Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada masalah yang sangat mendasar, yakni kecelakaan yang terjadi dalam perkembangan ilmu ilmu humaniora (ekonomi, sosial dan politik) yang terjebak dalam kotak parsial dan sempit, lalu ada usaha dari sekelompok ekonom pilihan publik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana kelembagaan non pasar bekerja dalam kerangka kesejahteraan ekonomi. Akibat kesalahan pada tingkat ilmu, kelembagan ekonomi dan sosial politik banyak mengalami masalah. Disiplin ilmu humaniora yang tersekat dalam kotak-kotak menyebabkan masing-masing cabang ilmu tersebut mengahadapi krisis yang besar. Banyak fenomena baru yang tidak bisa ditangkap secara sempurna oleh instrument teoritis pada masing-masing cabang ilmu. Ilmu ekonomi tersekat pada paradigm pasar dan ilmu politik terperangkap dalam paradigma kekuasaan. Kedua kelompok ilmuwan tersebut tidak saling bertemu, bahkan saling menjauh satu sama lain dalam masa yang panjang.

Pada awal krisis ekonomi yang melanda Indonesia hingga sekarang ini, maka dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia tidak memiliki dasar yang kuat untuk dapat tegar menghadapi perubahanperubahan global. Berbagai tekanan dan tantangan yang datang dari dalam dan luar negeri selalu menghasilkan perubahan ke arah yang lebih buruk dalam kinerja ekonomi, struktur sosial masyarakat, dan struktur politik bangsa.

Pemerintah selalu mengalami kesulitan dalam upayanya mengentaskan bangsa ini bangkit dari keterpurukan ekonomi, sosial, dan politik. Krisis demi krisis akhirnya menghancurkan modal sosial bangsa. Pada sisi lain terdapat penurunan kemampuan kinerja birokrasi, yang dalam konteks negara berkembang, akan sangat berpengaruh terhadap kinerja bangsa secara menyeluruh.

1.2. Rumusan Masalah


a. bagaimanakah perkembangan pilihan publik di Indonesia berserta aplikasinya?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Publik Choice ( Pilihan Publik)


Public Choice atau yang dikenal dengan pilihan publik adalah sebuah perspektif untuk bidang politik yang muncul dari pengembangan dan penerapan perangkat dan metode ilmu ekonomi terhadapa proses pengambilan keputusan kolektif dan berbagai fenomena non pasar (non market phenomena). Tetapi diakui bahwa keterangan pendek ini tidak cukup memberi deskripsi yang lengkap karena untuk mencapai suatu perspektif bagi politik seperti ini diperlukan pendekatan ekonomi tertentu. Menurut Samuelson & Nordhaus (1995) teori pilihan publik ialah salah satu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah membuat keputusan yang terkait dengan kepentingan masyarakat (publik). Teori pilihan publik dapat digunakan untuk mempelajari perilaku para actor politik maupun sebagai petunjuk bagi pengambilan keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yang paling efektif. Yang menjadi subjek dalam telaah pilihan publik adalah pemilih, partai politik, politisi, birokrat, kelompok kepentingan, yang semuanya secara tradisional lebih banyak dipelajari oleh pakarpakar politik. Premis dasar pilihan publik ialah bahwwa pembuat pembuat keputusan politik (pemilih, politisi, birokrat) dan membuat keputusan privat (konsumen, produsen, perantara) bertindak dengan cara yang sama : mereka bertindak sesuai kepentingan pribadi. Dalam kenyataan, pembuat keputusan ekonomi (misalnya, konsumen) dan pembuat keputusan politik (pemilih) biasanya adalah orang yang sama. Tegasnya, orang yang membeli barang-barang keperluan sehari-hari (konsumen) adalah juga orang-orang yang menjadi pemilih dalam pemilu. Dalam model pilihan publik, politik tidak dipandang sebagai arena permainan yang memungkinkan terjadinya pertukaran di antara warga Negara, partai-partai politik, pemerintah dan birokrat. Seperti halnya dalam permainan olahraga dan permainan pasar ekonomi, permainan dalam pasar politik juga memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi dan para pemain dengan tujuan utama memenangkan pertandingan. Aturan yang harus diikuti dalam permainan politik adalah konstitusi dan sistem pemilihan. Adapun yang menjadi pemain dalam pasar politik adalah para pemilih sebagai konsumen dan pembeli barang-barang publik, dan wakil rakyat sebagai legislatif atau politikus yang bertindak layaknya seorang wirausahawan yang menginterprestasikan permintaan rakyat terhadap barang-

