DI
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 4
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Nama : Sriwahyuni (17110055)
Muhammad Zaman Zuhri (17110056)
Nurul (17110056)
Akmal Chaniago (17110075)
Nizal Aufa (18110141)
Zuljalali (17110052)
Sistem Keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang
ekonomi Islam. Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus sudah
sampai kepada lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem
keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam ádalah terbebas dari
unsur riba. Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba
adalah mekanisme syirkah yaitu : musyarakah dan mudharabah (bagi hasil).
Perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah dalam satu dasawarsa
belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, seperti perbankan syariah, asuransi
syariah, pasar modalsyariah, reksadana syariah, obligasi syariah, pegadaian syariah, Baitul
Mal wat Tamwil (BMT). Demikian pula di sektor riil, seperti Hotel Syariah,Multi Level
Marketing Syariah, dsb.
Maka seiring berkembangnya entitas syariah di Indonesia, maka muncul juga
permintaan akan standar akuntansi syariah yang relevan di terapkan dalam suatu entitas
syariah. pada dasarnya standar akuntansi merupakan pengumuman atau ketentuan resmi yang
dikeluarkan badan berwenang di lingkungan tertentu tentang pedoman umum yang dapat
digunakan manajemen untuk menghasilkan laporan keuangan. Dengan adanya standar
akuntansi syariah, laporan keuangan diharapkan dapat menyajikan informasi yang relevan
dan dapat dipercaya kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh pemakai laporan
keuangan seperti investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum sebagai acuan untuk
memahami dan menganalisis laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka untuk
mengambil keputusan yang benar. Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan
penting bagi pihak penyusun dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul keseragaman
atau kesamaan interpretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
1.2 Identifikasi Masalah
2. Apa saja jenis entitas syariah yang ada di Indonesia?
3. Kapan sejarah lahirnya entitas-entitas tersebut?
4. Apa saja produk yang ditawarkannya?
5. Bagaimana perkembangannya sekarang?
6. Siapa organisasi yang menyusun standar akuntansi syariah di Indonesia dan
internasional?
7. Apa saja standar akuntansi syariah yang berlaku di Indonesia sampai sekarang?
1. Pegadaian Syari’ah
A. Pengertian Pegadaian Syari’ah
Gadai dalam fiqh disebut rahn yang menurut bahasa adalah nama barang yang
dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya
menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat
diambil kembali sebagai tebusan.
Pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitab al-Mughni adalah
sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi dari
harganya, apabila yang berutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang
berpiutang
Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia tidak
terkecuali pegadaian. Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang
disebut dengan pegadaian syariah. Pegadaian syariah didirikan pada tahun 2003, ide
pembentukan pegadaian syariah selain karena tuntutan idealisme juga dikarenakan
keberhasilan terlembaganya bank dan asuransi syariah serta realitas di masyarakat
bahwa pegadaian konvensional mampu memberikan kontribusi aktif dalam membantu
masyarakat. Secara umum tujuan ideal dari perum pegadaian adalah penyediaan dana
dengan prosedur yang sederhana kepada masyarakat luas terutama kalangan
menengah ke bawah untuk berbagai tujuan, seperti konsumsi, produksi, dan lain
sebagainya. Keberadaan perum pegadaian juga diharapkan untuk menekan munculnya
lembaga keuangan non formal yang cenderung merugikan masyarakat seperti
renternir. Lembaga keuangan non formal tersebut cenderung memanfaatkan
kebutuhan dana mendesak masyarakat, keterbatasan informasi masyarakat dan
keterisolasian masyarakat di daerah tertentu untuk memperoleh tingkat keuntungan
sangat tinggi secara tidak wajar.
B. Landasan Hukum
Landasan konsep pengadaian syariah juga mengacu kepada syariah islam yang
bersumber dari Al Quran dan Al Hadist, adapun dasar hukum yang dipakai adalah: (Q S
Al Baqarah Ayat 283).
Artinnya:
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagaian kamu mempercayai
sebagaian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Alloh SWT dan janganlah kamu (para
saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Alloh maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Al-Hadits
عنعاءشةرضىاللهعنهاانالنبيصلياللهعليهوسلماشتريطعامامنيهوديالياجلورهنهدرعامنحديد
“ Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan
meminjamkan kepadanya baju besi.” (HR. Bukhari no. 1926, Kitab al-Buyu, dan
Muslim).
Landasan hukm berikutnya, dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi
Saw dengan roti dari gandum dan sungguh Rasululloh Saw telah menaguhkan baju besi
kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang
Yahudi.”(HR. Anas ra ).
Landasan hukum berikutnya adalah ijma’ ulama atas hukum mubah(boleh)
perjanjian gadai.
Adapn mengenai prinsip Rahn (gadai) telah memiliki fatwa dari dewan syariah
Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan Rukun dan fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan Rukun dan Syarat
Transaksi Gadai.
Singkatnya, produk pegadaian syariah ini memberikan skim pinjaman dengan
syarat penahanan agunan, yang bisa berupa emas, perhiasan, berlian, elektronik,
dan kendaraan bermotor.
Untuk penyimpanan barang selama digadai, nasabah harus membayar sejumlah
sewa yang telah disepakati bersama antara pihak pegadaian dan nasabah.
Uang sewa ini mencakup biaya penyimpanan serta pemeliharaan barang yang
digadai. Proses pelunasan sewa ini dapat dibayar kapan saja selama jangka waktu
yang telah ditetapkan. Kalau tidak menyanggupi, maka barang akan dilelang.
