Anda di halaman 1dari 43

Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman BaabduhMaka Ahlus Sunnah menyatakan kepada mereka baik kelompok Al-Ikhwanul Muslimun ataupun

Hizbut Tahrir serta semua pihak yg menempuh cara mereka tunjukkan kepada umat ini satu saja Daulah Islamiyyah yg berhasil kalian wujudkan dgn cara yg kalian tempuh sepanjang sejarah kelompok kalian. Di Mesir kalian telah gagal total bahkan harus ditebus dengan dieksekusinya tokoh-tokoh kalian di tiang gantungan atau ditembak mati dan semakin suramnya nasib dakwah. Di Al-Jazair pun ternyata juga pupus bahkan berakhir dgn pertumpahan darah dan perpecahan.Atau mungkin kalian akan menyebut Sudan sebagai Daulah Islamiyyah yg berhasil kalian dirikan di mana kalian berhasil dalam Pemilu di negeri tersebut. Namun apa yg terjadi setelah itu? Wakil Presidennya adl seorang Nashrani lbh dari 10 orang menteri di kabinet adl Nashrani.Ketika kaum muslimin terkhusus para aktivisnya telah menjauhi dan meninggalkan metode dan cara yg ditempuh oleh para nabi dan generasi Salaful Ummah di dalam mengatasi problematika umat dalam upaya mewujudkan Daulah Islamiyyah tak pelak lagi mereka akan mengikuti ra`yu dan hawa nafsu. Karena tidak ada lagi setelah AlHaq yg datang dari Allah Taala dan Rasul-Nya n serta Salaful Ummah kecuali kesesatan.Sebagaimana firman Allah: Maka apakah setelah Al Haq itu kecuali kesesatan? Dengan cara yg mereka tempuh ini justru mengantarkan umat ini kepada kehancuran dan perpecahan sebagaimana firman Allah Taala: Dan bahwa ini adl jalan-Ku yg lurus maka ikutlah dia dan janganlah kalian mengikuti As-Subul krn jalan-jalan itu menyebabkan kalian tercerai berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah Taalaepadamu agar kalian bertaqwa. Diantara cara-cara sesat yg mereka tempuh antara lain:1. Penyelesaian problem umat melalui jalur politik dgn ikut terjun langsung atau tidak langsung dalam panggung politik dgn berbagai macam alasan utk membenarkan tindakan mereka.Diantara mereka ada yg beralasan bahwa tidak mungkin Daulah Islamiyyah akan terwujud kecuali dgn cara merebut kekuasaan melalui jalur politik yaitu dgn memperbanyak perolehan suara dukungan dan kursi jabatan dalam pemerintahan. Sehingga dgn banyaknya dukungan dan kursi di pemerintahan syariat Islam bisa diterapkan. Walaupun dalam pelaksanaannya mereka rela utk mengadopsi dan menerapkan sistem politik Barat yang bertolak belakang seratus delapan puluh derajat dgn Islam.Mereka sanggup utk berdusta dgn menyebarkan isu-isu negatif terhadap lawan politiknya. Bila perlu merekapun sanggup utk mencampakkan prinsip-prisip Islam yg paling utama dalam rangka utk memuluskan ambisi mereka baik melalui acara kontrak politik atau yg semisalnya. Bahkan tidak jarang merekapun sanggup utk berdusta atas nama Ulama Ahlus Sunnah dgn mencuplik fatwa-fatwa para ulama tersebut dan mengaplikasikannya tidak pada tempatnya. Cara ini lbh banyak dipraktekkan oleh kelompok Al-Ikhwanul Muslimun.Sebagian kelompok lagi beralasan bahwa melalui politik ini akan bisa direalisasikan amar maruf nahi munkar kepada penguasa yaitu dgn menekan dan memaksa mereka menerapkan hukum syariat Islam dan meninggalkan segala hukum selain hukum Islam.Walaupun sepintas lalu mereka tampak menghindarkan diri utk terjun langsung ke panggung politik demokrasi seperti halnya kelompok pertama namun ternyata mereka menerapkan cara- cara Khawarij di dalam melaksanakan aktivitas politiknya. Yaitu melalui berbagai macam orasi politik yg penuh dgn provokasi atau dgn berbagai aksi demonstrasi dgn menggiring anak muda-mudi sebagaimana digiringnya gerombolan kambing oleh penggembalanya.Kemudian mereka menamakan tindakan-tindakan tersebut sebagai tindakan kritik dan kontrol serta koreksi terhadap penguasa atau terkadang mereka mengistilahkannya dgn amar maruf nahi munkar. Yang ternyata tindakan mereka tersebut justru mendatangkan kehinaan bagi kaum muslimin serta ketidakstabilan bagi

kehidupan umat Islam baik sebagai pribadi muslim ataupun sebagai warga negara di banyak negeri. Dengan ini semakin pupuslah harapan terwujudnya Daulah Islamiyyah. Cara ini lbh banyak dimainkan oleh kelompok Hizbut Tahrir.Maka Ahlus Sunnah menyatakan kepada mereka baik kelompok Al-Ikhwanul Muslimun ataupun Hizbut Tahrir serta semua pihak yg menempuh cara mereka tunjukkan kepada umat ini satu saja Daulah Islamiyyah yg berhasil kalian wujudkan dgn cara yg kalian tempuh sepanjang sejarah kelompok kalian. Di Mesir kalian telah gagal total bahkan harus ditebus dengan dieksekusinya tokoh-tokoh kalian di tiang gantungan atau ditembak mati dan semakin suramnya nasib dakwah. Di Al-Jazair pun ternyata juga pupus bahkan berakhir dgn pertumpahan darah dan perpecahan.Atau mungkin kalian akan menyebut Sudan sebagai Daulah Islamiyyah yg berhasil kalian dirikan dimana kalian berhasil dalam Pemilu di negeri tersebut. Namun apa yg terjadi setelah itu? Wakil Presidennya adl seorang Nashrani lbh dari 10 orang menteri di kabinet adl Nashrani. Atau mungkin kalian menganggap itu sebagai kesuksesan di panggung politik di negeri Sudan ketika kalian berhasil mengorbitkan salah satu pembesar kalian di negeri tersebut dan memegang salah satu tampuk kepemimpinan tertinggi di negeri itu yaitu Hasan At-Turabi. Apakah orang seperti dia yg kalian banggakan orang yg berakidah dan berpemikiran sesat?! Simak salah satu ucapan dia: Aku ingin berkata bahwa dalam lingkup daulah yg satu dan perjanjian yg satu boleh bagi seorang muslim sebagaimana boleh pula bagi seorang Nashrani utk mengganti agamanya.Kami pun mengatakan kepada kelompok Hizbut Tahrir dgn pernyataan yg sama. Bagaimana Allah akan memberikan keberhasilan kepada kalian sementara kalian menempuh cara-cara Khawarij yg telah dikecam keras oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dalam sekian banyak haditsnya?Dimana prinsip dan dakwah kalian wahai Hizbut Tahrirdibanding manhaj yg diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dalam menyampaikan nasehat kepada penguasa sebagaimana hadits beliau dari shahabat Iyadh bin Ghunm: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Barangsiapa yg hendak menasehati seorang penguasa maka jangan dilakukan secara terang-terangan . Namun hendaknya dia sampaikan kepadanya secara pribadi jika ia menerima nasehat tersebut maka itulah yg diharapkan namun jika tidak mau menerimanya maka berarti ia telah menunaikan kewajibannya. {HR. Ahmad Ibnu Abi Ashim Al-Baihaqi. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Imam Al- Albani di dalam Zhilalul Jannah hadits no. 1096}2. Jenis cara batil yg kedua adl melalui tindakan atau gerakan kudeta/revolusi terhadap penguasa yg sah dgn alasan mereka telah kafir krn tidak menerapkan hukum/syariat Islam dalam praktek kenegaraannya. Kelompok pergerakan ini cenderung menamakan tindakan teror dan kudeta yg mereka lakukan dgn nama jihad yg pada hakekatnya justru tindakan tersebut membuat kabur dan tercemarnya nama harum jihad itu sendiri. Mereka melakukan pengeboman di tempat-tempat umum sehingga tak pelak lagi warga sipil menjadi korban. Bahkan tak jarang di tengah-tengah mereka didapati sebagian umat Islam yg tidak bersalah dan tidak mengerti apa-apa. Cara-cara seperti ini lbh banyak diperankan oleh kelompok-kelompok radikal semacam Jamaah Islamiyyah demikian juga Usamah bin Laden salah satu tokoh Khawarij masa kini dgn Al-Qaeda-nya beserta para pengikutnya dari kalangan pemuda yg tidak memiliki bekal ilmu syari dan cenderung melandasi sikapnya di atas emosi. Cara-cara yg mereka lakukan ini merupakan salah satu bentuk pengaruh pemikiran-pemikiran sesat dari tokoh- tokoh mereka seperti:a. Abul Ala Al-Maududi dimana dia menyatakan: Mungkin telah jelas bagi anda semua dari tulisan-

tulisan dan risalah-risalah kita bahwa tujuan kita yg paling tinggi yg kita perjuangkan adalah: MENGADAKAN GERAKAN PENGGULINGAN KEPEMIMPINAN. Dan yg saya maksudkan dgn itu adl utk membersihkan dunia ini dari kekotoran para pemimpin yg fasiq dan jahat. Dan dgn itu kita bisa menegakkan imamah yg baik dan terbimbing. Itulah usaha dan perjuangan yg bisa menyampaikan ke sana. Itu adl cara yg lbh berhasil untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharapkan wajah-Nya yg mulia di dunia dan akhirat. Al-Maududi juga berkata: Kalau seseorang ingin membersihkan bumi ini dan menukar kejahatan dengan kebaikan tidak cukup bagi mereka hanya dgn berdakwah mengajak manusia kepada kebaikan dan mengagungkan ketakwaan kepada Allah serta menyuruh mereka utk berakhlak mulia. Tapi mereka harus mengumpulkan beberapa unsur manusia yg shalih sebanyak mungkin kemudian dibentuk utk merebut kepemimpinan dunia dari orang-orang yg kini sedang memegangnya dan mengadakan revolusi. b. Sayyid Quthb. Pernyataan Sayyid Quthb dalam beberapa karyanya yg mengarahkan dan menggiring umat ini utk menyikap lingkungan dan masyarakat serta pemerintahan muslim sebagai lingkungan masyarakat dan pemerintahan yg kafir dan jahiliyah. Pemikiran ini berujung kepada tindakan kudeta dan penggulingan kekuasaan sebagai bentuk metode penyelesaian problema umat demi terwujudnya Khilafah Islamiyyah.Metode berpikir seperti tersebut di atas disuarakan pula oleh tokoh-tokoh mereka yg lainnya seperti Said Hawwa Abdullah Azzam Salman Al-Audah DR. Safar Al-Hawali dan lain-lain.Buku-buku dan karya-karya mereka telah tersebar luas di negeri ini yg cukup punya andil besar dalam menggiring para pemuda khususnya utk berpemikiran radikal serta memilih cara- cara kekerasan utk mengatasi problematika umat ini dan menggapai angan yg mereka canangkan. Maka wajib bagi semua pihak dari kalangan muslimin utk berhati-hati dan tidak mengkonsumsi buku fitnah karya tokoh-tokoh Khawarij.Demikian juga buku-buku kelompok Syiah Rafidhah yg juga syarat dgn berbagai provokasi kepada umat ini utk melakukan berbagai aksi dan tindakan teror terhadap penguasa. Mudah- mudahan Allah Taala memberikan taufiq-Nya kepada pemerintah kita agar mereka bisa mencegah peredaran buku-buku sesat dan menyesatkan tersebut di tengah-tengah umat demi terwujudnya stabilitas keamanan umat Islam di negeri ini.Khilafah Islamiyyah bukan Tujuan Utama Dakwah para NabiDari penjelasan-penjelasan di atas jelas bagi kita bahwa banyak dari kalangan aktivis pergerakan-pergerakan Islam yg menyatakan bahwa permasalahan Daulah Islamiyyah merupakan permasalahan yg penting bahkan terpenting dalam masalah agama dan kehidupan.Dari situ muncul beberapa pertanyaan besar yg harus diketahui jawabannya oleh tiap muslim yaitu: Apakah penegakan Daulah Islamiyyah adl fardhu ain {kewajiban atas tiap pribadi muslim} yg harus dipusatkan atau dikosentrasikan pikiran waktu dan tenaga umat ini untuk mewujudkannya?Kemudian: Benarkah bahwa tujuan utama dakwah para nabi adl penegakan Daulah Islamiyyah?Maka utk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas mari kita simak penjelasan para ulama besar Islam berikut ini.Al-Imam Abul Hasan Al-Mawardi berkata di dalam kitabnya Al-Ahkam As-Sulthaniyah: Jika telah pasti tentang wajibnya Al-Imamah maka tingkat kewajibannya adl fardhu kifayah seperti kewajiban jihad dan menuntut ilmu. Sebelumnya beliau juga berkata: Al-Imamah ditegakkan sebagai sarana utk melanjutkan khilafatun nubuwwah dalam rangka menjaga agama dan pengaturan urusan dunia yg penegakannya adl wajib secara ijma bagi pihak yg berwenang dalam urusan tersebut. Imamul Haramain menyatakan bahwa permasalahan Al-Imamah merupakan jenis permasalahan furu. Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali berkata: Maka anda melihat pernyataan mereka {para ulama} tentang permasalahan Al-Imamah bahwasanya ia tergolong permasalahan furu tidak lebih sebatas wasilah yg berfungsi sebagai pelindung terhadap agama dan politik dunia yg dalil tentang kewajibannya masih diperselisihkan apakah dalil aqli ataukah dalil syari.