barang publik dan mencarikan jalansekaligus memperjuangkan agar barang-barang publik tersebut sampai pada kelompok-kelompok pemilih yang memilih mereka dalam pemilihan. Selain pemilih sebagai konsumen dan legislatif sebagai pemasok, kadang-kadang ikut serta organisasi kelompok kepentingan dalam permainan politik. Mereka mewakili suatu kelompok masyarakat atau bisnis tertentu yang diorganisasi untuk melobi pengambil keputusan untuk mengeluarkan kebijakan yang mengakomodikasikan kepentingan para anggotanya. Kadang-kadang kelompok kepentingan ini memilih kekuatan politik melebihi jumlah anggotanya. Jika kelompok kepentingan menguasai badan pengaturan dan badan legislatif, ia bisa berubah menjadi apa yang disebut non-representative government. Dalam model pilihan publik, hasil politik ditentukan oleh permintaan dan penawaran, persis sama seperti halnya proses terbentuknya harga dalam pasar persaingan sempurna. Hanya saja dengan pilihan publik, konsep barter dan pertukaran yang sederhana, sesuai konsep ekonomi murni, menjadi lebih kompleks sifatnya. Pertukaran dalam pengertian yang lebih kompleks ini diartikan sebagai suatu proses persetujuan kontrak yang lebih luas makna dan cakupannya dari pertukaran yang dilakukan oleh dua orang yang melakukan transaksi, sebab tekanan akhir dari persetujuan kontrak adalah proses persetujuan sukarela di antara banyak orang dalam masyarakat. Dalam hal ini, pilihan publik tidak menolak kemungkinan adanya kepentingan kolektif dan tindakan kolektif, tetapi kalaupun ada maka semua itu hanya merupakan hasil dari segenap kepentingan individu yang ada dalam kelompok. Transformasi konsep pertukaran ekonomi yang sederhana dalam keputusan-keputusan ekonomi menjadi perjanjian atau consensus sukarela yang lebih kompleks dalam keputusan-keputusan politik, sangat menarik sebagai pilihan paradigma baru dalam ilmu politik yang secara tradisional berbasis pada analisis tentang kekuasaan. Kelebihan pendekatan pilihan publik yang langsung dirasakan ialah bahwa proses politik tentang permainan kekuasaan menjadi lebih lunak karena didasarkan pada kesukarelaan di antara partisipan dalam proses dan pengambilan keputusan politik sesuai aturan dan konstitusi, tidak sekedar didominasi oleh pihak yang dominan dan berkuasa.

2.2 Perkembangan Publik Choice Serta Pengaplikasiannya di Indonesia


Pemikiran public choise dalam merombak bidang bidang sosial maupun politik sesuai hukum ekonomi klasik yang analog dengan permintaan dan penawaran komoditas. Dengan analogi tersebut , maka pemerintah bisa diasumsikan sebagai supplier , yang bisa menyediakan komoditas publik untuk masyarakat. Selain itu public choise perhatiannya tertuju terhadap fungsi pilihan sosial atau eksplorasi 3

terhadap kepemilikan kesejahteraan sosial. Publik choise bukan suatu objek studi tetapi sebuah cara untuk menelaah subyek , jadi public choise tersebut bisa menjadi petunjuk bagi pengambil keputusan untuk menentukan pilihan kebijakan yang paling efektif. Pilihan Publik di awali setelah karya monumental Eli Hecksher (1931) berkenaan merkantilisme sebagai kumpulan ide-ide yang ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan utama, seperti halnya kekuasaan negara. Namun disisi lain Ekelund dan Tollison menolakinterpretasi standar dari merkantilisme dan menawarkan alternatif. Buku pertama, Merkantilisme sebagai Rent Seeking Society: selanjutnya Peraturan Ekonomi dalam Perspektif Sejarah (Ekelund dan Tollison 1981) "melihat proses" regulasi ekonomi didorong olehkepentingan individu, koalisi politik, atau keduanya; dan yang kedua, Ekonomi dipolitisir: Monarki, Monopoli dan Merkantilisme , diperpanjang pandangan ini kepada keprihatinan yang lebih luas perubahan institusional. Ekelund dan Tollison menemukan bukti baik di Heckscher dan dalam sumber-sumber lain yang bertentangan dengan pandangan bahwa merkantilisme a collection of ideas or the apotheosis of state power (hanyalah kumpulan ide atau pendewaan "kekuasaan negara).

