Anda di halaman 1dari 75

Kontroversi seputar kebolehan berdemonstrasi memang termasuk masalah yang sering diperdebatkan banyak kalangan.

Ada yang mendukung kebolehan berdemonstrasi, namun tidak sedikit yang menolak kebolehannya. Buat mereka yang dirugikan karena sebuah demonstrasi, biasanya akan mengatakan bahwa demonstrasi itu tidak baik, tidak layak atau bahkan mereka akan mencoba mencari dalil dari AlQuran atau Al-Hadits untuk menolak kebolehan berdemonstrasi. Hal itu wajar, karena dengan adanya demonstrasi itu, kepentingannya terusik, kenyamanannya terganggu serta kepentingannya terbentur. Sebaliknya, buat kalangan yang diuntungkan dengan adanya demonstrasi, tentu saja mereka mendukung sepenuhnya. Berbagai macam argumen yang mendukung keabsahan sebuah demonstrasi akan dipergunakan. Mulai dari pengutipan ayat-ayat Al-Quran bahkan demostrasi disebut-sebut sebagai bagian dari dakwah yang telah diajarkan oleh Nabi SAW. Lucunya, kalangan yang selama ini menudukung demonstrasi, bisa saja tiba-tiba malah menolak demonstrasi. Mengapa? Barangkali keadaan berbalik. Dahulu mereka aktif berdemosntrasi karena belum punya kekuasaan, sehingga ketika mengeritik penguasa, mereka tidak punya beban. Namun tatkala mereka sudah jadi penguasa, justru mereka sendiri yang alergi dengan demonstrasi. Sebaliknya, kalangan yang dahulu alergi dengan demonstrasi, ketika kekuasaannya lenyap direnggut lawan politiknya, sekarang mulai menggunakan sarana demonstrasi untuk kepentingannya. Dan memang begitulah dunia politik, demonstasi adalah salah satu sarana -atau lebih tepat disebut sebagai senjata- dalam melakukan pertarungan. Dan sebagaimana umumnya senjata, kita tidak bisa mengatakan hukumnya haram atau halal, kecuali dengan mempertimbangkan siapa yang menggunakannya, untuk tujuan apa, bagaimana cara menggunakannya dan pertimbangan lainnya. Kalau sebuah demonstrasi digunakan oleh kekuatan kafir, demi untuk menghalangi dakwah, dengan cara yang bertentangan dengan syariah, tentu saja demonstrasi itu sebuah senjata yang

dihujamkan kepada umat Islam. Dan kemudian kita hukumi sebagai haram. Maksudnya, haram bagi umat Islam untuk mendukung demonstrasi yang demikian itu. Karena merugikan umat Islam. Sebaliknya, bila sebuah demonstrasi digunakan oleh kalangan muslimin, demi untuk menegakkan dakwah, dengan cara-cara yang dibenarkan dalam syariah Islam, tentu saja demontrasi seperti itu merupakan bagian dari dakwah dan jihad fi sabilillah. Umat Islam wajib mendukungnya, bahkan kalau perlu, ikut bergabung di dalamnya. Terutama bila semua saluran dakwah ditutup rapat dan hanya tersisa demonstrasi saja. Hukum Demonstrasi Hukum demonstrasi dapat bernilai positif, dapat juga bernilai negatif. Demonstrasi dapat dijadikan komoditas politik yang berorientasi pada perolehan materi dan kekuasaan, dapat juga berupa sarana amar maruf nahi mungkar dan jihad. Dalam kaitannya sebagai sarana mar maruf nahi mungkar dan jihad, demonstrasi dapat digunakan untuk melakukan perubahan menuju suatu nilai dan sistem yang lebih baik. Semua kembali kepada apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW: Sesungguhnya amal-amal itu terkait dengan niat. Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu mendapatkan keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia, maka akan mendapatkannya, atau karena wanita maka ia akan menikahinya. Maka hijrah itu sesuai dengan niatnya. . Dan jika kita merujuk pada Al-Quran, As-Sunnah, Siroh Rasul saw. dan Kaidah Fiqhiyah, maka kita dapatkan kaidah-kaidah secara umum tentang demonstrasi/muzhaharah. Al-Quran memerintahkan kita untuk menggetarkan mental musuh-musuh Islam, jauh sebelumn peperangan dilancarkan. Demonstrasi adalah salah satu bentuk tindakan menggetarkan musuh Islam, bila tema yang diangkat memang bertujuan demikian. Kalau umat Islam di suatu negeri secara serempak sepakat menolak penjajahan asing dengan cara turun ke jalan dalam jumlah jutaan, tentu hal ini akan menjadi bahan perhitungan.

Urusan menggetarkan hati lawan, memang telah diisyaratkan di dalam Al-Quran:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kudakuda yang ditambat untuk berperang kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orangorang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak . Selain itu, dari sisi kewajiban untuk menegur penguasa yang telah berlaku zalim, ada dadits Rasul saw yang menjadi landasan. Seutama-utamanya jihad adalah perkataan yang benar terhadap penguasa yang zhalim. . Barangsiapa melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya, dan jika tidak mampu, dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman. . Tentunya teguran itu harus disampaikan secara tertutup terlebih dahulu, dengan cara yang persuasif, kekeluargaan dan sopan. Barulah bila semua jalan mengalami kebuntuan, domonstrasi turun ke jalan bisa dijadikan alternatif. Hal ini berlaku khususnya bila tema demontrasi itu untuk mengeritik penguasa muslim yang ada kemungkinan berlaku menyimpang. Adapun jika sebuah demo ditujukan kepada orang-orang kafir yang telah berlaku sewenangwenang, bahkan menginjak-injak harga diri muslimin, tentu saja merupakan hal yang wajar. Misalnya, demonstrasi anti produk negara-negara yang melecehkan pribadi Rasulullah SAW. Tidak cukup rasanya kita hanya berdiam diri dan menelan kekesalan kita hanya di dalam hati. akan dianiaya .

Kemarahan kita perlu kita tujukkan kepada orang-orang kafir itu, agar mereka tidak menganggap rendah kepada kita. Hal itu pernah dilakukan oleh Nabi SAW dengan para sahabatnya, yaitu saat mereka melakukan Thawaf Qudum setelah peristiwa Hudaibiyah. Mereka melakukan demo memperlihatkan kebenaran Islam dan kekuatan para pendukungnya dengan memperlihatkan pundak kanan sambil berlari-lari kecil. Bahkan beliau secara tegas mengatakaan saat itu, Kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah kuat . Rasulllah SAW dan para shahabat juga pernah melakukan demonstrasi sambil meneriakkan dan menyerukan tauhid dan kerasulan Muhammad saw. di jalan-jalan sambil menelusuri jalan Makkah dengan tetap melakukan tabligh dakwah. Maka sebenarnya hukum demonstrasi itu harus dikaji secara mendalam, baik situasinya, kepentingannya, efektifitasnya serta perhitungan lainya. Kita tidak bisa menggeneralisir bahwa hukum demo itu halal atau haram. Apalagi sekedar mengatakan bahwa demonstrasi itu haram lantaran dahulu para jin pernah melakukannya. Hujjah seperti ini agak terlalu dangkal dan terlalu menyederhanakan masalah. Sebaliknya, harus ada suatu kajian dari para ulama tentang urgensi demonstrasi sebagai reaksi dari suatu keadaan. Dan boleh jadi memang hukumnya haram untuk keadaan tertentu, namun bisa jadi malah wajib untuk alasan yang lain. Misalnya bila sudah tidak ada jalan lain kecuali hanya demonstrasi yang mungkin bisa dilakukan dan menghasilkan sesuatu yang positif. Maka saat itu berlaku kaidah:

Sesuatu hal yang tidak akan tercapai dan terlaksana kewajiban kecuali dengannya, maka hal tersebut menjadi wajib. Sehingga dalam hal ini suatu tujuan yang akan ditempuh dengan mengharuskan menggunakan sarana, maka pemakaian sarana tersebut menjadi wajib. Dan dalam ukuran tertentu, demonstrasi

merupakan salah satu dari sekian banyak sarana yangmungkin digunakan dalam melaksanakan kewajiban amar maruf nahi mungkar, dakwah dan jihad. http://blog.re.or.id/benarkah-demonstrasi-haram-karena-sama-dengan-perbuatan-jin.htm

Aksi (Demonstrasi) Dalam Pandangan Islam Banyak umat Islam masih belum memahami hukum aksi (demonstrasi) dalam pandangan Islam. Apakah aksi (demonstrasi) diperbolehkan atau dilarang? Berikut hukum aksi (demonstrasi) dalam pandangan Islam. Allah SWT., telah menunjuk ummat ini sebagai orang-orang yang akan melindungi DienNya, dan orang-orang yang akan memudahkan kepentingan mereka serta membuat mereka berada pada tingkatan mukhlis dan memahami dienNya. Maka, diantara mereka Allah SWT., telah memunculkan ulama, orang-orang yang paham tentang masalah dien (agama), orang-orang yang dapat dipercaya yang berjuang siang dan malam di seluruh dunia, orang-orang yang dimana saja melihat fitnah, mereka memeranginya, dimana saja mereka melihat thaghut dan kuffar, mereka akan menyeru jihad untuk memeranginya. Allah telah menegakkan Dien ini (Islam) melalui para Shahabat, Tabiin dan juga Tabiut Tabiin, Dia telah membentuk ummat ini dengan Ulama seperti Sofyan at Thauri, Sofyan al Uyayna, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Al Uzaa'ie, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan banyak ulama lain sesudahnya seperti Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Ibnu Taimiyah kemudian sampai kepada Imam Muhammad ibnu Abdul Wahhab dan seterusnya. Menutut ilmu adalah fardhu, tetapi mencari ilmu ada dua jenis hukum; yang satu adalah fardhu 'ain dan yang lainnya adalah fardhu kifayah. Ilmu yang wajib untuk dicari adalah ilmu Ad Daruri (mutlak), yaitu ilmu yang harus dicari agar dapat memenuhi kewajiban. Ilmu selainnya adalah fardhu kifayah untuk memahami atau mempelajarinya. Jihad pada saat ini adalah fardhu 'ain, hal itu telah menjadi sesuatu yang prioritas di atas mencari ilmu yang fardhu kifayah. Kita mempunyai pemahaman dasar dari dien, orang biasanya meminta untuk sebuah fakta-fakta masalah, tetapi dalam topik ibadah, kita harus mempelajari 'arkaan' (pilar) dari itu, kewajiban atas itu, fondasi, larangan, rekomendasi dan lain-lain. Biasanya jika kita ingin belajar tentang Al

Mudzaaharaat

(aksi/demonstrasi)

kita

telah

mengetahui

tentang

pokok

masalahnya,

pengertiannya dan sebagainya. Itu tidak hanya sebuah masalah dari perkataan yang dibolehkan atau tidak dibolehkan. Jika kita mempelajari topik ini, kita akan menemukan istilah syariah yang sangat penting keberadaanya. Tidak ada seorangpun yang akan berselisih atau tidak setuju bahwa membantu Muslim adalah Fardhu (wajib) dan bekerja sama dengan Muslim juga Fardhu, bahwa itu adalah fardhu untuk mendukung ummat Muslim. Al Mudzaaharah (aksi/demonstrasi) dalam bahasa arab berarati "mendukung", Telah diriwayatkan dalam Sunan Darimi bahwa Ali ibnu Taalib Kwh., berkata, "Aku berperang pada perang Badar dan telah mendukung/support (dhaaharah) kaum Muslimin." Allah menuntut kita untuk mempunyai walaa kepada orang-orang yang beriman, mendukung mereka, Allah SWT berfirman: "Allah telah melarang kamu untuk mendekati orang-orang yang memerangi kamu karena dienmu.... Dan orang-orang yang mendukung mereka." Ketika kita menjelaskan tentang aksi/demontrasi, maka kita sedang berbicara tentang mendukung atau memberikan dukungan (support). Ini adalah salah satu bentuk terbaik untuk mendukung seseorang yang jauh dari kita dan kita tidak dapat menjangkau mereka. Aksi atau demontrasi adalah sebuah aktivitas untuk mendukung dien kita (islam) dimana Kuffar juga telah berdemonstrasi dan mendukung kekufuran mereka. Allah SWT berfirman: "Orang-orang kafir telah menunjukkan kekufuran mereka." Kita perlu untuk memahami istilah Mudzaaharah (aksi/demonstrasi) secara detil. Imam Al Khattabi mendefenisikan istilah aksi/demonstrasi dan beliau telah memahaminya bahwa mendukung dalam demontrasi harus berhubungan dengan jihad dan medan perang. Allah SWT., berfirman: " Jika mereka mencari pertolongan dari kamu untuk masalah dien, maka tolonglah mereka." Artinya, jika mereka (kaum Muslimin yang diperangi) meminta bantuan kita untuk berperang, maka kita harus berperang (membantu mereka). Aksi atau demonstrasi dilakukan untuk

menguatkan moral kaum Muslimin pada saat lemah, meninggikan kembali motivasi mereka. Itu adalah sebuah bentuk dari mendukung. Itu adalah sesuatu yang mulia bukan sesuatau yang jahat. Demontrasi memotivasi kaum Muslimin dan itu membuat mereka sadar dengan keadaan saudara mereka. Demontarsi adalah sebuah bentuk menolak kejahatan, sebuah bentuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar). Hal itu juga telah Rasulullah SAW., lakukan pada masanya. Maka demonstrasi bukanlah bid'ah dan hal itu (demonstrasi) juga mempunyai hujjah. Dengan demikian, siapa saja yang berbicara tentang demontrasi harus memahami realitas demontrasi. Telah di temukan dalam kitab Al-Hulya Al-Aulia, jilid 1. Ibnu Abbas ra. meriwayatkan, sebagaiman dia telah bertanya : "Yaa Rasulullah, apakah kita dibolehkan berjalan di atas yang haq meskipun kita mati atau tetap hidup? Beliau SAW., bersabda, "tentu saja, demi jiwaku yang berada ditanganNya, kamu harus berada pada jalan yang haq meskipun kamu akan mati atau tetap hidup" maka Ibnu Abbas berkata, "jadi mengapa kita bersembunyi? Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, kita harus keluar!" dan mereka pergi dengan barisan yang satu dipimpin Hamza dan yang lainnya dipimpin oleh Umar. Mereka pergi mengelilingi ka'bah dan Quraisy melihat Hamza dan Umar mereka begitu terkejut. Rasulullah SAW., menjuluki Umar pada hari itu dengan 'Al Faruq'." Hal itu telah disebutkan dalam Al-Isaabah bahwa Muhammad ibnu Utsman ibnu Abi Syibah dari Ibnu Abbad bercerita tentang bagaimana Umar ra. masuk Islam "Dia telah pergi bersama Hamza dalam dua barisan berserta kaum Muslimin" Maka Rasulullah SAW., telah memberikan persetujun dan pergi bersama mereka dalam sebuah aksi/demontrasi. Maka, kenapa kini ada yang mengatakan atau berpendapat bahwa melakukan aksi atau demonstrasi untuk Islam diharamkan ? Bahkan, Nabi Nuh as., dahulu telah menyeru orang-orang baik siang dan malam bahkan mendatangi mereka dari pintu ke pintu (untuk mengajak kepada tauhid). Ummat Islam di masa Rosul SAW., telah pergi ke Abyssinia (Ethiopia) dan mereka berdiri dengan terang-terangan di depan Rajanya pada saat itu (yang beragama Nasrani) dan Nabi SAW membolehkannya.

Bahkan kaum muslimin di masa Nabi SAW., pernah berkumpul dalam jumlah yang sangat besar dan membai'at Nabi Muhammad SAW., di bawah pohon. Dengan demikian fenomena aksi atau demonstrasi bukanlah sesuatu hal yang baru dalam Islam. Sebagaian orang mungkin berkomentar 'apakah manfaatnya'? Mereka seharusnya menyadari bahwa melakukan aksi/demontrasi tidak terlarang kemudian jika seseorang tidak menyukainya, dimana mereka hanya berdiam diri saja maka seharusnya dia tidak mencela orang-orang yang melakukannya. Orang-orang itu hanya menginginkan untuk menutupi ketakutan mereka, mereka tidak pernah menyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran (amar ma'ruf nahi munkar) sama sekali. Mereka dalam ketakutan dan berfikir bahwa jika dia muncul dan melakukan aksi/demonstrasi mendukung Islam, maka kemudian dia akan disebut sebagai teroris. Syekh Abu Muhammad Al Maqdisi, seorang ulama tauhid dan jihad, pengarang kitab Millah Ibrahim berpendapat bahwa aksi/demonstrasi itu dibolehkan dan terpuji bagi orang-orang yang melakukannya. Syekh Salaman Al Audah pernah berkata tentang demonstrasi : "Kami tidak menemukan kesalahanpun padanya, itu adalah salah satu bentuk mencegah kemunkaran... dan menunjukkan dukungan kepada Muslim." Sepanjang aksi/demonstrasi tersebut bebas dari semua yang haram, karena hukum asalnya dibolehkan, bahkan telah dilakukan oleh Nabi Muhamamad SAW., dan para Shahabat di Mekkah. Syekh Ali Al-Khudri juga berkata : "Demonstrasi adalah datang secara berkelompok yang terorganisir untuk sebuah tujuan khusus; hukum asalnya adalah boleh. Muslim dengan Muslim lainnya adalah ibarat sebuah bangunan, mereka mendukung satu sama lain, itu adalah sebuah bentuk jihad, untuk menyeru kepada jihad, menyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran. Perkumpulan itu adalah sebuah demonstrasi dan itu adalah Sunnah dari Anbiyaa." Beliau juga menyebutkan itu bermaksud untuk membimbing pada wajib. Syekh Ali berkata dengan jelas bahwa demontarsi dibolehkan dan Syekh Salman Al Audah juga berkata demikian.

Jika kita pergi ke semua Ulama, atau orang-orang yang tidak setuju dengan hal ini, mereka akan berkata bahwa itu (aksi/demonstrasi) dilarang. Itu hanya sebagian dari Ulama Al Sa'ud (ulama pemerintahan Saudi). Orang-orang yang telah "dipesan" untuk berteriak 'haram!' Jika ada sebuah demontrasi melawan Al Sa'ud kemudian untuk mengatakan itu adalah halal atau bahkan jika itu dalam kemurahan hati dari Al Sa'ud. Orang-orang yang berkata itu boleh, mereka semua ditemukan berada dalam penjara seperti Syekh Sulaiman Al Alwaan yang berkata di depan umum. "Itu dibolehkan dengan Hujjah bahwa Imam kita, Ahmad ibnu Hanbal telah dipenjara, kemudian Ulama dan Talabul Ilmi datang keluar maka itu adalah demonstrasi yang terbesar, itu adalah perlawanan dari Hanabilah untuk membebaskannya." Sebagian orang yang menyukai untuk membicarakannya dari sudut manfaat dan kepentingan, maka mereka selalu berbicara dengan membawa manfaat kepada komunitas Muslim; kami bisa berkata, Allah SWT., telah berfirman, "Jika mereka meminta bantuanmu, bantulah mereka." Dan Rasulullah SAW.,bersabda: "Bantulah saudara Muslimmu (lisan, finansial, fisik) apakah dia orang yang zalim atau dizalimi." Maka mendukung saudara Muslim secara berkelompok, secara terbuka dan terang-terangan dibolehkan dan itulah mengapa Syekhul Islam Ibnu Taimiyah pada masanya melihat orang-orang berdemonstrasi untuk pembebasanya dari tawanan, kemudia dia menulis bahwa itu mengingatkannya tentang demonstrasi Hanabilah (untuk membebaskan Imam Ahmad). Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dengan muridnya berdemonstrasi secara terbuka dan berkumpul bersama-sama dan kemudian mengakhirinya dengan jihad. Itu adalah salah satu bentuk jihad, sebuah bentuk untuk mengemban dakwah, sebuah bentuk dari menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran ; dan bukan bid'ah. Hal itu (aksi/demonstrasi) telah dilakukan Rasulullah SAW dan para Shahabat.