Bagaimanapun jenis permasalahan yg seperti ini kondisinya yg masih diperselisihkan tentang posisi dalil yg mewajibkannya bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa masalah Al-Imamah ini merupakan puncak tujuan agama yg paling hakiki?Demikian jawaban dari pertanyaan pertama. Adapun jawaban utk pertanyaan kedua mari kita simak penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :Sesungguhnya pihak-pihak yg berpendapat bahwa permasalahan AlImamah merupakan satu tuntutan yg paling penting dalam hukum Islam dan merupakan permasalahan umat yg paling utama adl suatu kedustaan berdasarkan ijma kaum muslimin baik dari kalangan Ahlus Sunnah maupun dari kalangan Syiah . Bahkan pendapat tersebut terkategorikan sebagai suatu kekufuran sebab masalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah perma-salahan yg jauh lbh penting daripada perma-salahan Al-Imamah. Hal ini merupakan permasalahan yg diketahui secara pasti dalam dienul Islam. {Minhajus Sunnah An-Nabawiyah 1/16}Kemudian beliau melanjutkan:Kalau demikian {yakni kalau seandainya Al-Imamah merupakan tujuan utama dakwah para nabi pent} maka wajib atas Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk menjelaskan kepada umatnya sepeninggal beliau sebagaimana beliau telah menjelaskan kepada umat ini tentang permasalahan shalat shaum zakat haji dan telah menentukan perkara iman dan tauhid kepada Allah Taala serta iman pada hari akhir. Dan suatu hal yg diketahui bahwa penjelasan tentang Al-Imamah di dalam Al Qur`an dan As Sunnah tidak seperti penjelasan tentang perkara-perkara ushul tersebut Dan juga tentunya Diantara perkara yg diketahui bahwa suatu tuntutan terpenting dalam agama ini maka penjelasannya di dalam Al Qur`an akan jauh lbh besar dibandingkan masalah-masalah lain. Demikian juga penjelasan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam terntang permasalahan tersebut akan lbh diutamakan dibandingkan permasalahan-permasalahan lainnya. Sementara Al Qur`an dipenuhi dgn penyebutan tentang tauhid kepada Allah Taala nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta tanda-tanda kebesaran-Nya tentang kepada para malaikat-Nya kitab-kitab suci-Nya para rasul-Nya dan hari akhir. Dan tentang kisah-kisah tentang perintah dan larangan hukum-hukum had dan warisan. Sangat berbeda sekali dgn permasalahan Al-Imamah. Bagaimana mungkin Al Qur`an akan dipenuhi dgn selain permasalahan-permasalahan yg penting dan mulia? Setelah kita membaca penjelasan ilmiah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di atas lalu coba kita bandingkan dgn ucapan Al-Maududi yg menyatakan bahwa:1. Permasalahan Al-Imamah adl inti permasalahan dalam kehidupan kemanusiaan dan merupakan pokok dasar dan paling mendasar.2. Puncak tujuan agama yg paling hakiki adl penegakan struktur Al-Imamah yg shalihah dan rasyidah.3. adl tujuan utama tugas para nabi.Menanggapi hal itu Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah berkata: Sesungguhnya permasalahan yg terpenting adl permasalahan yg dibawa oleh seluruh para nabi alaihimush shalatu was salaam- yaitu permasalahan tauhid dan iman sebagaimana telah Allah simpulkan dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami utus pada tiap-tiap umat seorang rasul beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah oleh kalian thagut. Tidaklah Kami utus sebelummu seorang rasul-pun kecuali pasti kami wahyukan kepadanya: Sesungguhnya tidak ada yg berhak utk diibadahi kecuali Aku maka beribadahlah kalian semuanya kepada-Ku. Sungguh telah kami wahyukan kepadamu dan kepada yg sebelummu jika engkau berbuat syirik niscaya akan batal seluruh amalanmu dan niscaya engkau akan termasuk orangorang yg merugi. Inilah permasalahan yg terpenting yg karenanya terjadi permusuhan antara para nabi dengan umat mereka dan karenanya ditenggelamkan pihak-pihak yg telah ditenggelamkan Dan sesungguhnya puncak tujuan agama yg paling hakiki dan tujuan penciptaan jin dan manusia serta tujuan diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab suci

adl peribadatan kepada Allah serta pemurnian agama hanya untuk-Nya Sebagaimana firman Allah: Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. {Adz- Dzariyat: 56} . Aliif Laam Raa. suatu kitab yg ayat-ayatnya disusun dgn rapi serta dijelaskan secara terperinci yg diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Agar kalian tidak beribadah kecuali kepada Allah. Sesungguhnya aku adl pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya. Demikian tulisan ini kami sajikan sebagai bentuk nasehat bagi seluruh kaum muslimin. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.Wallahu alam bish-shawab.Footnote :1. Untuk lbh jelasnya tentang berbagai sepak terjang mereka yg menyimpang dalam politik pembaca bisa membaca kitab Madarikun Nazhar fi As-Siyasah karya Asy-Syaikh Abdul Malik Ramadhani; dan kitab Tanwiiruzh Zhulumat bi Kasyfi Mafasidi wa Syubuhati Al-Intikhabaat oleh Asy-Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdullah Al-Imam.2. Ucapan ini dinyatakan di Universitas Khurthum seperti dinukil oleh Ahmad bin Malik dalam Ash-Sharimul Maslul fi Raddi ala At-Turabi Syaatimir Rasul hal 12.3. Tiga tokoh terakhir ini yg banyak berpengaruh dan sangat dikagumi oleh seorang teroris muda berasal dari Indonesia bernama Imam Samudra.http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=289 Cara Penanggulangan Perpecahan Umat ketegori Muslim. Cara Penanggulangan Perpecahan Umat Kategori Perpecahan Umat ! Rabu, 20 Juli 2005 13:16:39 WIB CARA PENANGGULANGAN PERPECAHAN UMAT Oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql AL-IFTIRAAQ MAFHUMUHU ASBABUHU SUBULUL WIQAYATU MINHU Perpecahan Umat ! Etiologi & Solusinya] Sudah barang tentu, mewaspadai perpecahan dan mencegah sebelum terjadi lebih baik daripada menyelesaikan setelah terjadi. Seyogya kita mengetahui bahwa mewaspadai perpecahan ialah dgn mewaspadai sebab-sebab yg telah kami sebutkan terdahulu. Namun di sini terdpt beberapa faktor lain yg dpt menangkal terjadi perpecahan, baik faktor yg bersifat umum maupun yg bersifat khusus. Di antara faktor-faktor umum ialah berpegang teguh dgn Al-Quran dan As-Sunnah. Hal ini mrpk kaidah agung yg melahirkan wasiat-wasiat serta banyak perkara lainnya. Dan perkara yg terakhir dari kaidah besar itulah yg mrpk faktor khusus, yaitu :

Mengenal petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan berpegang teguh dgnnya. Barangsiapa mengikuti petunjuk Nabi, dia pasti mendpt petunjuk insya Allah, dan dpt melaksanakan agama berdasarkan pengetahuan. Dengan begitu ia akan terhindar dari perpecahan atau pertikaian yg menjurus kpd perpecahan tanpa disadari. Di antara faktor-faktor khusus dalam penanggulangan perpecahan ialah menerapkan pedoman Salafus Shalih , para sahabat, tabiin dan imam-imam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Memperdalam ilmu agama dgn mempelajari dari para ulama dan dgn metodologi yg shahih berdasarkan petunjuk ahli ilmu. Bergaul dgn para ulama dan imam-imam yg berjalan di atas petunjuk yg terpercaya agama, ilmu dan amanahnya. Ahamdulillah mereka masih banyak dan tdk mungkin umat Islam akan kehabisan ulama pewaris Nabi. Barangsiapa berasumsi bahwa mereka akan habis, berarti ia berasumsi bahwa agama Islam akan berakhir. Asumsi seperti ini jelas tdk benar, sebab Allah telah berjanji akan mejaga agama Islam sampai hari Kiamat. Karena umat Islam mrpk perwujudan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah yg mrpk perwujudan para ahli ilmu dan ahli fiqih akan tetap ada sampai hari Kiamat. Maka barangsiapa menygka bahwa ahli ilmu akan habis atau tdk ada lagi keteladanan ulama yg menjadi tempat berta bagi umat, berarti ia telah menygka bahwa tdk akan ada lagi Thaifah Manshurah (Kelompok yg mendptkan petolongan dari Allah) dan tdk ada pula Firqatun Najiyah (golongan yg selamat). Dan ini berarti kebenaran akan hapus dan sirna dari tengah-tengah manusia. Ini jelas menyelisihi nash-nash yg qathi dan prinsipprinsip dasar agama. Menjauhi sikap meremehkan alim ulama atau menyimpang dari mereka dgn segala model dan bentuk yg dpt menimbulkan fitnah dan perpecahan. Kehrsan mengantisifasi fenomena-fenomena perpecahan terutama yg terjadi pada sebagian pemuda, orang-orang yg suka tergesa-gesa, serta orang-orang yg belum memahami cara hikmah dalam berdakwah, belum berpengalaman dan belum memahami Islam Semangat memelihara keutuhan jamaah, persatuan dan perdamaian dalam arti umum dgn prinsip-prinsipnya. Setiap muslim, khusus para penuntut ilmu dan juru dakwah, wajib berusaha memelihara keutuhan jamaah, persatuan dan pedamaian antar sesama juru dakwah serta penyeru kebaikan dan antara rakyat dan penguasa. Dan menyatukan kalimat untuk menyeru kpd kebaikan dan takwa. Barangsiapa ingin berpegang teguh kpd Ahlus Sunnah wal Jamaah dan selamat dari perpecahan -insya Allah- dia hrs menetapi ahli ilmu dan menetapi kaum yg shalih dari kalangan orang-orang yg takwa, orang-orang yg baik dan istiqamah. Mereka ialah orang-orang yg tdk mencelakakan teman duduk dan tdk menyesatkan rekan sejawatnya. Barangsiapa menginginkan bagian tengah Surga, hendaklah ia komitmen terhadap jamaah, krn jamaah ialah sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan sahabatnya. Untuk menanggulangi terjadi perpecahan kita hrs menjauhi hizbiyah (bergolong-golongan) sekalipun untuk tujuan dakwah. Dan juga menjauhi sikap fanatik golongan, apapun bentuk dan sumbernya. Karena hal itu mrpk benih-benih perpecahan.

