahui, selanjutnya peneliti akan menentukan perwakilan dari tiap kelas, di mana populasi yang dijadikan objek penelitian tersebut dalam 3 (tiga) kelas. Data perhitungan proporsi sampel perwakilan tiap kelas dapat dilihat dalam Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Perhitungan Proporsi Sampel dalam Perwakilan Tiap Kelas No. Kelas Jumlah Populasi Proporsi Sampel
41 x 100% = 34,75% 118

Jumlah Sampel

1.

I AK 1

41

19

34,75% x 54 = 18,77 dibulatkan 19 2. I AK 2 40


40 x 100% = 33,90% 118

18

33,90% x 54 = 18,31 dibulatkan 18 3. I AK 3 37


37 x 100% = 31,36% 118

17

31,36% x 54 = 16,93 dibulatkan 17 Jumlah 118 54

55

3.1.3 Pilot Tes

Pilot tes digunakan untuk menguji reliabilitas dan validitas instrumen penelitian. Sebelum angket disebarkan pada responden sesungguhnya maka angket diujicobakan terlebih dahulu 20 siswa sebagai sampel. (Sukirman, 2006: 31).
3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada dua macam variabel yaitu variabel bebas disebut juga variabel penyebab atau independen variabel (X) dan variabel terikat atau dependen variabel (Y) (Arikunto, 2002: 97).
3.2.1 Variabel bebas atau independen variabel (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah: a. Motivasi belajar (X1) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai, dengan indikator: 1) Tekun menghadapi tugas 2) Keinginan untuk sukses 3) Suka bekerja keras 4) Berorientasi jauh ke depan b. Metode Pembelajaran (X2) adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur, dengan indikator:

56

1) Mendidik belajar sendiri 2) Menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut 3) Meniadakan verbalitas 4) Kesempatan mewujudkan hasil karya
3.2.2 Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Variabel terikat dari penelitian ini adalah prestasi belajar akuntansi siswa SMK Pelita Nusantara 1 Semarang kelas I jurusan akuntansi tahun ajaran 2006/2007 yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata per kompetensi materi pelajaran akuntansi semester dua.
3.3 Sumber Data

Menurut Arikunto ( 2002: 107) sumber data dalam penelitian ini adalah dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu: 1. Sumber data primer Yaitu sumber data langsung dari subyek penelitian diperoleh dari penyebaran angket pada siswa. 2. Sumber data sekunder Yaitu sumber data yang terdapat pada buku-buku yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Sumber data yang digunakan pada penelitian adalah dokumen atau catatan yang diperoleh dari sekolah untuk mengungkapkan nilai atau hasil belajar siswa.

57

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:


3.4.1 Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang diketahui (Arikunto, 1998: 140). Angket dalam penelitian ini terdiri dari daftar butir-butir pertanyaan yang dibagikan kepada responden dan dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel motivasi, metode pembelajaran, dan prestasi belajar. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup atau disebut juga close from questioner yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga pengisi atau responden hanya memberikan jawaban silang pada jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban berupa multiple choise seperti butir a, b, c, dan d.
3.4.2 Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan nama-nama siswa kelas I yang ada dalam populasi, nilai per kompetensi mata pelajaran akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang tahun ajaran 2006/2007.
3.5 Validitas dan Reliabilitas

Dalam penyusunan angket, dilakukan ujicoba kepada responden kemudian dihitung validitas dan reliabilitasnya.

58

3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002: 144). Uji validitas instrumen digunakan teknik uji validitas internal dengan korelasi product moment dari Pearson:
rxy =

{N X

N XY ( X ) ( Y )
2 2

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

Keterangan: rxy X Y N = Koefisien korelasi = Skor item angket = Skor total angket = Jumlah responden

Hasil ujicoba angket sebanyak 32 butir yang diujicobakan kepada 20 responden diperoleh nilai rxy > rtabel (0,444) yang berarti instrumen yang dibuat valid. Sedangkan validitas berdasarkan output SPSS release 12.0, baik sampel ujicoba 20 responden maupun sampel penelitian 54 responden menunjukkan tingkat signifikansi dari masing-masing skor butir pertanyaan terhadap total skor butir-butir pertanyaan < 0,50 berarti semua data valid. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

59

keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Untuk menguji instrumen penelitian ini digunakan rumus Alpha:
2 k b r11 = 1 2 k 1 1

Keterangan: r11 k = Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2 b

12

= Jumlah varians butir = Varians total

Hasil ujicoba instrumen dari 20 responden diperoleh nilai r11 untuk angket motivasi belajar sebesar 0,870 dan untuk angket metode pembelajaran sebesar 0,868. Nilai koefisien tersebut lebih besar daripada rtabel = 0,444, yang berarti kedua instrumen tersebut reliabel. Berdasarkan hasil SPSS release 12.0 untuk sampel ujicoba sebanyak 20 responden menunjukkan nilai Cronbachs Alpha untuk angket motivasi belajar sebesar 0,870 dan untuk angket metode pembelajaran sebesar 0,868. Sedangkan uji statistik data hasil penelitian dengan jumlah sampel 54 responden diperoleh nilai Cronbachs Alpha untuk angket motivasi belajar sebesar 0,865 dan untuk angket metode pembelajaran sebesar 0,870. Sehingga semua data hasil penelitian reliabel karena nilai Cronbachs Alpha > 0,60 (Nunnally, 1969). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.