Tidak bisa dijadikan hujjah ketika kuffar melakukan itu (demonstrasi) maka menjadi haram untuk dien kita". Tetapi itu hanyalah apa yang menjadi bagian dalam dien mereka adalah haram untuk kita lakukan. Demonstrasi yang melibatkan wanita yang tidak menutup auratnya, atau yang berlebihan, maka itu yang jelas dilarang, atau dengan menggunakan musik atau untuk alasan yang haram seperti menyeru pada resolusi PBB. Maka jelas, semua itu tidak boleh dilakukan. Sebagaimana berdemonstrasi untuk mendukung paus dan acara pemakamannya, maka itu dilarang. Juga berdemonstrasi yang terdapat menyumpah di dalamnya adalah terlarang dan sebagainya. Aksi atau demontrasi yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar), menyoroti situasi ummat Muslim di depan Kuffar, mendukung Muslim dengan nyata, maka semua itu dibolehkan. "Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS At Taubah (9): 120)

http://arrahmah.com/read/2010/09/25/9267-aksi-demonstrasi-dalam-pandangan-islam.html

demo menurut Islam berdasarkan Al Qur'an & As Sunnah mungkin ini salah satu artikel yang cukup berat untuk saya tampilkan namun saya tetap berpegang teguh kepada Al Qur'an dan As Sunnah, Sebagaimana Allah Ta'ala berfirmanSungguh jika engkau mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al Anaam: 116)

saya rasa ini masalah demo atau demonstrasi ini cukup penting mengingat status saya sebagai

mahasiswa, sedangkan kaum mahasiswalah yang banyak melakukan demo, mungkin saja ada yang belum tahu masalah demo yang ditinjau dari Islam. Allah Taala berfirman, Serulah (manusia) agar kembali kepada jalan Rabbmu dengan penuh hikmah serta nasehat yang baik, dan (bila perlu) berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. (An Nahl: 125)

disini saya memang tidak menulis langsung artikel tentang demo dari sudut pandang Islam namun saya akan memberikan sebuah tulisan dari Syaikh Suaiyyid bin Hulaiyyil Al-Umar yang berjudul "Demonstrasi, Solusi Atau Polusi" ?

karena saya merasa Anda tidak mungkin membaca di blog saya karena tulisan terlalu panjang maka saya hanya memberikan link saja yaitu di sini

Artikel lain yang berhubungan dengan masalah ini dengan judul artikel "Sikap Kepada Penguasa Yang Dhalim" dapat Anda baca di sini

Saya rasa ini cukup jelas masalah demo tentunya tidak sesuai dengan Islam, mungkin memang ini cukup berat bagi sebagian besar mahasiswa yang beragama Islam namun Allah Taala berfirman yang artinya,Bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal sebenarnya itu buruk bagimu, Allahlah yang maha tahu sedangkan kalian tidak mengetahui. (Al Baqoroh: 216) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu syari niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim) http://tonidermawan.blogspot.com/2007/06/demo-10-menurut-islam-berdasarkan-al.html

Kerusakan Demonstrasi dalam Kacamata Islam Ingin menyampaikan aspirasi, yang jadi pilihan untuk saat ini bagi para pemuda dan mahasiswa adalah demonstrasi. Cobalah lihat saat ini yang terjadi. Akibat demonstrasi besar-besaran untuk menolak kenaikan harga BBM, akhirnya terjadi kerusakan di mana-mana. Jalanan macet, bandara diblokir, korban jiwa berjatuhan, fasilitas rakyat rusak, dan saling terjadi penyerangan antara mahasiswa dan aparat. Apa yang diinginkan oleh para pemuda? Katanya ingin menyampaikan aspirasi rakyat, namun kenapa sampai rakyat yang jadi korban? Selain kerusakan tersebut, Islam pun telah menjelaskan kerusakan akibat demonstrasi itu sendiri. Semoga bahasan berikut bermanfaat dan menjadi renungan bagi orang yang cerdas yang ingin mengambil pelajaran.

Pertama: Demonstrasi yang brutal maupun dengan cara damai telah terang-terangan menandakan keluar dari ketaatan pada penguasa. Melakukan pembangkangan dari ketaatan kepada penguasa adalah haram dengan kesepakatan para ulama. Imam

Nawawi rahimahullah berkata, .

Adapun keluar dari ketaatan pada penguasa dan menyerang penguasa, maka itu adalah haram berdasarkan ijma (kesepakatan) para ulama, walaupun penguasa tersebut adalah fasik lagi zholim (Syarh Muslim, 12: 229). Kedua: Demonstrasi adalah bentuk tidak taat pada penguasa, padahal taat kepada penguasa itu wajib meskipun ia zholim dan fasik. Jikalau penguasa menaikkan BBM dan itu menyengsarakan rakyat banyak, maka kita tetap wajib taat pada mereka karena ada kemaslahatan yang besar di balik ketaatan tersebut. Nabi shallallahu alaihi wa sallambersabda, . .

Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. Aku

berkata, Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu? Beliau bersabda, Dengarlah dan taat kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat kepada mereka (HR. Muslim no. 1847). Dalam Minhajus Sunnah, Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan mengenai hadits di atas,

Jelaslah dari hadits tersebut, penguasa yang wajib ditaati adalah yang memiliki sulthon (kekuasaan), baik penguasa tersebut adalah penguasa yang baik atau pun zholim Jika ada yang

Barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu (QS. Al Baqarah: 194). Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa (QS. Asy Syura: 40). Syubhat ini kata Muhammad bin Ali Asy Syaukani ulama di masa silam dari negeri Yaman- bisa dibantah dengan kita mengatakan bahwa dua ayat ini bersifat umum dan dikhususkan dengan dalil yang menyatakan tetap harus taat kepada penguasa meskipun ia fasik dan zholim. Jadi, menurut Asy Syaukani, kaedah membalas kezholiman dengan kezholiman tidaklah berlaku untuk penguasa karena mengingat maslahat yang besar jika tetap mentaati mereka. Walau disampaikan nasehat seperti ini dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yaitu taat kepada penguasa yang zholim, mahasiswa tetap saja tidak mau bersabar. Tetap brutal dan membuat keonaran dalam demonstrasi. Padahal jika mau bersabar dan taat pada mereka ketika dizholimi, maka pasti ada kebaikan di balik itu semua. Ibnu Abil Izz rahimahullah berkata, Hukum mentaati pemimpin adalah wajib, walaupun mereka berbuat zholim (kepada kita). Jika kita keluar dari mentaati mereka maka akan timbul kerusakan yang lebih besar dari kezholiman yang mereka perbuat. Bahkan bersabar terhadap kezholiman mereka dapat melebur dosa-dosa dan akan melipat gandakan pahala. Allah Taala tidak menjadikan mereka berbuat zholim selain disebabkan karena kerusakan yang ada pada diri kita juga. Ingatlah, yang namanya balasan sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan (al jaza

min jinsil amal). Oleh karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam istigfar dan taubat serta berusaha mengoreksi amalan kita (Syarh Aqidah Ath Thohawiyah, hal. 381). Ibnu Rajab rahimahullah berkata, Mendengar dan mentaati penguasa kaum muslimin mengandung maslahat dunia, mudahnya urusan hamba, dan bisa menolong hamba dalam mentaati Allah (Jaamiul Ulum wal Hikam, 2: 117). Ketiga: Demonstrasi bukanlah jalan satu-satunya untuk mengajukan aspirasi kepada penguasa. Tidak baik jika ada seribu cara untuk meraih maslahat, namun yang dipilih adalah cara yang mengandung kerusakan. Dalam hadits disebutkan,

Ada tiga hal yang hati seorang muslim tidak menjadi dengki karenanya: ikhlas beramal hanya untuk Allah, memberi nasehat kepada para penguasa, dan tetap bersama jamaah karena doa (mereka) meliputi dari belakang mereka (HR. Tirmidzi no. 2658 dan Ahmad 3: 225. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih). Namun bagaimanakah cara menasehati penguasa yang dimaksud? Tentu saja dengan cara yang tidak menimbulkan kerusakan. Jika kezholiman penguasa dibalas dengan kerusakan pula, maka ini tentu tidak dibenarkan dalam Islam. Karena kaedah para ulama yang telah masyhur,

Kerusakan tidak boleh dihilangkan dengan kerusakan pula. Keempat: Cara mengajukan aspirasi kepada penguasa adalah dengan empat mata, bukan di depan khalayak ramai dan bukan dengan menyebarkan aib penguasa di hadapan rakyat atau media. Hal ini jelas berbeda dengan yang ditempuh dalam demonstrasi. Kadang para demonstran mempunyai sifat pengecut karena hanya berani jika dengan orang banyak dan tidak berani jika hanya sendirian. Dari Iyadh, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang hendak menasihati pemerintah dengan suatu perkara maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang

yang menasihati) (HR. Ahmad 3: 403. Syaikh Syuaib Al Arnauht mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain). Cobalah lihat bagaimanakah nasehat para salaf dalam menyampaikan nasehat pada penguasa. Ahmad meriwayatkan dalam Al-Musnad dari Said bin Jumhan bahwa ia berkata, Aku pernah bertemu Abdullah bin Abi Aufa. Aku pun mengadu, Sesungguhnya penguasa benar-benar telah berbuat zhalim kepada rakyat! Kemudian dia memegang tanganku dan menggenggamnya dengan kuat. Katanya, Celaka kamu Ibnu Jumhan! Kamu harus selalu berada dalam sawad azham (jamaah). Kamu harus selalu berada dalam sawad azham (jamaah). Jika penguasa mau mendengarmu, datangilah di rumahnya, lalu beritahu dia apa yang kamu ketahui. Jika dia mau menerima nasehat darimu, itulah yang diinginkan. Jika tidak mau, kamu bukanlah orang yang lebih tahu. Termasuk cara yang keliru pula adalah mengingkari penguasa di hadapan orang banyak lewat majelis-majelis, ketika menyampaikan nasehat, khutbah, atau pelajaran, dan sebagainya, sementara penguasa tersebut tidak bersama kita. Yang kedua ini adalah termasuk ghibah (menggunjing penguasa saat ia tidak di bersama kita). Sebagaimana seorang rakyat jelata tidak boleh dighibahi, maka begitu pula penguasa. Allah Taala berfirman menunjukkan haramnya ghibah,

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS. Al Hujurat: 12). Mengenai haramnya ghibah disebutkan pula dalam hadits berikut, . - . .

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya, "Tahukah kamu, apa itu ghibah?" Para sahabat menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai. Seseorang bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah mengghibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti) (HR. Muslim no. 2589). Sebagian orang suka menggunjing penguasa. Jika dijelaskan bahwa hal itu tidak boleh, biasanya berdalil dengan hadits dari Abu Said Al Khudri bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya salah satu jihad yang paling afdhol adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zhalim (HR. Abu Daud no. 4344, An Nasai no. 4209, dan Tirmidzi no. 2174. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Ia akan mengatakan bahwa yang diucapkannya itu adalah kebenaran! Jawabnya, bukan haditsnya yang salah, tetapi orang yang memahaminya. Pertama, dalam hadits ini disebutkan di hadapan, artinya di depan penguasa dan ketika bersamanya, bukan ketika tidak bersama penguasa. Kedua, hadits ini tidak menunjukkan supaya mengingkari penguasa dengan cara terang-terangan atau dengan cara mengghibahnya. Hadits ini menjadi jelas jika dipahami bersama hadits Iyadh yang menyebutkan adanya tuntutan menyampaikan nasehat dengan cara sembunyi-sembunyi. http://remajaislam.com/islam-dasar/jalanku/194-kerusakan-demonstrasi-dalam-kacamataislam.html

(DEMONSTRASI DALAM ISLAM: DIBOLEHKAN, BIDAH ATAUKAH HARAM????) http//Al-Ikhwan.net Apakah Berdemonstrasi Bidah.htm Abi AbduLLAAH

Segala puji bagi ALLAAH yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa agama yang hanif dan toleran (hanifiyyah wa samhah) untuk menghilangkan segala keberatan (al-aghlal) dan ekstrimitas (al-ghuluww) dari ajaran agama sebelumnya dan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta..

Semoga shalawat serta salam tercurah pada Imam para Dai, pembawa panji risalah, yang karena rahmat ALLAAH beliau bersifat lembut serta terpelihara dari sifat kasar dan keras, sangat pemaaf serta pemurah terhadap orang-orang beriman, juga bagi keluarga, para sahabat dan pengikutnya, serta siapa saja yang meneladani dan berpedoman pada ajaran beliau tersebut sampai hari kiamat nanti. Amma badu.

Di dalam Al-Quran, ALLAAH SWT memerintahkan kita agar menjauh dari sifat ekstrem dalam berperilaku dan menghindari dari mengikuti hawa-nafsu saat berfatwa seperli kelakuannya para Ahli Kitab, melalui firman-Nya: Artinya: Wahai ahli Kitab janganlah kalian bersikap ekstrem (ghuluw) dalam agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu kaum sebelum kalian yang telah sesat dan menyesatkan banyak orang.

ALLAAH SWT juga memerintahkan kita untuk bersikap adil dan moderat dalam segala ucapan, hati dan perilaku kita dengan firman-NYA: Artinya: Demikianlah KAMI telah menjadikan kalian ummat yang adil dan moderat, supaya kalian menjadi saksi atas sekalian manusia dan Rasul menjadi saksi atas kalian.

ALLAAH SWT melarang menjadikan kebencian kita kepada suatu kaum atau kelompok membuat kita menjadi tidak adil dalam berkata dan berfatwa dengan firman-NYA: Artinya: Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian konsisten menjadi saksi yang adil karena ALLAAH, dan janganlah kebencian kalian atas suatu kaum menjadikan kalian menjadi

tidak adil, bersikap adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa dan takutlah kalian kepada ALLAAH, sungguh ALLAAH Maha Mengawasi apa yang kalian perbuat.

Rasulullah SAW memberitakan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari jalur Anas bin Malik RA, agar para ulama saat berdakwah senantiasa memberi kemudahan pada ummat dan tidak mempersulit atas mereka, yaitu ketika beliau bersabda: Artinya: Permudahlah oleh kalian semua dan jangan dipersulit, gembirakanlah mereka dan jangan disusahkan, bersepakatlah dengan mereka dan jangan berselisih.

Perkataan ini sering disampaikan oleh Nabi SAW saat mengutus Muadz RA ke Yaman, sebagaimana juga saat mengutus para shahabatnya RA untuk berdakwah ke berbagai tempat yang jauh.[6] Dan dalam Shahih Al-Bukhari dalam taliq-nya atas hadits ini disebutkan bahwa Nabi SAW senantiasa menginginkan keringanan dan kemudahan untuk manusia. Rasulullah SAW juga memperingatkan dengan keras dari orang-orang yang sering berlebihan dan sok berdalam-dalam dalam berfatwa dalam sabdanya: Artinya: Binasalah orang-orang yang mutanaththiun! Binasalah orang-orang yang mutanaththiun! Binasalah orang-orang yang mutanaththi.

Di antara fatwa terburu-buru dan prematur yang muncul tersebut adalah fatwa tentang haramnya demonstrasi, yang konon menurut mereka: Karena pencetusnya adalah orang-orang kafir, atau orang-orang yang tidak menghiraukan dalil dan tidak menggunakan akal. Kemudian penyakit ini berpindah ke negeri-negeri kaum muslimin melalui didikan barat. Ini semua diterima oleh orang-orang yang hatinya menyimpang atau yang telah dididik oleh Barat, kemudian di tulis di koran-koran dan disebarkan melalui media masa, gaungnya begitu kuat, sehingga disangka oleh masyarakat, bahwa itu semua merupakan suatu kebenaran, padahal ini merupakan kebatilan yang paling buruk.

Lalu marilah kita cermati fatwa yang dikeluarkan ulama tersebut tentang demonstrasi, kemudian kita bahas secara ilmiah dan jernih, jauh dari sifat taashshub (fanatik buta) serta suuzhann (berprasangka buruk), kita jauhi celaan pada pribadinya dan kita berkonsentrasi pada apa yang telah dibahasnya saja.

Untuk memudahkan pembaca rahimakumuLLAAH- mengikuti metode bantahan saya ini, maka saya sebutkan dengan urutan PENANYA (orang yang bertanya), HUJJAH DARI SYAIKH (jawaban dari Syaikh yang saya kritik) dan diakhiri dengan JAWABAN SAYA (sanggahan saya atasnya), al-haqqu ahaqqu an yuttaba (sungguh kebenaran itu lebih layak untuk diikuti), waLLAAHu waliyyut Taufiq..

Bagaimana hukum demonstrasi?

AWABAN SYAIKH: Demonstrasi adalah bidah ditinjau dari berbagai sudut pandang. HUJJAH PERTAMA DARI SYAIKH: Demonstrasi ini digunakan untuk menolong agama ALLAAH, dan meninggikan derajat kaum muslimin, lebih-lebih di negeri-negeri Islam. Dengan demikian, menurut pelakunya, demonstrasi merupakan ibadah, bagian dari jihad. Sedangkan kita telah memahami, bahwa hukum asal ibadah adalah terlarang, kecuali jika ada dalil yang memerintahkannya. Dari sudut pandang ini, demonstrasi merupakan bidah dan perkara yang diada-adakan di dalam agama.

JAWABAN SAYA: Syaikh telah benar jika yang dimaksudkannya bahwa demonstrasi adalah bidah dari sisi bahasa (lughah), yaitu jika kita menggunakan bahasa Inggris (demonstration), tapi ia bukan bidah secara syariah, karena jangankan para Salaf, bahkan shahabat RA-pun pernah melakukan demonstrasi, kendatipun tentunya tidak dinamakan demonstrasi secara bahasa, maka nanti saya akan buktikan pada Syaikh, bahwa Islam telah lebih dulu mengadakan demonstrasi dibanding Barat, dalilnya menyusul insya ALLAAH.

Lalu Syaikh juga sungguh telah berlebihan, memasukkan demonstrasi sebagai masalah ibadah, bagaimana ia bisa berfatwa demikian? Padahal semua orang pun tahu demonstrasi bukan sebuah

ibadah (bahkan di Barat sendiripun ia bukan sebuah ibadah), ia hanyalah sebuah sarana (wasilah) dalam politik dan dakwah, sama dengan menggunakan internet ataupun radio atau TV saat berpolitik dan berdakwah, maka mengapakah Syaikh juga tidak mengharamkan internet karena ia juga sarana dakwah asli dari Barat?! ALLAAH SWT berfirman: Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi musuh-musuh kalian dari segala kekuatan yang kalian sanggupi, dari Kuda-kuda perang yang ditambat, yang dengannnya dapat menggentarkan musuh-musuh.

Saya ingin bertanya kepada Syaikh bagaimana pendapatnya tentang ayat ini? Sedangkan ayat ini menyebutkan secara jelas dan tegas penggunaan Kuda dalam peperangan, apakah Syaikh di zaman ini juga akan berperang melawan musuh Islam dengan Kuda, hanya karena ia telah dijelaskan secara zhahir dalam Al-Quran?!

Jelaslah bagi pembaca hal yang disebutkan secara tekstual saja dalam ayat Al-Quran jika menyangkut wasilah maka bisa diganti dan dikembangkan jika memang ada yang lebih baik (sepanjang istinbath-nya tentu saja didasarkan oleh dalil shahih dan menggunakan metode yang benar) maka apatah lagi hal yang tidak dijelaskan secara jelas dalam Al-Quran maupun AsSunnah seperti demonstrasi, partai, parlemen, pemilu, dan sebagainya.

Demikian pula jika pandangan Syaikh benar, maka seharusnya Nabi SAW menolak penggunaan Khandaq (parit) saat perang Ahzab tahun ke-4 Hijrah[12], karena ia merupakan budaya perang asli dari Persia dan secara jelas dalam kitab Sirah disebutkan bahwa bangsa Arab tidak pernah mengenalnya[13], disebutkan para sahabatnya RA saat menggali parit tersebut sambil menyenandungkan nasyid perjuangan dengan suara yang keras[14] dan Nabi SAW-pun ikut menyahutinya[15].