Memberi nasihat kpd penguasa, baik penguasa itu shalih maupun fajir. Begitu pula menasihati khalayak umum. Karena nasihat kpd para penguasa dpt mewujudkan maslahat yg besar bagi umat, dan akan menjadi hujjah di hadapan Allah, atau menjadi penolak bala, penghapus rasa dengki dan dgn pula akan tegak hujjah. Menasihati penguasa termasuk salah satu wasiat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yg terbesar, beliau memerintahkan umat supaya bersabar dalam menjalankan dan berpegang kpd wasiat tersebut. Dan juga mrpk pedoman Salafus Shalih yg membedakan mereka dgn ahlul ahwa dan ahlul iftiraq. Menahan diri dari menasihati penguasa berarti mengabaikan hak Islam dan kaum muslimin. Dan berarti pula memperturutkan hawa nafsu yg akan melahirkan keburukan dan bencana. Menegakkan amar maruf nahi mungkar dgn kaidah-kaidah ilmu PENUTUP Sebelum berpisah, saya ingin menyampaikan sebuah wasiat khusus bagi para pemuda : Hendaklah para pemuda banyak berhubungan dgn para ulama. Demikian pula hendaklah mereka banyak bergaul dgn para penuntut ilmu yg terpercaya. Hendaklah para pemuda menimba ilmu agama dan mendalami dari mereka. Hormati dan hargailah mereka serta ambillah pendpt mereka dalam perkara-perkara penting yg dihadapi umat. Komitmenlah kpd ketetapan-ketetapan ulama dalam mewujudkan maslahat umat dan dalam menghadapi problematika utama kaum muslimin. Mereka wajib berpegang dgn arahan-arahan ahli ilmu, ahli fiqih, dan ulama berpengalaman demi mewujudkan kemaslahatan umat, memelihara persatuan dan menjaga umat dari ancaman perpecahan. Demikian pedoman Salafus Shalih, petunjuk yg dpt dipakai untuk meneladani para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan itulah jalan kaum mukminin, petunjuk kaum shalihin dan shiratul mustaqim. Saya memohon kpd Allah Yang Maha Tinggi semoga Dia menyatukan kaum muslimin di atas kebenaran, kebaikan dan hidayah. Mempersatukan barisan kaum muslimin dan menolong mereka dalam mengalahkan musuh-musuh mereka. Saya juga memohon kpd Allah Yang Maha Tinggi semoga kita terhindar dari keji fitnah baik yg lahir maupun yg batin. Kita berlindung kpdNya dari perpecahan, hawa nafsu dan bidah. Semoga shalawat dan salam tercurah atas Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, atas keluarga beliau dan seluruh sahabat-sahabatnya. [Disalin dari kitab Al-Iftiraaq Mafhumuhu ashabuhu subulul wiqayatu minhu, edisi Indonesia Perpecahan Umat ! Etiologi & Solusinya, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, terbitan Darul Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari] Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1491&bagian=0 TUJUAN

Peserta mengetahui potensi-potensi yang dimiliki umat Islam Peserta mengetahui sebab-sebab kemunduran Islam Peserta mengetahui solusi dari problematika umat Islam

RINCIAN BAHASAN Sesungguhnya umat Islam memiliki potensi besar yang pada umumnya tidak dimiliki oleh sistem lain yang ada. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah potensi syariah/peraturan yang

lengkap, mencakup seluruh aspek kehidupan. Syariah ini tertuang dalam Al Quran dan As Sunnah. Sabda Rasulullah SAW: Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kalian tak akan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. (Al Hadits) Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa al Quran adalah hudan (petunjuk) bagi hamba-hambanya yang bertaqwa (QS. 2:2), bahkan untuk seluruh umat manusia (QS. 2:185). Maka Allah pula yang menjaga kemurnian dan keaslian Al Quran dari waktu ke waktu. Berbeda dengan kitab-kitab suci lain yang telah mengalami kontaminasi oleh sentuhan tangan manusia sehingga sebagian isinya tidak asli lagi, Al Quran yang kita lihat saat ini adalah sama persis dengan ketika wahyu itu diterima oleh Rasulullah SAW. Firman Allah: Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benarbenar memeliharanya. (QS. 15:9) Potensi kedua yang dimiliki umat Islam adalah karunia Allah berupa kekayaan alam yang hampir sebagian besar (65%) berada di negeri-negeri muslim. Tugas umat Islam pulalah untuk mengoptimalkan pemanfaatannya bagi kemaslahatan umat manusia dan alam semesta. Tentu saja hal ini membutuhkan perangkat teknologi dan keunggulan sumber daya manusia. Cadangan minyak bumi pun sebanyak 65% berada di negeri-negeri muslim. Selain itu umat Islam memiliki potensi dalam jumlah jiwanya. Sebagian besar penduduk dunia adalah muslim. Tantangan bagi kita tentu saja umat Islam tidak hanya unggul dari segi kuantitas, namun terlebih penting lagi adalah kualitasnya. Umat Islam juga telah mendapatkan jaminan kemenangan dari Allah SWT sebagaimana firmanNya: Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik benci. (QS. 61:9) Pertolongan Allah pun amat dekat bagi orang-orang yang beriman (QS. 2:214), namun tentu saja semua itu kembali kepada kita. Allah pasti akan memberikan kemenangan itu bila memang kita telah layak/pantas untuk memperolehnya. Termasuk salah satu potensi yang dimiliki umat islam adalah sejarah islam yang penuh dengan kejayaan, yaitu sejak masa Rasulullah bersama para sahabat, sampai berabad-abad setelahnya. Hal ini seharusnya membangkitkan optimisme pada diri kita. Apa yang dahulu mereka miliki, yaitu Al Quran dan Sunnah Rasulullah, masih kita miliki sampai sekarang. Namun sudahkah kita memiliki kedalaman pemahaman yang sama dengan mereka? Kemunduran yang saat ini terjadi pada umat Islam tentu ada penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini pada dasarnya dapat dibedakan atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor eksternal (dari luar umat Islam). Faktor internal diantaranya adalah: Jauhnya umat Islam dari Al Quran dan As Sunnah. Dalam QS. 25:30 Allah berfirman: Berkatalah Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini suatu yang tidak diacuhkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimakumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang mengacuhkan Al Quran ini ada 3 kemungkinan:

Ia tidak membaca Al Quran. Seorang muslim yang tidak membaca Al Quran padahal ia bisa membacanya dan jika ia tidak bisa

membaca Al Quran lantas ia tidak berusaha untuk menjadi bisa, maka ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang acuh terhadap Al Quran. Ia membaca Al Quran namun tidak mentadabburinya. Seorang muslim yang membaca Al Quran seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu bila ia tidak asal membaca saja. Firman Allah: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. 8:2) Ia membaca dan mentadabburi Al Quran namun tidak mengamalkannya. Seorang muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Quran bila ia membacanya secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan keyakinannya akan kebenaran Al Quran dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa-apa yang telah dibacanya.

Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena mereka mengikuti. Sehingga pemahaman yang adapun sekedar pemahaman ikut-ikutan (taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal firman Allah: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.17:36) Terpecah belah karena ada perbedaan masalah furu seperti masalah fiqh madzhab, masalah jamaah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah islamiyah. Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah: dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 8:63)

Adanya perasaan rendah diri dan tidak tsiqoh pada Islam. Di antara umat Islam saat ini banyak yang tidak memiliki izzah Islam, merasa enggan untuk menunjukkan identitas keislamannya. Perasaan ini timbul karena melihat kondisi faktual umat yang saat ini cenderung berada di bawah. Padahal perasaan semacam ini tidak boleh menghinggapi seorang muslim, karena kondisi umat saat ini justru disebabkan karena umat Islam jauh dari pemahaman Islam yamg benar. Bila kita belajar dari sejarah, maka akan tampak bahwa masa-masa kegemilangan umat Islam terjadi pada masa dimana mereka benar-benar menegakkan bangunan Islam pada dirinya dan masyarakat. Ketika itu Islam tampil sebagai peradaban, tidak ada yang menutupi cahayanya, sesuai dengan sabda Rasulullah: Al-Islamu yalu wa laa yula alaihi. (Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya). Izzah Islam harus bangkit pada diri tiap-tiap umat Islam, karena orang yang paling derajatnya di muka bumi ini sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman. Firman Allah: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS.3:139) Adanya gejala taqlid dengan semua yang datang dari barat. Ketika seorang muslim tak lagi memiliki izzah dengan keislamannya, maka mudah saja baginya untuk berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir sekalipun.

Tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal Islam merupakan agama yang menjungjung tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya QS.58:11. Rasulullah SAW bersabda: Keutamaan seorang alim (ahli ilmu) atas seorang abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah derajatnya. (HR. At Tirmidzi) Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim, Ibnu Hibban dan Al Hakim) Islam telah pula melahirkan para ilmuwan besar dalam sejarah, seperti Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Rusyd (Averroes), Al Khawarizmi dan lain-lain. Disamping faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya umat Islam, yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Maha Benar Allah dengan firman-Nya: Orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka (QS.2:120) Solusi apakah yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan problematika umat Islam saat ini? Diantaranya adalah:

Umat Islam harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh) Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh (QS.8:60) Dengan perjuangan dan pengorbanan total.

DISKUSI Cobalah kamu diskusikan dengan teman-teman, sampai sejauh manakah peranan kamu sebagai siswa dalam menyelesaikan problematika umat Islam saat ini? REFERENSI
Panduan aktifis Harokah, Pustaka Al Ummah Nabil bin Abdurrahman, Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad

Modern.