60

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel

Pertanyaan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Total Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q25 Q26 Q27 Q28 Q29 Q30 Q31 Q32 Total

Pilot Tes (20 responden) Validitas Reliabilitas Sig. Arti Alpha Arti
0,002 0,020 0,000 0,019 0,020 0,013 0,005 0,023 0,008 0,016 0,011 0,025 0,001 0,012 0,002 0,004 0,013 0,000 0,000 0,015 0,001 0,018 0,004 0,020 0,008 0,001 0,043 0,002 0,000 0,007 0,045 0,002 Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok 0,870 0,868 Ok Ok

Total Sampel (54 responden) Validitas Reliabilitas Sig. Arti Alpha Arti
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,008 0,005 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok 0,865 0,870 Ok Ok

Motivasi Belajar

Metode Pembela jaran

61

3.6 Metode Analisis Data

Pada prinsipnya metode analisis data digunakan untuk mengolah data dengan menggunakan metode statistik yang dapat untuk mencari kesimpulan. Dalam penelitian ini digunakan analisis data sebagai berikut:
3.6.1 Metode Analisis Deskriptif Presentase

Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mendeskripsikan persentase masing-masing variabel bebas yaitu motivasi belajar dan metode pembelajaran. Pengukuran pada variabel yang diungkap dilakukan dengan memberikan skor dari jawaban angket yang diisi oleh responden. Dengan ketentuan sebagai berikut: A diberi skor 4 B diberi skor 3 C diberi skor 2 D diberi skor 1 Perhitungan indeks persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% skor = n x100 % N

(Ali, 1993: 186)

Keterangan: n N % = Jumlah nilai yang diperoleh = Jumlah seluruh nilai = Tingkat keberhasilan yang dicapai

62

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis data adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan angket dan memeriksa kelengkapannya b. Mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif dengan cara: 1) Jawaban a diberi skor 4 2) Jawaban b diberi skor 3 3) Jawaban c diberi skor 2 4) Jawaban d diberi skor 1 c. Membuat tabulasi data d. Memasukkan data ke dalam rumus deskriptif persentase e. Membuat tabel rujukan dengan cara: 1) Menetapkan persentase tertinggi = (4:4) x 100% = 100% 2) Menetapkan persentase terendah = (1:4) x 100% = 25% 3) Menetapkan rentangan persentase = 100% - 25% = 75% 4) Menetapkan kelas interval 5) Panjang kelas interval 75% : 4 = 4 = 18,75%

Tabel 3.4 Kriteria Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran Interval 81,26 100 62,51 81,25 43,76 62,50 25,00 43,75 Sumber : data setelah diolah Kriteria Motivasi Belajar Metode Pembelajaran Sangat baik Sangat tinggi Baik Tinggi Kurang baik Rendah Tidak baik Sangat rendah

63

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dua model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Untuk menguji normalitas data salah satu cara yang digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2001: 74). Uji normalitas dapat juga menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test (dengan program SPSS). Diantaranya adalah sampel yang akan dipakai untuk

analisis haruslah berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan tingkat signifikansi = 5% (0,05), jika signifikansi < 0,05 maka distribusi data dapat dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika signifikansi > 0,05 maka distribusi data dapat dikatakan normal. 2. Uji Multikolineritas Model regresi berganda yang baik adalah model regresi yang variabelvariabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari

64

multikolinearitas. Deteksi adanya multikolinearitas dipergunakan nilai VIF (Varian


Infalaction Factor), bila nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1 berarti

data bebas multikolinearitas. Dapat pula dideteksi dengan melihat korelasi antara variabel bebas bila masih di bawah 0,8 maka disimpulkan tidak mengandung multikolineritas. 3. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi

penyimpangan model karena gangguan varian yang berbeda antar observasi satu ke observasi lain. Untuk mengetahuinya dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot melalui SPSS. Model yang bebas dari heteroskedastisitas memiliki grafik scatter plot dengan pola titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y. Uji hateroskedastisitas dapat pula dideteksi menggunakan uji Glejser untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel bebas. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Apabila nilai signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5% maka dapat disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas.
3.6.3 Analisis Regresi

Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan persamaan:

Y = a 0 + a1 X 1 + a 2 X 2
Dimana:

(Sudjana, 2002: 348)

a0

= konstanta yang merupakan intersep antara garis X dan Y

65

a1 a2

= koefisien perubah bebas antara X1 terhadap Y = koefisien perubah bebas antara X2 terhadap Y

Pengujian terhadap koefisien regresi dilakukan dengan: 1. Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y secara bersama-sama (Uji F) a. Merumuskan hipotesis statistik 1) Ho : 1 = 2 = 0 artinya motivasi belajar dan metode pembelajaran secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. 2) Ha : 1 atau 2 0 artinya motivasi belajar dan metode pembelajaran secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. b. Rumus yang digunakan
F= JK res / (n k 1) JK reg / k

Keterangan: F = harga F garis regresi

Jkreg = jumlah kuadrat regresi JKres = jumlah variabel residu k n l = jumlah variabel prediktor = jumlah responden = angka konstan (Sudjana, 2002: 355).

66

c. Kaidah pengambilan keputusan 1) Jika nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak sehingga motivasi belajar dan metode pembelajaran secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. 2) Jika nilai Fhitung < Ftabel maka Ho diterima sehingga motivasi belajar dan metode pembelajaran secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. d. Besarnya pengaruh X1 dan X2 terhadap Y secara bersama-sama Rumusnya adalah sebagai berikut:
R2 = JK reg

2 1

(Sudjana, 2002: 383) 2. Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y secara parsial (Uji t) b. Merumuskan hipotesis statistik 1) Ho : 1 = 0, i = X1, X2 artinya motivasi belajar dan metode pembelajaran secara parsial (sendiri-sendiri) tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. 2) Ha : 1 0, i = X1, X2 artinya motivasi belajar dan metode pembelajaran secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi.

67

c. Rumus yang digunakan t1 = a1 (Sudjana, 2002: 388). Sa1

d. Kaidah pengambilan keputusan 1) Jika nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak sehingga motivasi belajar dan metode pembelajaran secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. 2) Jika nilai thitung < ttabel maka Ho diterima sehingga motivasi belajar dan metode pembelajaran secara parsial (sendiri-sendiri) tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. e. Besarnya pengaruh X1 dan X2 terhadap Y Rumusnya adalah sebagai berikut: r y12 =

(1 r )(1 r )
2 2
y2

r y1 r y 2 r12

12

r y 21 =

(1 r )(1 r )
2 2 y1 12

r y 2 r y 1 r12

(Sudjana, 2002: 386)

68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

SMK Pelita Nusantara 1 Semarang merupakan salah satu sekolah kejuruan swasta yang ada di jalan Slamet Riyadi No. 40 Semarang. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan Pelita Nusantara. Selain SMK Pelita Nusantara 1 Semarang yayasan ini juga mendirikan SMK Pelita Nusantara 2 Semarang berupa sekolah teknik industri. SMK Pelita Nusantara 1 Semarang terletak di tengah pemukiman penduduk sehingga suasana yang tenang sangat mendukung kegiatan belajar mengajar. SMK Pelita Nusantara 1 Semarang sebagai salah satu SMK yang mempunyai 3 jurusan yaitu akuntansi, administrasi perkantoran, dan penjualan. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas I jurusan akuntansi tahun ajaran 2006/2007. Kelas I jurusan akuntansi terdiri dari tiga kelas yaitu kelas akuntansi 1, kelas akuntansi 2, kelas akuntansi 3.
4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan tentang pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi. Data diambil dengan angket dan dianalisis menggunakan analisis regresi ganda.