Demikian pula ayat ini dan ayat-ayat serta hadits yang semisalnya mewakili pandangan saya atas bolehnya menggantikan membayarkan zakat Ziraah, Anaam dan Fithrah dengan uang (tidak dengan barang), namun disini bukan tempatnya saya membahasnya. SEKIAN

HUJJAH KEDUA DARI SYAIKH:

Nabi SAW terkena fitnah dan ujian para sahabat sepeninggal beliau juga demikian, seperti peperangan dengan orang-orang murtad, tidak ketinggalan pula umat beliau selama berabad-abad juga diuji. Akan tetapi mereka semua tidak demonstrasi. Jika demonstrasi itu baik, tentunya mereka akan mendahului kita untuk melakukannya.

JAWABAN SAYA: Demonstrasi -seperti yang sudah saya katakan- hanya merupakan sebuah wasilah dakwah, sama seperti metode Khandaq -yang juga telah saya sebutkan takhrij hadits-nya di atas-, maka tentu saja ia tidak perlu dilakukan kecuali pada saat ia diperlukan saja, bisa sekali atau seringkali tergantung kebutuhannya. Sebagaimana saya katakan di atas, bahkan dimasa Nabi SAW juga pernah dilakukan demonstrasi, maka akan saya sebutkan beberapa bukti peristiwa demonstrasi dalam Sirah berikut takhrij hadits-haditsnya, namun sebelum itu marilah kita telaah kayfiyyat (tatacara) demonstrasi itu sendiri sebagai berikut: Demonstrasi bisa dilakukan secara perorangan maupun berkelompok, demonstrasi secara perorangan disebutkan dalilnya dalam Sirah yang Shahih diantaranya sebagai berikut: 1. Demonstrasi Abu Dzar RA saat ia baru masuk Islam. Diriwayatkan saat ia baru masuk Islam, Nabi SAW sudah melarangnya (berdemonstrasi) menunjukkan keIslamannya di depan umum, namun ia bersikeras dan berkata: Demi ALLAAH! Akan aku sampaikan risalah ini secara terang-terangan di depan mereka semua! (dan Nabi SAW membiarkannya) Maka iapun melakukannya hingga dihajar sampai babak-belur oleh aparat keamanan Quraisy, sehingga ditolong oleh Abbas RA[16]. 2. Demonstrasi masuk Islamnya Umar RA di Masjidil Haram. Diriwayatkan saat ia baru masuk Islam, ia langsung bertanya tentang siapa tokoh Qurasiy yang paling cepat menyebar berita (baca: jurnalis-ulung), saat dijawab: Jamil bin Muammar Al-Jamhi, maka Umar RA langsung menemuinya dan menyampaikan keIslamannya, tanpa menjawab Jamil langsung menarik kainnya pergi lalu menyiarkan berita ini di mesjid Haram, sehingga terjadi perdebatan seru antara Umar RA dengan orang-orang Qurasiy hingga tengah hari[17]. Demonstrasi yang dilakukan secara berkelompok, adalah sebagai berikut: 1. Demonstrasi para Shahabat RA, melakukan shalat secara terang-terangan di Kabah pasca Islamnya Umar RA. Berkata Ibnu Masud RA: Sungguh kami takut melakukan shalat

terang-terangan di Kabah sebelum Umar masuk Islam, namun setelah ia masuk Islam maka ia berani mengajak mereka bertengkar, sehingga kami berani melakukan shalat terang-terangan disana[18]. 2. Awal mulanya sejarah Idhthiba (demonstrasi menunjukkan kekuatan kaum muslimin pada aparat dan pemerintah kafir Quraisy) saat Thawaf. Bulan Dzulqadah th ke-7 Hijrah Nabi SAW bersama para shahabat RA melakukan umrah-qadha atas Hudhaibiyyah yang gagal, singkat cerita saat thawaf di Kabah nabi SAW menyuruh para shahabatnya RA ber-thawaf sambil demontrasi memamerkan otot tangan kanan mereka (demontrasi kekuatan kaum muslimin), sehingga kaum musyrikin kagum akan kekuatan fisik muslimin yang sedang Thawaf tersebut[20]. Setelah lewat 3 hari kaum musyrik menemui Ali RA sambil berkata: Tolong sampaikan pada teman-teman anda agar segera meninggalkan kami karena batas waktu (izin demonya) sudah habis[21]. Cara berdemo dengan idhthiba ini bahkan diperingati sampai sekarang dan menjadi kewajiban setiap lelaki muslim saat Thawaf. Demikian wahai Syaikh akramakaLLAAH-, jadi saat anda melihat sebuah perilaku yang dilakukan orang Barat atau siapapun yang non-muslim, jangan langsung merasa antipati, tapi cobalah renungkan mungkin Islam-lah yang lebih dulu telah melakukannya dan merekalah yang meniru kaum muslimin.

HUJJAH KETIGA DARI SYAIKH: Sebagian orang menisbatkan demonstrasi kepada Umar bin Al-Khaththab RA, dan ini sama sekali tidak benar, karena keshahihan riwayatnya tidak diakui oleh para ulama. Maka penisbatan demonstrasi kepada Umar merupakan kedustaan atas nama beliau sang pembeda (Al-Faruq) RA yang katanya masuk Islam terang-terangan dan berhijrah di siang bolong.

JAWABAN SAYA: Riwayat demonstrasi Umar RA saat masuk Islam secara terang-terangan, telah saya takhrij-kan terdahulu sumbernya, jika masih dianggap kurang saya sertakan beberapa riwayat penguatnya sebagai berikut: 1. Riwayat Fathimah binti Al-Khattab RA: Demi ALLAAH setelah masuk Islam, Umar adalah orang yang aku andalkan dalam membela Islam. 2. Riwayat Ibnu Masud RA: Kami selalu dalam keadaan mulia sejak masuk Islamnya Umar bin

Khattab. Dalam riwayat lainnya ia berkata: Sungguh masuk Islamnya Umar merupakan pertolongan. 3. Riwayat Ibnu Abbas RA saat ditikamnya Umar RA ia berkata: Dahulu saat anda masuk Islam menjadikan kemuliaan, karena jasa andalah ALLAAH membuat Islam menjadi jaya, jagi Nabi SAW dan para shahabatnya.

Dan banyak riwayat lainnya, maka saya doakan juga semoga Syaikh hafizhahuLLAAH- juga tidak dicatat disisi ALLAAH SWT sebagai berdusta atas nama Al-Farouq karena telah mendustakan riwayat-ayat tersebut di atas, aamiin ya RABB.. Saya cuma ingin menyampaikan pada Syaikh agar tidak kesusu (terburu-buru, red.) menuduh berdusta, karena yang namanya ilmu itu terus berkembang wahai Syaikh, maka jikapun ada kesalahan maka bisa jadi karena kekhilafan semata, jangan langsung sebagaimana sifatnya dan para pengikutnya-meragukan aqidahnya, atau kejujurannya, atau tuduhan yang tidak layak ditujukan kepada seorang muslim apalagi pada orang yang dianggap sebagai ulama. Wa fawqa kulla dzi ilmin aliim..

HUJJAH KEEMPAT DARI SYAIKH: Di dalam demonstrasi ada tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir, padahal Rasulullah SAW bersabda: Artinya: Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka [HR Abu Dawud dengan sanad yang hasan] Hal ini dikarenakan demonstrasi tidak dikenal dalam sejarah kaum muslimin kecuali setelah mereka bercampur baur dengan orang-orang kafir.

JAWABAN SAYA: Mengapa Syaikh ini berpendapat demikian? Jawabannya karena ia telah lebih dahulu menjustifikasi bahwa demonstrasi adalah dari orang Kafir -sebelum ia melakukan penelitian mendalam tentang berbagai dalil shahih yang bisa di-istinbath sebagai bentuk demonstrasi di masa awal Islam-, sehingga kesimpulannya pastilah demikian akhirnya.

Seandainya Syaikh mencoba membalik pertanyaannya menjadi: Apakah mungkin orang Barat-

lah malah yang meniru kaum muslimin dalam masalah demonstrasi ini? Maka mungkin model penelitiannya menjadi lain, dan kesimpulannya juga amat mungkin berbeda dengan hasil penelitiannya sekarang.

Saya kemukakan demikian karena memang dalam banyak hal Barat telah meniru kaum muslimin dalam berbagai masalah, dari masalah ilmu pengetahuan alam sampai ilmu pengetahuan sosial, dari masalah sastra sampai kedokteran.

HUJJAH KELIMA DARI SYAIKH: Demonstrasi secara umum tidak akan bisa digunakan untuk membela kebenaran dan tidak akan bisa digunakan untuk mengugurkan kebatilan. Terbukti, seluruh dunia demonstrasi untuk menghentikan kebengisan Yahudi di Palestina, apakah kebiadaban Yahudi berhenti? Atau apakah kejahatan mereka semakim menjadi-jadi karena melihat permohonan tolong orang-orang lemah?!!

Jika ada orang yang mengatakan: Demonstrasi merupakan perwujudan amar maruf dan nahi mungkar. Maka kita katakan: Kemungkaran tidak boleh diingkari dengan kemungkaran yang semisalnya. Karena kemungkaran tidak akan diingkari kecuali oleh orang yang bisa membedakan antara kebenaran dan kebatilan, sehingga dia akan mengingkari kemungkaran tersebut atas dasar ilmu dan pengetahuan. Tidak mungkin kemungkaran bisa diingkari dengan cara seperti ini.

JAWABAN SAYA: Hujjah ini juga didasari oleh wahm (praduga) belaka, tidak ada bobot ilmiahnya sedikitpun. Wahai Syaikh semoga ALLAAH menyayangi antum- seandainya antum berbaik sangka kepada saudara antum yang berjuang untuk Islam, mungkin sebelum antum berkesimpulan seperti ini antum menyempatkan dulu bertanya pada kami: Bagaimana manfaatnya demonstrasi itu? Apa target-target-nya? Apakah target tersebut sudah tercapai? Dan sebagainya.

Demikianlah kita diperintahkan ALLAAH SWT dalam firman-NYA: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan mereka lalu menyiarkannya, dan

seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri tersebut). Maka seandainya tidaklah karena karunia dan rahmat ALLAAH kepada kalian, tentulah kalian mengikut Syaithon, kecuali sebahagian kecil saja.

Wahai Syaikh rahimakaLLAAH- demonstrasi tersebut tujuannya bukanlah membuat berhenti totalnya kezhaliman di Palestina, karena berhenti totalnya kezhaliman hanya akan terjadi jika kaum muslimin telah memiliki kekuatan (bargaining position) yang seimbang, dan itu semua dengan terus melakukan pengkaderan aqidah dan politik di seluruh negara kaum muslimin.

Tujuan demonstrasi adalah justru karena kita belum memiliki kekuatan yang seimbang, maka perlu mempengaruhi opini dari kelompok-kelompok yang non muslim yang netral ataupun yang tidak suka pada kekerasan agar mereka bersimpati, karena ketahuilah bahwa mereka itu tidak semuanya zhalim, ada juga yang tidak menyukai kekerasan dan kezhaliman, hal ini juga disitir dalam firman ALLAAH SWT: Mereka itu tidak sama: Diantara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus. Dan berkaitan dengan bukti-bukti efektifnya opinion-building ini, tafadhal Syaikh mencek kepada kaum muslimin yang ada di berbagai negara Barat, berbagai gerakan anti penjajahan rakyat Palestina juga menjadi marak disana dan yang demikian ini juga mempengaruhi pemerintah mereka untuk bersikap mendesak Israel karena tekanan dari publik dan massa pendukung partai mereka, hal yang lain juga menjadi buruknya citra Bush dan para pendukung Israel lainnya, oleh sebab itulah maka kami menganggapnya termasuk amar maruf nahyul munkar, karena perbuatan Israel menjajah Palestina termasuk kemungkaran besar[29] dan mengubahnya dengan apa yang kita mampu saat ini adalah wajib berdasarkan kaidah ushul: Ma la yudraku kulluhu fala yutraku julluhu. Jika efektifitas cara kami ini masih didebat juga, maka saya katakan: Lalu apakah efektifnya dakwah Syaikh di negara Saudi itu? Bukankah pemerintahnya menurut antum sudah Islami (karena sering dipuji oleh para ulamanya)? Lalu setelah aqidah masyarakatnya mayoritas sudah bersih dan ibadahnya baik, apa manfataanya bagi dunia Islam? Ternyata sampai sekarang masih didikte dan dikuasai AS? Bisakah negara antum itu membebaskan Palestina? Jikapun kami belum mampu membebaskannya, maka ketahuilah bahwa kami belum memiliki negara sendiri,

tapi antum? La yaskhar qawmun min qawmin asa an yakunu khairan minhum..

HUJJAH KEENAM DARI SYAIKH: Termasuk misi rahasia sekaligus segi negative demonstrasi adalah, bahwa demonstrasi merupakan alat dan penyebab habisnya semangat rakyat, karena ketika mereka keluar, berteriakteriak dan berkeliling di jalanan, maka mereka kembali ke rumah-rumah mereka dengan semangat yang telah sirna serta kecapaian yang luar biasa. Padahal, yang wajib bagi mereka adalah menggunakan semangat tersebut untuk taat kepada ALLAAH, mempelajari ilmu yang bermanfaat, berdoa dan mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh, sebagai bentuk pengamalan firman ALLAAH.

Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh ALLAAH dan musuhmu dan orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya ; sedang ALLAAH mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan ALLAAH niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan) [Al-Anfaal: 60]

JAWABAN SAYA: Mungkin Syaikh benar jika melihatnya dari sisi itu, namun kami melihatnya dari sisi yang lain, renungkanlah wahai Syaikh: Bahwa menurut kami demonstrasi malah merupakan latihan fisik dan mental menuju jihad yang sebenarnya, karena tidak mungkin orang yang tidak pernah berlatih akan tiba-tiba mahir berjihad qital. Apalagi yang kita hadapi bukan semata-mata perang militer tapi juga perang pemikiran, opini di media-massa, kekuatan lobi, boikot ekonomi, dll.

Mempelajari ilmu syariah memang tidak kami pungkiri ia adalah amat penting, namun tidak seluruh kaum muslimin wajib melakukannya sampai ke tingkat ulama, berdasarkan ayat: Tidak sepatutnya bagi orang mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapakah tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Dalam ayat tersebut dijelaskan agar dari tiap firqah mujahid cukup ada thaifah yang tafaqquh fiddin, dan bukan dibalik menjadi dari tiap firqah thullab cukup ada thaifah yang berjihad. Maka bagi mayoritas kaum muslimin tersebut cukuplah bertanya pada ulama jika ada yang tidak mereka ketahui berdasarkan ayat: Maka bertanyalah kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui.[31] Demikian pula yang diamalkan dalam sunnah, para shahabat RA yang ulama tidaklah banyak, tetapi semua mereka adalah wajib menjadi mujahid kecuali bagi para munafiqin yang tidak mau berjihad. Dan bahkan ayat yang Syaikh kemukakan di atas al afwu minkum- malah memerintahkan kita untuk menyiapkan perlengkapan jihad dan bukan mencari ilmu. waLLAAHu alam..

HUJJAH KETUJUH DARI SYAIKH: Di dalam demonstrasi tersimpan kemungkaran yang begitu banyak, seperti keluarnya wanita (ikut serta demonstrasi, padahal seharusnya dilindungi di dalam rumah, bukan dijadikan umpan,pent), demikian juga anak-anak kecil, serta adanya ikhtilath, bersentuhannya kulit dengan kulit, berdua-duan antara laki-laki dan perempuan, ditambah lagi hiasan berupa celaan, umpatan keji, omongan yang tidak beradab? Ini semua menunjukkan keharaman demonstrasi.

JAWABAN SAYA: Dalam demonstrasi kami insya ALLAAH tidak demikian wahai Syaikh, semuanya telah diminimalisir, wanita kami tetap menutup aurat, ikhtilath juga dihindari dengan barisan yang dipisahkan antara pendemo ikhwan dengan akhwat, adapun soal wanita keluar rumah telah saya bahas di millist ini dalam judul: Keikutsertaan Wanita Dalam Aktifitas Politik di Masa Nabi SAW.

Tentang bersentuh kulit, yang saya alami saat berdemo adalah dengan istri dan anak saya yang akhwat saja, demikianlah yang dilakukan oleh kader inti (yang sudah tertarbiyyah baik), adapun yang suka bermaksiat maka jangankan saat berdemo, sedangkan saat di mesjid dan mendengar ceramahpun mereka bisa melakukan maksiat tersebut, maka bukan demonya yang disalahkan.

Umpatan atau celaan -sebagaimana juga Syaikh ketahui- dibenarkan atas orang yang dizhalimi:

ALLAAH tidak menyukai ucapan yang buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya..[32] Maka aniaya yang mana lagi yang lebih besar dari pembunuhan, perampasan dan pemerkosaan hak-hak kaum muslimin secara massal? Jangankan dengan perkataan, bahkan dengan tindakanpun dibenarkan berdasarkan ayat: Dan balasan atas perbuatan buruk adalah perbuatan buruk yang serupa..[33] Demikianlah.

HUJJAH KEDELAPAN DARI SYAIKH: Islam memberikan prinsip, bahwa segala sesuatu yang kerusakannya lebih banyak dari kebaikannya, maka dihukumi haram. Mungkin saja demonstrasi berdampak pada turunnya harga barang-barang dagangan, akan tetapi kerusakannya lebih banyak dari kemaslahatannya, lebih-lebih jika berkedok agama dan membela tempat-tempat suci.

JAWABAN SAYA: Jawabannya sudah saya kemukakan dalam point-point sebelumnya, bahwa jangan di gebyahuyah demonstrasi yang Islami dengan yang jahili, karena keduanya berbeda, tujuannya berbeda dan kayfiyyat-nya juga berbeda. Tugas kita semualah untuk melakukan Islamisasi dalam segala aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, dan bukan dengan diam berpangku tangan dan mencibir sinis pada masyarakat sambil berbangga dengan apa yang sudah kita miliki. waLLAAHu alamu bimanit taqa.

Kemudian hendaklah anda -wahai Syaikh yang mulia- menghindari menggunakan kata berkedok keagamaan dan tempat suci, karena kami tidak berjuang karena kedok, melainkan dengan ikhlas liLLAAHi taala, kami ikhlaskan waktu untuk mencari sesuap dan dua suap nasi kami demi membela saudara-saudara kami yang dizhalimi, kami kehujanan dan kepanasan karena ikatan hati kami dan tidak tahan melihat saudara kami dijajah dan dianiaya oleh Yahudi

Mudah-mudahan semua itu dicatat oleh ALLAH SWT sebagai bukti cinta kami yang tulus pada saudara kami sesama muslim, tidak ada ikatan darah atau keturunan kami dengan mereka, bahkan kenalpun tidak dengan mereka, ALLAAH-lah saksinya kami hanya ingin mengamalkan

hadits nabi SAW: Perumpamaan orang mumin dengan mumin lainnya dalam saling mencintai, saling kasih-sayangdan saling peduli perumpamaan satu tubuh, jika satu bagian terluka maka seluruh tubuhnya tidak bisa tidur karena demam.[34] Minimal bila ditanya ALLAAH kelak kami dapat menjawabnya bahwa kamipun tidak nyenyak tidur dan ikut bergadang serta bersama-sama membela mereka melalui lisan-lisan kami. Dan kamipun juga mendengar betapa terharu dan bergembiranya saudara kami di Palestina sana saat demo kami di sini disiarkan, oleh media internasional dan merekapun menontonnya di TV, sehingga hal tersebut meningkatkan semangat hidup dan semangat juang mereka, demikian pula dapat memacu saudara-saudara kami di negara Arab yang notabene adalah saudara seketurunan dengan Palestina agar merasa malu dan lebih lebih serius lagi membela saudaranya dibanding kami, termasuk para penguasa dan Raja di negara tuan.