Problematika Utama Umat Islam


May 22, 2009 by: admin Full Post Allah dalam Al Quran surah Ali Imran ayat 110 menyebut umat Islam sebagai sebaik-baik ummat (khairu al-ummah) di antara sekian banyak kelompok masyarakat yang ada di dunia. Kalian adalah khairah ummat yang diturunkan di tengah-tengah manusia.. Akan tetapi,

dengan pengamatan sesaat, kita sependapat bahwa saat ini umat Islam bukanlah umat yang terbaik. Umat Islam mengalami kemunduran di segala lapangan kehidupan baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, politik maupun sains dan teknologi. Yang tampak kini hanyalah sisa-sisa kejayaan Islam di masa lalu. Problema Utama Umat Secara fisik, setelah runtuhnya kekhilafahan Utsmani pada tahun 1924, wilayah Islam yang semula terbentang sangat luas mulai dari seluruh jazirah Arab hingga Afrika Utara bahkan sebagian Eropa sampai semenanjung Balkan, sebagian Asia Selatan, Asia Tengah, dan Asia Timur, sebagian besar kalau tidak semua, dikuasai penjajahan Barat (dan Timur). Dan kini, wilayah-wilayah itu menjadi puluhan negara merdeka kecil-kecil. Secara intelektual umat Islam mengalami apa yang disebut Dr. M. Amien Rais (Cakrawala Islam, 1991) sebagai westoxciation (peracunan Barat). Untuk kurun waktu yang cukup lama umat Islam secara sengaja dipisahkan dari ajaran Islam oleh penjajah. Dalam proses alienasi umat Islam dari ajaran agamanya, peracunan Barat semakin gencar berlangsung. Secara intelektual umat Islam menjadi sangat lemah, dan karenanya bukan saja tidak mampu mengkaunter sesat pikir Barat, bahkan juga tidak mampu melakukan dialog intelektual secara seimbang. Impotensi intelektual ini menurut Dr. Amien Rais, jelas bermuara pada kemunduran total di bidang politik yang terjadi semenjak runtuhnya Khilafah Utsmani tadi, yang selama sekitar 500 tahun terakhir dinilai mampu menyatukan umat Islam seluruh dunia di bawah seorang pemimpin atau Khalifah, menegakkan hukum dan peradaban Islam sehingga kesejahteraan melingkupi seluruh masyarakat yang hidup di dalam naungannya. Setelah runtuhnya payung masyarakat Islam ini, bertubi-tubi kaum muslimin didera berbagai persoalan, sebagaimana yang kita lihat hingga sekarang ini. Semuanya seolah membuktikan kebenaran sebuah hadits riwayat Imam Ahmad, di mana Rasulullah menceritakan kondisi umat di masa depan. Katanya, Akan datang di satu masa, dimana kalian dikerumuni dari berbagai arah, bagaikan segerombolan orang-orang rakus yang berkerumun berebut di sekitar hidangan. Diantara para sahabat ada yang bertanya keheranheranan: Apakah karena di waktu itu kita berjumlah sedikit, ya Rasulallah? Rasul menjawab: Bukan, bahkan jumlah kalian pada waktu itu banyak. Akan tetapi kalian laksana buih yang terapung-apung. Pada waktu itu rasa takut di hati lawanmu telah dicabut oleh Allah, dan dalam jiwamu tertanam penyakit al-wahnu. Apa itu al-wahnu?, tanya sahabat. Jawab Rasulullah: Cinta yang berlebih-lebihan terhadap dunia dan takut yang berlebih-lebihan terhadap mati. Di dunia internasional, kita menyaksikan saudara kita kaum muslimin diantaranya semenanjung Balkan negeri yang pernah hidup sejahtera selama lebih dari 300 tahun di bawah naungan Khilafah Islamiyah hingga kini belum lepas dari penderitaan akibat kekejaman pasukan Serbia. Peristiwa yang kurang lebih sama terjadi pula atas kaum muslimin di Chechnya, negara bagian Rusia. Derita kaum muslimin di Bosnia dan Chechnya seakan melengkapi penderitaan saudara-saudara kita di Palestina. Kendati telah berdamai dengan PLO, tapi kekejaman Israel terhadap penduduk Palestina tidaklah berkurang. Mereka tidak segan tetap membantai dan mengusir penduduk untuk meluaskan pemukiman Yahudi. Posisi kaum muslimin yang berjuang untuk mengusir Israel dan

mengembalikan Palestina ke pangkuan Islam semakin terpojok setelah Yordania berdamai dengan Israel. Santer terdengar, negara-negara Teluk tidak lama lagi akan menyusul. Itulah kondisi sebagian kaum muslimin. Belum lagi kita berbicara tentang keadaan saudarasaudara kita se-iman lain di Jammu Kashmir, Pattani - Muang Thai, Moro - Philipina, dan perang saudara yang tidak kunjung usai di Afghanistan; juga keadaan kita - kaum muslimin di tanah air yang masih dihimpit persoalan kemiskinan, kebodohan, penggusuran, ketimpangan sosial, ketidakadilan, krisis akhlak, kerusakan moral, pornografi dan sebagainya, makin menegaskan, umat Islam dalam keadaan amat mundur, tidak seperti yang diisyaratkan Allah dalam Al-Quran tadi. Serta, keadaannya kurang lebih sama dengan sinyalemen Rasulullah 14 abad yang lalu: umat yang jumlahnya lebih dari 1,2 milyar dicabik-cabik bagai makanan oleh orang-orang rakus tanpa rasa takut. Dan umat tidak bisa berbuat apa-apa. Semua itu berpangkal pada satu hal: tiadanya kehidupan Islam. Karenanya, menegakkan kembali kehidupan Islam melalui Khilafah Islamiyah di mana di dalamnya diterapkan hukum-hukum Allah inilah, menurut Abdul Qadim Zallum dalam kitab Manhaj, sebagai al-qadhiatu almuslimin al-mashiriyah (problematika utama umat). Diyakini, hanya melalui jalan itu saja segenap problematika kontemporer umat dapat diatasi dengan cara dan jalan yang jelas, serta kemuliaan Islam dan umatnya (izzu al-Islam wa al-muslimin) dapat diraih kembali. Umat Mundur, Mengapa? Tapi mengapa umat Islam mundur? Mengapa umat Islam, yang dikatakan Allah sebagai sebaikbaik umat (khairu al-ummah), berada dalam keadaan yang demikian menyedihkan? Syekh Amir Syakib Arsalan dalam kitabnya Limadza Taakhara al-Muslimun wa Taqaddama Ghaiyruhum Mengapa Umat Islam Mundur dan Selain Mereka Maju ?, melihat ada dua faktor penyebab kemunduran umat Islam, yakni faktor eksternal atau yang datang dari luar umat, dan faktor internal atau faktor yang datang dari dalam diri umat Islam. Pertama, yang dimaksud faktor eksternal penyebab kemunduran umat adalah gencarnya serangan dari luar umat. Musuh-musuh Islam, yakni orang yang tidak menyukai kebenaran Islam tegak di muka bumi, senantiasa mencabik-cabik persatuan umat, dijauhkannya umat Islam dari agamanya, dibuatnya umat Islam lebih terikat kepada suku atau bangsanya sendiri ketimbang terhadap Islam. Langkah ini ditempuh mereka dengan menyebarkan pemikiran (fikrah) sekularisme ke tengah umat Islam secara samar atau terang-terangan, dengan lidah mereka atau lidah tokoh umat Islam. Akibatnya, umat Islam mengalami keterasingan terhadap agamanya sendiri, dan kendati umat Islam dalam berbagai negara kini telah merdeka, lepas dari belenggu penjajahan, tapi pemikirannya tetaplah terjajah. Penjajahan (istimar) atau imperialisme, yakni penguasaan (pengendalian) di bidang politik, militer, kebudayaan, ekonomi menurut Syekh Taqiyyudin an Nabhani dalam kitab Mafahim Siyasiah, adalah metode (thariqah) yang ditempuh oleh negara Kapitalis Barat (Eropa dan Amerika Serikat) untuk menyebarkan ideologinya, yakni sekularisme tadi. Paham semacam inilah yang kini tengah dan hendak terus disebarkan ke seluruh dunia, termasuk ke negeri-negeri muslim. Tujuannya, bila orang telah mengikuti pahamnya tentu dengan mudah dikuasai dan pada akhirnya segala kepentingan negara penguasa dengan mudah pula dapat diujudkan. Inilah

hakekat al-ghazwu al-fikriy (perang pemikiran) yang menyebarkan racun sesat pikir Barat (westoxciation) melengkapi al-ghazwu al-askariy (perang militer). Penjajahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kapitalisme. Dan ini, menurut Syekh Taqiyyudin bersifat tetap, kendati bentuk negara, hukum dan pemerintahan yang dihadapinya berbeda-beda. Yang berubah-ubah hanyalah cara atau uslub yang ditempuh serta obyek atau sasaran penjajahan. Setelah komunisme runtuh, Barat melihat Islamlah yang secara potensial akan menjadi rival yang baru. Dengan jumlah penduduk yang demikian besar (lebih dari 1,2 milyar orang), potensi sumber daya alam terutama minyak yang tak tertandingi, serta posisi geografis yang strategis, dunia Islam sangat mungkin menjadi adikuasa baru menggantikan dunia Timur. Di masa sebelum dan seputar Perang Dunia I dan II, yang dilakukan Barat adalah penjajahan militer. Negeri-negeri Islam yang semula bersatu, terutama setelah runtuhnya Khilafah Utsmani, tercabik-cabik. Sebagiannya, lama sebelum itu malah telah diduduki negara-negara imperialis. Diantaranya, Aljazair oleh Perancis; Irak, India, Palestina, Yordania, Mesir, dan negara-negara teluk oleh Inggris; dan sebagainya. Kini setelah negara tersebut merdeka, negara-negara Barat tetap berusaha menjajah dengan cara yang baru. Di bidang ekonomi, penjajahan dilakukan melalui pinjaman dana. Dengan dalih membantu negara berkembang, mereka meminjamkan uang dalam jumlah besar. Belakangan terbukti hutang itu bukan mengentaskan kemiskinan negara tersebut, melainkan malah menambah miskin. Dengan ketergantungan di bidang ekonomi yang demikian besar, negara Barat dapat memaksakan kemauan politiknya atas suatu negara. Negeri-negeri tersebut, termasuk negeri Islam, menjadi tidak merdeka secara politik. Dengan tekanan politik AS, para pemimpin negaranegara berkembang merdeka (tanda petik, karena pada hakekatnya terjajah) tak ubahnya boneka yang siap menjalankan perintah tuannya. AS akan mendukung sepanjang para pemimpin tersebut setia kepada kepentingan AS. Dan bukan rahasia, AS tega menggulingkan kepala negara yang tidak lagi loyal kepadanya. Noriega, presiden Panama - bekas agen CIA semasa George Bush menjadi direktur, digelandang seperti pelaku kriminal setelah mengancam kepentingan AS di Panama. Raja Faisal dibunuh karena terlalu berani melawan Barat. Sementara, Ghadafy juga Saddam Hussein, kendati cukup bandel, tetap dipertahankan lantaran masih cukup efektif untuk mencegah munculnya gerakan Islam. Kemenangan secara demokratis yang diraih FIS dalam pemilu 1992 di Aljazair secara obyektif dihentikan Barat secara tidak demokratis, karena khawatir kemenangan itu akan menyulitkan kepentingan Barat di kawasan Afrika Utara. Karena tekanan itu pula, bisa dipahami mengapa tidak satupun negeri-negeri Islam terbukti mampu mengambil langkah cukup berarti untuk menyelesaikan krisis Palestina. Di bidang kebudayaan, Barat juga melancarkan perang kebudayaan (al-ghazwu al-tsaqofiy). Globalisasi informasi yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi komunikasi bak pisau bermata dua. Satu sisi menguntungkan, karena dengan demikian peristiwa-peristiwa dari berbagai belahan dunia dengan cepat dapat kita ketahui, tetapi pada sisi lain terjadi pula gelombang arus budaya Barat ke negeri-negeri Islam. Munculnya TV swasta di negeri ini mempercepat berkembangnya budaya Barat. Saban hari keluarga-keluarga Islam dicekoki dengan gaya hidup, perilaku dan cara berpikir Barat. Tambahan lagi, berita-berita yang ditayangkan TV hampir seluruhnya bersumber dari kantor berita atau TV Barat yang tentu tidak lepas dari kepentingan-