68

69

4.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa, metode pembelajaran dan prestasi belajar akuntansi siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang tahun ajaran 2006/2007. Dalam pendeskripsian ini terdapat empat kriteria penilaian jawaban responden terhadap item pertanyaan dalam instrumen. Kriteria penilaian untuk variabel motivasi belajar adalah untuk jawaban A dengan kriteria sangat tinggi, untuk jawaban B dengan kriteria tinggi, untuk jawaban C dengan kriteria rendah, untuk jawaban D dengan kriteria sangat rendah. Sedangkan kriteria variabel metode pembelajaran adalah untuk jawaban A dengan kriteria sangat baik, untuk jawaban B dengan kriteria baik, untuk jawaban C dengan kriteria kurang baik, untuk jawaban D dengan kriteria tidak baik. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini sesuai dengan judul penelitian yang meliputi motivasi belajar, metode pembelajaran dan prestasi belajar. Statistik deskriptif dari ketiga variabel tersebut disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Statistik deskriptif variabel penelitian
Variabel Penelitian Motivasi Belajar Metode Pembelajaran Prestasi Belajar Mean SD Median Modus Kisaran Aktual Kisaran Teoritis

42,69 39,53 7,37

9,28 7,66 0,60

43 40 7,26

32 33 7,09

25-61 19-56 6,22-8,79

17-68 15-60 0-10

70

Dari Tabel 4.1. di atas dapat dibuat tiga kesimpulan yaitu: 1. Berdasarkan hasil pengukuran variabel motivasi belajar skor jawaban responden secara aktual berkisar antara 25-61, sedangkan kisaran teoritisnya adalah 17-68. hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat responden yang memiliki motivasi belajar ekstrem (17 dan 68). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat tekun menghadapi tugas, keinginan untuk sukses, suka bekerja keras dan

71

3.

Berdasarkan hasil pengukuran variabel prestasi belajar skor jawaban responden secara aktual berkisar antara 6,22-8,79, sedangkan kisaran teoritisnya adalah 010. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat responden yang memiliki prestasi belajar ekstrem (0 dan 10). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang masih belum stabil. Karena nilai mean>median>modus maka distribusi data cenderung juling positif. Distribusi ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa belum mencapai peningkatan yang signifikan.

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Motivasi Belajar Akuntansi

Secara umum motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi dalam kategori tinggi, seperti terlihat pada analisis deskriptif pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Akuntansi No 1 2 3 4 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Jumlah Frekuensi 3 25 22 4 54 % 5,6 46,3 40,7 7,4 100

Terlihat pada Tabel 4.2 sebanyak 46,3% siswa mempunyai motivasi belajar tinggi dan 5,6% siswa mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi, meskipun masih ada 40,7% siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah bahkan 7,4% sangat rendah. Dari data ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tekun menghadapi tugas, keinginan untuk sukses, suka bekerja keras dan berorientasi jauh ke depan.

72

1.

Tekun Menghadapi Tugas

Tekun menghadapi tugas dalam belajar akuntansi dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tekun Menghadapi Tugas No 1 2 3 4 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Jumlah Frekuensi 7 20 20 7 54 % 13 37 37 13 100

Terlihat pada Tabel 4.3 ternyata sebanyak 13% siswa memiliki ketekunan yang sangat tinggi terhadap mata pelajaran akuntansi, 37% tinggi, 37% siswa dalam kategori rendah dan 13% masih sangat rendah. Berdasarkan data di atas terdapat persentase yang seimbang antara siswa yang mempunyai sifat tekun menghadapi tugas yang tinggi dan rendah. Pekerjaan rumah atau tugas-tugas merupakan salah satu cara yang digunakan guru supaya siswa mau belajar, untuk menambah kemampuan siswa. Namun masih ada siswa yang menyepelekan tugas-tugas yang diberikan guru dengan tidak mengerjakannya. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil penelitian sebagian besar siswa yaitu sebanyak 59,3% selalu menyelesaikan tugas secara lengkap saat guru memberi tugas akuntansi dan harus dikumpulkan, karena berfikirnya untuk jangka panjang, sebanyak 13% siswa sering menyelesaikan tugas secara lengkap saat guru memberi tugas akuntansi namun demikian dengan 22,2% siswa kadang-kadang menyelesaikan tugas secara lengkap saat guru memberi tugas akuntansi karena

73

merasa tidak terlalu penting untuk menyelesaikan tugas akuntansi (hasil jawaban angket no.1). Kedisiplinan dalam mengumpulkan tugas merupakan salah satu bentuk tanggung jawab seorang siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, sebanyak 25,9% siswa selalu berusaha mengumpulkan tugas tepat waktu, namun banyak siswa yang mengumpulkan kadang tepat waktu kadang tidak tepat sebanyak 57,4%, di samping itu ada juga siswa yang mengumpulkan tidak tepat waktu sebanyak 3,7% (hasil jawaban angket no. 2). Bertanya merupakan salah satu cara untuk mengetahui sesuatu yang belum dimengerti ataupun belum dipahami, namun tidak semua siswa berani bertanya terutama terhadap guru. Terlihat dari hasil penelitian, sebanyak 44,4% siswa kadangkadang bertanya untuk materi yang belum/tidak dipahami dan 9,3% yang selalu bertanya untuk hal yang belum dipahami (hasil jawaban angket no. 3). Menambah jam belajar menumbuhkan kesadaran siswa untuk berusaha memperbaiki ketika mendapatkan nilai yang jelek. Namun masih banyak siswa yang kadang-kadang menambah jam belajar akuntansi ketika mendapat nilai akuntansi jelek sebanyak 38,9%, dan 29,6% siswa tidak pernah menambah jam belajar akuntansi. Hanya 25,9% siswa yang selalu menambah jam belajar akuntansi (hasil jawaban angket no.4). Terdapat 22,2% siswa selalu mengerjakan soal-soal pada saat guru berhalangan hadir, 46,3% siswa kadang-kadang mengerjakan soal-soal namun masih ada siswa yang tidak pernah mengerjakan soal-soal sebanyak 9,3% (hasil jawaban angket no. 5). Pekerjaan rumah merupakan tugas yang harus dikerjakan di rumah