HUJJAH KESEMBILAN DARI SYAIKH: Demonstrasi, terkandung di dalamnya kemurkaan ALLAAH dan juga merupakan protes terhadap takdir, karena Nabi ShallALLAAHu alaihi wa sallam bersabda. Artinya: Jika ALLAAH mencintai suatu kaum, maka ALLAAH akan menguji mereka. Jika mereka ridho, maka mereka akan diridhoi oleh ALLAAH. Jika mereka marah, maka ALLAAH juga marah kepada mereka. Sebelum perang Badr Nabi ShallALLAAHu alaihi wa sallam beristighatsah (memohon pertolongan di waktu genting,-pent) kepada ALLAAH. Artinya: (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankanNya bagimu:Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut [Al-Anfaal: 9]

Beliau juga merendahkan diri kepadaNya sampai selendang beliau terjatuh, Beliau memerintahkan para sahabat untuk bersabar menghadapi siksaan kaum musyrikin. Beliau ShallALLAAHu alaihi wa sallam dan para sahabatnya sama sekali tidak pernah mengajak demonstrasi padahal keamanan mereka digoncang, mereka disiksa dan didzalimi. Maka, demonstrasi bertentangan dengan ajaran kesabaran yang diperintahkan oleh ALLAAH ketika menghadapi kedzaliman para penguasa, dan ketika terjadi tragedi dan musibah.

JAWABAN SAYA: Perkataan anda ini aneh, dibuat-buat dan tanaqudhat (kontradiktif) wahai Syaikh, dalil yang anda kemukakan juga tanaqudh dan menggelikan, nampaknya anda hanya sekedar ingin mencari-cari dalih apapun asal dapat mengharamkan demonstrasi, semoga ALLAAH SWT mengampuni anda dan saya, aamiin..

Jika anda menganggap demonstrasi yang merupakan sebuah usaha sebagai bentuk melawan taqdir, maka seharusnya anda juga menganggap jihadnya Nabi SAW melawan orang Kafir di Badr sebagai melawan taqdir pula?! Dan anda juga seharusnya menganggap doa nabi SAW yang anda sebutkan itu sebagai bentuk keraguan beliau SAW akan taqdir ALLAAH SWT pula?!

Inna liLLAAHi wa inna ilayhi rajiun, takutlah pada ALLAAH SWT wahai Syaikh, bolehlah anda tidak setuju pada demonstrasi, karena ia merupakan sebuah ijtihad yang kami istinbath dari dalil, tapi janganlah anda berlebihan menuduh, karena ia akan berbalik menimpa diri anda sendiri, ingatlah firman ALLAAH SWT: Tidaklahlah satu kata yang kamu ucapkan kecuali ada disebelahnya malaikat yang dekat lagi mencatat.[35] Lalu mengapa demonstrasi tidak dilakukan oleh Nabi SAW saat Badr?! Lalu siapakah yang mau didemo?! Lha wong saat itu kaum muslimin sudah siap untuk berperang dan kekuatan merekapun sudah disiapkan untuk itu, kamipun jika semua kaum muslimin di berbagai negara sudah siap dan bersatu menekan Israel secara fisik maka untuk apa lagi berdemo?!

Justru demo tersebut sebagaimana telah kami tunjukkan dalilnya- dilakukan para shahabat RA saat di Makkah dan kondisi kaum muslimin masih lemah, demikian pulalah yang kami lakukan saat ini. Atau mungkin yang anda maksud melawan taqdir adalah berdemo kepada ALLAAH SWT?! ALLAAH yahdiik..

HUJJAH KESEPULUH DARI SYAIKH: Demonstrasi merupakan kunci yang akan menyeret pelakunya untuk memberontak terhadap para penguasa, padahal kita dilarang melakukan pemberontakan dengan cara tidak membangkang kepada mereka.

Betapa banyak demonstrasi yang mengantarkan suatu negara dalam kehancuran, sehingga timbullah pertumpahan darah, perampasan kehormatan dan harta benda serta tersebarlah kerusakan yang begitu luas.

JAWABAN SAYA: Tidak juga, tergantung siapa dan bagaimana demo tersebut, kami juga ikut dalam pemerintahan tapi kami juga berdemo, keduanya bisa seiring sejalan, tergantung mau diarahkan kemana dan bagaimana melakukan demo tersebut. Demo sekali lagi kami katakan merupakan salah satu marhalah (tahapan) dalam dakwah, maka jika posisi kamum muslimin semakin kuat, maka ia harus ditinggalkan, demikianlah yang telah dicontohkan oleh para shahabat RA, demikianlah saat ini kamipun sudah mulai jarang berdemo, karena kami memanfaatkan metode-metode yang lain yang lebih efektif sejalan perkembangan dakwah kami. Kemudian ingin kami katakan bahwa demo tidak selalu mengantarkan negara pada kehancuran ya Syaikh, jika anda mau bersikap adil maka mengapakah anda tidak melihat juga berapa banyak negara yang menjadi stabil dan makmur dengan demo?

HUJJAH KESEBELAS DARI SYAIKH: Demonstasi menjadikan orang-orang dungu, wanita dan orang-orang yang tidak berkompeten bisa berpendapat, sehingga mungkin tuntutan mereka dipenuhi meskipun merugikan mayoritas masyarakat, sehingga dalam perkara yang besar dan berdampak luas orang-orang yang bukan ahlinya ikut berbicara. Bahkan orang-orang dungu, jahat dan kaum wanita merekalah yang banyak mengobarkan demonstrasi, dan mereka yang mengontak dan memprovokasi massa (!)

JAWABAN SAYA: Ya itu tadi, demonstrasi itu sama seperti internet, yang anda gunakan saat ini untuk menyebarkan fatwa anda ini wahai Syaikh, kalau digunakan untuk maksiat maka sarana internet jauh lebih merusak dari demonstrasi, karena demonstrasi hanya melibatkan berapa puluh sampai berapa ribu orang, tapi internet yang antum gunakan ini sudah merusak jutaan orang di seluruh dunia dengan pornografi dan hal yang merusak lainnya, maka mengapa tidak anda haramkan juga

padahal madharrat-nya jauh lebih besar, jangkauannya lebih luas dan pengaruhnyapun lebih cepat?!

Kemudian ingin saya katakan disini bahwa posisi kami dan anda saat ini bukan sebagai pembuat kebijakan wahai Syaikh, melainkan salah satu anggota masyarakat, sehingga kalaupun Syaikh melarang mereka berdemo maka mereka akan tetap juga melakukannya, kalaupun kami tidak berdemo, maka orang-orang yang Syaikh sebutkan itu akan tetap berdemo dengan cara mereka, justru kami berpendapat bahwa dengan mereka melihat cara demo kami maka akan bisa menjadi contoh bagi mereka, jadi posisi kami adalah memanfaatkan sarana yang ada (demo) karena tidak mungkin untuk menghapuskannya.

HUJJAH KEDUABELAS DARI SYAIKH: Para pengobar demonstrasi senang terhadap siapa saja yang berdemo dengan mereka, walaupun dia seorang pencela sahabat Nabi, tukang ngalap berkah dari kuburan-kuburan bahkan sampaipun orang-orang musyrik, sehingga akan anda dapati seorang yang berdemo dengan mengangkat Al-Quran, disampingnya mengangkat salib (Nasrani), yang lain membawa bintang Dawud (Yahudi), dengan demikian maka demonstrasi merupakan lahan bagi setiap orang yang menyimpang, kafir dan ahli bidah.

JAWABAN ANA: Semua ini harus diukur dengan adil antara maslahatnya dan madharratnya, urusan orang membawa Salib dan bintang Daud bisa diselesaikan bada demonstrasi karena yang demikian siapapun tahu bahwa ia tidak bisa diubah dalam waktu dekat, bahkan sambil anda membayar listrik atau telponpun bisa jadi anda berdiri ngantri dengan orang-orang seperti itu.

Hal berikutnya adalah tidak ada dalil yang melarang berdiri dan berbicara dengan orang yang membawa Salib ataupun bintang Daud baik dalam Kitab maupun Sunnah, bahkan Nabi SAW bertetangga dengan mereka dan bermuamalah dengan mereka sebagaimana ditulis dalam kitabkitab Shahih.

Oleh karenanya kami berpendapat jika kita dapat mengajak mereka mendukung kebijakan-

kebijakan kita maka justru telah berhasil mempengaruhi mereka untuk kepentingan Islam, lebih lanjut saya telah menulis masalah ini panjang lebar dalam tulisan saya di millist (dan situs, red) ini: Koalisi Poltik di Masa Nabi SAW HUJJAH KETIGABELAS SYAIKH: Hakikat para demonstran adalah orang-orang yang hidup di dunia menebarkan kerusakan, mereka membunuh, merampas, membakar, mendzalimi jiwa dan harta benda. Sampai-sampai ada seorang pencuri menyatakan: Sesungguhnya kami gembira jika banyak demonstrasi, karena hasil curian dan rampasan menjadi banyak bersamaan dengan berjalannya para demonstran (!).

JAWABAN SAYA: Naam sudah terjawab di atas ya Syaikh, tergantung siapa yang berdemonya, media massa telah menjadi saksi tentang ketertiban dan kerapihan demo kami wahai Syaikh, bagaimana kami memilih waktu libur, bagaimana kesantunan kami saat demo, bagaimana keamanan dan ketertiban kami walaupun melibatkan ratusan ribu massa. Soal pencuri dan copet maka tidak mesti menunggu demo, di kendaraan umum seperti bis dan keretapun mereka banyak, saat ceramahnya Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly yang datang ke Istiqlal beberapa waktu lalu juga dompet saya dicuri, tapi andapun tentunya sepakat dengan saya bahwa tidak kemudian menghadiri ceramah tersebut menjadi haram hukumnya.

HUJJAH KEEMPATBELAS SYAIKH: Para pendemo hakekatnya, mengantarkan jiwa mereka menuju pembunuhan dan siksaan, berdasarkan firman-NYA: Artinya: Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya ALLAAH adalah Maha Penyayang kepadamu [An-Nisaa: 29] Karena pasti akan terjadi bentrokan antara para demosntran dan petugas keamanan, sehingga mereka akan disakiti dan dihina, Nabi ShallALLAAHu alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya: Seorang mukmin tidak boleh menghinakan dirinya. Beliau ShallALLAAHu alaihi wa sallam ditanya: Bagaimana seorang mukmin menghinakan dirinya? Beliau menjelaskan: (yakni) dia menanggung bencana diluar batas kemampuannya [HR Turmudzi, hasan].

JAWABAN SAYA:

Wahai Syaikh yang mulia, yang membedakan pembunuhan yang berdosa dan pembunuhan yang berpahala itu adalah tujuannya dan syarat-syaratnya, pembunuhan karena putus asa, ingin mengakhiri hidup dan sebagainya adalah jelas berdosa dan pelakunya akan dimasukkan ke neraka, berdasarkan ayat yang anda kemukakan. Namun pembunuhan karena menegakkan kalimah-NYA, membela agama-NYA yang dilakukan dengan cara yang dibenarkan syari maka ia berpahala. Jihad jauh lebih mengantarkan kepada kematian dibandingkan dengan demonstrasi, tetapi ALLAAH SWT malah amat mencintainya dan menganjurkannya dalam firman-NYA: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. ALLAAH Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Disakiti dan dihina karena menghinakan diri tanpa alasan syari adalah terlarang, namun disakiti dan disiksa karena membela agama-NYA adalah berpahala dan terpuji, bahkan berdemo di depan penguasa yang zhalim untuk menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkarannya walaupun jika sampai ia terbunuh maka ia terbunuh sebagai syahid: Pemimpin para Syuhada adalah Hamzah dan seorang lelaki yang tegak di depan penguasa yang jahat lalu ia menyampaikan kebenaran dan melarang kemungkaran lalu ia dibunuh (oleh penguasa tersebut).

PENUTUP DARI SYAIKH: Sebagai penutup, saya memohon kepada ALLAAH agar menampakkan kepada kita, yang benar itu benar, dan memudahkan kita untuk mengikutinya. Demikian juga, semoga ALLAAH melindungi kita dari fitnah yang nampak maupun yang tersembunyi, serta mengampuni dosadosa kita, kedua orang tua dan para ulama kita. Tidak lupa pula semoga ALLAAH memberikan taufiqNya kepada para penguasa muslim agar mereka memberikan yang terbaik bagi negeri dan rakyat mereka, dan lebih dari itu semoga ALLAAH menolong para penguasa muslim tersebut untuk berhukum dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya. Amin. Semoga ALLAAH memberikan shalawat dan salamNya kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarganya.

SAYA: Aamiin ya RABB.. Dengan tulisan ini saya juga ingin menyampaikan kepada penulis tulisantulisan sejenis, bahwa kami (AL-IKHWAN), insya ALLAAH mampu memberikan hujjah atas

semua ijtihad fiqh yang kami yakini dan kami lakukan, karena insya ALLAH kami juga memiliki banyak ulama yang kompeten dibidangnya. Cuma masalahnya, selain muthalaah kitab-kitab, kami juga harus berdakwah di politik dan berjihad, sehingga waktu kami untuk menulis seperti ini amat terbatas, maka tulisan ini juga kami sampaikan kepada penulis kitab 100 Kerusakan PEMILU; kelak jika ada waktu akan kami jawab satu persatu dengan hujjah dan dalil yang jelas, dan akhirnya tulisan ini kami akhiri dengan firman RABBul Jalil SWT: Katakanlah: RABB-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan ALLAAH dengan sesuatu yang ALLAAH tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-adakan terhadap ALLAAH apa yang tidak kamu ketahui.

In uriidu illal Ishlaha mastathatu, wama taufiqi illa biLLAAH, alayHI tawakkaltu wa ilayhi uniib.

"apa yang anda tangkap dari wacana ini??? simpulkan sendiri..."

Bergerak Lebih Baik dari Pada Berdiam Diri Memikirkin diri sendiri Bagaimana caranya masuk Syurga secar Tunai, Padahal disana Banyak Sodara Kita Salah Jalan dan Butuh Teman untuk Kembali pada titik yg LURUS,,,Termasuk Pemimpin KITA!! http://asnikarya.blogspot.com/2008/04/demonstrasi-dalam-islam-dibolehkan.html

Demonstrasi bolehkah dalam islam? Dalam wacana Islam demonstrasi disebut muzhoharoh, yaitu sebuah media dan sarana penyampaian gagasan atau ide-ide yang dianggap benar dan berupaya mensyiarkannya dalam bentuk pengerahan masa. Demonstrasi merupakan sebuah sarana atau alat sangat terkait dengan tujuan digunakannya sarana atau alat tersebut dan cara penggunaannya. Sebagaimana misalnya pisau, dapat digunakan untuk berjihad, tetapi dapat juga digunakan untuk mencuri. Sehingga niat atau motivasi sangat menentukan hukum demonstrasi. Rasulullah saw. bersabda:

Sesungguhnya amal-amal itu terkait dengan niat. Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu mendapatkan keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia, maka akan mendapatkannya, atau karena wanita maka ia akan menikahinnya. Maka hijrah itu sesuai dengan niatnya (Muttafaqun alaihi).

Demonstrasi dapat bernilai positif, dapat juga bernilai negatif. Demonstrasi dapat dijadikan komoditas politik yang berorientasi pada perolehan materi dan kekuasaan, dapat juga berupa sarana amar makruf nahi mungkar dan jihad. Dalam kaitannya sebagai sarana mar makruf nahi mungkar dan jihad, demonstrasi dapat digunakan untuk melakukan perubahan menuju suatu nilai dan sistem yang lebih baik. Allah SWT. berfirman:

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai (QS At-Taubah 33 dan As-Shaaf 9)

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi (QS Al-Fath 28). Dan jika kita merujuk pada Al-Quran, As-Sunnah, Siroh Rasul saw. dan Kaidah Fiqhiyah, maka kita dapatkan kaidah-kaidah secara umum tentang muzhoharoh.

1.

Al

Quran

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)( QS Al-Anfaal 60).

Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS AT-Taubah 120-121)

2.

Hadits

Rasul

saw

Seutama-utamanya jihad adalah perkataan yang benar terhadap penguasa yang zhalim (HR Ibnu Majah, Ahmad, At-Tabrani, Al-Baihaqi, An-Nasa'i dan Al-Baihaqi)

Barangsiapa melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya, dan jika tidak mampu, dengan hatitnya. Yang demikian itu adalah selemahlemahnya iman (HR Muslim).

3.

Sirah

Rasul

saw

Nabi saw. dengan para sahabatnya melakukan demonstrasi meneriakkan dan menyerukan tauhid dan kerasulan Muhammad saw. di jalan-jalan sambil menelusuri jalan Mekkah dengan tetap melakukan tabligh dakwah. Rasulullan saw. dan para sahabatnya sambil melakukan Thawaf Qudum setelah peristiwa Hudaibiyah melakukan demo memperlihatkan kebenaran Islam dan kekuatan para

pendukungnya (unjuk rasa dan unjuk kekuatan) dengan memperlihatkan pundak kanan (

idhthiba) sambil berlari-lari kecil. Bahkan beliau secara tegas mengatakaan saat itu:Kita tunjukkan kepada mereka (orang-orang zhalim) bahwa kita (pendukung kebenaran) adalah kuat (tidak dapat diremehkan dan dimain-mainkan).

4.

Kaidah

Fiqhiyah

Sesuatu hal yang tidak akan tercapai dan terlaksana kewajiban kecuali dengannya, maka hal tersebut menjadi wajib.

Sehingga dalam hal ini suatu tujuan yang akan ditempuh dengan mengharuskan menggunakan sarana, maka pemakaian sarana tersebut menjadi wajib. Dan demonstrasi adalah sarana yang sangat efektif dalam melaksanakan kewajiban amar ma?ruf nahi mungkar, dakwah dan jihad.

Dengan demikian Islam membenarkan demontrasi selama dilakukan dengan cara yang benar dan dilandasi dengan niat yang benar pula. http://saatulihsan.wordpress.com/2010/01/28/demonstrasi-bukan-metode-salafus-shalih-danfatwa-para-ulama-tentangnya/

Fatwa Ulama Sunnah tentang Demonstrasi & Mogok Makan Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- telah menetapkan bahwa seseorang tidak boleh

memberontak kepada pemerintah, membangkang, durhaka, menyebarkan aibnya, baik lewat majalah, mimbar, pertemuan (majelis), dan lainnya, karena hal itu akan menimbulkan kerusakan; menyebabkan masyarakat tidak lagi segan, hormat, dan cinta kepada pimpinannya. Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda,

Barang siapa yang melihat sesuatu ia benci dari pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar atasnya, karena barang siapa yang meninggalkan jamaah dengan sejengkal, lalu ia mati, kecuali ia akan mati seperti matinya orang jahiliyyah. [HR. Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (13/5), Muslim dalam Shohih-nya (3/1477), Ahmad dalam Al-Musnad (1/275), dan lainnya]

Hadits ini menjelaskan bahwa seorang tidak boleh durhaka kepada pemerintah, walaupun dalam perkara yang dianggap "sepele", karena yang sepele kadang jadi besar, parah, dan rawan. Berangkat dari hadits ini, para ulama kita mengharamkan demonstrasi, karena demo merupakan salah satu bentuk kedurhakaan, dan pembangkangan kepada pemerintah yang dilarang keras oleh Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- . Karena banyaknya yang menyangka demo adalah perkara boleh, maka kami turunkan berikut ini fatwa-fatwa para ulama kaum muslimin dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah yang menjelaskan haramnya demonstrasi:

Fatwa Samahatusy Syaikh Al-Imam Abdul Aziz Ibn Baz-rahimahullah Taala-

Beliau rahimahullah berkata, Cara yang bagus merupakan sarana terbesar diterimanya kebenaran. Sedang cara yang keliru dan kasar merupakan sarana yang paling berbahaya ditolaknya dan tidak diterimanya kebenaran, atau bisa mengobarkan kekacauan, kezhaliman, permusuhan, dan saling menyerang. Dikategorikan dalam permasalahan ini apa yang dikerjakan oleh sebagian orang berupa demonstrasi yang menyebabkan keburukan yang banyak bagi para dai. Maka berkonvoi di jalan-jalan dan berteriak bukanlah merupakan jalan untuk memperbaiki dan dakwah. Jadi, cara yang benar adalah dengan menziarahi (pemerintah), menyuratinya dengan cara yang bagus. Nasihatilah para pemimpin, pemerintah, dan kepala suku dengan metode seperti ini. Bukan dengan cara kekerasan dan demonstrasi. Nabi Shollallahu alaihi wasallam- ketika tinggal di Makkah selama 13 tahun, beliau tidaklah pernah menggunakan demonstrasi dan berkonvoi, serta tidak mengancam orang lain untuk menghancurkan harta-bendanya, dan membunuh mereka. Tak ragu lagi, cara ini akan membahayakan dakwah dan para dai, akan menghalangi tersebarnya dakwah, membuat para pemimpin teras memusuhinya dan melawannya dengan segala yang mungkin bisa dilakukannya. Mereka (para pelaku demo) menginginkan kebaikan dengan cara seperti tersebut, akan tetapi malah terjadi yang sebaliknya. Maka hendaknya seorang daI ilallah menempuh jalannya para rasul dan pengikutnya, sekalipun memakan waktu yang panjang. Itu lebih utama dibandingkan perbuatan yang membahayakan dan mempersempit (ruang gerak) dakwah, atau dihabisi. Walaa haula walaa quwwata illa billah.[Lihat Majallah Al-Buhuts Al-Islamiyyah, edisi ke-38, (hal.310)]

Beliau -rahimahullah- pernah ditanya, Apakah demonstrasi yang dilakukan oleh kaum pria dan wanita melawan pemerintah bisa dianggap termasuk sarana dakwah? Apakah orang yang meninggal di dalamnya dianggap mati syahid?

