Anda di halaman 1dari 6

Dua mantan anggota DPRD Kota Yogyakarta periode 1999-2004, melaporkan mantan Menteri Keuangan yang sekarang menjadi

Wakil Presiden, Boediono ke Polda Yogyakarta karena kebijakannya dianggap korup, yakni melakukan pemotongan pajak penghasilan dana purna tugas mantan anggota DPRD kota Yogyakarta. Padahal, dana purna tugas yang dipotong pajak tersebut dinyatakan sebagai korupsi dan pimpinan DPRD Kota Yogyakarta periode 1999-2004 masuk penjara. Cinde Laras Yulianto dan Nanda Irwan, mantan pimpinan dan anggota DPRD Kota Yogyakarta periode tahun 1999-2004, Kamis (04/02/2010), melaporkan mantan Menteri Keuangan di era 1999-2004 yang sekarang menjabat menjadi Wakil Presiden yaitu Boediono ke Polda DIY, terkait pemotongan dana purna tugas mantan anggota DPRD Kota Yogyakarta tersebut. Kebijakan pemberian dana purna tugas yang dikeluarkan tahun 2004, sudah dianggarkan dalam APBD Kota Yogyakarta tahun 2004 dan sudah di potong pajak ini, kemudian di perkarakan sebagai tindak pidana korupsi. Sejumlah pimpinan anggota DPRD Kota Yogyakarta periode 1999-2004 pun masuk penjara. Kedua mantan pimpinan dan anggota DPRD Kota Yogyakarta tersebut, melaporkan Boediono ke Polda DIY karena dalam kop surat penarikan pajak pph tersebut, tertera Departemen Keuangan RI dan Menteri Keuangan pada saat itu adalah Boediono, yang kini menjabat menjadi Wakil Presiden RI. Cindelaras dan Nanda Irwan mengaku, menerima uang dana purna tugas tersebut karena selain telah disetujui oleh pemerintah Kota Yogyakarta, juga sudah dipotong pajak sebesar 15 persen. Sementara itu Kabid Humas Polda Yogyakarta AKBP Ani Pujiastuti mengatakan, pihaknya menyarankan agar kedua mantan anggota DPRD tersebut membuat surat kepada Kapolda untuk ditembuskan kepada Kejaksaan Tinggi Yogyakarta. Dana purna anggota DPRD kota periode 19992004 di berikan kepada 39 orang anggota dewan, masing-masing mendapatkan 62,7 juta. Namun 16 dewan yang menjabat sebagai panitia anggaran, justru diperkarakan sebagai tindak pidana korupsi dan anggota yang lain tidak di perkarakan. Berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Yogyakarta, kasus tersebut dinyatakan korupsi dan sejumlah mantan pimpinan dan anggota DPRD Kota Yogyakarta tersebut masuk penjara. Termasuk Cindelaras, yang divonis 4 tahun penjara dan denda 200 juta rupiah. Sedangkan Nanda Irwan, divonis 1 tahun penjara dan denda 50 juta rupiah.

Boediono Juga Akan Dilaporkan ke Komnas HAM


"Kenapa pihak yang memotong PPh21 yang dianggap korupsi justru tidak diperkarakan?"
Jum'at, 5 Februari 2010, 13:16 WIB Elin Yunita Kristanti (Andika Wahyu) BERITA TERKAIT

Jubir Wapres Mempertanyakan Dasar Pelaporan Wapres Boediono Dilaporkan ke Polda Yogya "Pemakzulan Tergantung Golkar dan PKS" Ketua MK dan MA Langgar Kode Etik DPR Minta Transparansi Pembelian Pesawat