74

meskipun tidak memiliki buku referensi. Sebanyak 57,4% siswa kadang-kadang mengerjakan di sekolah, 18,5% siswa selalu mengerjakan di sekolah dan yang tidak pernah mengerjakan di sekolah sebanyak 7,4% (hasil jawaban angket no. 6).
2. Keinginan Untuk Sukses

Keinginan untuk sukses dalam belajar akuntansi dapat dilihat dari distribusi frekuensi pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Keinginan Untuk Sukses No 1 2 3 4 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Jumlah Frekuensi 4 6 27 17 54 % 7,4 11,1 50 31,5 100

Terlihat pada Tabel 4.4 sebanyak 11,1% siswa mempunyai keinginan untuk sukses yang tinggi dan 7,4% sangat tinggi dalam belajar akuntansi, selebihnya 50% siswa mempunyai keinginan untuk sukses yang rendah dan 31,5% sangat rendah. Penjelasan yang disampaikan guru dalam mengajar sangat terbatas, untuk memperoleh pengetahuan lebih dibutuhkan kemauan siswa untuk belajar mandiri. Sebanyak 18,5% siswa selalu mempelajari kembali materi yang diberikan guru, meskipun demikian sebanyak 63% siswa kadang-kadang mempelajari kembali materi yang diberikan guru (hasil jawaban angket no. 7). Sebelum pelaksanaan ulangan hampir semua siswa mempersiapkan diri dengan belajar, namun penguasaan tiap individu berbeda-beda, hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor antara lain tingkat kecerdasan dan kesungguhan dalam belajar. Sebanyak 22,2% siswa selalu

75

mempelajari materi ulangan jauh hari sebelum menghadapi ulangan akuntansi, sebanyak 11,1% sering mempelajari materi sebelum menghadapi ulangan akuntansi sedangkan 51,9% siswa kadang-kadang mempelajari materi sebelum menghadapi ulangan akuntansi (hasil jawaban angket no. 8). Buku referensi merupakan salah satu penunjang dalam belajar. Sebanyak 11,1% siswa mempunyai lebih dari dua buku, 31,5% mempunyai dua buku dan 37% siswa mempunyai satu buku. Namun masih ada siswa yang tidak mempunyai buku sebanyak 20,4% (hasil jawaban angket no. 9). Perpustakaan merupakan tempat yang mendukung kegiatan belajar mengajar karena mempunyai banyak buku yang dapat digunakan siswa dalam menambah pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 46,3% kadang-kadang meminjam buku di perpustakaan, 9,3% selalu meminjam dan 40,7% tidak pernah meminjam (hasil jawaban angket no. 10).
3. Suka Bekerja Keras

Suka bekerja keras dalam belajar akuntansi dapat dilihat dalam distribusi frekuensi pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Suka Bekerja Keras No 1 2 3 4 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Jumlah Frekuensi 4 24 21 5 54 % 7,4 44,4 38,9 9,3 100

Terlihat pada Tabel 4.5, sebanyak 38,9% siswa mempunyai sifat suka bekerja keras rendah dalam mempelajari akuntansi, 9,3% siswa bahkan mempunyai sifat suka

76

bekerja keras sangat rendah, namun masih ada 44,4% yang suka bekerja keras dalam belajar akuntansi, dan 7,4% bahkan sangat tinggi. Untuk meningkatkan prestasi belajar dengan mendapatkan nilai yang diharapkan siswa harus memperbanyak waktu belajar. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 3,7% siswa mempunyai sifat suka bekerja keras dengan menambah waktu belajar lebih dari 2 jam, 16,7% siswa sering menambah waktu lebih dari 2 jam, selebihnya 66,7% siswa kadang-kadang dan 13% siswa tidak pernah (jawaban angket no. 11). Setelah mendapatkan pelajaran akuntansi 16,7% siswa selalu berlatih mengerjakan soal-soal lebih dari 10 soal dalam satu minggu, 53,7% siswa kadangkadang, dengan mengerjakan 1-5 soal dalam satu minggu dan 20,4% tidak pernah mengerjakan soal-soal akuntansi (jawaban angket no. 12). Untuk mengerjakan tugas kelompok diperlukan kerjasama, 48,1% siswa

mengerjakan bersama (jawaban angket no. 13 ). Mengerjakan tugas diperlukan konsentrasi, terlihat dari hasil penelitian 42,6% siswa selalu menolak ajakan teman untuk bermain, 13% sering menolak, 29,6% kadang-kadang dan selebihnya sebanyak 9,3% siswa tidak pernah menolak (jawaban angket no. 14). Keinginan untuk belajar hendaknya berasal dari kesadaran diri sendiri. Namun peran orang tua siswa juga dibutuhkan dalam mendorong untuk belajar. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 14,8% siswa belajar sendiri, 13% kadang-kadang, dan 61,1% siswa sering. Tetapi sebanyak 11,1% tidak pernah belajar dengan sendirinya melainkan disuruh orang tua (jawaban angket no. 15).

77

4.

Berorientasi Jauh ke Depan

Data tentang berorientasi jauh ke depan dapat dilihat dalam tabel distribusi frekuensi pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berorientasi Jauh ke Depan No 1 2 3 4 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Jumlah Frekuensi 24 9 16 5 54 % 44,4 16,7 29,6 9,3 100

Berdasarkan Tabel 4.6 sebanyak 44,4% siswa sangat berorientasi jauh ke depan terhadap mata pelajaran akuntansi, 16,7% tinggi, 29,6% masih rendah dan bahkan 9,3% sangat rendah. Target nilai tertinggi di atas rata-rata merupakan harapan setiap siswa. Berdasarkan hasil penelitian 53,7% siswa selalu berkeinginan mendapatkan nilai tertinggi. Sebanyak 9,3% siswa sering mempunyai target dan 31,5% siswa kadangkadang. Sedangkan selebihnya 5,6% siswa tidak pernah mempunyai target untuk mendapatkan nilai tertinggi karena menganggap mata pelajaran akuntansi tidak penting (jawaban angket no. 16). Keinginan siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi termasuk sangat tinggi yaitu sebanyak 51,9% siswa, namun masih ada siswa yang tidak mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sebanyak 11,1% siswa (jawaban angket no. 17).