Maka beliau rahimahullah- memberikan jawaban: Saya tidak memandang demonstrasi yang dilakukan para kaum hawa dan juga oleh kaum Adam sebagai suatu solusi . Akan tetapi itu merupakan sebab timbulnya fitnah (baca: musibah), keburukan, sebab dizholiminya sebagian orang, dan melampaui batas atas sebagian orang tanpa haq. Akan tetapi, cara-cara yang syari (menasihati pemerintah) adalah dengan cara menyurat, menasihatinya, dan mendakwahinya menuju kepada suatu kebaikan dengan cara damai. Demikianlah yang ditempuh paara ulama. Demikianlah para sahabat Nabi-Shollallahu alaihi wasallam- dan para pengikut mereka dalam kebaikan.Cara mereka menasihati dengan menyurat dan berbicara langsung dengan orang yang bersalah, pemerintah, dan penguasa. Dengan cara menghubunginya, menasihatinya, dan menyuratinya, tanpa membeberkan aibnya di atas mimbar-mimbar dan tempat-tempat lainnya (dengan berteriak): Pemerintah Fulan melakukan begini dan begini, lalu hasilnya begini dan begini !! , Wallahul Mustaan. [ Simak Kaset : Muqtathofaat min Aqwaal Al-Ulama ]

Demonstrasi bukanlah uslub (cara) berdakwah yang benar. Bukan seperti yang dikatakan oleh seorang dai hizbi, Safar Al-Hawaly. Dia berkata dalam kasetnya yang berjudul Syarah AlAqidah Ath-Thohawiyyah (no.185), Sesungguhnya demonstrasi yang dilakukan oleh kaum wanita merupakan salah satu di antara uslub (cara) berdakwah dan memberikan pengaruh.

Senada dengan ini, Aidh Al-Qorny berkata, Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh telah keluar di Al-Jazair dalam satu hari 700.000 wanita muslimah yang berhijab menuntut ditegakkannya syariat Allah.

Adapun Salman bin Fahd Al-Audah, maka tak jauh beda dengan kedua temannya tadi. Dia berkata dalam kaset Lin Nisaa Faqoth, Sungguh kita telah mendengar di beberapa negara lain suatu berita yang menggembirakan adanya kembali (kesadaran) yang jujur-khususnya di kalangan pemudi- kepada Allah. Setiap orang dengar adanya demonstrasi lantang di al-Jazair. Sedangkan pemimpinnya adalah sekelompok wanita. Jumlah mereka lebih dari ratusan ribu orang.

Syaikh Abdul Malik Al-Jazairy - Hafizhahullah - berkata dalam mengkritik kekeliruan tiga orang di atas, Demi Allah, Sesungguhnya urusan mereka ini benar-benar aneh! Tidaklah pernah dibayangkan kalau Jazirah Arab setelah adanya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab- akan melahirkan orang-orang semacam mereka!? Apakah setelah kehidupan yang dihiasi dengan menjaga kehormatan yang dijaga oleh kaum muslimin Jazirah, akan datang Safar, Salman, dan Al-Qorny ke hadapan para wanita untuk mengeluarkan mereka dari rumah kemuliaan mereka dengan memperbanyak jumlah dan kekuatan dengan para wanita!? Safar menjelaskan pengaruh yang dalam ketika keluarnya para wanita tsb untuk berdemo, sedang AlQorny menguatkannya dengan sumpah!! Sedang Salman membangkitkan semangat mereka agar tetap bersabar menghadapi tank-tank. Duh, Alangkah anehnya agamanya!. [Lihat Madarik An-Nazhor (hal.419-420), cet. Dar Sabiil Al-Muminin.]

Apa yang dinyatakan oleh tiga orang ini jelas salah, karena menasihati pemerintah adalah dengan secara rahasia dan tersembunyi seperti menziarahinya, menyuratinya, menelponnya, atau menghubunginya lewat temannya,dan semacamnya, sebab inilah merupakan prinsip dakwah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Nabi-Shollallahu alaihi wasallam- bersabda:

Barang siapa yang ingin menasihati seorang penguasa, maka janganlah ia menampakkannya secara terang-terangan, akan tetapi hendaknya ia mengambil tangannya, dan berduan dengannya. Jika ia terima, maka itulah (yang diharap). Jika tidak, maka ia telah melaksanakan keawjiban atas dirinya .[HR.Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (1096). Syaikh Al-Albany rahimahullah- berkata dalam Zhilal Al-Jannah (hal.514), Sanadnya shohih] .

Fauzy bin Abdillah Al-Atsary -hafizhahullah- berkata, Hadits ini menunjukkan bahwa nasihat kepada pemerintah dengan cara rahasia, bukan dengan cara terang-terangan, dan bukan pula membeberkan aibnya di atas mimbar-mimbar, pesta-pesta, masjid-masjid, korankoran, majalah dan lainnya sebagai suatu nasihat. [Lihat: Al-Ward Al-Maqthuf (hal.66)]

Fatwa Asy-Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah-

Beliau rahimahullah Taala - ditanya: Apakah Demonstrasi bisa dianggap sarana dakwah yang disyariatkan? Beliau menjawab, Alhamdu lillahi Rabbil alamin wa shollallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam wa man tabiahum bi ihsan ilaa yaumiddin. Amma badu: Sesungguhnya demonstrasi merupakan perkara baru, tidaklah dikenal di zaman Nabi shollallahu alaihi wasallam-, dan para sahabatnya radhiyallahu anhum-. Kemudian di dalamnya terdapat kekacauan dan huru-hara yang menjadikannya perkara terlarang, dimana didalamnya terjadi pemecahan kaca-kaca, pintu-pintu, dan lainnya. Juga terjadi padanya ikhtilath (campur-baur) antara pria dan wanita, orang tua dan anak muda, dan sejenisnya diantara kerusakan dan kemungkaran. Adapun masalah tekanan atas pemerintah. Jika pemerintahnya muslim, maka cukuplah bagi mereka sebagai penasihat adalah Kitabullah Taala, dan Sunnah Rasul Shollallahu alaihi wasallam-. Ini adalah sesuatu terbaik disodorkan kepada seorang muslim. Jika pemerintahnya kafir, maka jelas mereka tak akan memperhatikan para peserta demonstrasi. Pemerintah tersebut akan bermanis muka di depan mereka, sementara itu hanyalah merupakan kejelekan yang tersembunyi di batin mereka. Karenanya, kami memandang bahwademonstrasi merupakan perkara mungkar !!Adapun alasan mereka: Demo inikan aman-aman saja. Memang terkadang aman-aman saja di awalnya atau pertama kalinya, lalu kemudian berubah menjadikan perusakan. Aku nasihatkan kepada para pemuda agar mereka mau mengikuti jalannya Salaf. Karena Allah Subhanahu wa Taala- telah memuji para sahabat Muhajirin dan Anshor, serta juga orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. [Lihat Al-Jawab Al-Abhar(hal.75) karya Fuad Siroj]

Fatwa Fadhilah Asy-Syaikh Al-Allamah Sholeh bin Ghoshun-rahimahullah- Fadhilah AsySyaikh Al-Allamah Sholeh bin Ghoshun -rahimahullah- berkata, Jadi seorang daI, orang yang memerintahkan kebaikan, dan melarang dari kemungkaran,

wajiblah bagi dirinya untuk menghiasi dirinya dengan kesabaran, mengharapkan pahala dan ganjaran (di sisi Allah), menanggung segala sesuatu yang ia dengarkan atau terkadang ia dicemooh dalam dakwahnya. Adapun seorang daI menempuh cara kekerasan, atau dia waliyadzu billah- menempuh cara dengan menyakiti manusia, mengganggu orang, atau menempuh cara perselisihan dan pertengkaran, dan memecah belah kesatuan. Ini merupakan perkara-perkara setan. Dia adalah prinsip dakwah Khawarij. Inilah prinsip dakwah Khawarij !! Mereka itulah yang mengingkari kemungkaran dengan senjata, mengingkari sesuatu perkaraperkara yang mereka anggap tidak boleh dan menyelisihi keyakinan mereka dengan cara perang, menumpahkan darah, mengkafirkan orang, dan beberapa perkara lain. Maka bedakanlah antara dakwah para sahabat Nabi-Shollallahu alaihi wasallam- dan Salafush Sholeh dengan dakwah Khawarij dan orang yang menempuh manhaj (jalan hidup) mereka, dan menjalani jalan mereka. Dakwahnya para sahabat dengan cara hikmah, nasehat, menjelaskan kebenaran, dengan penuh kesabaran, dengan berhias kesabaran, dan mencari pahala dan ganjaran. Sedangkan dakwah Khawarij dengan cara membunuh manusia, menumpahkan darah mereka, mengkafirkan mereka, memecah-belah kesatuan, dan merobak-robek barisan kaum muslimin. Ini adalah perbuatan-perbuatan keji dan bidah. Sepantasnya orang-orang yang mengajak kepada perkara-perkara seperti ini dijauhkan dan dijauhi, diburuk-sangkai. Mereka itu telah memecah-belah kesatuan kaum muslimin. Padahal Persatuan itu merupakan rahmat,sedangkan perpecahan merupakan sengsara dan adzab-waliyaadzu billah-. Andai suatu penduduk negara di atas kebaikan, bersatu di atas satu kata, niscaya mereka akan memiliki kharisma dan wibawa. Akan tetapi penduduk negara kita sekarang sudah berkelompokkelompok dan terkotak-kotak. Mereka telah sobek, berselisih, musuh dari kalangan mereka masuk ke tengah-tengah mereka, dari sebagian mereka atas sebagian yang lainnya. Ini merupakan cara bidah, dan keji. Merupakan jalan seperti yang telah berlalu keterangannya, datang dari orang-orang yang mau memecah-belah kesatuan, dan orang-orang yang telah membunuh Amirul Mukminin Ali-radhiyallahu anhu- dan orang-orang yang bersama beliau dari kalangan sahabat, peserta baiat Ridhwan. Mereka telah membunuh beliau sedang mereka menginginkan kebaikan!! Sedang mereka itu adalah pemimpin kerusakan, pemimpin bidah,dan pemimpin perpecahan. Mereka itulah yang memecah-belah persatuan kaum muslimin, dan melemahkan barisan kaum muslimin. Demikian juga sampai orang-orang yang berpendapat bolehnya, mengadopsinya, dan menganggapnya baik. Maka orang seperti ini jelek

aqidahnya, dan harus dijauhi.Aku tahu-waiyaadzu billah- bahwa ada seorang yang disiapkan untuk membahayakan ummatnya dan teman-teman majelisnya, serta orang-orang yang ada disekitarnya. Nasihat yang haq, hendaknya seorang muslim menjadi seorang bekerja, membangun, mengajak kepada kebaikan, dan mencari kebaikan sebenar-benarnya. Dia harus mengucapkan kebenaran, berdakwah dengan cara yang benar dan lembut, berbaik sangka terhadap saudaranya, serta mengetahui bahwa kesempurnaan merupakan sesuatu yang sulit diraih, bahwasanya yang mashum adalah Nabi-Shollallahu alaihi wasallam- , dan andaikan para pemerintah tsb hilang/pergi, maka tak akan datang orang yang lebih bagus dibandingkan mereka. Andaikan semua orang yang ada hilang/pergi-sama saja diantara mereka ada pemerintah, penanggung jawab, atau para penuntut, atau rakyat. Andaikan ini semuanya pergi/hilang-rakyat negara mana saja-, niscaya akan datang pemimpin yang lebih jelek darinya !! Karena tak akan datang suatu masa kecuali yang berikutnya lebih buruk. Jadi, orang yang menginginkan agar orang sampai pada derajat kesempurnaan, atau menjadi orang-orang yang mashum dari segala kesalahan dan kejelekan. Orang (yang berpemikiran) macam ini adalah orang sesat. Mereka ini adalah orang-orang Khawarij. Mereka inilah yang memecah-belah persatuan manusia dan menyakiti mereka. Ini merupakan tujuan orang-orang yang memusuhi Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan berbagai bidah dari kalangan orang Rofidhoh, Khawarij, Mutazilah, dan seluruh jenis pelaku kejelekan dan bidah. [Lihat Majallah Safinah AnNajaah ,edisi 2, Januari 1997 M.]

Inilah beberapa fatwa ulama besar di zaman ini. Semuanya sepakat mengharamkan demonstrasi, karena menimbulkan kerusakan dalam segala lini kehidupan, secara langsung atau tidak. Fakta yang ada di lapangan telah membuktikan bahwa demo menyebabkan banyak

kerusakan. Intinya, demo adalah haram dalam Islam, baik demonya dalam bentuk damai tak menimbulkan kerusuhan saat demo, apalagi yang disertai kekasaran, dan sesuatu yang memancing emosi, serta merendahkan wibawa pemerintah.

Sumber : Buletin Jumat Al-Atsariyyah edisi 26 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Tene No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Faizah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Faizah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Mahad Tanwirus Sunnah Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Faizah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp) http://darussalaf.or.id/stories.php?id=1003

Fiqih Demonstrasi Demonstrasi adalah pernyataan protes yang dikemukakan secara massal (KBBI 1997), baik protes itu ditujukan kepada seseorang maupun kelompok atau pemerintahan. Dia juga biasa disebut dengan istilah unjuk rasa. Ensiklopedi Britannic online memberikan definisi demonstrasi dengan a public display of group feelings toward a person or cause. (tahun 2008).

Di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia, demonstrasi seakan menjadi sebuah cara bagi orang-orang lemah yang terbungkam untuk menyuarakan inspirasi kepada pihak yang kuat. Secara khusus di Indonesia semenjak demo akbar yang digelar mahasiswa menurunkan Presiden Soeharto pada 1998 lalu, demonstrasi selalu menjadi kejadian yang menghiasi berita-berita harian masyarakat Indonesia.

Dalam bahasa Arabnya demonstrasi diterjemahkan dengan muzhaharat (demonstrasi) dan juga masirah (long-march). Dua kata yang hampir mirip tetapi dalam pandangan Islam memiliki muatan hukum yang tidak sama. Jika yang pertama sering mendekati pada hukum haram (hurmah), yang kedua seakan sangat jelas diperbolehkan (ibahah).

Jika kembali pada Alquran, dua kata tersebut dengan arti sebagaimana definisinya di atas tidak dapat kita temukan meskipun kata muzharat dan masirah dengan definisi lain dapat dijumpai. Begitu juga di dalam hadis-hadis Rasulullah SAW. Ini menunjukkan bahwa demonstrasi adalah sebuah fenomena baru yang muncul dikarenakan kebebasan berpendapat yang sering terbungkam, tidak terdengar, atau mungkin sengaja tidak didengarkan.

Dalam sejarah Rasulullah SAW dan kepemimpinannya selama di Makkah dan Madinah, kita belum pernah membaca kejadian demonstrasi yang menuntut Rasulullah atas hak atau kebijakannya karena beliau memang seorang Rasul dan pemimpin yang telinganya sepenuhnya diberikan untuk mendengarkan umatnya yang terpimpin.

Sungguh beliau dalam hal ini adalah contoh bagi para pemimpin. Namun, sebaliknya, ada beberapa kejadian yang dilakukan oleh Rasulullah beserta para sahabatnya yang mirip dengan demonstrasi yang sekarang menjadi berita suguhan sehari-hari di media-massa. Kejadiankejadian itu antara lain pertama tatkala umat Islam di Makkah sedang berkumpul di rumah AlArqam, Umar bin Khaththab yang masih kafir tiba-tiba datang dan meminta izin masuk. Lalu, Rasulullah menemuinya menyatakan masuk Islam. Spontan terdengar takbir seluruh penghuni rumah.

Umar kemudian bertanya. Bukankah kita berada di atas kebenaran ya Rasulullah? Lalu kenapa dakwah masih secara sembunyi-sembunyi? Saat itulah semua sahabat berkumpul dan membentuk dua barisan, satu dipimpin Umar bin Khaththab dan satu lagi dipimpin Hamzah bin Abdul Muththalib. Mereka kemudian berjalan rapi menuju Kabah di Masjidil Haram dan orangorang kafir Quraisy menyaksikannya. (Imam As-Suyuthi: kitab Tarikh Al-Khulafa` halaman: 114 ).

Kejadian ini dalam terminologi di atas adalah masirah atau long-march yang jelas diperbolehkan. Atau bahkan dianjurkan jika dalam kondisi tertekan sementara kita dalam posisi lemah seperti kondisi umat Islam saat pertama kali dakwah di Makkah yang ditekan oleh kaum kafir Quraisy di Makkah.

Kedua, ketika turun perintah dari Allah SWT kepada Rasulullah untuk berdakwah secara terangterangan (QS Asy-Syuara: 214) beliau kemudian memanggil seluruh kerabatnya dan kabilahkabilah di Makkah untuk berkumpul di bukit Shafa. Setelah berkumpul, beliau kemudian berorasi tentang agama yang dibawanya secara argumentatif dan logis. (kitab Tafsir Ibn Katsir, vol: 3, halaman: 350)

Meskipun ini dilakukan Rasulullah sendiri, tetapi orasi tentang Islam dan dakwahnya dengan mengumpulkan penduduk Makkah ketika itu mirip dengan demonstrasi yang terjadi sekarang. Yang jelas Rasulullah ingin menyuarakan suara Allah yang selama ini ditekan dan disembunyikan.

Ketiga, pada waktu umrah qadha tahun tujuh Hijriyyah, Rasulullah datang bersama sahabat Muhajirin dan Anshar ke Makkah untuk melakukan umrah yang sempat dilarang kafir Makkah di tahun sebelumnya. Dalam umrah ini, Rasulullah memerintahkan kepada umat Islam agar terlihat gagah dan kuat untuk menepis anggapan kafir Makkah bahwa umat Islam di Madinah menjadi lemah karena penyakitan. (kitab Uyn Al-Atsar, vol: 2, halaman: 185)

Dalam kejadian-kejadian di atas, sama sekali tidak pernah kita jumpai perbuatan pengrusakan atau perbuatan-perbuatan anarkis yang sudah layaknya sering dilakukan oleh para demonstran

saat ini. Lebih-lebih ketika keinginannya tidak dapat dipenuhi atau aspirasinya tidak disetujui.