kepentingan Barat, mengingat berita tetaplah merupakan realitas tangan kedua (second-hand reality) yang terkadang manipulatif. Satu tentara Israel yang ditawan pejuang Palestina menjadi pusat perhatian dunia lantaran diberitakan besar-besaran; dan segera tampak, orang Palestina telah melakukan tindak kriminal. Sementara, pemboman Israel, pembantaian di tengah pemukiman penduduk dikecilkan beritanya, sehingga terlihat sebagai kejadian biasa. TV telah menjadi guru agen Pembaratan yang tangguh. Tak heran bila kemudian anak-anak muslim lebih mengenal Superman, Power Rangers atau Bon Jovi ketimbang tokoh-tokoh Islam. Sadar atau tidak, mereka telah terbaratkan (westernized) dan kehilangan identitas kepribadian Islamnya. Itu semua sedikit banyak berpengaruh kepada cara berfikir, pemihakan, keprihatinan dan perilaku kaum muslimin. Apa yang dari Barat dinilai baik dan modern, serta apa yang dilakukan juga mesti benar. Disamping menyebarkan pemahaman-pemahaman sesat yang menjauhkan umat Islam dari agamanya, musuh-musuh Islam juga secara langsung melakukan makar untuk menghancurkan Islam. Dan untuk ini mereka tidak sungkan-sungkan memanfaatkan PBB dan kedudukannya di Dewan Keamanan PBB. Dengan legalitas PBB, AS dan sekutunya menyerbu Irak yang telah menganeksasi Kuwait dan menghukumnya dengan embargo total. Dengan alasan untuk mencegah meluasnya perang, lagi-lagi atas nama PBB, Barat ketika konflik tengah berkecamuk melakukan embargo senjata terhadap Bosnia. Tapi terlihat bahwa inti dari semua manuver di atas adalah kehendak negara-negara Barat untuk melenyapkan umat Islam di beberapa wilayah. Sebab, bila memang ingin menyelesaikan krisis Bosnia, mengapa negeri-negeri Barat tidak segera saja mengusir Serbia dari Bosnia seperti ketika mereka mengusir Irak dari Kuwait? Mengapa pula mereka justru memberlakukan embargo senjata atas Bosnia? Tindakan aneh ini mengingat Bosnia adalah pihak yang diserbu oleh Serbia - tak ubahnya mengikat kaki dan tangan Bosnia, sementara Barat membiarkan Serbia memukuli sepuasnya. Bantuan makanan dan obatobatan yang diberikan kepada rakyat Bosnia menjadi sekedar menambal rasa lapar dan mengobati luka untuk selanjutnya siap menerima pukulan dan gempuran Serbia lagi. Maka, segeralah tampak kejanggalan kebijaksanaan politik Barat atas negara-negara berkembang, khususnya bila itu menyangkut negeri Islam. Bila Barat begitu semangat mengusir Irak dari Kuwait dan menghukumnya hingga sekarang, mengapa terhadap Israel yang telah menduduki wilayah yang tidak sah dan Serbia yang telah menyerbu Bosnia, mereka tidak mengambil tindakan apa-apa? Padahal terdapat sekian resolusi PBB yang menghendaki Israel mengundurkan diri dari daerah pendudukan. Mengapa mereka tidak melaksanakan amanat PBB ini? Dan mengapa pula embargo dan larangan memiliki senjata non-konvensional dijatuhkan hanya terhadap Irak, tapi tidak terhadap Israel dan Serbia yang telah melakukan kejahatan serupa? Perang Teluk telah 5 tahun berlalu, mengapa embargo yang menyengsarakan seluruh rakyat Irak tetap juga tidak dicabut hingga sekarang? Mengapa pula logika terhadap Bosnia terbalik, bukannya Bosnia diberi kebebasan untuk mempertahankan diri, alih-alih dibantu, melainkan malah diembargo? Demikian pula dalam kasus Chechnya, apa dosa mereka sehingga Rusia menggempurnya? Alasan resmi menyatakan, Chechnya yang telah menyatakan merdeka diserbu karena dinilai telah melanggar konstitusi. Tapi mengapa itu baru dilakukan sekarang, setelah 3 tahun Chechnya menyatakan merdeka tahun 1991? Dan pihak Barat yang selama ini dianggap kiblat demokrasi, mengapa diam melihat tindakan yang amat tidak demokratis itu? Juga, mengapa mereka yang menyatakan diri pejuang hak asasi manusia tidak mengambil tindakan apa-apa terhadap langkah Rusia yang jelas-jelas melanggar hak penduduk muslim

Chechnya untuk menentukan nasibnya sendiri? Ribuan orang meninggal di sana, sama seperti di Bosnia, tanpa mereka pedulikan. Sementara, atas kasus Dili yang hanya puluhan orang meninggal mereka ribut seperti orang pikun kebakaran jenggot! Dalam hal ini, perundingan, konferensi atau apapun namanya, sesungguhnya tidaklah terlalu bermanfaat karena langkah diplomasi hanyalah bagian dari skenario politik. Sementara, politik adalah kepentingan; dan kepentingan Barat adalah hegemoni. Maka yang baik bagi mereka adalah yang menguntungkan kepentingannya, dan yang buruk adalah yang sebaliknya. Tidak soal bila untuk itu mereka harus berstandar ganda (double standard) seperti yang tampak pada beberapa contoh di atas. Oleh karenanya mengharap kejujuran dari mereka adalah perbuatan siasia. Kedua, faktor internal. Inti dari faktor internal penyebab kemunduran umat, menurut Syaqib Arsalan, adalah kenyataan bahwa banyak umat Islam yang justru telah meninggalkan ajaran Islam. Kemunduran pemahaman umat terhadap agama Islam itu timbul terutama karena umat tidak lagi dibina keIslamannya secara praktis semenjak tidak adanya kehidupan Islam. Akibatnya, tidak sedikit diantara kaum muslimin yang, jangankan mengamalkan dan memperjuangkan, memahami ajaran Islam pun mungkin tidak. Ia muslim, tapi tak ada bedanya dengan orang non muslim karena kemuslimannya tidak nampak dalam cara hidupnya sehari-hari. Atau banyak pula umat yang melaksanakan ajaran Islam tapi cuma sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain. Melaksanakan ibadah dan meninggalkan masalah muamalah. Umat Islam memang banyak telah terpengaruh pemikiran sekularisme. Apa itu sekularisme? Menurut Muhammad Qutb (Ancaman Sekularisme, 1986) sekularisme diartikan sebagai iqomatu al-hayati ala ghayri asasin mina al-dini (membangun struktur kehidupan di atas landasan selain agama Islam). Sekularisme pada intinya menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Artinya, agama hanyalah merupakan, dan dijadikan urusan individu dengan tuhannya. Sementara, dalam mengatur masyarakat tidaklah diambil dari hukum agama. Pemikiran sekularisme, masih menurut Muhammad Qutb, sesungguhnya berasal dari sejarah gelap Eropa Barat di abad pertengahan. Saat itu, kekuasaan para agamawan (rijaluddin) yang berpusat di gereja demikian mendominasi hampir semua lapangan kehidupan, termasuk di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ilmuwan dan politikus melihat kondisi ini sangat menghambat kemajuan, sebab temuan-temuan ilmiah yang paling rasional pun tidak jarang bertabrakan dengan ajaran gereja yang dogmatis. Galileo Galilei dan Copernicus yang menolak mengubah pendapatnya bahwa mataharilah yang menjadi sentra perputaran planet-planet, bukan bumi seperti yang didoktrinkan gereja selama ini, dihukum. Maka sampailah para ilmuwan dan politikus itu pada satu kesimpulan bahwa bila ingin maju, masyarakat harus meninggalkan agama; atau membiarkan agama tetap di wilayah agama (ritual), sementara wilayah duniawi (politik, pemerintahan, saintek, ekonomi) harus steril dari agama. Inilah cikal bakal sekularisme. Tapi satu hal yang harus diinsyafi, bahwa gugatan ini terjadi khas terhadap agama Nashrani, yang ketika itu memang sudah tidak lagi up to date. Tentu sebuah keanehan besar bila gugatan

itu lantas dialamatkan pula pada Islam, agama sempurna lagi paripurna yang diridhai Allah sebagai agama seluruh manusia. Lebih aneh lagi bila kaum muslimin ikut-ikutan menjadi sekuler. Pemikiran semacam ini jelas bertentangan dengan Islam yang datang justru untuk mengatur kehidupan manusia dalam semua aspek, dan membawa kerahmatan tidak saja bagi umat Islam tapi bagi seluruh manusia. Islam jelas tidak mengenal pemisahan antara urusan ritual dengan urusan dunia. Shalat adalah ibadah yang merupakan bagian dari syariat dimana seluruh umat Islam harus terikat, sebagaimana keterikatan kaum muslimin pada syariat di bidang ekonomi, misalnya. Seluruh gerak laku seorang muslim adalah ibadah. Islam adalah sebuah totalitas ketundukan muslim pada kehendak Allah dalam semua sendi kehidupan (2:208). Dan merupakan tindak kekufuran beriman kepada ajaran Islam sebagian dan menolak sebagian yang lain, sebagaimana firman Allah: Apakah engkau beriman kepada Al Quran sebagian dan kufur kepada sebagiannya yang lain. Dan tidaklah ada balasan bagi orang yang melakukan hal itu, kecuali kehinaan kehidupan di dunia, dan di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih (Al Baqarah 85) Bila Islam tidak lagi dijadikan sebagai asas pengaturan struktur kehidupan (siyasiy), maka sebagai gantinya munculah asas-asas lain yang mengatur berbagai bidang kehidupan umat. Diantaranya adalah: Kapitalisme di bidang ekonomi Hampir seluruh negara di dunia, terlebih setelah runtuhnya sosialisme-komunis Uni Sovyet, menganut paham kapitalisme sebagai sistem ekonominya. Dari segi praktis, kapitalisme memang telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan material luar biasa. Negara di dunia yang maju secara material umumnya adalah negara kapitalis. Tapi dalam soal pemerataan, kapitalisme ternyata gagal. Contoh nyata Indonesia. Dengan garis kemiskinan 500 rupiah perhari, terdapat 28 juta rakyat miskin di Indonesia. Tapi bila garis itu dinaikkan menjadi 1000 rupiah perhari (sebab apa yang bisa diperbuat dengan uang 500 rupiah perhari), ternyata terdapat 120 juta rakyat miskin; 20 juta di kota, dan sisanya di desa. Setelah krisis ekonomi, jumlah orang miskin pasti semakin banyak karena GNP Indonesia melorot drastis hingga sekitar 300 dollar AS. Tapi itu tidak sendirinya mencerminkan kemakmuran rakyat, karena angka 300 bisa saja didapat dari rata-rata dua ekstrem. Dan agaknya itulah yang sebenarnya terjadi. Di negeri ini ada seseorang yang hobinya mengoleksi jam tangan berharga 5 milyar rupiah tiap biji, disaat berpuluh-puluh juta rakyat harus mengais-ngais untuk mendapatkan 1000 rupiah sehari! Sementara, dunia usaha swasta makin dicengkeram oleh segelintir orang secara monopolis dan kolusif merambah ke segala arah, termasuk pada sektor publik yang semestinya hanya dikelola oleh negara. Yang lebih gawat lagi, sistem kapitalisme juga telah gagal memanusiakan manusia. Keresahan spiritual yang kini tengah menjangkiti Jepang, bisa sebagai bukti. Kemakmuran material memang diberikan, tapi kapitalisme telah menjadikan manusia budak harta, dan mereduksinya menjadi setengah manusia bahkan lebih rendah dari hewan. Kapitalisme menyeret manusia pada pola asas manfaat dalam memperoleh harta (asbab al-tamalluk), menggunakan (infaqu al-mal)