78

4.2.1.2 Analisis Deskriptif Metode Pembelajaran

Gambaran tentang metode pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Metode Pembelajaran No 1 2 3 4 Kriteria Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Jumlah Frekuensi 6 28 18 2 54 % 11,1 51,9 33,3 3,7 100

Terlihat pada Tabel 4.7 sebanyak 33,3% siswa mengatakan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang baik dan 51,9% mengatakan baik. Dari data tersebut hanya 11,1% siswa yang mengatakan metode pembelajaran yang

digunakan guru sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada kegiatan untuk mendidik belajar sendiri, menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut, meniadakan verbalitas, dan kesempatan mewujudkan hasil karya.
1. Mendidik Belajar Sendiri

Data tentang mendidik belajar sendiri dapat dilihat dalam tabel distribusi frekuensi pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Mendidik Belajar Sendiri No 1 2 3 4 Kriteria Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Jumlah Frekuensi 19 26 6 3 54 % 35,2 48,1 11,1 5,6 100

79

Terlihat pada Tabel 4.8 ternyata 48,1% atau 26 siswa merasa bahwa metode yang digunakan guru mendidik siswa untuk belajar sendiri dalam kategori baik, bahkan 35,2% siswa menyatakan dalam kategori sangat baik. Sedangkan 11,1% siswa menyatakan termasuk dalam kategori kurang baik serta 5,6% tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa metode mengajar sudah baik karena metode yang digunakan dapat mendidik siswa untuk belajar dengan teknik sendiri dalam mendapatkan pengetahuan. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata 42,6% siswa menyatakan guru sering memberikan latihan soal setelah menjelaskan materi, 44,4% siswa menyatakan selalu diberikan latihan soal karena guru menginginkan setiap siswa dapat mengerjakan sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing, sedangkan 7,4% siswa menyatakan kadang-kadang (jawaban angket no. 18). Meringkas materi yang telah diberikan pada saat di sekolah memberikan kemudahan untuk mengingat materi. Sebanyak 46,3% siswa sering meringkas, 13% siswa kadang-kadang meringkas namun masih ada 1,9% siswa yang tidak pernah meringkas karena mengganggap meringkas tidak penting (jawaban angket no. 19). Sebanyak 63% siswa menyatakan kadang-kadang langsung mengerjakan soal yang diberikan guru meskipun belum pernah dijelaskan, 25,9% sering langsung mengerjakan soal, 7,4% siswa selalu mengerjakan dan 3,7% siswa tidak pernah langsung mengerjakan soal karena malas harus mempelajari materi terlebih dahulu kemudian baru mengerjakan soal (jawaban angket no. 20).

80

2.

Menumbuhkan Keinginan Belajar Lebih Lanjut

Data tentang menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut dapat dilihat dalam distribusi frekuensi pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Menumbuhkan Keinginan Belajar Lebih Lanjut No 1 2 3 4 Kriteria Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Jumlah Frekuensi 8 31 14 1 54 % 14,8 57,4 25,9 1,9 100

Terlihat pada Tabel 4.9 sebanyak 57,4% siswa menyatakan bahwa menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut dalam kategori baik, bahkan 14,8% termasuk dalam kategori sangat baik, 25,9% kategori kurang baik. Selebihnya siswa menyatakan kategori tidak baik sebanyak 1,9% siswa. Berdasarkan data di atas berarti metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk melakukan eksplorasi dan inovasi dalam belajar. Berdasarkan hasil respon siswa tentang pemahaman materi yang disampaikan guru menunjukkan bahwa 27,8% siswa merasa kurang paham karena cara penyampaian materi terlalu cepat, sedangkan sebanyak 61,1% siswa merasa paham (jawaban angket no. 21). Sebanyak 42,6% siswa menyatakan guru sering menyampaikan materi akuntansi dengan jelas dan detail dan bahkan 33,3% siswa menyatakan selalu (jawaban angket no. 22). Metode ceramah yang digunakan guru dalam mengajar akuntansi menurut 24,1% siswa jelas dan 40,7% siswa kurang jelas

81

karena dalam memberi penjelasan terlalu cepat sehingga tidak langsung dapat dimengerti oleh siswa (jawaban angket no. 23). Menurut persepsi 22,2% siswa, guru kadang-kadang memberikan latihan soal untuk dikerjakan di rumah. Sebanyak 46,3% siswa menyatakan selalu memberikan latihan soal agar siswa terus berlatih untuk memecahkan persoalan-persoalan yang beragam tetapi ada 1,9% siswa yang menyatakan tidak pernah (jawaban angket no. 24). Menurut 53,7% siswa menyatakan tugas-tugas akuntansi yang diberikan guru kurang membantu dalam belajar akuntansi karena tugas yang diberikan kurang bervariasi sehingga siswa hanya dapat mengerjakan soal yang tingkatnya biasa-biasa saja (jawaban angket no. 25).
3. Meniadakan Verbalitas

Data tentang meniadakan verbalitas dapat dilihat dalam distribusi frekuensi Tabel 4.10. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Meniadakan Verbalitas No 1 2 3 4 Kriteria Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Jumlah Frekuensi 18 19 11 6 54 % 33,3 35,2 20,4 11,1 100

Terlihat pada Tabel 4.10 sebanyak 33,3% siswa merasa bahwa metode yang digunakan untuk meniadakan verbalitas dalam kategori sangat baik, 35,2% dalam kategori baik dan 20,4% masuk dalam kategori kurang baik, selebihnya 11,1% dalam kategori tidak baik. Berdasarkan data di atas sebanyak 40,7% siswa menyatakan guru