VIVAnews - Setelah dilaporkan secara lisan ke Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta, Wakil Presiden Boediono juga akan dilaporkan ke Komnas HAM. Dua bekas anggota DPRD Yogyakarta periode 1999-2004, Cinde Laras Yulianto dan Nanda Erwan mengaku telah berkoordinasi dengan Ketua Komnas HAM untuk beraudiensi. "Saya telah difasilitasi oleh Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim untuk melaporkan ketidakadilan hukum yang saya terima dan 16 kawan saya yang lainnya," kata Cinde Laras Yulianto, Jumat 5 Februari 2010. Wapres Boediono dilaporkan karena dianggap bertanggungjawab atas kasus korupsi yang menyeret 17 anggota DPRD Kota Yogyakarta periode 1999-2004, yang saat ini kasusnya masih dalam tingkat kasasi. Saat itu, Boediono menjabat sebagai menteri keuangan di era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Boediono dianggap ikut bertanggung jawab atas pemotongan pajak penghasilan PPH 21 terhadap Dana Purna Tugas (DPT) para anggota DPRD tersebut. "Saya menerima uang itu setelah dipotong pajak sebesar 15 persen. Jika tidak dipotong pajak maka saya tidak akan menerimanya. Sehingga dapat dikatakan uang itu adalah sah bukan korupsi. Namun dalam kenyataannya saya divonis bersalah oleh pengadilan, kata Cinde Laras. Tak hanya masalah pemotongan pajak penghasilan (PPh21), Cinde juga menyatakan dirinya bersama dengan 16 anggota dewan lainnya menjadi korban dari hukum yang tidak adil karena pihak yang memotong PPh21 yang dianggap korupsi justru tidak dipermasalahkan sama sekali.

Saya merasa kita menjadi korban dari ketidakadilan hukum. Mosok saya dan temen-temen yang menerima DPT setelah dipotong pajak dinyatakan bersalah, sedangkan orang yang memotong pajak dibiarkan. Ini tidak adil," kata dia. Lebih lanjut, Cinde menyatakan pada tahap laporan pertama ke Polda DIY baru sebatas laporan lisan, namun dalam kurun waktu dekat ini akan melaporkan secara tertulis kepada Polda DIY yang nantinya juga akan dilayangkan surat tembusan kepada Kejati DIY. "Biarlah nanti pihak kepolisian dan Kejati DIY yang mengkaji dasar hukumnya atas laporan yang saya berikan," tambah dia. Seperti diketahui sebanyak 40 mantan anggota Dewan kota Yogyakarta periode 1999-2004 menerima Rp 75 juta dipotong pajak penghasilan. Namun hanya 17 orang yang diproses di pengadilan. Sebab anggota yang lainnya tidak masuk dalam panitia anggaran. Sementara, Juru Bicara Wakil Presiden Yopie Hidayat mempertanyakan dasar pelaporan. Dia mengatakan semua penghasilan memang harus dipotong pajak. "Apa (Boediono) salah kalau ada penghasilan yang dipotong pajak," kata Yopie dalam perbincangan dengan VIVAnews, Kamis malam, 4 Februari 2010.

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Para mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Yogyakarta periode 1999-2004 melaporkan Boediono ke Kepolisian Daerah Yogyakarta. Pasalnya mereka dipidana karena menerima dana purna tugas dan telah dipotong pajak penghasilan. Waktu itu Boediono yang saat ini menjadi wakil presiden menjabat Menteri Keuangan. "Kami mau menerima dana purna tugas karena jelas-jelas resmi dan dipotong pajak," kata salah satu pelapor Cindelaras Yulianto di kantor Kepolisian Daerah Yogyakarta, Kamis (4/2). Dana purna tugas untuk masing-masing mantan anggota Dewan tersebut sebesar Rp