Kesalahan

Demonstrasi

Sebagaimana disinggung di atas, mudzaharat adalah demonstrasi yang dilarang dan masirah adalah demonstrasi yang diperbolehkan atau dianjurkan. Yang membedakan keduanya adalah tindakan-tindakan para demonstran ketika menyampaikan suara dan juga bentuk tuntutan atau protes itu sendiri.

Ada beberapa kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan dalam demonstrasi, antara lain pertama mendahului suara Tuhan. Artinya, demo dilakukan untuk menentang suara yang sudah jelas-jelas menjadi perintah Tuhan di muka bumi. Dalam hal inilah Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului (suara) Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Hujurat: 1).

Menyuarakan protes menentang perintah Allah dan Rasul-Nya adalah mendahului suara-Nya yang dilarang dalam ayat tersebut. Kedua, over-acting dalam berorasi mengungkapkan protes sehingga terkesan berlebih-lebihan. Di dalam Alquran Allah telah mengingatkan agar tidak terlalu mengeraskan suaranya berlebih-lebihan. Firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengeraskan suaramu melebihi suara Nabi. (QS Al-Hujurat: 2). Berlebihan pada umumnya memang dilarang dalam Islam.

Ketiga, provokasi yang hanya bertujuan meluapkan emosi tanpa dibarengi dengan saran untuk selalu tertib dan bergerak sesuai kesepakatan. Provokasi seperti itulah yang disebut sebagai hasutan. Hasutan dilarang dalam Islam. Seharusnya provokasi dibarengi dengan penekanan kesabaran pada diri para demonstran sehingga demonstrasi bisa hidup dan berjalan dengan aman.

Keempat, desolasi yang merugikan baik terhadap pihak bersangkutan yang didemo maupun yang tidak bersangkutan. Larangan ini ditegaskan Allah dalam berbagai ayat Alquran, di antaranya firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak menyukai (membenci) orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qashash: 77).

Kelima, melakukan penyiksaan diri sendiri, seperti aksi mogok makan sehingga beberapa mereka harus dilarikan ke rumah sakit. Penyiksaan terhadap diri sendiri dilarang dalam Islam, apalagi jika sampai membahayakan nyawa. Allah menegaskan: Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS Al-Baqarah: 195).

Ikhtisar: -Islam membolehkan demonstrasi sepanjang tak keluar dari koridor Alquran dan Hadis. -Menyampaikan aspirasi yang merugikan diri sendiri dan orang lain jelas haram.

Nur Faizin Muhith, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, dan Calon Mufti di Darul Ifta Mesir. http://www.generasimuslim.com/fiqih-kontemporer/119-fiqih-demonstrasi

FIQIH DEMONSTRASI Diposkan oleh El-Hafid on Friday, June 4, 2010

Demonstrasi, istilah yang akhir-akhir ini kita sering dengar di berita-berita yang mewarnai layar kaca, di Koran, majalahdan media-media lainnya. Mulai dari urusan perut sampai urusan Negara. Seolah semuanya akan terselesaikan dengan cara berdemonstrasi dan

beruunjuk rasa. Mulai dari tukang Koran sampai mahasiswa terus adu kekuatan massa dengan cara-cara tersebut. Secara istilah, demonstrasi ini juga didefinisikan dalam Ensiklopedi Britannic Online memberikan definisi demonstrasi dengan a public display of group feelings toward a person or cause. (tahun 2008).

Demonstrasi juga saat ini menjadi satu lokomotif penggerak setiap permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan jalan damai atau diskusi, akhirnya cara yang tepat menurut para demnstran adalah berdemonstrasi untuk memebrikan show of force kepada hal layak ramai untuk memberikan informasi terkait dengan isu atau permasalahan yang sedang mereka perjuangkan. Akhirnya nilai kepuasan yang mereka lakukan agak sedikit terpenuhi, karena saat ini demonstrasilah yang dianggap jalan satu-satunya memberikan alternative solusi.

Banyak hal positif yang didapatkan dari demonstrasi yang sering dilakukan, terkadang banyak sekali permsalahan yang penting yang dapat terselesaikan dengan jalan ini. Namun, di balik ini smeua masih meninggalkan banyak kesan negative dari deminstrasi tersebut. Mungkin di antara kita masih mengingat peristiwa terakhir demonstrasi yang besar pada tahun 1998, peristiwa yang mengakibatkan trauma yang besar bagi bangsa ini sekaligus perubahan besar dari orde baru ke masa reformasi. Trauma besar yang dialami oleh bangsa ini adalah bagaimana pada saat itu demonstrasi yang dikawal oleh ratusan ribu mahasiswa bahkan lebih dari itu. Karena banyaknya masa yang berkumpul, akhirnya tidak bias terkendali oleh coordinator lapangan pada saat itu, bahkan yang melakukan demonstrasi bukan hanya mahasiswa, tapi juga masyarakat umum. Akibat dari ini semua terjadi penjarahan di mana-mana, dan kerusakan yang mengalami kerugian yang sangat mahal.

Terlepas dari itu semua, maka kita sebagai umat Islam, yang memiliki panduan hidup Al-Qur`an dan As-Sunnah mesti memiliki panduan dari setiap hal yang kita lakukan sehari-hari, termasuk dalam hal ini adalah demonstrasi. Ada tata cara tersendiri atau aturan yang mengarahkan kita dalam berdemonstrasi.

Memaknai Demonstrasi/Muzhaharah kita

Demonstrasi sebagaimana yang disebutkan dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung dua makna. Pertama, pernyataan protes yang dilakukan secara massal atau unjuk rasa. Kedua, peragaan yang dikemukakan secara massal atau bagian atau kelompok. Yang dimaksud dalam tulisan ini adalah yang pertama. Dalam wacana islam demonstrasi disebut dengan muzhaharoh, yaitu sebuah media dan sarana penyampaian gagasan atau ide-ide yang dianggap benar dan berupaya mensyiarkannya dalam bentuk pengerahan massa. Demonstrasi merupakan sebuah sarana atau alat sangat terkait dengan tujuan digunakannya sarana atau alat tersebut dan cara penggunaanya. Sebagaimana misalnya pisau, dapat digunakan untuk berjihad, tetapi dapat juga digunakan untuk mencuri. Sehingga niat atau motivasi sangat menentukan hukum demonstrasi. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya amal-amal itu terkait dengan niat. Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai degnan niatnya. Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu mendapat keridhoan Allah dan Rasul-Nya.Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia dan seisinya, atau karena wanita yang dia ingin menikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan apa yang ia niatkan. (Muttafaqun alaihi).

Demonstrasi dapat bernilai positif, dapat juga bernilai negatif. Demnstrasi dapat dijadikan komoditas politik yang berorientasi pada perolehan materi dan kekuasaan, dapat juga berupa sarana amar maruf nahi mungkar dan jihad. Dalam kaitannya sebagai sarana amar maruf nahi mungkar dan jihad, demonstrasi dapat digunakan untuk melakukan perubahan menuju suatu nilai dan sistem yang lebih baik.

Allah swt berfirman:

Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (QS 61:9) atas, kalimat Liyudzhirohu alad diini kullih (agar

Pada ayat

di

diperlihatkan dan

dimenangkanNya atas semua agama), menunjukkan bahwa agama Allah yang mulia ini bersifat terang, terbuka jelas dan untuk dimenangkan atau diperjuangkan oleh para pengikutnya. Karena

itu muzhoharoh secara bahasa dapat dikatakan memilika dasar Al-Quran yang kuat berdasarkan ayat ini.

Sebagaimana pula Rasulullah SAW bersabda: Akan senantiasa ada sekelompok orang dari ummatku yang dzohiriina alalhaq (yang memperjuangkan kebenaran). Tidak mencelakakan mereka siapa-siapa yang mengganggu mereka dan musuh-musuh mereka sehingga datanglah hari kiama sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian (HR.Bukhari-Muslim)

Al-Quran dan hadits tidak secara langsung menyuruh kita melakukan muzhoharoh atau unjuk rasa sebagaimana kita pahami sekarang ini, yang diperintahkan adalah menyampaikan kebenaran. Sehingga menyampaikn atau memperjuangkan kebenaran itu hukumnya wajib. Adapun penggunaan bentuk muzhoharoh sebagai unjuk rasa sendiri hanyalah wasilah saja.

Apabila kita melihat pada sirah nabawiyah sebenarnya telah diperlihatkan juga bentuk-bentuk demonstrasi yaitu :

Muzhoharoh pernah beliau lakukan terhadap Abu Sufyan, dimana beliau SAW mengharuskan Abu Sufyan untuk melihat kekuatan kaum muslimin, dan beliau memutus jalan baginya untuk berfikir ulang tentang kemungkinan melakukan kontak senjata dalam melawan kekuatan besar islam. Sebelum peristiwa show of force (idzh har alquwwah) menjelang fathu Makkah (tahun 8H) ini Rasulullah SAW telah meminta kepada kaum muslimin untuk melakukan umrah qadha (tahun 7H) agar mereka dalam thawafnya setengah berlari dalam rangka unjuk kekuatan pula untuk menampakkan kelebih-lebihan mereka dan bahwasannya mereka betul-betul dalam kondisi fisik yang sehat. Yang semua ini bisa dirujuk secara rinci dalam fiqih haji dan buku-buku sirah.

Setelah itu, Rasulullah saw mengirim berbagai utusan dan saraya (ekspidisi-ekspidisi militer) ke berbagai wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan Madinah. Di antara sasaran dan targetnya adalah ardhul quwwah (defile atau parade kekuatan). Nabi saw berkata kepada Usamah bin Zaid ra Injakkan kudamu di bumi Balqa (sekarang Syiria)

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw mengadukan perihal tetangganya, maka Rasulullah bersabda, Buanglah perabotmu ke jalan, lalu orang itupun membuangi

perabot rumahnya ke jalan, dan mulailah orang-orang yang lewat melaknati tetangga yang mengganggu itu. Tak lama kemudian sang tetangga itu datang kepada Nabi saw. Lalu ia berkata Ya Rasulullah, apa yang saya dapat dari manusia?. Orang itu menjawab :Mereka melaknati saya. Rasulullah saw bersabda Sungguh, Allah swt telah melaknati dirimu sebelum orang lain. Orang itu berkata :Saya tidak akan melakukannya lagi. Kemudian datanglah lelaki yang mengadu kepada Nabi saw, maka Rasulullah saw bersabda: Ambil kembali barang-barangmu sebab kamu sudah tidak disakiti oleh tetanggamu lagi Imam Al Bazzar meriwayatkan hadits ini dengan isnad hasan dengan redaksi yang mirip, hanya saja (dalam riwayat al Bazzar ini) Rasulullah saw bersabda : Taruhlah perabot rumahmu di jalan atau di atas jalan. Lalu ia pun meletakkan perabotnya di jalan. Maka setiap orang yang melewatinya bertanya : Apa yang terjadi pada dirimu? Orang itu menjawab Tetanggaku menyakiti diriku. Maka orang-orang yang melewatinya itu lalu melaknat tetangganya. Lalu datanglah tetangganya kepada orang itu lalu berkata :Ambil kembali semua perabotmu, saya tidak akan menyakitimu selamanya

Nabi saw dengan para sahabatnya melakukan demonstrasi meneriakkan dan menyerukan tauhid dan kerasulan Muhammwad saw di jalan-jalan sambil menelusuri jalan Mekkah dengan tetap melakukan tabligh dakwah

Rasulullah saw dan para sahabatnya melakukan thawaf qudum setelah peristiwa hudaibiyah melakukan demo memperlihatkan kebenaran islam dan kekuatan para pendukungnya dengan memperlihatkan pundak kanan (idthiba) sambil berlari-lari kecil. Bahkan beliau secara tegas mengatakan saat itu, Kita tunjukkan kepada mereka (orangorang zhalim) bahwa kita (pendukung kebenaran) adalah kuat (tidak dapat diremehkan dan dimain-mainkan).

Selain merujuk kepada sirah, terdapat pula kaidah fiqhiyah: Sesuatu hal yang tidak akan tercapai dan terlaksana kewajiban kecuali dengannya maka hal tersebut menjadi wajib Para ulama yang dapat dipercaya di abad ini berpendapat al ashlu fil muzhaharat al ibahah (hukum muzhaharah adalah boleh), berdasarkan kesesuaiannya dengan maqashid

syariah yaitu melindungi dan memelihara agama, nasab, harta, jiwa, dan kehormatan. Bahkan bisa jadi hukumnya berubah menjadi wajib jika tidak ada jalan lain untuk melakukan inkarul munkar kecuali dengannya. Sebagai bukti, muzhaharoh ini telah dilakukan oleh para ulama yang al masyhud lahum (recomended) sepanjang zaman, dan tidak ada seorang ulama lain yang mengingkari para ulama itu tatkala mereka turun ke jalan dalam muzhaharoh tersebut. Muzhaharoh adalah miqyas lirrayi (alat ukur opini) dan dilakukan dalam rangka mentafil (mengefektifkan) manusia dalam menetapi kebenaran dan mensikapi hal-hal yang menyimpang dari kebenaran.

Di dalam suatu wawancara yang dilakukan terhadap yang mulia DR Muhammad Al Ahmari, salah seorang ulama dan dai dari Saudi Arabia ada muatan sebagai berikut : Awal konstruksi rujulah (kelelakian, kejantanan) adalah kalimatul haq (pernyataan kebenaran) yang diucapkan oleh seorang yang shadiq di hadapan seorang zhalim yang berbuat kerusakan. Dan pernyataan ini akan semakin berkesan dan berdampak kuat manakala disampaikan oleh seluruh rakyat secara lengkap. Dengan demikian, ribuan orang yang menyuarakan dengan lantang suatu kebenaran pada beberapa kota islma dan kota-kota non islam pada hari-hari ini (situasi saat fatwa ini keluar) menyiratkan kesatuan dan kekuatan. Jadi kalimatul haq merupakan kewajiban sekaligus harus menjadi syiar. Jika menampakkan kegembiraan pada hari raya dan menghimpun orang pada hari itu adalah sunnah, termasuk di dalamnya menghimpn orang-orang yang tidak diwajibkan dan tidak disunnahkan shalat, lalu ia keluar dalam rangka taktsir sawad al muslimin (menunjukkan kuantitas kaum muslimin), dan dalam ragka mengungkapkan rasa kegembiraan mereka semuanya, lalu, mengapa kita tidak berdiri dan bersikap bersama saudara-saudara kita yang menderita disebabkan berbagai macam siksaan, yang kampung halaman mereka diratakan, harga diri mereka diinjak-injak serta anak istri mereka dibunuhi (Islam Online). Beberapa patokan syari saat melakukan aksi demonstrasi / muzhaharoh

Ada beberapa dhawabith yang harus menjadi perilaku seorang muslim saat melakukan muzhaharat, sebagaimana yang disebutkan dalam fatwa Syaikh Shalih Al-Munajjid (imam dan khatib masjid Umar bin Abdul Aziz di Al Khobar, Saudi Arabia) : Tidak mengapa kaum muslimin berhimpun dan keluar dalam bentuk muzhaharah untuk mengingkari perkara tertentu, memproklamirkan penolakan mereka terhadapnya dan menuntut adanya campur tangan dalam mencegahnya, jika cara ini berguna dan bermanfaat dengan syarat tidak masuk dalam berbagai hal yang diharamkan, misalnya :

1. 2.

Keluarnya kaum wanita secara tabarruj (bercampur baur, dan berhimpitan) Mempergunakan suara-suara dan perbuatan-perbuatan yang kontradiksi dengan adab-adab islam saat muzhaharah

3.

Menyerukan yel-yel yang tidak benar, seperti : Al-Qudsu (Baitul Maqdis) adalah negeri Arab dan tetap akan menjadi negeri Arab, yang benar adalah Baitul Maqdis adalah negeri Islam dan bukan milik orang Arab saja.

4.

Berdirinya kaum demonstran di hadapan kuburan seorang kafir atau meletakkan karangan bunga di atas kuburannya

5.

Tawassul dan tadzallul (menghinakan diri) dengan ungkapan-ungkapan yang merendahkan kaum muslimin.

6. 7. 8. 9.

Menzhalimi orang lain, seperti : menutup jalan, dan mematikan lampu lalu lintas. Mempergunakan pola caci maki, dan celaan-celaan yang tidak diperbolehkan secara syari Ikhtilath (bercampur baurnya) laki-laki dan kaum wanita saat berlangsungnya muzhaharah. Menyerupai orang-orang kafir pada salah satu hal dari karakteristik mereka, baik dalam berpakaian, atau isyarat-isyarat yang mereka buat, atau pakaian yang harus dikenakan oleh para demonstran muslim dari pihak mereka

10. Melanggar kepemilikan orang-orang tidak berdosa, seperti : menghancurkan tempat perdagangan mereka, atau membakar api di fasilitas umum dan hal-hal haram lainnya Maraji : Fiqih Demonstrasi, Aus Hidayat Nur Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Pusat Dakwah http://theelhafidinstitute.blogspot.com/2010/06/fiqih-demonstrasi.html

Demonstrasi dalam Pandangan Islam January 29, 2010 Posted by haniki in ilmu. Tags: demo, demokrasi, demonstrasi, manhaj, pemerintah, tasyabuh, unjuk rasa trackback Gejolak unjuk rasa atau demonstrasi yang saat ini sedang marak, mengundang komentar banyak pengamat. Sebagian mereka mengatakan : Aksi unjuk rasa ini dipelopori oleh oknum-oknum tertentu. Adapula yang berkomentar : Tidak mungkin adanya gejolak kesemangatan untuk aksi kecuali ada yang memicu atau ngompori. Sedangkan yang lain berkata : Demonstrasi ini adalah ungkapan hati nurani rakyat. Demikian komentar para pengamat tentang demonstrasi yang terjadi di hampir semua universitas di Indonesia. Sebagian mereka menentangnya dan menganggap para mahasiswa itu ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu. Sebagian lain justru mendukung mati-matian dan menganggapnya sebagai jihad. Namun dalam tulisan ini kita tidak menilai mana pendapat pengamat yang benar dan mana yang salah. Tetapi kita berbicara dari sisi apakah demonstrasi ini bisa digunakan sebagai sarana/alat dakwah kepada pemerintah atau tidak? Atau apakah tindakan ini bisa dikatakan sebagai jihad[1]? DEMONSTRASI PERTAMA DALAM SEJARAH ISLAM Kasus terbunuhnya Utsman bin Affan radliyallahu anhu dan timbulnya pemikiran Khawarij sangat erat hubungannya dengan demonstrasi. Kronologis kisah terbunuhnya Utsman radliyallahu anhu adalah berawal dari isu-isu tentang kejelekan Khalifah Utsman yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba di kalangan kaum Muslimin. Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam[2]. Sedangkan kita telah maklum bagaimana karakter Yahudi itu karena Allah telah berfirman : Niscaya engkau akan dapati orang yang paling memusuhi (murka) kepada orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrikin. (Al Maidah : 82)

Permusuhan kaum Yahudi terlihat sejak berkembangnya Islam, seperti mengkhianati janji mereka terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, merendahkan kaum Muslimin, mencerca ajaran Islam, dan banyak lagi (makar-makar busuk mereka). Setelah Islam kuat, tersingkirlah mereka dari Madinah. (Lihat Sirah Ibnu Hisyam juz 3 halaman 191 dan 199) Pada zaman Abu Bakar dan Umar radliyallahu anhuma, suara orang-orang Yahudi nyaris hilang. Bahkan Umar mengusir mereka dari Jazirah Arab sebagai realisasi perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang pernah bersabda : Sungguh akan aku keluarkan orang-orang Yahudi dan Nashara dari Jazirah Arab sampai aku tidak sisakan padanya kecuali orang Muslim. Juga Ucapan beliau : Keluarkanlah orang-orang musyrikin dari Jazirah Arab. (HR. Bukhari) Di tahun-tahun terakhir kekhalifahan Utsman radliyallahu anhu di saat kondisi masyarakat mulai heterogen, banyak muallaf dan orang awam yang tidak mendalam keimanannya, mulailah orang-orang Yahudi mengambil kesempatan untuk mengobarkan fitnah. Mereka berpenampilan sebagai Muslim dan di antara mereka adalah Abdullah bin Saba yang dijuluki Ibnu Sauda. Orang yang berasal dari Shana ini menebarkan benih-benih fitnah di kalangan kaum Muslimin agar mereka iri dan benci kepada Utsman radliyallahu anhu. Sedangkan inti dari apa yang dia bawa adalah pemikiran-pemikiran pribadinya yang bernafaskan Yahudi. Contohnya adalah qiyas-nya yang bathil tentang kewalian Ali radliyallahu anhu. Dia berkata : Sesungguhnya telah ada seribu Nabi dan setiap Nabi mempunyai wali. Sedangkan Ali walinya Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Kemudian dia berkata lagi : Muhammad adalah penutup para Nabi sedangkan Ali adalah penutup para wali. Tatkala tertanam pemikiran ini dalam jiwa para pengikutnya, mulailah dia menerapkan tujuan pokoknya yaitu melakukan pemberontakan terhadap kekhalifahan Utsman bin Affan radliyallahu anhu. Maka dia melontarkan pernyataan pada masyarakat yang bunyinya : Siapa yang lebih dhalim daripada orang yang tidak pantas mendapatkan wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam (kewalian Rasul), kemudian dia melampaui wali Rasulullah (yaitu Ali) dan merampas urusan umat (pemerintahan)! Setelah itu dia berkata : Sesungguhnya Utsman mengambil kewalian (pemerintahan)! Setelah itu dia berkata : Sesungguhnya Utsman mengambil kewalian (pemerintahan) yang bukan haknya, sedang wali Rasulullah ini (Ali) ada (di kalangan kalian).