82

selalu menggunakan alat peraga dalam menyajikan materi terbukti pada saat materi kompetensi mengelola bukti transaksi. Sedangkan 31,5% siswa menyatakan kadangkadang dan selebihnya 7,4% siswa menyatakan tidak pernah (jawaban angket no. 26). Pada saat penyampaian materi menurut persepsi 13% siswa guru kadangkadang mendemonstrasikan dulu dengan contoh soal sehingga lebih memperjelas bagaimana sistematika pengerjaan latihan soal. Sebanyak 63% siswa menyatakan selalu mendemonstrasikan tetapi ada 5,6% siswa yang menyatakan tidak pernah (jawaban angket no. 27). Menurut 27,8% siswa guru kadang-kadang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari terbukti pada kurangnya kreatifitas guru dalam menerapkan pelajaran yang sedang dibahas sehingga lebih banyak langsung menerangkan materi (jawaban angket no. 28).
4. Kesempatan Mewujudkan Hasil Karya

Data tentang kesempatan mewujudkan hasil karya dapat dilihat dalam distribusi frekuensi pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kesempatan Mewujudkan Hasil Karya No 1 2 3 4 Kriteria Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Jumlah Frekuensi 3 5 24 22 54 % 5,6 9,3 44,4 40,7 100

Terlihat pada Tabel 4.11 sebanyak 9,3% siswa menyatakan bahwa kesempatan mewujudkan hasil karya dalam kategori baik, 5,6% siswa dalam kategori sangat baik dan 44,4% siswa dalam kategori kurang baik, selebihnya 40,7% siswa

83

menyatakan dalam kategori tidak baik. Berdasarkan pada tabel 4.11 berarti tindakan guru untuk memberikan kesempatan mewujudkan hasil karya siswa dalam kategori kurang baik. Ditinjau dari pertanyaan yang diajukan guru setelah berceramah sebanyak 57,4% siswa menyatakan kadang-kadang mencoba menjawab dan 29,6% siswa tidak pernah menjawab (jawaban angket no. 29). Berkaitan dengan soal-soal akuntansi, sebanyak 68,5% siswa menyatakan kadang-kadang mengerjakan di depan kelas karena mereka masih mempunyai rasa takut terhadap guru bila salah mengerjakan soal (jawaban angket no. 30). Sebanyak 40,7% siswa menyatakan bahwa tugas yang diberikan guru kadangkadang dikumpulkan, sedangkan 24,1% siswa menyatakan sering dikumpulkan agar siswa terlatih dengan soal-soal akuntansi (jawaban angket no. 31). Metode-metode yang digunakan guru dalam mengajar bermacam-macam, diskusi merupakan salah satunya. Metode ini digunakan untuk menarik perhatian siswa untuk berbicara. Sebanyak 38,9% siswa kadang-kadang berani mengemukakan pendapat dalam diskusi tetapi masih ada 35,2% siswa yang tidak pernah berpendapat (jawaban angket no. 32).
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data

Normalitas data dilihat dari grafik normal P-P plot dengan bantuan program SPSS release 12.0. Apabila titik-titik mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

84

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Prestasi Belajar


1.0

0.8

Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Gambar 4.1 Normal P-P Plot Regresi Terlihat bahwa titik yang terbentuk mendekati garis diagonal, yang berarti data berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dihitung dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Jika asymp sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal. Dari data hasil penelitian di atas diperoleh asymp signifikansi (2-tailed) untuk motivasi belajar 0,815 dan metode pembelajaran sebesar 0,989 > 0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12.
2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang sempurna antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang bebas dari multikolinearitas dapat dilihat jika memiliki nilai VIF di bawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1. Terlihat pada hasil output SPSS release 12.0, nilai VIF untuk variabel bebas sebesar 2,028 sangat jauh dari 10 dan nilai tolerance 0,493. Dengan demikian dapat

85

disimpulkan tidak ada multikolinearitas dalam regresi. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12.
3. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi selain harus berdistribusi normal dan tidak mengandung multikolinearitas juga harus memenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dari scatter plot, apabila titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur berarti mengandung heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila titik-titik yang terbentuk tidak teratur dan berada di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu vertikal, dapat disimpulkan bahwa regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

Scatterplot

Dependent Variable: Prestasi Belajar


5

Regression Studentized Residual

-1

-2 -3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4.2 Pola Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

86

Terlihat pada grafik di atas ternyata titik-titik tersebar tidak teratur dan tidak membentuk pola yang teratur, serta berada di atas maupun di bawah angka nol sumbu vertikal, yang berarti model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pula dari uji Glejser untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel bebas. Dari uji statistik SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai Absolute Ut (AbsUt). Dengan melihat nilai signifikan 0,320 untuk variabel motivasi belajar dan 0,161 untuk variabel metode pembelajaran berada di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12. Dari uji asumsi klasik di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diperoleh efektif digunakan untuk menyatakan pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi. Tabel 4.12 Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel Penelitian Motivasi Belajar Metode Pembelajaran Prestasi Belajar Normalitas Sig. 0,815 0,989 0,401 Arti Normal Normal Normal Multikolinearitas VIF 2,028 2,028 Arti Tidak ada Tidak ada Heteroskedastisitas Sig. 0,320 0,161 Arti Tidak ada Tidak ada -

87

4.2.3 Uji Hipotesis 1. Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda dengan variabel bebasnya motivasi belajar (X1) dan metode pembelajaran (X2) dan sebagai variabel terikatnya adalah prestasi belajar (Y). Dalam analisis tersebut diperoleh koefisien-koefisien regresi pembentuk persamaan regresi, koefisien korelasi ganda yang diuji keberartiannya dengan menggunakan uji F dan koefisien korelasi parsial yang diuji keberartiannya dengan menggunakan uji t. Tabel 4.13 Analisis Regresi Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Keterangan Konstanta Koefisien regresi motivasi belajar (a1) Koefisien regresi metode pembelajaran (a2) Fhitung R R2 thitung motivasi belajar thitung metode pembelajaran r parsial motivasi belajar r parsial metode pembelajaran Sumber : data setelah diolah Dari tabel tersebut dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 4,442 + 0,034 X1 + 0,037 X2

Hasil analisis 4,442 0,034 0,037 168,554 0,932 0,869 7,335 6,598 0,716 0,679

88

2.

