Anda di halaman 1dari 4

Akbar Windrayang Hikmah Universitas Gunadarma Artikel Perbankan syariah Krisis ekonomi yang melanda dunia sudah dirasakan

bangsa Indonesia sejak tahun 90-an. Hal ini merupakan salah satu cerita kegagalan system ekonomi kapitalis, dimana kehancuan system ekonomi kapitalis justru dirasakan di lembaga-lembaga keuangan. Kapitalisme memang telah membuat orang kaya menjadi semakin kaya sehingga membuat disparitas atau kesenjangan yang semakin melebar antara si kaya dan si miskin (Taufik ; 2011). Situasi semacam ini akan meningkatkan konsentrasi kekayaan hanya ditangan segelintir orang, ketidakstabilan system perbankan, dan memunculkan demam spekulasi di pasar modal (Ravia ; 1990). Ditengah-tengah krisis ekonomi yang melanda dunia, para ilmuan ekonomi dari berbagai dunia berusaha mencari alternatif dari kegagalan system perekonomian yang dialami sampai saat ini. Dalam persepektif ekonomi syariah, penyebab utama krisis yang dialami saat ini yaitu riba, maysir (judi), dan gharar (ketidakpastian). Ironisnya ketiga unsur tersebut telah melekat didalam kehidupan sosial dan perekonomian (Taufik ; 2011). Islam melarang riba karena riba mengandung unsur ketidak adilan yang akan membawa si kaya makin kaya tanpa usaha dan dapat membuat seseorang semakin miskin.

Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan berbasis syariah, dengan landasan hukum islam yang bertolak dari unsur riba ditimbang akan melahirkan keseimbangan system ekonomi karena dihilangkannya antara lain unsur gharar (spekulasi dan ketidakpastian) (Ismail ; 2011). Hal ini dapat dilihat pada tahun 1997 dan 1998 sewaktu Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Para banker melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia, yaitu bank syariah pertama di Indonesia, yang berdiri sejak tahun 1992 ini tidak terlalu terkena dampak dari krisis yang melanda indonesia. Selanjutnya kesuksesan perbankan syariah pun semakin terlihat setelah berunculan bank-bank syariah lain seperti Bank Syariah Mandiri yang juga mampu bertahan disaat krisis ekonomi melanda Indonesia. Keberhasilan ini merupakan hasil dari pengaplikasian prinsip dan system yang berdasarkan al-quran dan al-sunnah sebagai pedoman dalam pengoprasiannya. Lembaga keuangan syariah memiliki dewan pengawas yang berfungsi untuk mengawasi jalannya operasional agar tidak terjadi penyimpangan terhadap prinsip dan system yang telah disahkan oleh Dewan Syariah Nasional (DNS) (Ismail ; 2011). Keberadaan system informasi membantu ketersediaan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal melalui laporan keuangan tradisional dan laporan lainnya, demikian pula ketersediaan laporan internal yang dibutuhkan oleh seluruh jajaran dalam bentuk laporan pertanggung jawaban yang diterapkan (Mardi ; 2011). Sebagai lembaga keuangan syariah yang juga memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat membutuhkan laporan akuntansi yang relevan untuk

mengambil keputusan pihak manajemen. Untuk menjamin kelancaran akad syariah maka diperlukan akuntansi yang berperan untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi. (Warsono ; 2011). Arti penting penerapan akuntansi secara jelas sebagaimana firman Allah SWT Hai, orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorng penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannyasebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah dia menulis, (Q.S. Al-Baqarah:282) Selain penerapan sistem informasi akuntansi yang baik, penerapan pengendalian intern dituntut mampu menciptakan efektifitas dan efisiensi dalam setiap transaksi yang ada di dalam perbankan syariah. pengawasan intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran atas data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan terlebih dahulu (AICPA ; 1949). Tren pembiayaan syariah di perbankan syriah hingga saat ini masih didominasi oleh pembiayaan murabahah. Dengan tingkat konsumtif masyarakat Indonesia yang semakin tinggi, pembiayaan murabahah mampu menjadi alternatif.

Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada piha pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu (Ismail ; 2011). Disetiap Bank syariah memiliki kebijakan perusahan mengenai pembiayan murabahah yang berbeda-beda tetapi tetap belandaskan Al-quran dan al-sunnah serta fatwa dewan pengawas syariah. Untuk dapat menghadapi para pesaing dan memenuhi keinginan nasabah, perbankan syariah harus mampu menerapkan system informasi akuntansi dan penerapan pengendalian intern yang baik, dengan cara memeriksa kembali kegiatan internal dalam upaya meningktkan efisiensi perusahaan

Anda mungkin juga menyukai