Anda di halaman 1dari 7

DISKRIMINASI

Diskriminasi Dunia Pendidikan

Kategori

: Berita

Sekolah Umum Jangan Tolak Anak Inklusi


Seputar Indonesia 21 Februari 2010 Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh meminta sekolah umum tidak menolak siswa berkebutuhan khusus (inklusif) untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti layaknya peserta didik lainnya karena tidak semua daerah telah memiliki sekolah khusus. Saya mengharapkan agar sekolah umum terutama di daerah memberikan kesempatan bagi anak-anak yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau sebaliknya memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, kata Mohammad Nuh saat membuka Rakor Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) di Surabaya, Sabtu malam. Mendiknas mengingatkan penolakan karena alasan akses bagi anak-anak inklusif sama saja dengan tindakan diskriminasi sebab berbagai keterbatasan yang disampaikan pihak sekolah umum untuk bisa menerima anak inklusif sebenarnya bisa dicarikan solusinya. Karena itu, pada 2010 ini pemerintah terus memperluas implementasi program pendidikan inklusif pada tingkat SD, SMP, SMA dan SMK umum atau sekolah reguler sehingga anak berkebutuhan khusus yang tinggal di desa, kecamatan berpeluang untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik lain di sekolah biasa/umum yang terdekat dengan tempat tinggalnya, katanya. Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional akan mengakomodasi fasilitas bagi anak berkebutuhan khusus dengan kelainan fisik baik dalam pembangunan sekolah baru maupun proses rehabilitasi gedung sekolah, katanya.Kami akan

DISKRIMINASI
mulai tahun 2010 sehingga fasilitas bagi penyandang cacat seperti jalur khusus bagi kursi roda, kamar mandi khusus sudah menjadi satu paket dalam pembangunan sekolah baru ataupun rehabilitasi sekolah, katanya. Lebih lanjut Mohammad Nuh mengatakan, pemerintah akan memberikan perhatian khusus bagi pendidikan khusus yang termarginalkan melalui peningkatan alokasi anggaran bagi pendidikan khusus serta melakukan penataan manajemen pengelolaan sentra pendidikan khusus. Sebelumnya, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen), Eko Djatmiko mengakui hingga kini masih banyak sekolah reguler/umum yang enggan menerima siswa dengan kategori inklusif karena berbagai macam alasan. Diantaranya seperti tidak tersedia guru khusus yang bisa melayani anak inklusif, sekolah tidak memiliki fasilitas memadai untuk anak inklusif, dan kekhawatiran penolakan secara sosial dari peserta didik lainnya, katanya. Akibat penolakan tersebut, ujar Eko telah membuat keprihatinan sejumlah orang tua anak inklusif dan suakrelawan untuk mendirikan sekolah atau lembaga yang memberikan layanan inklusif. Minat untuk menjadi guru pendidikan bagi anak inklusif sangat rendah, kebanyakan merasa tidak sanggup karena memang dibutuhkan kesabaran, kecermatan dan ketekunan. Sementara kesejahteraan yang diterima relatif kecil sehingga tidak heran bila minat untuk menjadi guru sekolah luar biasa rendah, katanuya. Eko mengatakan, saat ini sekolah luar biasa (SLB) dan pendidikan inklusif lainnya kebanyakan ditopang oleh tenaga-tenaga sukarelawan yang memiliki kepedulian terhadap anak-anak tersebut. Saat ini, peningkatan pelayanan terhadap anak dengan kebutuhan khusus diberikan dalam bentuk beasiswa khusus sebesar Rp900 ribu per siswa, disamping dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk siswa inklusif di tingkat SD dan SMP.

Diskriminasi Agama

Kategori

: Berita

DISKRIMINASI

Pakistan Ajarkan Diskriminasi


Minggu, 13 NOVEMBER 2011
Komisi Kebebasan Beragama Amerika mengatakan buku-buku pelajaran di Pakistan menghasut diskriminasi dengan penggambaran negatif tentang penganut agama lain di negara itu. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa ekstrimisme dengan kekerasan di Pakistan akan terus bertumbuh. Selain itu, hal ini juga akan memperlemah kebebasan beragama, serta kestabilan nasional dan regional. Komisi tersebut mendapati bahwa buku-buku pelajaran sekolah negeri sering mempunyai kecondongan Islam yang kuat dan kaum minoritas agama lain di sana disebut sebagai agama yang buruk bahkan tidak dianggap. Laporan itu secara garis besar mendokumentasikan sekolahsekolah di negara mayoritas Islam itu tidak mengajarkan toleransi beragama. digambarkan cara yang negatif, sedangkan penggambaran mengenai kelompok Kristen sering tidak tepat dan menghina. Selain itu, laporan itu juga menyatakan bahwa para guru mengutarakan pandangan negatif mengenai Kristen, Yahudi, dan Ahmadiyah. Jika apa yang dilaporkan oleh komisi ini adalah benar, maka perlu diambil tindakan yang tegas agar pengajaran di sana segera diperbaiki. Karena kebebasan beragama adalah hak setiap orang dan bukanlah pendidikan yang baik bila agama lain dihina dan dijelekkan. Hindu dengan sangat