Uji Bersama-sama

Hasil uji bersama-sama untuk menguji terdapatnya pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran secara bersama-sama terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Hasil Uji Bersama-sama
ANOVAb Model 1 Sum of Squares 16.458 2.490 18.948 df 2 51 53 Mean Square 8.229 .049 F 168.554 Sig. .000a

Regression Residual Total

a. Predictors: (Constant), Metode Pembelajaran, Motivasi Belajar b. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Terlihat dari Tabel 4.14, nilai F hitung sebesar 168,554. Pada taraf signifikansi 5% dengan dk 1 = 2 dan dk 2 = 51 diperoleh F tabel = 3,179. Nilai Fhitung>Ftabel yang berarti hipotesis 1 diterima yang menyatakan terdapat pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar.
3. Uji Parsial

Hasil regresi ganda menggunakan bantuan program SPSS release 12.0 dapat dilihat pada Tabel 4.15. Terlihat nilai koefisien regresi untuk variabel motivasi belajar 0,034 dan untuk variabel metode pembelajaran sebesar 0,037 serta konstanta sebesar 4,442. Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan motivasi belajar satu poin akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,034 dan setiap

89

terjadi kenaikan metode pembelajaran satu poin akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,037. Tabel 4.15 Hasil Uji Parsial
Coefficientsa Model 1 Motivasi Belajar .034 .005 .530 7.335 .000 .870 .716 .372 .493 2.028

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations

B Std. Error Beta

(Constant) 4.442 .165 26.997 .000

Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

Metode Pembelajaran .037 .006 .477 6.598 .000 .854 .679 .335 .493 2.028

a. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Koefisien-koefisien regresi tersebut diuji keberartiannya menggunakan uji parsial diperoleh thitung untuk variabel motivasi belajar sebesar 7,335. Pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n-k-1 = 54-2-1 diperoleh ttabel = 1,675. Terlihat bahwa nilai thitung > ttabel yang berarti hipotesis 2 yang menyatakan terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar diterima. Hasil uji parsial untuk variabel metode pembelajaran sebesar 6,598 yang jauh lebih besar dari pada ttabel yang berarti hipotesis 3 diterima yang menyatakan terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar.

90

4.

Besarnya Kontribusi Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar.

Kontribusi motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar dapat dilihat dari koefisien determinasi parsial maupun bersama-sama, seperti pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Kontribusi Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar.
Kontribusi R R2

Motivasi belajar terhadap prestasi belajar Metode pembelajaran terhadap prestasi belajar Motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar.

0,716 0,679 0,932

51,3% 46,1% 86,9%

Terlihat pada Tabel 4.16, besarnya kontribusi motivasi belajar secara parsial terhadap prestasi belajar mencapai 51,3%, kontribusi metode pembelajaran mencapai 46,1%. Secara bersama-sama motivasi belajar dan metode pembelajaran memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 86,9%. Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa motivasi belajar lebih dominan memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.
4.3 Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh ternyata sebagian besar motivasi belajar siswa termasuk dalam kategori sangat tinggi dan tinggi. Sebanyak 5,6% siswa dalam kategori sangat tinggi dan 46,3% siswa dalam kategori tinggi, namun 40,7% siswa yang masih dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan

91

bahwa motivasi belajar akuntansi berpengaruh positif terhadap prestasi belajar yang dicapai. Tinggi rendahnya prestasi belajar yang telah dicapai dan dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa sebesar 51,3%. Jika dibandingkan dengan metode pembelajaran, motivasi belajar mempunyai pengaruh yang cukup tinggi terhadap prestasi belajar akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar lebih dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi belajar siswa. Dengan kata lain prestasi belajar siswa yang belum optimal ini cenderung dipengaruhi oleh kurang optimalnya motivasi belajar siswa. Siswa yang tekun menghadapi tugas termasuk sangat tinggi yaitu sebanyak 13% siswa selebihnya 37% siswa tinggi dan 37% siswa rendah. Tingginya ketekunan siswa ini dapat mempengaruhi prestasi yang diperoleh siswa. Ditinjau dari keinginan untuk sukses ternyata 11,1% siswa dalam kategori tinggi, namun masih ada 50% siswa dalam kategori rendah. Dari data ini menunjukkan bahwa perlu ada perubahan pada diri siswa untuk meningkatkan sifat tekun menghadapi tugas dalam belajar akuntansi. Kondisi dapat ditingkatkan melalui usaha guru dengan penugasan serta memberi penilaian tidak hanya hasil namun dilihat pula kedisiplinannya. Cara ini merupakan salah satu bentuk motivasi agar siswa lebih tekun menghadapi tugas. Satu hal yang sudah baik yaitu suka bekerja keras. Sebanyak 44,4% siswa mempunyai suka bekerja keras dalam belajar akuntansi. Berorientasi jauh ke depan juga mendukung dalam proses belajar mengajar, terbukti dari data sebanyak 44,4% siswa dalam kategori sangat tinggi untuk berorientasi jauh ke depan dalam mempelajari akuntansi, 16,7% siswa dalam kategori tinggi hanya 29,6% siswa

92

dalam kategori kurang tinggi. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2006: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi juga diartikan sebagai serangkaian usaha menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga orang itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Motivasi dalam proses belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan proses belajar yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar yang memberi arah kepada proses belajar itu dalam mencapai tujuan . Lebih lanjut menurut Sardiman (2006: 85) menjelaskan tentang motivasi yaitu mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Dengan adanya motivasi belajar akuntansi yang baik, berarti adanya dorongan untuk mempelajari akuntansi dengan baik serta mempunyai arah yang jelas untuk mencapi tujuan yang dicapai. Secara umum motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan guru SMK Pelita Nusantara 1 Semarang dalam kategori baik sehingga mendukung proses belajar mengajar mata pelajaran akuntansi. Sebanyak 11,1% siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran akuntansi sangat baik, serta 51,9% siswa