75 juta dipotong pajak sebesar Rp 11.250.000. Alokasi dana penghargaan kepada para wakil rakyat tertsebut juga sudah masuk dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kota Yogyakarta 2004. Dua mantan anggota Dewan yang mewakili rekan mereka datang ke Polda adalah Cindelaras dan Nanda Irwan. Cindelaras telah divonis oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta penjara empat tahun dan denda Rp 200 juta. Vonis tersebut dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Namun saat ini sedang proses kasasi. Padahal Cindelaras sudah mengembalikan dana purna tugas tersebut ke sekretariat Dewan. Sedangkan Nanda juga telah divonis Pengadilan Negeri Yogyakarta selama satu tahun penjara, harus mengembalikan dana tetsebut dan denda Rp 50 juta. "Kalau uang yang kami terima, meskipun sudah dikembalikan dipotong pajak, artinya itu resmi, pajak sudah masuk ke kas negara juga," kata Cindelaras. Ia menambahkan, jika dipermasalahkan persetujuan pemberian uang penghargaan purna tugas bagi anggota Dewan, seharusnya wali kota Yogyakarta pada waktu itu Herry Zudianto juga dianggap menyetujui. Shingga juga bisa dipidanakan. Sebanyak 40 mantan anggota Dewan kota Yogyakarta menerima Rp 75 juta dipotong pajak penghasilan. Namun hanya 16 orang yang diproses dipengadilan. Sebab anggota yang lainnya tidak masuk dalam panitia anggaran. Keputusan pengadilan berbeda-beda. Bahtanisyar Basyir selaku ketua Dewan (pada waktu itu) divonis sama dengan Cindelaras yang waktu itu sebagai ketua panitia anggaran. Vonis yang sama dijatuhkan pada Arief Edy Subinato. Sedangkan 13 anggota lainnya divonis satu tahun penjara denda Rp 50 juta serta harus mengembalikan dana yang sudah diterima. Jika dijumlahkan, total anggaran dana purna tugas matan anggota Dewan kota Yogyakarta sebanyak Rp 3 miliar. Sedangan kunlah pajak yang diterima Direktorat Jenderal Pajak sebesar Rp 450 juta. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Yogyakarta Nur Affandi mengakui jika dana purna tugas diberikan kepada mantan anggota Dewan setelah dipotong pajak. Putusan pengadilan belum tetap karena masih proses kasasi, pihaknya tidak berani menarik kembali uang yang belum dikembalikan. Namun kata dia seagian sudah ada yang mngembalikan dengan suka rela tetapidengan cara mengangsur.

2 Mantan Anggota DPRD Kota Yogyakarta Laporkan Boediono ke Polisi


Bagus Kurniawan - detikNews Kamis, 04/02/2010 13:19 WIB Browser anda tidak mendukung iFrame

Yogyakarta Wakil Presiden (Wapres) Boediono dilaporkan ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Boediono dilaporkan dalam kapasitasnya sebagai mantan Menteri Keuangan yang telah mengeluarkan surat edaran pemotongan pajak 15 persen atas dana purna tugas (DPT) yang diterima sejumlah anggota DPRD kota Yogyakarta periode 1999-2004. Boediono dilaporkan oleh dua anggota DPRD Kota Yogyakarta periode 1999-2004, yakni Cinderalas Yulianto (FPDIP) dan Nanda Irwan (PPP). Keduanya mendatangi Mapolda DIY, Jalan Ringroad, Condongcatur, Sleman, Kamis (4/2/2010) sekitar pukul 10.00 WIB. Cinde mengatakan, Boediono selaku Menkeu telah mengeluarkan surat edaran pemotongan pajak penghasilan (PPh 21) sebesar 15 persen terhadap Dana Purna Tugas (DPT) yang diterima anggota DPRD Kota Yogyakarta periode 1999-2004. Besarnya DPT setiap anggota Dewan adalah Rp 75 juta. Setelah dipotong pajak 15 persen menjadi Rp 63,75 juta. Namun kenyataanya, Cinde dan para mantan anggota Dewan lainnya diseret ke pengadilan terkait kasus penerimaan DPT tersebut. Mereka dituduh melanggar pasal 2 ayat 1 UU No 31/1999 tentang pidana korupsi yang telah diubah menjadi UU No 20/2001. Pengadaan DPT tersebut dinilai tidak memiliki alasan yang tepat atau pembenaran. Dan proses hukum kasus tersebut berujung vonis 4 tahun untuk Cinde dan beberapa mantan ketua dan anggota DPRD Kota Yogyakarta 1999-2004. Cinde juga diwajibkan membayar denda Rp 50 juta. "Kami melaporkan kasus ini karena surat edaran pemotongan pajak waktu itu berkop Departemen Keuangan yang waktu itu dipimpin Pak Boediono," kata Cinde. Cinde mempertanyakan mengapa hanya dia dan sejumlah kawan-kawannya saja yang dihukum. Jika memang DPT tersebut haram, seharusnya pemotongan pajak atas dana tersebut juga tidak bisa dibenarkan. "Saya dan kawan-kawan dihukum dengan tuduhan melakukan korupsi, kenapa yang melakukan pemotongan pajak waktu itu tidak diperkarakan," ungkap dia. Dia berharap polisi segera menindaklanjuti laporannya. Menurut Cinde, semua bukti yang menjadi dasar pemotongan pajak itu ada. "Silakan saja polisi bergerak untuk memeriksa kasus ini," pungkas Cinde. (djo/nrl)

Anda mungkin juga menyukai