Maka bangkitlah kalian dan bergeraklah. Mulailah untuk mencerca pejabat kalian tampakkan amar maruf nahi munkar. Niscaya manusia serentak mendukung dan ajaklah mereka kepada perkara ini. (Tarikh Ar Rasul juz 4 halaman 340 karya Ath Thabary melalui Mawaqif) Amar maruf nahi mungkar ala Sabaiyah ini sama modelnya dengan amar maruf menurut Khawarij yakni keluar dari pemerintahan dan memberontak, memperingatkan kesalahan aparat pemerintahan di atas mimbar-mimbar, forum-forum, dan demonstasi-demonstasi yang semua ini mengakibatkan timbulnya fitnah. Masalah pun bukan semakin reda, bahkan tambah menyala-nyala. Fakta sejarah telah membuktikan hal ini. Amar maruf nahi mungkar ala Sabaiyah dan Khawarij ini mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan radliyallahu anhu, peperangan sesama kaum Muslimin, dan terbukanya pintu fitnah dari zaman Khalifah Utsman sampai zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu. (Tahqiq Mawaqif Ash Shahabati fil Fitnati min Riwayat Al Imam Ath Thabari wal Muhadditsin juz 2 halaman 342) Sebenarnya amar maruf nahi mungkar yang mereka gembar-gemborkan hanyalah sebagai label dan tameng belaka. Buktinya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda kepada Utsman : Hai Utsman, nanti sepeninggalku Allah akan memakaikan pakaian padamu. Jika orang-orang ingin mencelakakanmu pada waktu malam dalam riwayat lain : Orang-orang munafik ingin melepaskannya, maka jangan engkau lepaskan. Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR. Ahmad dalam Musnad-nya juz 6 halaman 75 dan At Tirmidzi dalam Sunan-nya dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi 3/210 nomor 2923) Syaikh Muhammad Amhazurn berkomentar : Hadits ini menunjukkan dengan jelas bahwa orang Khawarij tidaklah menuntut keadilan dan kebenaran akan tetapi mereka adalah kaum yang dihinggapi penyakit nifaq sehingga mereka bersembunyi dibalik tabir syiar perdamaian dan amar maruf nahi mungkar. Tidak diketahui di satu jamanpun adanya suatu jamaah atau kelompok yang lebih berbahaya bagi agama Islam dan kaum Muslimin daripada orang-orang munafik. (Tahqiq Mawaqif Ash Shahabati juz 1 halaman 476)

Inilah hakikat amar maruf nahi mungkar kaum Sabaiyah dan Khawarij. Alangkah serupanya kejadian dulu dan sekarang?! Di jaman ini ternyata ada Khawarij Gaya Baru yaitu orang-orang yang mempunyai pemikiran Khawarij. Mereka menjadikan demonstrasi, unjuk rasa, dan sebagainya sebagai alat dan metode dakwah serta jihad. Di antara tokoh-tokoh mereka adalah Abdurrahman Abdul Khaliq yang mengatakan (Al Fushul minas Siyasah Asy Syariyyah halaman 31-32) : Termasuk metode atau cara Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam berdakwah adalah demonstrasi atau unjuk rasa. Sebelum kita membongkar kebathilan ucapan ini dan kesesatan manhaj Khawarij dalam beramar maruf nahi mungkar kepada pemerintahan, marilah kita pelajari manhaj Salafus Shalih dalam perkara ini. MANHAJ SALAFUS SHALIH BERAMAR MARUF NAHI MUNGKAR KEPADA PEMERINTAH Allah adalah Dzat Yang Maha Adil. Dia akan memberikan kepada orang-orang yang beriman seorang pemimin yang arif dan bijaksana. Sebaliknya Dia akan menjadikan bagi rakyat yang durhaka seorang pemimpin yang dhalim. Maka jika terjadi pada suatu masyarakat seorang pemimpin yang dhalim, sesungguhnya kedhaliman tersebut dimulai dari rakyatnya. Meskipun demikian apabila rakyat dipimpin oleh seorang penguasa yang melakukan kemaksiatan dan penyelisihan (terhadap syariat) yang tidak mengakibatkan dia kufur dan keluar dari Islam maka tetap wajib bagi rakyat untuk menasihati dengan cara yang sesuai dengan syariat. Bukan dengan ucapan yang kasar lalu dilontarkan di tempat-tempat umum apalagi menyebarkan dan membuka aib pemerintah yang semua ini dapat menimbulkan fitnah yang lebih besar lagi dari permasalahan yang mereka tuntut. Adapun dasar memberikan nasihat kepada pemerintah dengan sembunyi-sembunyi adalah hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam : Barangsiapa yang hendak menasihati pemerintah dengan suatu perkara maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh

ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati). Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Al Khaitsami dalam Al Majma 5/229, Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 2/522, Abu Nuaim dalam Marifatus Shahabah 2/121. Riwayat ini banyak yang mendukungnya sehingga hadits ini kedudukannya shahih bukan hasan apalagi dlaif sebagaimana sebagian ulama mengatakannya. Demikian keterangan Syaikh Abdullah bin Barjas bin Nashir Ali Abdul Karim (lihat Muamalatul Hukam fi Dlauil Kitab Was Sunnah halaman 54). Dan Syaikh Al Albani menshahihkannya dalam Dzilalul Jannah fi Takhriji Sunnah 2/521-522. Hadits ini adalah pokok dasar dalam menasihati pemerintah. Orang yang menasihati jika sudah melaksanakan cara ini maka dia telah berlepas diri (dari dosa) dan pertanggungjawaban. Demikian dijelaskan oleh Syaikh Abdullah bin Barjas. Bertolak dari hadits yang agung ini, para ulama Salaf berkata dan berbuat sesuai dengan kandungannya. Di antara mereka adalah Imam As Syaukani yang berkata : Bagi orang-orang yang hendak menasihati imam (pemimpin) dalam beberapa masalah lantaran pemimpin itu telah berbuat salah seharusnya ia tidak menampakkan kata-kata yang jelek di depan khalayak ramai. Tetapi sebagaimana dalam hadits di atas bahwa seorang tadi mengambil tangan imam dan berbicara empat mata dengannya kemudian menasihatinya tanpa merendahkan penguasa yang ditunjuk Allah. Kami telah menyebutkan pada awal kitab As Sair : Bahwasanya tidak boleh memberontak terhadap pemimpin walaupun kedhalimannya sampai puncak kedhaliman apapun, selama mereka menegakkan shalat dan tidak terlihat kekufuran yang nyata dari mereka. Haditshadits dalam masalah ini mutawatir. Akan tetapi wajib bagi makmur (rakyat) mentaati imam (pemimpin) dalam ketaatan kepada Allah dan tidak mentaatinya dalam maksiat kepada Allah. Karena sesungguhnya tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala. (As Sailul Jarar 4/556) Imam Tirmidzi membawakan sanadnya sampai ke Ziyad bin Kusaib Al Adawi. Beliau berkata : Aku di samping Abu Bakrah berada di bawah mimbar Ibnu Amir. Sementara itu Ibnu Amir

tengah berkhutbah dengan mengenakan pakaian tipis. Maka Abu Bilal[3] berkata : Lihatlah pemimpin kita, dia memakai pakaian orang fasik. Lantas Abu Bakrah berkata : Diam kamu! Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : Barangsiapa yang menghina (merendahkan) penguasa yang ditunjuk Allah di muka bumi maka Allah akan menghinakannya. (Sunan At Tirmidzi nomor 2224) Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan tata cara menasihati seorang pemimpin sebagaimana yang dikatakan oleh Imam As Syaukani sampai pada perkataannya : sesungguhnya menyelisihi pemimpin dalam perkara yang bukan prinsip dalam agama dengan terang-terangan dan mengingkarinya di perkumpulan-perkumpulan masjid, selebaran-selebaran, tempat-tempat kajian, dan sebagainya, itu semua sama sekali bukan tata cara menasihati. Oleh karena itu jangan engkau tertipu dengan orang yang melakukannya walaupun timbul dari niat yang baik. Hal itu menyelisihi cara Salafus Shalih yang harus diikuti. Semoga Allah memberi hidayah padamu. (Maqasidul Islam halaman 395) Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid bahwasanya beliau ditanya : Mengapa engkau tidak menghadap Utsman untuk menasihatinya? Maka jawab beliau : Apakah kalian berpendapat semua nasihatku kepadanya harus diperdengarkan kepada kalian? Demi Allah, sungguh aku telah menasihatinya hanya antara aku dan dia. Dan aku tidak ingin menjadi orang pertama yang membuka pintu (fitnah) ini. (HR. Bukhari 6/330 dan 13/48 Fathul Bari dan Muslim dalam Shahih-nya 4/2290) Syaikh Al Albani mengomentari riwayat ini dengan ucapannya : Yang beliau (Usamah bin Zaid) maksudkan adalah (tidak melakukannya, pent.) terang-terangan di hadapan khalayak ramai dalam mengingkari pemerintah. Karena pengingkaran terang-terangan bisa berakibat yang sangat mengkhawatirkan. Sebagaimana pengingkaran secara terang-terangan kepada Utsman mengakibatkan kematian beliau[4]. Demikian metode atau manhaj Salaf dalam amar maruf nahi mungkar kepada pemerintah atau orang yang mempunyai kekuasaan. Dengan demikian batallah manhaj Khawarij yang mengatakan bahwa demonstrasi termasuk cara untuk berdakwah sebagaimana yang dianggap oleh Abdurrahman Abdul Khaliq.

Manhaj Khawarij ini menjadi salah satu sebab jeleknya sifat orang-orang Khawarij. Sebagaimana dalam riwayat Said bin Jahm beliau berkata : Aku datang ke Abdullah bin Abu Aufa, beliau matanya buta, maka aku ucapkan salam. Beliau bertanya kepadaku : Siapa engkau? Said bin Jahman, jawabku. Beliau bertanya : Kenapa ayahmu? Aku katakan : Al Azariqah[5] telah membunuhnya. Beliau berkata : Semoga Allah melaknat Al Azariqah, semoga Allah melaknat Al Azariqah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengatakan bahwa mereka anjing-anjing neraka. Aku bertanya : (Yang dilaknat sebagai anjing-anjing neraka) Al Azariqah saja atau Khawarij semuanya? Beliau menjawab : Ya, Khawarij semuanya. Aku katakan : Tetapi sesungguhnya pemerintah (telah) berbuat kedhaliman kepada rakyatnya. Maka beliau mengambil tanganku dan memegangnya dengan sangat kuat, kemudian berkata : Celaka engkau wahai Ibnu Jahman, wajib atasmu berpegang dengan sawadul adham, wajib atasmu untuk berpegang dengan sawadul adham. Jika engkau ingin pemerintah mau mendengar nasehatmu maka datangilah dan khabarkan apa yang engkau ketahui. Itu kalau dia menerima, kalau tidak, tinggalkan! Sesungguhnya engkau tidak lebih tahu darinya. (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 4/383) Dan masih banyak lagi hadits-hadits mengenai celaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam terhadap orang-orang Khawarij sebagai anjing-anjing neraka karena perbuatan mereka sebagaimana telah dijelaskan. Oleh karena itu, bagi seorang Muslim yang masih mempunyai akal sehat, tidak mungkin dia akan rela dirinya terjatuh pada jurang kenistaan seperti yang digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam (sebagai anjing-anjing neraka). Maka wajib bagi kita apabila hendak menasehati pemerintah, hendaklah dengan metode Salaf yang jelas menghasilkan akibat yang lebih baik dan tidak menimbulkan bentrokan fisik antara rakyat (demonstran) dengan aparat pemerintah yang akhirnya membawa kerugian di kedua belah pihak atau munculnya tindak anarki. DEMONSTRASI ATAU UNJUK RASA MERUPAKAN BENTUK TASYABUH

(MENYERUPAI) ORANG-ORANG KAFIR Sangat disayangkan, para demonstran ini mayoritas mereka adalah aktivis-aktivis Islam. Tetapi mengapa mereka melakukan hal ini? Mana ciri Islam mereka? Atas dasar apa melakukan hal hal

itu? Apakah berdasarkan dalil ataukah berlandaskan syubhat (kekaburan pemahaman)? Mereka mahasiswa/rakyat yang beragama Islam tidak sadar bahwa mereka telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, junjungan mereka, yaitu larangan menyerupai orang-orang kafir. Beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengabarkan : Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka mereka termasuk kaum tersebut. Malah demonstrasi ini termasuk bentuk tasyabuh terhadap orang kafir. Telah diterangkan oleh Syaikh Al Albani hafidhahullah tatkala seorang penanya menyampaikan pertanyaan kepada beliau yang lengkapnya demikian : Penanya : Apa hukumnya demonstrasi/unjuk rasa, misalnya para remaja, laki-laki maupun perempuan keluar ke jalan-jalan? Syaikh : Para perempuan juga? Penanya : Benar. Sungguh ini telah terjadi! Syaikh : Masya Allah. Penanya : Mereka keluar ke jalan-jalan dalam rangka menentang sebagian permasalahan yang dituntut atau diperintahkan oleh orang yang mereka anggap taghut-taghut, atau apa yang mereka tuntut dari organisasi/partai-partai politik yang bertentangan dengan mereka. Apa hukumnya perbuatan ini? Syaikh : [ Aku katakan --wabillahi taufiq--, jawaban dari soal ini termasuk pada kaidah dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang dikeluarkan oleh Abu Dawud di dalam Sunan-nya dari Abdullah bin Amr bin Ash radliyallahu 'anhu atau hadits Ibnu Umar radliyallahu 'anhu --saya ragu apakah beliau Abdullah bin Amr atau Ibnu Umar-- ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : Aku diutus dengan pedang dekat sebelum hari kiamat sampai hingga hanya Allah-lah yang disembah, tidak ada sekutu baginya. Dan Allah menjadikan rizqiku di bawah naungan tombak, dijadikan kerendahan dan kekerdilan atas orang yang menyelisihi pemerintah. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum mereka. Yang dijadikan dalil dari ucapan beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ini adalah perkataan : Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum mereka.

Maka tasyabuh (penyerupaan) seorang Muslim kepada seorang kafir tidak dibolehkan dalam Islam. Tasyabuh kepada seorang kafir ada beberapa tingkatan dari segi hukum. Yang tertinggi adalah haram dan yang terendah adalah makruh. Permasalahan ini sudah diterangkan secara rinci oleh Syaikhul Islam di dalam kitabnya yang agung, Iqtidla Shirathal Mustaqim Mukhalafata Ashabil Jahim secara rinci dan tidak akan didapat selain dari beliau rahimahullah. Aku ingin memperingatkan perkara yang lain, yang sepantasnya bagi Thalabul Ilmi memperhatikannya agar tidak menyangka bahwa hanya tasyabuh saja yang dilarang syariat. Ada perkara lain --yang lebih tersamar-- yaitu perintah untuk menyelisihi orang-orang kafir. Tasyabuh kepada orang-orang kafir adalah menjalankan kesukaan mereka. Adapun menyelisihi orang-orang kafir adalah engkau bermaksud menyelisihi mereka pada apa yang kita dan mereka mengerjakannya tetapi mereka tidak merubahnya. Seperti sesuatu yang ditetapkan dengan ketetapan alami yang tidak berbeda antara Muslim dengan kafir, karena sesungguhnya pada ketetapan ini, tidak ada usaha dan kehendak dari makhluk. Karena yang demikian adalah sunnatullah tabarak wa taala kepada manusia dan engkau tidak akan mendapati sunnatullah itu berubah. Sebagaimana telah shahih dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak menyemir rambut-rambut mereka maka selisihilah mereka (2X). Sungguh dalam hal ini seorang Mukmin mungkin menyerupai orang kafir dalam hal uban. Dan ini tidak ada perbedaannya. Engkau tidak akan menemukan seorang Muslim yang tidak beruban kecuali sangat sedikit sekali. Ada kesamaan di sini pada penampilan antara Muslim dan kafir yang sama-sama keduanya tidak bisa memiliki/mengatur sebagaimana yang kami katakan tadi. Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memerintahkan kita untuk menyelisihi kaum musyrikin, yakni dengan menyemir uban rambut-rambut kita. Sama saja rambut jenggot atau kepala. Untuk apa? Agar dengan ini tampak perbedaan antara Muslim dan kafir. Maka apa tujuannya kalau apabila seorang kafir mengerjakan suatu amalan lalu seorang Muslim ikut melakukannya dan terpengaruh dengan perbuatan-perbuatan mereka? Ini kesalahan yang lebih parah daripada menyelisihi. Dalam masalah ini, aku memperingatkannya sebelum memasuki bahasan dalam menerangkan pertanyaan yang ditujukan padaku. Jika telah diketahui perbedaan antara tasyabuh dengan penyelisihan maka seorang Muslim yang benar keislamannya hendaknya terus menerus berusaha menjauhi bertasyabuh dengan orang kafir.