93

menyatakan dalam kategori baik. Meskipun sebagian besar siswa telah merasa baik namun ada 33,3% siswa yang menyatakan kurang baik dan bahkan 3,7% siswa menyatakan tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan adanya tindakan untuk mendidik belajar sendiri, menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut, meniadakan verbalitas, dan kesempatan mewujudkan hasil karya. Dari hasil analisis data penelitian ternyata prestasi belajar yang dicapai siswa belum optimal karena sebagian masih belum memenuhi standar ketuntasan (kurang dari 7,00) dan sebagian lainnya dalam kategori tuntas dengan nilai di atas 7,00. Berdasarkan analisis regresi ternyata tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran sebesar 46,1%. Ini membuktikan bahwa metode pembelajaran tidak begitu dominan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jadi prestasi belajar yang kurang optimal tidak sepenuhnya karena metode pembelajaran yang kurang optimal. Perbaikan dalam menerapkan metode-metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan sehingga prestasi yang dicapai siswa dapat meningkat dengan adanya metode yang tepat dan mempermudah siswa memahami pelajaran. Menurut Djamarah (2002: 84) metode mengajar adalah strategi pengajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan memanfaatkan metode yang akurat, guru akan mencapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Jadi guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan alat yang efektif untuk mencapai

94

tujuan pengajaran. Jadi pada dasarnya metode pembelajaran adalah cara-cara pembelajaran yang digunakan guru untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar, semakin baik metode yang diterapkan dalam pembelajaran maka prestasi akan tinggi serta semakin optimal belajarnya. Ditinjau dari mendidik belajar sendiri, menurut pendapat 35,2% siswa menyatakan tindakan guru untuk mendidik siswa belajar sendiri sangat baik, 48,1% siswa menyatakan baik sedangkan 11,1% siswa menyatakan kurang baik dan selebihnya 5,6% siswa menyatakan dalam kategori tidak baik. Tindakan guru seperti ini tergolong baik karena siswa dituntun untuk mempelajari sendiri materi yang belum diajarkan. Sehingga siswa akan berusaha untuk memecahkan sendiri persoalan yang mereka temui. Jika dilihat dari kegiatan untuk menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut, 57% siswa sudah menyatakan baik namun masih ada 25,9% siswa yang menyatakan kurang baik. Ini menunjukkan bahwa dalam menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut metode yang digunakan sudah optimal sehingga siswa mengerti tentang pelajaran yang disampaikan dan ingin memperdalam materi tersebut dengan lebih banyak mempelajarinya. Belajar akuntansi dibutuhkan banyak latihan sehingga metode yang dipakai harus disesuaikan dengan materi. Untuk memperdalam pemahaman tentang materi, diharapkan tidak terjadi verbalitas. Berdasarkan data yang diperoleh 35,2% siswa menyatakan meniadakan verbalitas dalam pembelajaran akuntansi dalam kategori baik, bahkan 33,3% siswa menyatakan sangat baik. Hal ini dikarenakan guru banyak menggunakan alat peraga,

95

mendemonstrasikan dengan contoh soal dan penyampaian materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kepala sekolah untuk memberikan pengarahan kepada guru dalam pengefektifan penggunaan media belajar. Berdasarkan pendapat 44,4% siswa tindakan guru memberikan kesempatan mewujudkan hasil karya siswa masih dalam kategori kurang baik. Terlihat dari pasifnya kegiatan belajar mengajar di kelas dan siswa masih merasa takut kepada guru bila menyampaikan pendapatnya. Hal ini menjadi pertimbangan bagi guru untuk lebih banyak menggunakan metode yang membuat siswa aktif di kelas. Perubahan besar kecilnya prestasi yang dicapai oleh siswa dipengaruhi metode pembelajaran sebesar 46,1%. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa bila metode pembelajaran kurang baik maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang kurang baik pula. Untuk itu diperlukan peningkatan efektifitas metode dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Besarnya pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi secara bersama-sama adalah 86,9%. Sedangkan sisanya yaitu 13,1% dipengaruhi oleh faktor yang lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa masih ada kelemahan penelitian yaitu motivasi belajar dan metode pembelajaran tidak dapat mempengaruhi secara langsung, akan tetapi melalui variabel perantara yaitu proses belajar.

96

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapatnya pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi. Hal tersebut

mengindikasikan adanya suatu kondisi apabila motivasi belajar dan metode pembelajaran akuntansi baik maka prestasi belajar akuntansi akan mengalami kenaikan. 1. Motivasi belajar dan metode pembelajaran siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang, ditunjukkan dari uji F diperoleh Fhitung (168,554) > Ftabel (3,179). 2. Motivasi belajar siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang, ditunjukkan dari uji t diperoleh thitung (7,335) > ttabel (1,675). 3. Metode pembelajaran siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas I jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang tahun, ditunjukkan dari uji t diperoleh thitung (6,598) > ttabel (1,675).

96

97

5.2 Saran

Saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian ini adalah: 1. Motivasi belajar yang dimiliki siswa sudah termasuk tinggi namun masih dibutuhkan kemandirian dalam belajar, terbukti masih ada orang tua siswa yang harus menyuruh anaknya untuk belajar. Dari kondisi ini disarankan guru memberikan penugasan lebih agar siswa lebih bertanggungjawab untuk belajar. 2. Metode pembelajaran yang baik terhadap mata pelajaran akuntansi dapat terlihat, namun kreatifitas siswa dalam hal keberanian untuk bertanya masih kurang sehingga guru hendaknya lebih meningkatkan kemampuan keprofesionalannya dalam menyampaikan materi dengan metode yang lebih efektif untuk menunjang keberanian siswa untuk bertanya.

98

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Anni, Chatarina Tri, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Press. . 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ghozali, Imam. 2001. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hasbulah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hidayanti, Yatik. 2006. Pengaruh Motivasi, Metode Pembelajaran dan Lingkungan terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas X SMAN 12 Semarang. UNNES: Skripsi. Ibrahim, R. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Mappa, Syamsu. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

99

Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sardiman, AM. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syafri, Sofyan Harahap. 2003. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sukirman, dkk. 2006. Pengaruh Kesempatan Pembelajaran Organisasi, Kualitas Pengajaran, Dan Orientasi Profesional Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Dosen Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Hasil Belajar Mahasiswa. Semarang: Jurusan Ekonomi. Tuu, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Umar, Husein. 2005. Asset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai