POKOK BAHASAN
KONSEP-KONSEP PERIKLANAN
DESKRIPSI Pembahasan pada modul ini meliputi pemahaman terhadap sejumlah konsep periklanan dalam konteks manajemen periklanan . TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Dari materi kuliah tersebut di atas, diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep-konsep yang digunakan dalam periklanan dalam konteks manajemen periklanan. DAFTAR PUSTAKA Advertising and Promotion, George E. Belch & Michael A. Belch, 2004 Marketing Communications, Patrick DePalschmacker, Maggi Geuens & J. Van den Bergh,: 2001 IMC: A Primer, Kitchen & Patrick DePelschmacker, 2004
KONSEP-KONSEP PERIKLANAN
Proses Kerja Periklanan Periklanan bekerja melalui proses komunikasi, dimana komunikasi banyak diartikan sebagai penyampaian informasi, pertukaran gagasan atau proses menciptakan kesamaan makna antara pengirim dan penerima.
Oleh sebab itu, perhatian utama periklanan adalah menciptakan pesan dan memilih media
berkembang.
Sumber / Pengiri,
Pesan
Encoding
Media
Noise
Decoding
Penerima
Field of experience
Field of experience
Feedback
Respon
A model of communication process, adopted from George E. Belch & Michael A. Belch, Advertising and Promotion, 2004, p 139.
Dua elemen mewakili partisipan utama dalam proses komunikasi dan dua elemen lain adalah alat komunikasi utama, serta empat elemen lainnya adalah fungsi penting dalam proses komunikasi, seperti terlihat pada skema di atas ini.
Proses penyampaian pesan dalam Periklanan Sementara itu, dalam konteks perencanaan / penciptaan pesan , kita perlu mempertimbangkan lebih banyak aspek. Pertama, kita harus mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan media periklanan yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran.
Kedua, pertimbangkan lingkungan dimana iklan akan dilihat (atau didengar) dan apakah
khalayak yang dituju mau memperhatikan pesan iklan tersebut. Pertimbangkan juga seberapa mudah orang akan menghindar dari pesan iklan (membalik halaman majalah atau mengganti saluran televisi). Hal penting lainya adalah, iklan kita bersaing dengan iklan-iklan lainnya dalam memperoleh perhatian dari khalayak sasaran, apalagi jika kondisi tampilan iklannya berdesak-desakan.
Singkatnya, periklanan tidak muncul sendirian, seperti terlihat pada skema di bawah ini.
Kesadaran yang telah dimiliki atas produk yang diiklankan Pengalaman sebelumnya atas produk atau merk yang diiklankan Sikap yang dimiliki atas produk dan merk yang diiklankan (category and brand) Pengaruh dari aktivitas yang dilakukan pesaing
Noise:
Gangguan dari pesan iklan pesaing
Pesan Iklan
Respn kognitif dan emosional pada pesan / makna yang diberikan khalayak pada pesan
Khalayak Sasaran
Model of the advertising message delivering environment, adopted from Philip J. Kitchen & Patrick DePelschmacker, IMC: A Primer, 2004, p 37.
Pada media baru (melalui internet), tantangan yang dihadapi adalah kemampuan pengiklan dalam beradaptasi dengan lingkungan media baru yang digunakan untuk berkomunikasi. Karakteristik media baru seringkali kurang dipahami.
Karakteristik dari kategori produk, situasi yang dialami oleh konsumen (sedang Tingkat keterlibatan dari kategori produk tersebut bagi konsumen, Faktor-faktor sosial, psikologis dan budaya.
Kerangka berpikir yang seringkali digunakan oleh para ahli untuk menjelaskan dampak
Interest
Desire
Action
Pada penerapannya dalam konsep efek komunikasi, terdapat beberapa model hirarki efek komunikasi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Namun demikian, secara pinsip semua model tersebut mengikuti alur yang sama sesuai hirarki efek yang ditimbulkannya, seperti dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel Model-model Hirarki Efek komunikasi
Year Model 1900 AIDA, St Elmo Lewis 1911 AIDAS, Sheldon 1921 AIDCA, Kitson 1961 ACCA (or DAGMAR) Colley 1961 Lavidge & Steiner 1962 AIETA, Rogers
Trial, Adoption
urutan dari tahap tahap efek komunikasi yang terjadi. Oleh sebab itu, sejumlah ahli mengembangkan model alternatif. Salah satunya, Vaughn mengusulkan model yang mengintegrasikan sejumlah langkah efek komunikasi tersebut dan menampilkan model yang dikenal sebagai FCB (Foote, Cone & Belding) Grid.
Terdapat empat situasi yang berbeda, berdasarkan pertimbangan pada dua dimensi, yaitu
dimensi keterlibatan pada kategori produk (high-low involvement) dan dimensi pikiran-perasaan and (think-feel). Skema FCB Grid
Thinking 1. Informative (Thinker) car-house-furnishings-new products Model : Learn-feel-do (Economic?) Possible Implications Test: Recall, Diagnostic Media: Long copy format Reflective vehicle Creative: Specific information Demonstration 3. Habit formation(Doer) Food-household items Model : Do- learn-feel (Responsive?) Possible Implications Test: Sales Media: Small space ads 10 second I.D.s Radio, POS Creative: Reminder Feeling 2. Affective (Feeler) Jewelry-cosmetics-Fashion apparel-motorcycles Model : Feel-learn -do (Psychological?) Possible Implications Test: Attitude change, Emotion arousal Media: Large space Image specials Creative: Executional impact 4. Self-satisfaction (Reactor) Cigarettes-liquor-candy Model : Do-feel-learn (Social?) Possible Implications Test: Sales Media: Billboard Newspapers POS Creative: Attention
High Involvement
Low Involvement
Adopted from George E. Belch & Michael A. Belch, Advertising and Promotion, 2004, p 155.