dan mengembangkannya (tanmiyatu al-mal). Asas itu mengajarkan bahwa yang baik adalah yang memberikan manfaat (materi dan kenikmatan jasmani), tidak peduli apakah itu akan menurunkan derajat kemanusiaannya atau tidak (seperti tampak pada bisnis prostitusi, entertainment, judi dan sebagainya). Nilai-nilai Islam dengan tolok ukur halal dan haram, oleh karenanya menjadi barang asing dan terasa aneh. Umat yang telah terbiasa bergaul dengan sistem ekonomi ribawi, tentu merasa aneh ketika diserukan untuk menjauhi riba. Demikian pula dengan riswah dan komisi, sepertinya sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari derap perekonomian negara. Kapitalisme telah merusak umat: fisik dan non fisik. Kehidupan hedonistik, konsumtif dan meterialistik makin menggejala. Kapitalisme memunculkan berhala baru di era jahiliahisme modern: uang. Westernisme dengan Inti Amoralisme di Bidang Budaya Di bidang budaya, kehidupan hedonistik sebagai buah dari kehidupan yang materialistik makin menjadi ciri masyarakat. Dalam hal ini Barat seolah menjadi kiblat kemajuan - kearah mana masyarakat harus menengok. Musik, mode pakaian, makanan, film dan gaya hidup Barat apalagi setelah adanya TV swasta - makin menggejala. Kaum muslimin yang tidak memiliki kepribadian kuat mudah sekali tercemar, dan memunculkan pribadi yang terpecah (split personality). Ia muslim, tapi tingkah lakunya seperti artis Barat yang sering ia lihat di layar kaca. Benar, ia memang pengikut Nabi Muhammad, hanya saja idolanya bukan lagi Nabi tapi Bon Jovi. Dan bukan Al Quran yang dihafal tapi bait-bait lagu yang diteriakkan Bon. Penampilannya juga serupa benar dengan idolanya itu. Rambutnya gondrong, jelananya jeans belel, dan tak lupa anting di telinganya. Yang wanita, pakaiannya juga selalu tampak modis. Malu hati rasanya bila tidak mengikuti arus mode, kendati untuk itu ia harus berpakaian setengah telanjang. Dan itu tentu saja termasuk bagaimana mengatur rambut agar selalu nampak in. Lantas bagaimana cara mereka bergaul? Tidak sulit. Film Melrose Place atau Beverly Hills 90210 yang hadir seminggu sekali lewat layar kaca telah lebih dari cukup mengajarinya. Atau iklan - yang telah menjadi nafas kapitalisme - telah pula menghembuskan budaya hedonistik dan mencitrakan gaya hidup baru. Iklan makanan coklat, atau minuman ringan seolah-olah menunjukkan begitulah kira-kira cara pergaulan remaja modern. Maka, jadilah ia seorang muslim dengan gaya hidup si Boy: rajin shalat, rajin juga maksiyat. Nasionalisme di bidang politik Nasionalisme diartikan oleh Hans Kohn (dalam Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Islam, 1986) sebagai suatu keadaan pada individu di mana ia merasa bahwa pengabdian yang paling tinggi adalah untuk bangsa dan tanah air. Nasionalisme mengunggulkan paham kebangsaan sekaligus mensubordinasikan paham lain, termasuk aqidah Islam. Bagi seorang nasionalis, bangsa adalah segala-galanya, dan tidak ada yang lebih penting dari upaya meraih kejayaan bagi bangsanya. Kematian demi bangsa adalah setinggi-tinggi kemuliaan. Paham ini sebenarnya kosong tanpa substansi, kata Syekh Dr. Muhammad Ghazali dalam Miah Sual ani al-Islam, sebab apa arti cinta pada tanah air, mengabdi pada bangsa dan negara sementara apa yang disebut tanah dan air serta bangsa dan negara sesungguhnya tidaklah pernah ada. Ia hanya merupakan dzat rekaan yang bersifat abstrak dan tentu tidak pernah memberikan manfaat kepada yang mencintainya ataupun mudharat kepada yang mengkhianatinya. Tapi kendati begitu, paham ini kini telah merasuk demikian dalam pada tubuh umat dan telah menjadi biang

perpecahan umat Islam seluruh dunia. Bagi seorang muslim jelas, pengabdian hanyalah kepada Allah semata (6:162). Tidak ada pengabdian selain kepada Allah, dan ujud pengabdian itu berupa ketaatan kepada segenap perintah dan laranganNya. Bila segenap aktifitas hidup didedikasikan semata untuk menjalani aturan Allah, itulah yang disebut ibadah. Inilah semulia-mulia kehidupan, dan ini pula yang disebut pengabdian. Islam memang mengakui adanya keragaman suku dan bangsa (49:13). Tapi Islam menentang keras sukuisme dan nasionalisme. Tentang ini Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Abu Dawud, laysa minna man daa ila ashabiyah, wa laysa minna man qatala ala ashabiyah wa laysa minna man mata ala ashabiyah. Nasionalisme menyebabkan kaum muslimin merasa lebih terikat kepada bangsanya masingmasing ketimbang pada Islam. Ia rela keyakinan agamanya dikorbankan demi keutuhan bangsanya. Ia juga merasa lebih bersaudara dengan sebangsanya ketimbang dengan yang seaqidah. Penderitaan muslim Bosnia akan dirasakan sebagai persoalan bangsa Bosnia; bukan persoalan kaum muslimin. Ia lebih peka terhadap persoalan yang akan mengancam bangsanya ketimbang mengancam umat Islam. Ia mudah saja bergaul dengan orang atau negara kafir hanya semata itu menguntungkan bangsanya, kendati itu menindas umat Islam. Juga teramat jelas, nasionalisme menghambat persatuan umat Islam sedunia. Dari sini bisa dimengerti mengapa umat Islam, termasuk yang berada di Timur Tengah, sulit sekali bersatu untuk misalnya, melawan Israel. Ketika nampak kepentingan nasionalnya terpenuhi, mereka merasa konflik dengan Israel sudah selesai. Mesir kini berdamai dengan Israel setelah gurun Sinai kembali ke pangkuannya. Begitu juga Yordania. Tidak peduli bahwa hingga saat ini tanah Palestina masih dikuasai Israel dan kaum muslimin di sana masih menderita akibat penindasan zionisme. Organisasi semacam OKI, Liga Arab atau semacamnya tak mampu berbuat banyak dalam menggalang persatuan umat, karena negara anggotanya lebih mengedepankan kepentingan nasionalnya masing-masing. Nasionalisme juga berdampak sangat serius di bidang hukum. Bagi seorang nasionalis, hukum yang layak adalah hukum nasional bukan hukum agama apalagi dari satu agama. Dalam soal ini, semua agama harus disamadudukkan (sinkretisme). Sinkretisme di bidang agama Paham nasionalisme tidak akan tegak tanpa disertai penyebaran paham sinkretisme yang intinya menyamadudukkan semua agama. Sinkretisme sebagai anak cabang pemikiran sekuler berdiri di atas tiga doktrin. Pertama, dikatakan bahwa kebenaran agama itu bersifat subyektif. Artinya, suatu agama pasti dinilai paling benar oleh pemeluknya masing-masing. Agama lain salah. Karena semua agama bersifat demikian, maka seseorang tidak mungkin dipaksa mengikuti aturan selain yang menjadi agamanya. Semua agama harus dipandang sama kedudukannya. Kedua, sebagai konsekuensi dari doktrin yang pertama, maka suatu agama tidak boleh mendominasi agama yang lain. Sebab, itu berarti harus memaksa seseorang untuk mengikuti aturan yang berasal dari bukan agamanya. Ketiga, maka oleh karenanya untuk mengatur kehidupan masyarakat yang terdiri dari berbagai pemeluk agama, diperlukan aturan bersama yang dinilai mampu mengadaptasi semua agama yang berkembang di tengah masyarakat tersebut. Pemikiran sinkretisme menyebabkan sebagian umat Islam memandang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan memusuhi aturan agamanya sendiri. Ia merasa menjadi orang modern bila turut beranggapan bahwa aturan-aturan masyarakat yang demokratis dan aspiratif adalah yang

lepas dari agama yang ada, termasuk Islam. Tidak lupa ia turut mengecam aturan Islam sebagai ketinggalan jaman, kejam, tidak manusiawi serta tidak cocok untuk masyarakat plural, hanya karena aturan Islam diturunkan empat belas abad lalu di negeri Arab yang secara sosiologis katanya berbeda dengan tanah airnya. Disebut toleransi - dan itu sebuah kemuliaan - bila orang mau mengerti aspirasi agama lain. Dengan bersikap demikian, sadar atau tidak, kendati muslim sesungguhnya ia telah menjadi lawan dari agama Islam. Ia telah terjerumus demikian jauh di jurang kesesatan. Ia lupa, seorang muslim harus meyakini hanya Islam saja yang benar dan diridhai Allah (3:19/5:3). Beragama selain Islam tidak akan diterima Allah dan di akhirat akan merugi (3:85). Terhadap agama lain sikap yang harus diambil adalah dakwah, yakni mengajak pengikutnya agar memeluk Islam, sebagaimana ajakan Rasulullah dalam suratnya kepada Heraclius: Aslim, taslam. Perlu diingatkan pula bahwa Islam adalah agama untuk semua manusia (34:28) yang bila ditegakkan akan membawa kebaikan bersama (21:107). Fakta sejarah di masa lalu ketika Islam berkuasa di berbagai wilayah, misalnya di Irak, Mesir, Spanyol dimana komunitas non Muslim juga hidup sejahtera di dalamnya, menunjukkan hal itu. Islam pasti tidak akan ketinggalan jaman, karena ia diturunkan oleh dzat yang Maha Mengetahui dan telah ditetapkan sebagai agama terakhir. Menyatakan Islam tidak cocok untuk masyarakat yang hidup 14 abad kemudian, sama saja menuduh Allah tidak tahu akan perkembangan masyarakat di masa depan serta tidak tahu bagaimana mengaturnya. Akibat sinkretisme, sebagai komunitas mayoritas, umat Islam tidak merasa apa-apa menyaksikan bagaimana kehidupan tidak diatur dengan Islam. Ia bangga bebas dari penjajahan, tapi sedikit pun tidak merasa risi menggunakan hukum bekas penjajah Belanda. Ia tidak juga segera sadar akan kekeliruan pemikirannya kendati kenyataan menunjukkan, aturan bersama yang ada tidaklah mampu membawa masyarakat kepada kebaikan. Berbagai problematika (di bidang ekonomi muncul kesenjangan, harga melambung, monopoli dan sebagainya; di bidang sosial meningkatnya kriminalitas, kerusakan moral, berkembangnya budaya barat dan sebagainya) yang silih berganti muncul di tengah masyarakat, bahkan mungkin dia termasuk salah satu korbannya, tidak cukup mengingatkan bahwa Islam adalah solusinya. Sinkretisme telah membuatnya buta. Kontradiktif Semua asas pengaturan kehidupan di atas tidaklah muncul dari satu kesatuan pemikiran. Tapi sekedar berdasarkan manfaat, yang diduga mungkin atau bisa diperoleh di bidangnya masingmasing. Oleh karenanya, sekularisme pada tataran praktis banyak sekali menimbulkan kontradiksi di tengah masyarakat. Di bidang pendidikan, satu sisi diinginkan siswa yang berpribadi luhur, kuat agamanya, tapi tidak ada atau sedikit sekali langkah ke arah itu. Misalnya, apa yang bisa diharap dari pelajaran agama 4 sks sampai tingkat sarjana di perguruan tinggi?. Ketika para siswi ingin mewujudkan perintah agama (misalnya memakai jilbab atau duduk terpisah laki dan perempuan di kelas), ternyata dihambat dan malah dituduh ekstrem, fanatik serta tuduhan lainnya yang menyakitkan. Di bidang budaya, satu sisi diinginkan masyarakat yang mulia, dengan remajanya yang berkepribadian teguh, tapi di sisi lain tontonan di TV, bioskop merajalela penuh dengan kemaksiyatan disertai ajakan seks dan pergaulan bebas dengan tari dan nyanyi yang tidak jelas