Penggabungan analisis pilihan publik ke dalam interpretasi sejarah dari merkantilisme telah menghasilkan reaksi yang beragam, Kritik-kritik yang menolak aksioma kepentingan diri. misalnya John J. McCusker (2000) merasa sulit untuk percaya bahwa salah satu kekuatan pendorong utama dan kekal dari perubahan sejarah adalah perilaku mementingkan diri sendiri oleh kelompok kepentingan yang menggunakan pemerintah untuk melakukan kontrol terhadap ekonomi. Selanjutnya dalam pemahaman tentang individu dan "sekolah" melalui kajian school pemikiran ekonomi didasarkan pada pendekatan umum yang sama, untuk analisis ekonomi yang sebelumnya telah disebutkan:pilihan publik, implikasi rasional analisis kepentingan, kepentingan kelompok dan interaksi politik dan peraturan.

Coba kita simak peristiwa nyata yang sangat pelik yang terjadi di indonesia dan merupakan kebijakan buah simalakama perubahan kenaikan harga BBM semasa pemerintahan SBY yang di mulai tahun 2005, dan beberapa kenaikan di tahun berikutnya. Sungguh sebuah pilihan publik dari pemikiran ekonomi penguasa yang memperhitungkan anggaran negara dengan perbandingan kenaikan harga minyak dunia. Eksistensi upaya mempertahankan keterpurukan negara dari pengaruh naiknya harga minyak dunia, akan ditantang oleh realitas ekonomi para pengusaha kecil yang memakai BBM maupun masyarakat Indonesia yang secara keseluruhan roda perekonomiannya digerakkan oleh BBM. Mampukah memberikan subsidi silang kepada publik si miskin lebih banyak. Hal ini juga memperpanjang diskursus tentang pencabutan subsidi bagi masyarakat kepentingan publik sampai saat ini. Sungguh

sulit kiranya mengkampanyekan pilihan publik sampai beberapa tahun mendatang, karena di negara majupun di mana teori ini dikemukan tidak mampu terwujud yang dapat memuaskan dan meningkatkan kepuasaan kepentingan publik secara umum. Namun hal yang menggembirakan pilihan publik dapat menjadi sebuah konsep idiologi yang mampu mencerdas generasi bangsa tentang apa yang benar dan salah dalam praktik kebijakan publik, maupun alasan-alasan pembenar dari diambilnya sebuah kebijakan.

Disamping itu penempatan porsi yang besar pada sektor pilihan publik menghasilkan inefisiensi penyelenggaraan negara. Sebagai kasus yang lain dapat ditampilkan di Indonesia adalah pemilihan umum secara langsung, yang memberi kesempatan pada setiap individu warga negara untuk memaksimalkan pilihannya dalam sebuah arena politik. Perhelatan politik menyedot perhatian dan anggaran yang cukup besar pada setiap individu yang terlibat. Bila kita simak, ada beberapa potensi pemborosan dalam penyelenggaraan pemilu. Pertama,anggaran pemerintah melalui APBN yang terdistribusi pada sektor birokrasi dari tingkat pusat sampai pada di tingkat Desa dan pada penyelenggara pemilu dari KPU pusat sampai pada PPS ditingkat desa, bahkan sampai ke TPS. Sungguh dari sisi waktu dan anggaran yang terlibat untuk memenuhi pilihan publik sangat luar biasa, dimana pemilihan tidak diselenggarakan secara serempak, terjadinya di berbagai lini dari pemilhan legislatip (DPD, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota), Presiden, Gubernur, Bupati/Wali Kota, Kepala Desa yang tidak sedikit menghabiskan anggaran, seakan-akan negara ini hanya mengerjakan pemilihan umum. Kedua biaya kandidat atau public interest cukup bervariasi dan besar. Masing-masing kelompok atau individu memaksimalkan kepentingan untuk menjadi yang terbaik dan terpilih memerlukan cost yang tinggi. Ketiga yang memperihatinkan adalah terjadi pengorbanan kepentingan umum, yaitu masyarakat Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya kita simak apa yang disampaikan dalam jurnal oleh Lars Magnusson (1994), memiliki kepentingan, sebagai intelektual "merkantilisme dengan pendekatan sejarah, yang mengarah pada penolakan langsung dari perspektif publik-pilihan. Teori merkantilisme didasarkan pada kepentingan kelompok, prinsip-prinsip rent-seeking (mencari keuntungan) harus ditinggalkan jika teori lain yang lebih baik hadir, sesuai dengan fakta-fakta penting dari perubahan institusional yang dapat dibuktikan. Kritik bisa mendapatkan tantangan serius untuk analisis merkantilisme sebagai rent-seeking society jika mereka bisa menunjukkan bahwa kebijakan perdagangan disahkan oleh politikperwakilan yang secara konsisten meningkatkan kesejahteraan umum dengan mengorbankan sedikit kepentingan khusus. Pernyataan diatas memiliki kekuatan menjelaskan peristiwa dunia nyata dalam hal motif kepentingan sendiri dan proses politik.