2. Arrum
Seperti produk rahn, produk Arrum ini juga memberikan skim pinjaman.
Biasanya, pinjaman ini diberikan kepada pengusaha mikro dan UKM dengan
menjaminkan BPKB motor atau mobil, dengan kata lain, barang bergerak.
Seperti halnya rahn, biaya gadai yang dibebankan kepada nasabah merupakan
biaya penyimpanan, perawatan, dan sejumlah proses kegiatan penyimpanan
lainnya, dengan jumlah yang telah disepakati antara pegadaian dan nasabah.
Meskipun demikian untuk jumlah pembayaran tertentu, nasabah juga dapat
mengagunkan emas sebagai jaminan pinjaman.
3. Program Amanah
Skim pinjaman dari program ini sama dengan produk Arrum, tapi pinjaman ini
biasanya difungsikan untuk nasabah yang ingin memiliki kendaraan bermotor.
Program amanah ini mensyaratkan uang muka yang disepakati untuk kendaraan
bermotor ini, biasanya berjumlah minimal 20%.
H. Mekanisme PegadaianSyari’ah
Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian
konvensional.Seperti halnya Pegadaian konvensional, Pegadaian Syariah juga
menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.Prosedur untuk
memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan
bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh
dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun untuk
melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti
Rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat.
Di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek
landasan konsep; teknik transaksi; dan pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri
tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian konvensional.
Mekanisme operasional pegadaian syariah merupakan implementasi dari konsep
dasar Rahn yang telah ditetapkan oleh para ulama fiqh.
2. Asuransi Syariah
A. Pengertian Asuransi Syariah
Secara umum pengertian asuransi dapat dilihat pada pasal 246 KUHD yaitu “suatu
perjanjian yang dengan perjanjian tersebut penanggung mengikatkan diri kepada
seseorang tertanggung untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tertentu. (Suparman, 1993: 41)
Djazuli dkk (2002: 119) menyatakan bahwa dari pengertian diatas terdapat empat
unsur yag mesti ada yaitu; pertama, perjanjian yang mendasari terbentuknya perikatan
antara dua pihak yang sekaligus terjadinya hubungan keperdataan (muamalah). Kedua,
premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayar oleh tergantung kepada penanggung.
Ketiga, adanya ganti rugi dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim atau
masa perjanjian selesai. Keempat, adanya suatu peristiwa yang tertentu datangnya.
Disisi lain adanya dua pihak yang terlibat. Pertama, pihak yang mempunyai
kesanggupan untuk menanggung atau mnjamin yang selanjutnya disebut dengan
penanggung. Kedua, pihak yang akan mendapatkan ganti rugi jika menderita suatu
musibah sebagai akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi, yang
selanjutnya disebut dengan tertanggung. Pihak pertama bisa berupa perseorangan, badan
hukum atau lembaga seperti perusahaan, sedangkan pihak kedua adalah masyarakat luas.
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Pegadaian
1. Pengertian Gadai
Gadai dalam fiqh disebut rahn yang menurut bahasa adalah nama barang yang
dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya
menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak,
tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan
2. Dasar Hukum
Al – Qur’an
Firman Allah,
‘’ Jika kami dalam perjalanan (dan Bermuamalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperboleh seseorang penulis , maka hendaklah ada barang
tanggung yang dipegang oleh yang berpiutang’’ (QS. Al – Baqarah:2:283)
Hadist
“ Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang
Yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi.” (HR. Bukhari no. 1926,
Kitab al-Buyu, dan Muslim).
3. Tujuan Pegadaian Syariah
Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar hokum gadai.
Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jaring
pengaman social karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi
dijerat pinjaman/pembiayaan berbasis bunga.
Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
4. Mekanisme Pegadaian Syari’ah
Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian
konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional, Pegadaian Syariah juga
menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak. Prosedur untuk
memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya
menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang
pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih
15 menit saja). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan
menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti Rahn saja dengan waktu proses
yang juga singkat.
b. Asuransi
mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan yang mungkin dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak
tertentu.
Sedangkan gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai
piutang atas suatu barang bergerak.
Hukum mengani asuransi para ulama berbeda pendapat, ada yang
Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya, dan ada yang
Membolehkan semua asuransi. Sedangkan untuk pegadaian syariah dibolehkan oleh
nash Alquran dan Hadits. Yang
B. Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
harap kedepannya tulisan makalah ini akan lebih baik lagi serta fokus dan detail dalam
menjelaskan isi dalam makalah ini dengan sumber - sumber yang lebih banyak dan
lengkap yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk itulah penulis harap kritik atau saran terhadap penulisan makalah ini.
Sehingga makalah ini akan lebih baik lagi kedepannya. Sebelum kritik dan saran itu
diterima oleh penulis, penulis haturkan terimakasih sebanyak-banyaknya karena telah
membaca makalah ini dan mendiskusikannya lalu dapat memberikan kritik maupun
saran.
DAFTAR PUSTKA
Hosen M Nadratuzzaman dan Ali Hasan. Khutbah Juma’at Ekonomi Syari’ah, PIKES
(Pasat Komunikusi Ekonomi Syari’ah ). 2008
Majalah info Bank “Analisis Strategi Perbankan dan Keuangan syaria’ah”
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia),
Muh. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani), 2001
Sigit Triandanu dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, (Jakarta:
Salemba Empat), 2008
https://jamilkusuka.wordpress.com/tag/hukum-gadai-syariah/
http://angkatanpertama1.blogspot.co.id/2015/05/gadai-syariahrahn.html