apa maunya. Satu sisi polisi mengeluhkan akibat alkoholisme, dan kemudian membuat operasi menyapu minuman itu di warung-warung, tapi industri minuman keras jalan terus hanya karena alasan cukai dan tenaga kerja. Satu sisi menginginkan pemerataan, tapi sisi lain monopoli swasta makin mencengkeram termasuk pada sektor publik. AIDS diperangi, tapi kompleks WTS tetap dibiarkan laris. Katanya negara berdasarkan pada ketuhanan, tapi begitu banyak aturan negara yang menyimpang dari aturan Tuhan. Bila demikian lantas tuhan yang mana yang dimaksud oleh penduduk mayoritas negeri ini? Juga, mengapa mereka yang memperjuangkan tegaknya aturan tuhan, sesuai asas tadi, malah dituduh subversif? Qiraah al-Quran dilombakan dalam MTQ, khatnya ditulis indah-indah, tapi ajarannya diabaikan. Lantas Bagaimana? Ditinggalkannya aturan Islam dalam pengaturan kehidupan baik di bidang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi maupun politik terbukti telah memundurkan umat dan menjadikan umat hidup dalam kehinaan di mana-mana. Sekarang umat Islam di seluruh dunia merasakan nasib yang malang dan menangisi kekalahan yang sangat mengerikan, yang belum pernah dialami oleh umat Islam di masa lalu. Umat telah kehilangan kemuliaannya. Seharusnya umat Islam bisa tampil mangatur kehidupan manusia di dunia secara keseluruhan bukan yang diatur; tampil memimpin bukan yang dipimpin. Seharusnya umat Islam menguasai bukan dikuasai. Umat Islam sepertinya tidak punya daya kemampuan sama sekali. Secara faktual, potensi 1,2 milyar umat Islam demikian besar. Tetapi kenyataannya umat sebanyak itu berserak seperti buih, lemah tak bertenaga. Sumber daya alam yang ada juga tidak bermanfaat banyak demi kemajuan Islam. Umat tetap terbelakang, tercabik-cabik dan menjadi bulan-bulanan negara-negara besar seperti yang sekarang ini tengah terjadi. Apa yang bisa diperbuat untuk saudara kita di Palestina, Chechnya dan Bosnia? Demikian sulitnyakah mengusir Israel yang berpenduduk hanya sekitar 7 juta dari bumi Palestina? Bagaimana mungkin, umat yang jumlahnya semilyar lebih keok melawan negeri yang berpenduduk lebih sedikit dari kota Jakarta? Tapi kalau kita renungkan secara mendalam, nasib buruk ini ternyata lebih karena keteledoran umat Islam sendiri; bukan karena musuh Islam. Umat Islam harus menyadari bahwa rumah mereka sendirilah dalam keadaan lemah, tak terpelihara kesehatannya, sehingga tatkala penyakit datang mudah sekali ia berkembang dan membikin lumpuh tubuh yang seharusnya kuat itu. Oleh karenanya, tidak ada alasan untuk terus menerus menggerutu, atau hanya mencaci maki orang lain. Hukum alam tidak pernah berubah. Siapa yang unggul dialah yang memimpin. Dan yang membuatnya unggul adalah dirinya sendiri. Bukan orang lain. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubah apa yang ada diri mereka sendiri(Ar Radu:11) Jadi jelaslah hanya ada satu cara untuk keluar dari kemelut ini: umat Islam harus bangkit! Tekad itu dan istilah kebangkitan memang mulai menyebar semenjak dicanangkannya abad 15 hijriah sebagai abad kebangkitan Islam. Tapi apa yang disebut bangkit atau kebangkitan, agaknya beragam orang memahaminya. Syekh Taqiyyudin an-Nabhani dalam kitab Nidzam al-Islam, menyatakan bahwa kebangkitan hakiki adalah kenaikan taraf berfikir (al-irtifau al-fikry) umat

yang dimulai dengan perubahan pemikiran (taghyiru al-afkar) secara mendasar (asasiyan) dan menyeluruh (syamilan) menyangkut pemikiran tentang kehidupan, alam semesta dan manusia, serta hubungan antara kehidupan dunia dengan sebelum dan sesudahnya. Pemikiran yang membentuk pemahaman (mafahim) akan berpengaruh pada tingkah laku. Tingkah laku Islamy akan terujud bila pada diri seorang muslim tertanam pemahaman Islam. Dengan demikian kebangkitan umat Islam adalah kembalinya pemahaman seluruh ajaran Islam ke dalam diri umat dan terselenggaranya pengaturan kehidupan masyarakat dengan cara Islam (Mafahim Dakwah LDK, 1988). Untuk itu diperlukan dakwah. Dan dakwah di tengah kemunduran umat seperti sekarang ini akibat tidak adanya kehidupan Islam, haruslah berupa dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam (dawah li istinafi al-hayati al-Islamiyah). Jika revolusi tahap pertama merupakan pembebasan umat dari belenggu penjajahan fisik, maka revolusi tahap kedua bertujuan membangun kesadaran Islam (al-wayu al-Islamy) di tengah peperangan pemikiran tadi. Yakni kembalinya identitas, khazanah dan pemikiran Islam ke dalam diri kaum muslimin, setelah terbukti imitasi terhadap ideologi Barat bukan saja gagal dari segi konsepsi, juga tidak memberikan hasil positif dari segi praktis lahir maupun batin bagi kehidupan umat Islam. Revolusi tahap kedua digerakkan menuju terwujudnya kehidupan Islam sejati. Dakwah melanjutkan kehidupan Islam bertujuan untuk audatu al-muslimin ila al-amal bi jamii ahkami al-Islam. Atau, mengembalikan kaum muslimin kepada pengamalan seluruh hukum Islam di bidang aqidah, ibadah, akhlaq, makanan, minuman, pakaian, muamalah (politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sosial dan sebagainya). Dari segi individu, dakwah atau pembinaan kepada umat bertujuan untuk membentuk seorang muslim yang berkepribadian Islam. Yakni seseorang yang berpikir dan bertindak secara Islamy. Ia tidak berpikiran kecuali sesuai dengan ajaran Islam, dan tidak bertindak kecuali sesuai dengan syariat Islam. Harus ditanamkan kepada umat pemahaman aqidah yang benar dan kuat beserta segenap konsekuensi dari orang yang telah beraqidah Islam, yakni taat pada syariat (4:65/33:36/59:7). Juga, ditanamkan pemahaman atas syariat Islam itu sendiri, agar dengannya ia mengerti apa tujuan hidup ini, bagaimana menjalaninya; serta bagaimana misalnya, ia harus menjalankan ibadah dengan baik, memilih pakaian yang benar, makanan yang halal, bergaul secara Islamy, dan bermuamalah secara syariy. Ia bertindak Islamy di masjid, demikian juga semestinya ketika ia berada di kantor, di pasar dan di jalan-jalan. Ia Islamy ketika shalat, begitu semestinya ketika berdagang, ketika bergaul dengan orang lain. Lebih jauh lagi, pembinaan itu diharapkan menyadarkan umat bahwa seharusnya masyarakat ini diatur dengan Islam. Dari segi komunitas, pembinaan kepada umat bertujuan agar dari muslim yang berkepribadian Islam terbentuk kekuatan dan dorongan untuk melakukan perubahan masyarakat ke arah Islam dan menegakkan masyarakat Islam. Hanya dalam masyarakat Islam saja seluruh hukum Islam dapat ditegakkan, saatmana kerahmatan yang tertuju bukan hanya bagi umat Islam tapi juga mereka yang beragama selain Islam, karena memang Islam membawa rahmat bagi sekalian alam (21:107), akan terasakan. Tidak adanya, atau tidak sempurnanya pembinaan terhadap umat hanya akan menghasilkan kepribadian yang tidak utuh. Ia muslim tapi tidak shalat, bahkan dengan mudah menggadaikan kemuslimannya demi sebungkus supermi atau wanita yang dicintainya. Tidak sedikit kita jumpai

orang Islam yang dengan ringannya meninggalkan shalat, tidak menunaikan zakat dan melalaikan puasa Ramadhan. Atau, kalau ibadahnya bagus tapi tidak atau kurang memperhatikan aturan Islam di bidang lain. Seolah Islam hanya mengatur masalah ibadah, dan keislamannya terbatas hanya pada masalah ibadah saja. Di luar itu, ia merasa bebas berbuat. Ia misalnya, rajin shalat tapi juga rajin makan riba. Ia bangga dengan titel hajinya, tapi bangga pula dengan pemikiran sekulernya; atau bangga dengan kecantikan rambut dan tubuhnya yang dibiarkan terlihat orang lain. Ketika di Mina ia melempar jumrah sebagai simbolisasi perlawanan terhadap setan, tapi sepulang dari Mina ia menjadi teman, bahkan budak setan. Ia menentang gerakan pemurtadan, tapi menentang pula gerakan yang akan menegakkan syariat Islam. Ia bangga dengan kemuslimannya tapi tidak gelisah sedikitpun tatkala demikian banyak aturan Islam yang ditinggalkan, atau kita tidak risih melihat kehidupan diatur dengan hukum yang tidak bersumber dari agama yang dipeluknya itu. Ia tahu bahwa sesama muslim bersaudara, tapi tak sedikitpun ia peduli atas pembantaian muslim Bosnia, Chechnya dan sebagainya. Bila demikian, lantas dimana makna ikrar shalatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Allah semata Tuhan semesta alam,juga kekaffahan yang diminta Al-Quran? Pembinaan kepada umat yang tidak sempurna juga akan menghambat terbentuknya kehidupan Islam. Karena umat itu sendiri yang akan menjadi batu penghalang upaya ke arah sana. Siapa lagi yang berani menghalangi proses Islamisasi apalagi di negeri dimana umat Islam mayoritas, bila bukan dari kalangan umat Islam sendiri (dengan berbagai argumen batil) atau kalangan non Islam dengan lidah dan tangan (tokoh) umat Islam. Isu plularisme,primordialisme,fundamentalime, dan sebagainya, selama ini ternyata dilontarkan oleh tokoh-tokoh Islam. Dan sasarannya tidak lain adalah kelompok Islam yang dinilainya mengandung semangat Islamisasi. Kepala Sekolah yang dulu menghambat jilbab di SMA, ternyata juga muslim. Sementara, tanpa Islam bisakah kita berharap munculnya tatanan kehidupan yang baik? Atau, bisakah kita berharap mendapat kebaikan dari agama Islam yang diyakini datang untuk membawa rahmat tanpa mewujudkan Islam dalam pengaturan kehidupan nyata? Bila tidak, mengapa kita masih suka berlama-lama hidup dalam kejahiliahan seperti sekarang ini? Satu sisi kita mengeluh: hidup makin susah dan makin tidak aman, harga apa-apa naik, kemaksiyatan merajalela, remaja makin brutal, birokrat makin tidak bisa diharap, di dunia luar kaum muslimin dibantai di mana-mana dan sebagainya; tapi di sisi lain mengapa kita mendiamkan begitu saja agama Islam teronggok bagai barang antik tidak direalisasikan dalam kehidupan nyata? Itu sama saja dengan seseorang yang marah-marah ketika tubuhnya didera penyakit, tapi obat ditangan hanya dilihat-lihat saja. Mana bakal sembuh? Rasulullah pernah bersabda, Empat puluh mukmin sejati yang bersatu padu dapat menggoncangkan seluruh dunia. Dulu, Rasul seorang telah mengubah dunia. Kini umat Islam berjumlah 1 milyar lebih, apa yang bisa digoncang?. Tidak ada. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain umat Islam harus bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk menegakkan kembali bangunan Islam. Dan itu mungkin perlu waktu yang tidak sebentar. Sebab sesuatu yang sudah hancur dalam waktu yang cukup lama, secara sunatullah perlu waktu lama pula untuk membangunnya kembali.