Pembentukan dan perubahan perilaku Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hardiyanto, M.Si MANAJEM,EN IKLAN
Sejak dekade 1980an, konsep sikap mendapat banyak perhatian dari peneliti. Sikap
didefinisikan sebagai keseluruhan dari evaluasi seseorang terhadap suatu obyek, produk, orang, organisasi, iklan dan sebagainya.
Pada sudut pandang ini, sikap pada merk produk tertentu dianggap sebagai pengukur
terhadap seberapa besar seseorang menyukai atau tidak menyukai merk tersebut atau sejauh mana orang itu memiliki pandangan yang positif terhadap merk tersebut . Alasan pada minat peneliti terhadap sikap pada merk adalah keyakinan mereka bahwa semakin besar minat pada merk, maka akan semakin besar kemungkinan merk tersebut akan dibeli oleh konsumen,
Dengan demikian, tantangan utama dalam komunikasi pemasaran adalah bagaimana
mengubah sikap khalayak agar semakin positif terhadap merk yang diiklankan.
Sejumlah peneliti lain mengembangkan model yang menjelaskan efek periklanan terhadap
motivasi membeli melalui perhatian khalayak terhadap iklan dan bagaimana proses informasi yang terjadi dalam opikiran konsumen. Model ini dikenal sebagai ELM (Elaboration Likelihood Model)
Message
Motivation to process
yes
Ability to process
yes
Opportunity to process
yes
Central Processing Neu tral argum ent Suppor t argum ent Counte r argum ent
no
no
no
Persuasive cue present No attitude change Perma nent positiv e attitude change Perma nent negativ e atti tude change
yes
no
Peripheral processing
No processing
Dampak dari motivation, ability and opportunity (MAO) pada pembentukan sikap dan
melalui rute tengah (central-route processing). Hal ini berarti konsumen akan mempelajari informasi tersebut, mengevaluasi argumennya dan berusaha mengetahui apa yang disampaikan oleh pesan iklan tersebut.
Berdasarkan kualitas dan kredibilitas argument yang disampaikan melalui pesan iklan,
konsumen akan memberikan reaksi berupa pendapat yang mendukung, netral atau menentang, dan kemudian akan membentuk perubahan sikap yang positif, negative atau tidak ada perubahan. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hardiyanto, M.Si MANAJEM,EN IKLAN
Di pihak lain, jika satu atau beberapa faktor MAO rendah, maka konsumen akan meproses
informasi yang diterimanya dari iklan melalui rute pinggir (peripheral route processing). Hasilnya, tidak ada pemrosesan informasi yang disampaikan melalui pesan iklan, tetapi konsumen akan menikmati simbol-simbol yang disampaikan oleh iklan, seperti musiknya, gambarnya, jalan ceritanya atau model iklannya. Dengan kata lain, sikap terhadap merk mungkin akan terbentuk dari rasa suka konsumen terhadap musik, cerita yang digunakan dalam pesan iklan atau model iklannya.
Pembuatan Pesan Iklan Banyak orang mengira bahwa periklanan memiliki kekuatan luar biasa dalam mengarahkan sikap yang positif dan membuat konsumen mau membeli.
Hal ini yang memciptakan pandangan umum selama ini bahwa periklanan adalah alat promosi
Membujuk konsumen untuk membeli Menciptakan dan membangun merk Memberikan perbedaan antar satu merk dengan merk lainnya Meningkatkan penjualan
Namun demikian, ada pendapat yang mengatakan bahwa periklanan adalah upaya yang
lemah untuk memberikan hasil seperti yang tersebut di atas. Periklanan dilihat sebagai upaya yang lemah karena periklanan bekerja melalui sebuah proses untuk menjaga dan memperkuat nilai sebuah merk dan mempertahankan pangsa pasar. Oleh sebab itu, dampaknya pada penjualan tidak bersifat langsung. Dengan demikian, jika kita menggunakan periklanan sebagai alat promosi dan komunikasi pemasaran, kita perlu menggunakannya secara terpadu dan berkoordinasi dengan elemen komunikasi pemasaran lainnya.
Oleh sebab itu kita mengenal konsep dalam periklanan yang disebut The Advertising Spiral.
Konsep ini menjelaskan upaya periklanan yang bersifat siklikal, dimana langkah pertama dimulai dengan tahap pelopor (pioneering stage), kemudian dilanjutkan dengan tahap persaingan (competitive stage) dan tahap berikutnya adalah tahap konsolidasi (retentive stage). Ketiga tahap ini akan berlangsung terus menerus (Lihat skema di bawah ini). Skema Advertising Spiral
g rin I e ne II i o ge P a St
Com pe ti ti ve St a g e II I
Pi St one ag er in e g
Advertisin g Spiral
Pioneering Stage II
Retentive Stage