Dengan demikian, public choice dalam aplikasinya sangat erat kaitannya dengan masyarakat pemilih, partai politik, politisi, birokrat, kelompok kepentingan dan aturan-aturan pemilihan umum. Semua ini biasanya dikaitkan dengan ilmu politik, tetapi pada saat ini para ahli ekonomi politik mengembangkan pendekatan baru dengan meminjam paradigm dasar pada ilmu ekonomi. Jadi, public choice bukan hanya suatu objek studi, tetapi juga sebuah cara untuk menelaah subjek yang secara definitive yang di artikan sebagai the economic study of nonmarket decision making.

2.3 Lingkup Public Choise


Publik choise merupakan metode-metode ekonomi terhadap bidang politik dengan 2 masalah pokok : a) masalah tindakan kolektif ( collective action) , dan b) masalah mengagregasikan preferensi. Ilmu ekonomi terlahir untuk mengatur atau memberikan arah yang tepat dalam pengalokasian sumbersumber ekonomi yang langka dan politik dipakai untuk menyiasati bagaimana suatu sistem pemerintahan dilaksanakan sebagai suatu art/seni. Jika negara memiliki sumberdaya ekonomi yang tak terbatas , maka ilmu ekonomi dan ilmu politiktidak diperlukan lagi untuk mengatur pengalokasiannya dalam mewujudkan sistem pemerintahan dan kekuasaan. Namun , jika sumberdayanya terbatas maka ada beberapa cara untuk mengaturnya antara lain : a. Altruisme Adalah pola alokasi sumberdaya ekonomi atas dasar sistem dan hubungan pemberian. Artinya ada keterlibatan moral atau emosional : karena rasa kemanusiaan , persahabatan dan sebagainya . Sebagai contoh , bantuan bencana kepada yang terkena musibah di daerah-daerah. Bantuan tersebut yang merupakan komoditas individu berubah atau bergeser menjadi komoditas publik dalam proses distribusinya. a. Anarkhi Adalah suatu sistem tanpa hukum atau aturan . Jadi , suatu komoditas publik yang terbatas dimanfaatkan oleh sekelompok orang tertentu tanpa batasan dan aturan yang jelas dan pemanfaatannya bersifat anarkhi.

a. Pasar (Market)

Adalah suatu konsep kontroversial sebagai medium pertukaran atau transaksi berbagai hal. Sumberdaya ekonomi dapat menjadi suatu market karena adanya voluntarisme.

a. Pemerintah dan birokrasi Adalah lembaga yang mampu membuat aturan , menerapkan dan mengenakan sanksi-sanksi tertentu dan mampu menyelesaikan masalah masalah kompleks seperti kegagalan pasar dan dampak eksternalitas. Sumberdaya ekonomi yang terbatas akan mampu dikelola oleh pemerintah dengan birokrasinya sehingga masalah-masalah ekonomi yang terjadi di lapangan dapat dieliminir.

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pilihan publik adalah sebuah perspektif untuk bidang politik yang muncul dari pengembangan dan penerapan perangkat dan metode ilmu ekonomi terhadapa proses pengambilan keputusan kolektif dan berbagai fenomena non pasar (non market phenomena). Public choice memusatkan kajiannya pada aspek fungsi pilhan sosial atau explorasi terhadap pencapaian kesejahteraan sosial. Pilihan individu dalam pasar dikonversi jadi menjadi pilihan sosial dalam pasar politik. Analisis teori public choice menjelaskan lebih jauh tentang masalag agregasi preferensi individu untuk memaksimumkan fungsi kesejahteraan sosial atau memuaskan seperangkat criteria normative yang dimilikinya secara individu bersama individu lainnya. Dengan demikian, public choice dalam aplikasinya sangat erat kaitannya dengan masyarakat pemilih, partai politik, politisi, birokrat, kelompok kepentingan dan aturan-aturan pemilihan umum. Semua ini biasanya dikaitkan dengan ilmu politik, tetapi pada saat ini para ahli ekonomi politik mengembangkan pendekatan baru dengan meminjam paradigm dasar pada ilmu ekonomi. Jadi, public choice bukan hanya suatu objek studi, tetapi juga sebuah cara untuk menelaah subjek yang secara definitive yang di artikan sebagai the economic study of nonmarket decision making.

3.2 Kritik dan Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai