Anda di halaman 1dari 2

TAMBANG SEJARAH NEGERI BAJO Oleh: Ashari Thamrin Apa yang terbayang dalam benak Anda ketika mendengar

atau membaca kata BAJO? Benar, Anda tidak keliru jika imajinasi Anda terbawa pada sebuah kampung di tepi pantai beserta para penghuninya yang sibuk dengan berbagai kegiatan dan pekerjaan yang berkaitan dengan ekosistem laut. Atau bahkan imajinasi Anda akan terbawa mengikuti pandangan dari para ahli sejarah, sosiologi dan antropologi, bahwa BAJO adalah sebuah istilah yang merujuk ke salah satu suku terbesar yang menghuni hampir seluruh tepi pantai di dunia ini.

Sumber foto: http://www.tripmondo.com/indonesia/south-sulawesi/bajo/

Namun, bayangan berbeda kita temui manakala kita mengarahkan pandangan dan ingatan pada sebuah tempat yang bernama Bajo, sebuah kecamatan di Tana Luwu, tepatnya di Kabupaten Luwu yang beribukota Belopa. Walaupun bernama Bajo, namun letak geografis dan juga kesibukan sehari-hari penduduknya berbanding terbalik dengan Toponim (nama tempat) Bajo lainnya di dunia ini. Bajo yang dimaksud terletak disebelah Barat, kurang lebih 5 (lima) kilometer dari Kota Belopa, Ibukota Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Jaraknya dengan tepi pantai disebelah timur kurang lebih 7 (tujuh) kilometer. Karena jaraknya yang relatif jauh dari tepi pantai, maka tak heran jika penduduknya lebih akrab dengan tanah untuk bercocok tanam atau berkebun, daripada mengeksplorasi hasil laut sebagai nelayan. Minim Kronologi Tak ada catatan tentang asal-usul ataupun cerita lisan, sejak kapan kampung -yang kini terbelah menjadi Kecamatan Bajo, Kecamatan Bajo Barat dan Kecamatan Latimojong - ini dihuni dan dimanai BAJO. Tak ada pula sebuah laporan arkeologi bahwa ditempat ini pernah dilakukan sebuah ekspedisi dan eskavasi. Juga tak ada analisa sosiologi dan antropologi tentang kampung yang juga menggunakan term salah satu suku terbesar di dunia ini. Satu-satunya catatan sejarah yang menyebutkan nama daerah ini adalah bahwa Pada saat ibukota Pemerintahan Kedatuan Luwu berkedudukan di Kamanre, datu menempatkan petugas kedatuan (Pabbate-bate Rilaleng Pare) di Bajo, dengan gelar Sanggaria Bajo, yang bertugas mengawasi dan mengontrol keamanan lalu lintas perdagangan di Belopa dan Lamunre melalui pelabuhan Ulo-ulo. http://infosulawesiselatan.blogspot.com/2010/02/sejarah-kabupaten-luwu.html Mungkin ada catatan lain tentang Bajo yang unik ini, namun belum terpublikasi dengan baik. Atau mungkin tidak dipublikasi, karena dianggap tidak lebih penting dibanding laporan-laporan ekonomi bahwa daerah ini memiliki potensi perkebunan yang aduhai, atau juga tentang hasil survey bahwa di desa Tallang Bulawang memiliki potensi tambang biji besi yang menjanjikan. Mungkin juga informasi tentang negeri Bajo yang unik ini memang sengaja disembunyikan akibat trauma perampokan tambang emas di Kecamatan Latimojong oleh salah satu perusahaan international kurang lebih 10 (sepuluh) tahun silam. Minimnya kronologi tentang (Kecamatan) Bajo ini, membuat kita hanya mampu menebak-menebak dengan berbagai kemungkinan tentang apa yang pernah terjadi di Bajo pada masa lampau. Ya,

mungkin saja Bajo pada zaman Batara Guru atau Sawerigading atau periode Lagaligo adalah sebuah perkampungan pinggir pantai dari suku Bajo. Namun karena seringnya banjir, dengan muatan lumpur yang sangat banyak dari dua sungai besar, yakni dari sungai Noling dan sungai Bajo sendiri, membuat daratan bertambah dan bertambah, dan akhirnya mencapai Desa Ulo-ulo yang telah menjadi pelabuhan sejak zaman Datu Dewaraja pada abad 14 Masehi. Penting untuk diketahui bahwa Bajo adalah salah satu jalur alternatif untuk menuju Toraja melalui Bastem. Sebagai salah satu jalur ke Toraja, rasa-rasanya tak keliru jika kita menaruh keyakinan yang besar, sebesar term suku Bajo, bahwa di bawah perut bumi Kecamatan Bajo, selain menyimpan prospek tambang besi dan emas, boleh jadi juga menyimpan tambang sejarah dan arkeologi yang tak kalah besarnya dengan term Bajo itu sendiri. Siapa tahu, suku Bajo yang telah mendunia di seantero bumi ini, justru awalnya berasal dari Bajo yang kita bahasa dalam tulisan ini. WallAllhu alam bi Shawaab! (AminYa Rabbal Alamin). By Ashari: 10 Mei 2012 Baca juga: analisis.dna.deteksi.asal-usul.suku.bajo http://www1.kompas.com/read/xml/2011/05/08/12425222/analisis.dna.deteksi.asal-usul.suku.bajo

Anda mungkin juga menyukai