Sebaliknya harus berusaha menyelisihi mereka. Dengan alasan inilah kami menyunnahkan (membiasakan) meletakkan jam tangan di tangan kanan karena mereka yang pertama kali membuat jam tangan memakainya di tangan kiri. Kami mengambil istinbath demikian berdasar ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Maka selisihilah mereka. Kalian mengetahui hadits ini : Bahwa Yahudi dan Nashara tidak menyemir rambut mereka maka selisihilah mereka. Sebagaimana yang diucapkan Syaikhul Islam dalam kitab tersebut (Iqtidla). Ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Maka selisihilah mereka, merupakan hujjah yang mengisyaratkan penyelisihan terhadap orang-orang kafir sebagaimana yang dikehendaki oleh As Samiul Alim (Allah Subhanahu wa Ta'ala) dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kami mendapati praktek penyelisihan dalam amalan dan hukum-hukum bukan termasuk wajib. Seperti makan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam atau : Shalatlah kalian di atas sandal-sandal kalian. Selisihilah Yahudi (2X). Di sini diketahui bahwasanya shalat memakai sandal bukan fardlu. Beda dengan memanjangkan jenggot, karena orang yang mencukurnya akan mendapat dosa. Adapun shalat dengan bersandal itu adalah perkara yang sunnah (mustahab). Namun apabila seorang Muslim terus menerus tidak memakai sandal ketika shalat justru telah menyelisihi sunnah dan bukan menyelisihi Yahudi. Ada suatu hal yang perlu diperhatikan di sini sebagaimana dalam riwayat sikap tawadlu Ibnu Masud ketika beliau mempersilakan Abu Musa Al Asyari mengimami shalat waktu itu. Padahal kedudukan Ibnu Masud lebih utama dari Abu Musa radliyallahu 'anhu. Pada waktu itu Abu Musa Al Asyari melepas sandalnya dan segera ditegur dengan keras oleh Ibnu Masud : Bukankah ini perbuatan orang-orang Yahudi? Apakah kau menganggap dirimu ada di lembah Thursina yang disucikan? Ucapan Ibnu Masud ini menegaskan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Shalatlah di atas sandal kalian dan selisihilah Yahudi! Apabila dua hakikat ini telah dipahami yaitu (larangan) tasyabuh dan (perintah) menyelisihi kaum musyrikin maka wajib bagi kita untuk menjauhi setiap perilaku kesyirikan dan segala bentuk kekufuran.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti jalan-jalan yang ditempuh oleh orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, bahkan kalaupun mereka menyusuri atau masuk ke lubang biawak niscaya kalian pun akan memasukinya. Berita dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ini mengandung peringatan bagi umat ini. Namun di samping itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga mengatakan dalam hadits mutawatir : Akan selalu ada dari umatku suatu kelompok yang menampakkan Al Haq. Tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka sampai datang hari kiamat. Jadi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam itu telah memberikan khabar gembira dalam hadits shahih ini bahwasanya umat ini terus dalam keadaan baik. Tatkala datang berita ini, yaitu : Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan sebelum kalian. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memaksudkan dalam hadits ini setiap individu dalam umatnya akan mengikuti jalan orang-orang kafir. Maka ucapan itu bermakna peringatan artinya : Hati-hati kalian, jangan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian. Dan sesungguhnya akan ada dari kalian orang-orang yang melakukannya. Dalam riwayat lain selain riwayat As Shahihain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan perbuatan orang Yahudi pada tingkat yang sangat parah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda (dalam riwayat itu) : Bahkan ada dari mereka (Yahudi) orang yang mendatangi (menzinahi) ibunya di tengah-tengah jalan dan niscaya akan ada pula dari kalian yang akan melakukanya. Kecenderungan pada jaman ini telah membuktikan kebenaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tersebut walaupun masih perlu adanya penelitian yang lebih mendalam. Dan pada sebagian hadits-hadits yang telah tsabit, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ada di antara manusia bersetubuh seperti bersetubuhnya keledai di jalan-jalan. Ini adalah puncak kejelekan tasyabuh terhadap orangorang kafir.

Apabila kalian telah mengetahui larangan bertasyabuh dan perintah untuk menyelisihi (orangorang kafir) maka kembali kepada permasalahan demonstrasi (unjuk rasa), kita saksikan dengan mata kepala sendiri saat Perancis menguasai Suriah dan apa yang terjadi di Aljazair. Di sana terdapat kesesatan dan tasyabuh dengan turut sertanya para wanita dalam demonstrasi. Demikian itu merupakan kesempurnaan tasyabuh terhadap orang kafir baik laki-laki atau perempuan. Karena kita melihat melalui foto-foto, berita lewat radio, dan televisi atau selainnya tentang keluarnya beribu-ribu manusia dari kalangan orang-orang kafir Afrika maupun Syiria dan yang lainnya. Menurut ungkapan orang-orang Syam, keluarga laki-laki dan wanita dalam keadaan meleit temkit. Meleit temkit maksudnya mereka berdesakan antara punggung dengan punggung, atau pinggul dengan pinggul, dan lain-lain. Saya katakan dari segi yang lain (yang berhubungan dengan demonstrasi) : Bahwasanya demonstrasi ini menunjukkan sikap taklid terhadap orangorang kafir dalam rangka menolak undang-undang yang ditetapkan oleh hakim-hakim mereka. Demonstrasi ala Eropa dengan sikap taklidiyah (ikut-ikutan) dari kalangan kaum Muslimin bukan termasuk cara yang syari untuk memperbaiki hukum dan keadaan masyarakat. Dari sini setiap jamaah hizbiyah kelompok Islam jelas telah melakukan kekeliruan besar karena tidak menelusuri jalan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam di dalam merubah keadaan masyarakat. Tidak ada dalam aturan Islam merubah keadaan masyarakat dengan cara bergerombol-gerombol, berteriak-teriak, dan demonstrasi (unjuk rasa). Islam mengajarkan ketenangan dengan mengajarkan ilmu di kalangan kaum Muslimin serta mendidik mereka di atas syariat Islam sampai berhasil walaupun harus dengan waktu yang sangat panjang. Dengan ini saya katakan dengan ringkas, demonstrasi dan unjuk rasa yang terjadi di sebagian negara Islam pada asalnya adalah penyimpangan dari jalan kaum Mukminin[6] dan tasyabuh (menyerupai) golongan kafir. Sungguh Allah telah berfirman (yang artinya) : Barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orangorang Mukmin, Kami biarkan dia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An Nisa : 115)

Penanya : Mereka para demonstran berdalih dengan dalil Sirah (sejarah Nabi) bahwasanya setelah Umar radliyallahu anhu masuk Islam, kaum Muslimin (serentak) keluar. Umar pada suatu barisan sedang Hamzah di barisan lain. Maka mereka (yang pro demonstrasi) mengatakan unjuk rasa ini untuk mengingkari taghut-taghut dan orang kafir Quraisy. Bagaimanakah jawaban Anda dengan dalil semacam ini? Jawab : Jawaban terhadap pendalilan semcam itu adalah : Berapa kali aksi demonstrasi ini terjadi pada masyarakat Islam (dulu)? Hanya satu kali. Padahal sirah termasuk sunnah yang diikuti, menurut ulama fiqih. Mereka mengatakan kalau tsabit dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam suatu ibadah yang disyariatkan akan diberi pahala orang yang melakukannya. Dan dalam pelaksanaannya pun tidak boleh terus-menerus tanpa putus karena dikhawatirkan menyerupai perkara wajib dengan sebab lamanya waktu. Kebanyakan manusia menurut adat mereka kalau ada salah satu Muslim meninggalkan sunnah seperti ini niscaya akan diingkari dengan keras. Demikian menurut para ahli fiqih. Maka bagaimana kalau ada suatu peristiwa yang sekilas terjadi pada waktu tertentu seperti disebutkan di dalam sirah di atas kemudian dijadikan sunnah yang diikuti bahkan dijadikan hujjah untuk mendukung apa yang diperbuat oleh orang-orang kafir secara terus-menerus sedangkan kaum Muslimin tidak secara mutlak melakukannya kecuali pada saat itu saja[7]. Kita mengetahui kebanyakan pemerintahan mempunyai hukum-hukum yang keluar dari Islam dan kadang-kadang manusia dipenjarakan dengan dhalim dan melampaui batas, maka bagaimana sikap kaum Muslimin dalam hal ini? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah memerintahkan dalam hadits yang shahih wajibnya taat kepada pemerintah walaupun dia mengambil hartamu dan memukul punggungmu. Namun kenyataannya demonstrasi bukan ketaatan kepada pemerintah seperti yang digariskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Inilah yang aku khawatirkan tentang apa yang dinamakan kebangkitan (shahwah) suara kebenaran, bagaimana kita akan meridlainya? Bagaimana mungkin suatu kebangkitan (shahwah) dengan perasaan, bukan dengan ilmu? Padahal ilmu itulah yang menjadikan perkara itu dianggap baik atau buruk.

Tidak diragukan lagi di Aljazair dan di setiap negara Islam, shahwah ini lahir dari pemuda Muslim setelah mereka bangun dari tidur. Akan tetapi engkau akan melihat mereka berjalan di atas jalan yang menunjukkan ketidakgigihan mereka dalam menuntut ilmu Allah Azza wa Jalla. Kita tidak memperpanjang pembahasan. Cukuplah kita katakan pengambilan mereka terhadap dalil ini menunjukkan kebodohan mereka terhadap fiqih Islam sebagaimana yang kami telah isyaratkan di depan. Kejadian yang sesaat ini terbetik pada diri saya dan saya teringat bahwa kejadian ini tercatat dalam sirah. Akan tetapi saya belum bisa mendapati shahih atau tidaknya saat ini. Jika riwayat ini shahih sanadnya maka dan ada salah seorang di antara kalian mendapati riwayat ini pada kitab-kitab hadits standar, tolong ingatkan saya. Sehingga saya bisa memeriksa barangkali riwayat tentang demonstrasi dalam sirah tersebut shahih. Maka kalaupun shahih, hanya dilakukan sekali saja. Jika terjadi hanya sekali saja, tentu tidak bisa dijadikan sunnah. Apalagi bila demonstrasi saat ini lebih sering dilakukan oleh orang-orang kafir yang seharusnya kaum Muslimin menyelisihinya. Kejadian ini dilakukan oleh orang-orang kafir kemudian kita mengikutinya. Ulama Hanafiyah telah membuat pijakan di dalam masalah fiqhiyah bahwasanya ada suatu masalah yang merupakan sunnah Muhammadiyah yang tidak sepantasnya ditinggalkan, yaitu sunnah membaca surat Sajadah pada pagi hari Jumat (saat shalat Shubuh). Ini terdapat dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim). Walaupun demikian ulama Hanafiyah menganjurkan pada imam-imam masjid agar sesekali meninggalkannya, dikhawatirkan apabila terus menerus diamalkan di kalangan orang awam, akan menganggkat hukumnya keluar dari hukum asalnya. Kami mempunyai bukti yang mendukung ketelitian dalam fiqih dan pemahaman terhadap sunnah ini. Saya sangat ingat bahwasanya imam di masjid besar Damaskus, yaitu masjid Bani Umayah, mengimami shalat shubuh di masjid tersebut dan dia tidak membaca surat Sajadah. Baru saja imam salam, tiba-tiba mereka membentak dan mendatangi imam tersebut seraya berkata : Kenapa engkau tidak membaca surat Sajadah? Kemudian dia menerangkan bahwa hal itu adalah sunnah dan kadang-kadang dianjurkan untuk meninggalkannya. Kejadian ini terjadi karena imam masjid mengamalkan amalan tersebut secara terus-menerus dan berlangsung lama. Dan saat itu ia tidak mengerjakan amalan tersebut.

Lebih aneh lagi yang terjadi pada diri saya. Pada suatu hari saya berada dalam perjalanan dari Damaskus kira-kira 60 km ke Madhaya. Maka aku hampir di pagi hari Jumat untuk shalat berjamaah bersama kaum Muslimin di sana. Tatkala itu imam tidak datang. Maka mereka mencari pengganti imam yang cocok. Mereka tidak mendapati pengganti kecuali saya. Pada waktu itu saya masih muda dan jenggot saya baru tumbuh. Dalam keadaan bingung, mereka menyuruh saya maju. Saya sebenarnya belum hafal surat Sajadah dengan baik maka aku membaca surat Maryam. Aku membaca dua halaman awal. Tatkala aku takbir untuk ruku maka aku merasakan semua makmum malah sujud. Ini menunjukkan karena apa? Karena adat kebiasaan (yakni mereka sujud tilawah karena kebiasaan dan bukan dengan ilmu, ed.). Seyogyanya para imam menjaga keadaan masyarakatnya agar tidak ghuluw (berlebihan) pada sebagian hukum-hukum. Lalu memberi penjelasan bahwa masalah syariat, wajib untuk diambil dengan tanpa sikap keterlaluan hingga mengangkat derajat hukum sunnah menjadi wajib dan sebaliknya yang wajib menjadi sunnah. Semua ini adalah ifrath dan tafrith yang tidak diperbolehkan. Inilah jawaban saya terhadap pendalilan (riwayat Umar di atas) yang menunjukkan atas kebodohan orang yang mengambil dalil dengannya. ] (Kaset Fatawa Jeddah nomor 89880, pagi Shubuh, hari Ahad, 27 Jumadil Akhir 1410 H) BANTAHAN TERHADAP SYUBHAT ABDURRAHMAN ABDUL KHALIQ Di awal sudah saya singgung masalah manhaj Abdurrahman Abdul Khaliq terhadap pemerintah Muslimin. Yaitu bolehnya memakai demonstrasi sebagai alat dakwah dengan berdalil riwayat Umar radliyallahu anhu yang dibawakan oleh seorang penanya di atas. Dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa beliau belum tahu shahih dan dlaifnya riwayat tersebut. Syaikh Abdul Aziz bin Bazz telah membantah syubhat Abdurrahman Abdul Khaliq dalam surat menyurat antara beliau dengan Abdurrahman Abdul Khaliq. Kata Syaikh bin Bazz : Engkau menyebutkan pada kitab Fushul Minas Siyasah As Syariyyah halaman 31-32 bahwasanya termasuk dari uslub (metode) dakwah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah demonstrasi. Aku belum pernah mengetahui nash yang sharih dalam masalah ini. Maka aku mengharap faidah dari siapa kamu mengambil dan dari kitab mana kamu dapatkan. Jika hal itu tidak ada sanadnya maka kamu

wajib untuk rujuk (kembali/bertaubat) dari hal itu. Karena aku tidak tahu sama sekali nash-nash yang menunjukkan hal itu. Dengan menggunakan demonstrasi atau unjuk rasa justru mengakibatkan banyak kerusakan. Jika nash (dalil) itu shahih maka kamu harus menerangkan dengan jelas dan sempurna sehingga orang-orang yang membuat kerusakan tidak berdalih dengannya dalam demonstrasi-demonstrasi mereka yang bathil. (Tanbihat wa Tabiqat halaman 41) Jawaban Abdurrahman Abdul Khaliq : Adapun ucapanku pada kitab Al Fushul Minas Siyasah As Syariyyah fi Dawah Ilallah halaman 31-33 maka aku katakan : Aku telah menyebutkan demonstrasi-demonstrasi yang digelar itu sebagai wasilah (metode) Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam menampakkan dakwah Islam, sebagaimana telah diriwayatkan bahwa setelah masuk Islamnya Umar radliyallahu anhu, kaum Muslimin keluar karena perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pada dua shaf (barisan) dalam rangka menampakkan kekuatan. Dalam satu barisan terdapat Hamzah radliyallahu anhu, sedang barisan yang lain ada Umar bin Al Khattab radliyallahu anhu beserta kaum Muslimin. (Kemudian Abdurrahman Abdul Khaliq membawakan riwayat dengan sanad-sanad yang diriwayatkan oleh Abu Nuaim di dalam Al Hilyah 1/40 dengan sanad sampai ke Ibnu Abbas radliyallahu anhu, Ibnu Abi Syaibah dalam As Shahabah 2/512, dan di dalam Tarikh-nya serta Al Bazar). Kemudian dia (Abdurrahman Abdul Khaliq) berkata : Tetapi setelah kedatangan surat Anda (Syaikh bin Bazz) aku dapatkan bahwa pusat (poros) sanad hadits ini atas Ishaq bin Abdullah bin Abi Farwah, dia mungkarul hadits. Demikian pernyataan Abdurrahman Abdul Khaliq. Tapi anehnya setelah itu dia mengatakan : Aku berpandangan metode ini (demonstrasi) bisa untuk dijadikan metode yang benar dalam mendorong/menganjurkan manusia dalam shalat Jumat dan jamaah dalam rangka menampakkan banyaknya orang Islam. Demikian juga memamerkan tentara-tentara Islam bersamaan dengan peralatan perang karena hal ini dapat menaklukan hati-hati musuh dan menakuti musuh-musuh Allah serta meninggikan syariat Islam.

Demikian cara Ahlul Bidah. Setelah ditanya atau dibantah dari sisi pendalilan dan setelah ucapan atau perbuatannya diketahui tidak benar bahkan palsu maka mereka tidak mau merujuk kepada dalil yang shahih dan manhaj yang benar. Bahkan dia berkelit : Maksud saya demikian, maksud saya demikian, boleh saja hadits lemah dalam hal ini palsu dijadikan itibar, dan berbagai silat lidah lainnya pun meluncur tajam. Maka saya katakan, setelah atsarnya diketahui mungkar karena adanya rawi yang mungkarul hadits pada sanadnya, tentu saja demonstrasi tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak bisa dijadikan manhaj amar maruf nahi mungkar. Karena metode dakwah adalah tauqifiyah, yakni harus sesuai dengan metode Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan para shahabatnya. Jikalau kisah Umar itu shahih, maka penjelasannya adalah sebagaimana yang telah diterangkan oleh Syaikh Al Albani. Dengan telah diketahui atsarnya dlaif bahkan mungkar, maka tidak bisa lagi dijadikan sebagai dalil bolehnya demonstrasi, sekalipun niatnya baik, sebagaimana telah diterangkan oleh Syaikh bin Bazz di atas. Wallahu Alam. KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN PADA ACARA UNJUK RASA Di atas sudah diterangkan sebagian kemungkaran pada acara demo yaitu : - Bentuk tasyabuh dengan orang-orang kafir. - Termasuk khuruj (menentang pemerintah) yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam riwayat Muslim dan lain-lain. (Lihat Nasehati) - Menceritakan aib pemerintah di depan umum dalam bentuk orasi-orasi yang ini pun dilarang oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. (Lihat Nasehati) - Ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan) bahkan berdesak-desakan. (Lihat SALAFY rubrik Ahkam edisi 4 tahun pertama) - Tindak anarkis yang seringkali timbul ke sana atau setelah demonstrasi dan orasi-orasi. - Dan lain-lain. SOLUSI DARI KRISIS

Pada situasi sekarang, masalah yang timbul bukan saja terjadi akibat satu aspek, misalnya ekonomi. Tetapi juga terkait pada aspek lainnya, seperti sosial dan politik. Dan krisis ini tidak bisa sembuh total manakala dibasmi dengan kebathilan. Suatu negara yang dipimpin oleh pemimpin yang dhalim yang di dalamnya ditaburi praktekpraktek kolusi, korupsi, dan nepotisme merupakan buah dari tindakan rakyatnya juga. Maka kalau rakyatnya baik, niscaya Allah Subhanahu wa Taala akan menganugerahkan kepada mereka pemimpin yang arif dan bijaksana. Hal ini sudah dibuktikan oleh junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan para Khulafaur Rasyidin. Situasi yang kacau balau ini solusinya bukan dengan demonstrasi tetapi dengan amar maruf nahi mungkar dengan cara yang tepat dan benar. Kemudian menyebarkan ilmu yang haq di kalangan umat agar muncul generasi-generasi yang berbekal ilmu. Akhirnya diharapkan nanti setiap langkah yang mereka lakukan diukur dengan ilmu syari yang haq. Dengan demikian akan musnahlah virus kolusi, korupsi, dan virus-virus lainnya. Wallahu Alam Bis Shawab. [1] Seperti pendapatnya Abdurrahman Abdul Khaliq dan konco-konconya. [2] Orang yang bergabung dengannya disebut golongan (firqah) Sabaiyah. [3] Mirdas bin Udayah adalah seorang Khawarij. Lihat Tahdzibul Kamal oleh Imam Al Mizzi 7/399. [4] Mukhtashar Shahih Muslim, taliq Syaikh Al Albani nomor 335. [5] Salah satu aliran dari aliran-aliran Khawarij. [6] Shahabat, ed. [7] Ini bukti bahwa para shahabat, tabiin, tabiut tabiin dan seterusnya tidak mengambil kejadian itu sebagai sunnah dalam rangka mengingkari pemerintah. (Dikutip dari tulisan Al Ustadz Zuhair Syarif, sumber Majalah SALAFY

XXVII/1419/1998/MABHATS) Sumber: http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=43 http://firarif.wordpress.com/2010/01/29/demonstrasi-dalam-pandangan-islam/

Anda mungkin juga menyukai