DISKRIMINASI
Diskriminasi Usia

Kategori

:Pendapat

Dunia Pekerjaan Di Indonesia


06 Maret 2012
Ada seorang teman yang mengeluh ; Saya kok susah mendapatkan

pekerjaan ya, Mbak. Selalu saja terbentur pada masalah usia. Padahal, apa hubungannya usia dengan isi otak? Nah kalau saya melamar jadi SPG, masih masuk akal. Ini saya mau melamar jadi Accounting, lho!. Saya jadi berpikir tentang
hal itu, dan ternyata memang di negeri ini, diskriminasi tidak hanya melulu soal status, warna kulit, suku, dan kelompok, melainkan juga ada diskriminasi usia dalam dunia pekerjaan. Saya yang akhirnya memutuskan untuk melihat lebih dekat, dengan membeli berbagai macam koran dan membaca semua lowongan kerja yang ada disana, ternyata memang jelas sekali diskriminasi usia itu sangat nyata. Bukan salah sahabat saya, jika dia harus berhenti bekerja karena musti membesarkan ketiga anaknya hingga mereka bisa mandiri, lalu sekarang memutuskan untuk kembali bekerja, karena selain sudah cerai dengan suaminya dan tidak bisa mengandalkan tunjangan dari sang suami yang telah beristri baru, dia kini harus berperan sebagai kepala keluarga untuk menghidupi ketiga anaknya. Mayoritas perusahaan atau dunia usaha yang memiliki lowongan pekerjaan, selalu saja sepertinya tidak lupa untuk menaruh kalimat maksimal usia atau

berpenampilan menarik pada lowongan kerja mereka di koran. Mungkin pekerjaan


sebagai SPG atau Sales alat-alat kosmetik, hal tersebut masih bisa diterima. Bagaimana kalau dibidang accounting, management, atau teknik? Apakah usia itu penting. Tentu saja menjadi masalah jika orang yang akan datang melamar pekerjaan adalah seseorang yang sudah berusia 70 tahunan.

DISKRIMINASI
Masih banyak ternyata, perusahaan di Indonesia yang mementingkan usia dari pada kecerdasan. Apa jadinya dengan para perempuan-perempuan yang memutuskan untuk berhenti bekerja demi mengurus keluarga, dan terpaksa harus bekerja kembali karena situasi memang mengharuskannya seperti pada kasus teman saya, atau para perempuan yang kehilangan suami akibat kecelakaan atau penyakit?. Bagi kaum pria, mungkin hal itu tak menjadi masalah, pria karena adalah

berhubung

kaum

kepala keluarga, maka sudah pasti begitu lulus sekolah atau kuliah, kaum pria sudah bekerja, dan terus bekerja sehingga kecil kemungkinannya mereka berhenti bekerja pada usia tertentu untuk mengurus anak, lalu hendak

bekerja lagi pada usia tertentu juga, saat anak-anak mereka sudah mandiri. Sudahlah, mungkin usia juga menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menerima calon pekerja mereka, tapi bagaimana dengan berpenampilan menarik? Artinya, para perempuan yang berpenampilan tidak menarik namun berotak cemerlang, bisa jadi tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan. Saya jadi prihatin, besok-besok, nanti akan muncul iklan lowongan kerja yang seperti ini : Di butuhkan,

sales promotion girl, maksimal usia 25 tahun, berpenampilan menarik, dan mampu menghalalkan segala cara dalam menjual produk

Diskriminasi Hak Kewarganegaraan

Kategori

:Berita

DISKRIMINASI

Hapus Diskriminasi Tionghoa


Senin, 27 Februari 2010, Oleh Ari Purnomo JEBRESGubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Budi Susilo
Soepandji, minta semua pihak menghapus diskriminasi berupa istilah Peranakan Tionghoa. Menurutnya, semua warga negara Indonesia punya hak sama dan dilindungi UU.

Permintaan Gubernur Lemhanas itu mencuat dalam bedah buku bertajuk Semangat Perjuangan Peranakan Idealis karya Prasetyadji, di ruang rapat Kantor Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), Sabtu (25/2). Sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945 dan UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama, kata Soepandji.Menurutnya, kekuatan hukum itu diperkuat dengan terbitnya UU Nomor 12 tahun 2006, tentang Kewarganegaraan. Hal ini merupakan babakan dan harapan baru bagi perjuangan peranakan etnis Tionghoa dalam memperoleh hak kewarganegaraannya, katanya. Dengan demikian, lanjut Soepandji, UU itu otomatis telah menghapuskan istilah diskriminasi seperti yang sering dikemukakan dalam diskusi-diskusi panel pada masa lalu. Hanya saja, kata Soepandji, dalam perkembangannya masih diperlukan perubahan atau pertumbuhan dalam hal perlakuan sosial kultural. Karena, hingga saat ini masih terlihat adanya kekurangan dalam masalah tersebut.

Soepandji mencontohkan, orang Jawa yang ingin berdagang kemudian warga Tionghoa kurang suka, begitu pula sebaliknya. Perjuangan kultural yang perlu diubah lagi, sekarang keberadaan mereka (Warga peranakan) sudah memiliki payung hukum yang kuat, ujarnya.

DISKRIMINASI

Anda mungkin juga menyukai