Pada era perang fisik, kita terjun dengan membawa senjata yang dilengkapi dengan berbutir-butir peluru dan mesiu. Tapi kini yang kita hadapi bukan perang fisik tapi perang pemikiran. Maka semestinya kita terjun sebagai pasukan Islam dengan menembakkan peluru pemikiran Islam, memerangi musuh yang membawa peluru pemikiran sesat. Mulut dan tangan adalah senjata kita, dengan kantong peluru berupa pemahaman Islam yang shahih di otak kita. Sebagaimana Rasulullah membangun peradaban Islam dengan mulutnya. Mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat Islam. Dalam perang ini musuh Islam menggunakan segenap tenaga dan upaya (jaringan birokrasi, media massa dan sebagainya), maka diperlukan lebih banyak lagi pasukan Islam yang bergerak di tengah umat untuk menyadarkan umat dari tidurnya yang panjang. Hanya melalui umat yang sadar saja bisa diharapkan kebangkitan umat yang hakiki berupa tegaknya kehidupan yang Islamy di bawah naungan Daulah Islamiyah. Ingatlah janji Allah, Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukarkan (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An Nuur: 55) Dalam ayat ini Allah berjanji kepada siapa saja yang beriman dan beramal saleh, berjuang mewujudkan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, akan memberikan kekuasaan dan kepemimpinan atas manusia di dunia dan meneguhkan agama Islam. Artinya, agama Islam akan tegak, syariat Islam akan terealisasi, yang semua ini akan menjamin keadaan masyarakat menjadi tenteram, damai dan sejahtera menggantikan situasi yang penuh penderitaan dan ketakutan seperti sekarang ini. Pada saat seperti itulah, predikat umat Islam sebagai khairu ummat akan terujud. Insya Allah. Wallahu alam bi al-shawab. [khabarislam]

Memecahkan Problem Umat Islam


24-January-2007 Sekretaris Badan International Forum for Islamist Parliamentarian (IFIP) Luthfi Hassan Ishaaq kepada wartawan di Jakarta (Kompas, 16/1/2006) mengatakan, pada 19-21 Januari tahun ini sekitar 200 anggota parlemen Islam dari 28 negara akan berkumpul di Jakarta untuk membahas berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam. Hal itu antara lain membahas masalah Irak, Palestina, dan Afganistan. IFIP merupakan forum internasional yang terbuka dan bersifat keislaman. Forum ini dibentuk individu anggota parlemen Muslim dari berbagai negara yang punya perhatian pada masalah demokrasi dan keislaman. IFIP merupakan forum terbuka karena keanggotaannya terbuka bagi setiap anggota parlemen, dari partai apa pun, termasuk juga mantan anggota parlemen.

Pembentukan IFIP berawal dari lobi informal di antara anggota parlemen dari berbagai negara, di sela-sela pertemuan internasional yang mereka ikuti. Penyelesaian masalah umat Islam di dunia terkadang sulit dicarikan solusinya pada forum resmi kenegaraan. Itu sebabnya dibutuhkan forum informal untuk menyelesaikan problem umat Islam yang selama ini masih menjadi ganjalan. Pertemuan IFIP ini ketua pelaksananya adalah Taufik R Widaja, ia mengungkapkan, umat Islam sampai saat ini masih menghadapi problem perpecahan, bahkan hingga konflik berdarah. Padahal, menurut Luthfi, umat Islam juga masih menghadapi masalah kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan kesenjangan yang besar antara kelompok kaya dan miskin. Harapan forum informal semacam IFIP ini, bisa juga menjadi kanal bagi kelompok Islam garis keras untuk memberikan solusi atas persoalan umat. Di tempat lain, Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Tarmizi Taher di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (18/01), menyelenggarakan rapat pengurus harian yang juga membicarakan problem umat Islam terkini. Menurut Tarmizi Taher, dalam dunia yang begitu cepat berubah, kita harus cepat dapat mengadakan adjustment fungsi-fungsi Masjid sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat yang tentunya mempunyai variasi yang amat luas. Dalam daerah yang amat luas dan terpencil, Masjid dapat berfungsi pula sebagai tempat persinggahan dai-dai Muslim. Masjid juga dijadikan sebagai tempat menambah ilmu. Dan bagi dai-dai setempat, Masjid sebagai tempat yang menyegarkan. Kebersihan Masjid atau kemakmurannya adalah masalah masyarakat Islam yang tak sederhana. Umat Islam yang kenal ilmu thaharah ternyata jauh dari kebersihan dan kurang belajar untuk memakmurkan Masjid. Dengan pelajaran yang up to date dan ilmiah, yang well planned dan well ordered, kita membutuhkan visi-visi yang jauh ke depan untuk menjadikan Masjid sebagai tempat yang bersih, indah, dan memakmurkan. Readjustment Masjid secara well planned dan well order membutuhkan kepemimpinan dan manajemen yang simple tapi terarah. Umat Islam, khususnya di Indonesia saat ini kesadaran penuh untuk menjalin kerjasama memecahkan persolan besar umat Islam di dunia masih lemah dan belum maksimal. Perpecahan yang melanda umat Islam hendaknya dapat diperbaiki dari mimbar-mimbar Masjid. Tidak ada satupun yang sulit bagi umat Islam kalau kita bangun ukhuwah dan kemashlatan umat dari Masjid. Fungsi Masjid yang makin diperluas menjadi tempat ibadah dan pusat pendidikan, akan membangkitkan umat Islam di Indonesia, bahkan di dunia, bila kita berkerja bahumembahu dan Fastabiqul Khairat. (CMM/DAV)
Komentar Anda

1. assalamualaikum wr wb umat islam bukan saja harus mampu melaksanakan ibadah speritualnya secara baik dan benar, namun juga harus mampu merefleksikan menjadi ibadah sosialnya secara baik dan benar sesuai syariat islam.

problem aktual umat islam saat ini adalah bagaimana umat islam dapat memahami cara kerja ( frame work )syariat islam ( islam system ) itu sendiri, Al Quran ( yang diformulasikan menjadi syariat islam ) yang diturunkan Allah tujuannya agar umat islam mampu meng-operasionalkan syariat islam untuk mengatur ( memanage ) segala urusan ( bisnis ), apapun bisnisnya dan apapun organisasinya ( masjidnya )baik yang bersifat profitable maupun non profitable, untuk memulyakan hamba-hambanya yang benarbenar beriman dan bertaqwa kepada ( syariat ) Allah. sehingga diharapkan umat muslim dapat menjadi umat yang mampu tumbuh disegala bidang secara dramatis dan signifikan menjadi umat yang sangat produktif, kompetitif, professional, menjadi umat pemenang dan menjadi umat yang terbaik di muka bumi. ketidak mampuan umat muslim meng-operationalkan syariat islam untuk melaksanakan misi rahmatan lil alamin, sehingga umat islam belum memiliki kasitatas untuk mengakses rahmat ( surga ) Allah secara optimal, berkelimpahan, berkelanggengan, dan bertambah terus ( sustain growth ), tanpa harus mengorbankan integritas diri, organisasinya, korporasinya, maupun bangsanya alias belum mampu memakmurkan masjid-masjid Allah. Allah SWT menciptakan manusia dgn dua ketentuan ketentuan bersifat mutlak sebagai kehendak Allah yg disebut iradah kauniyyah dan ketentuan yg menghendaki menusia berjalan menuju ke jalan kebenaran atau disebut iradah syariyyah. Dalam iradah kauniyyah manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas kehendak Allah yg terjadi padanya mengapa ia menjadi seorang pria atau wanita mengapa muka kita seperti ini mengapa berbadan tinggi dan yg semacamnya. Ketentuan kedua Allah iradah syariyyah menghendaki manusia berjalan menuju kebenaran. Untuk tujuan tersebut Allah memberikan sejumlah perangkat. Pengutusan para rasul yg ditutup oleh Nabi kita Muhammad saw. adl salah satunya. Barang siapa yg menerima dan memegang komitmen dalam hidupnya sesuai dgn kehendak Allah maka dia selamat dunia maupun akhirat . Tetapi sebaliknya jika ia menolak dgn berpegang pada isme-isme buatan jin dan manusia dia tersesat di dunia dan merugi di akhirat . Atas dasar itu terjadi tarikmenarik antara kebenaran dan kebatilan. Bendera kebenaran dibawa oleh para nabi sedang bendera kebatilan dibawa oleh setan dan konco-konconya dari jin dan manusia . Maka sejak iblis diusir dari neraka dia bersumpah utk menyesatkan seluruh manusia kecuali hamba Allah yg bersyukur {Al-Araf 12-18}. Upaya penyesatan itu berlangsung sampai hari kiamat. Maka sejak itu terjadi dua kelompok yg selalu tarik-menarik seperti firman Allah SWT Orang yg beriman di jalan Allah sedangkan orang-orang kafir berjuang di jalan thaghut maka perangilah pembelapembela seitan sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah. . Upaya perusakan setan dilakukan melalui dua arah. Pertama fitnah syubhat berupa wacana pemikiran dan keyakinan yg berlawanan dgn kebenaran. Fitnah ini diusung oleh non-muslim atau juga lewat orang muslim yg berpenyakit . Kedua fitnah syahwat dalam perilaku seksual. Jika seorang muslim terkena salah satu fitnah tersebut atau bahkan keduanya daya memperjuangkan Islamnya akan lumpuh.

Dalam melumpuhkan kekuatan umat Islam musuh-musuh Islam menggunakan segala macam cara yg terus-menerus dikembangkan baik melalui eksternal {vis to vis dgn kaum muslimin} maupun internal . Dan itu dilakukan sepanjang sejarah perjuangan umat Islam. Semenjak dari negara pimpinan Nabi saw. lalu dinasti Umayyah Abbasiyyah dinasti-dinasti lain dan sampai yg terakhir Utsmaniyah. Dicatat oleh Dr. Abdul Halim dalam kitabnya Asbaabu Suquuthi Tsalatsiina Daulah Islamiyah {Sebab-Sebab Kejatuhan 30 Negara Islam} bahwa kejatuhan negara-negara Islam umumnya disebabkan oleh hal-hal di atas dari penyimpangan ideologi sampai penyimpangan moral. Faktor Eksternal yg Menggerogoti Umat Islam Kerja sama zionisme dan salibisme internasional dalam menghadapi umat Islam dicatat Dr. Umar al-Faruk dalam bukunya Segi Tiga Penjajahan Orientalisme dan Kristenisasi sebagai usaha yg memporak-porandakan kekuatan umat Islam di seluruh dunia. Kita melihat bagaimana Portugal Inggris dan Belanda ketika menjajah Indonesia. Ketiga hal di atas menjadi suatu langkah kongret usaha mereka yg berhasil mengangkangi umat Islam Indonesia berabad-abad. Mereka memperlakukan umat Islam sekehendaknya dan bagi yg menentang dikenakan tuduhan ektresmis fundamentalis dan lain-lain. Ketika penjajah sudah hengkang peranan mereka digantikan oleh kaum intelek kita yg menjadi perpanjangan tangan para orientalis dgn mengampanyekan paham-paham mereka atas nama nasionalisme modernisme sekularisasi desakralisasi reaktualisasi pribumisasi dan semacamnya. Hal tersebut diungkapkan R. William Lidle dalam bukunya Islam Politik dan Modernisasi. Di antara wacana-wacana itu yg kini lumayan naik daun adl Islam Liberal. Perkembangan Islam Liberal telah mendominasi para intelektual kita. Greg Burton dalam bukunya Islam Liberal di Indonesia menyebutkan paling tidak ada tiga nama besar pembawa gagasan paham ini di Indonesia Nurcholis Majid Abdurrahman Wahid dan Johan Effendi. Ditinjau dari sudut pemerintahan perjalanan peran umat Islam dipegang oleh tiga elemen. Pertama elemen nasionalis muslim Soekarno yg dilanjutkan oleh Soeharto lalu Habibie. Mereka adl tipe pemimpin sekuler yg mengadopsi paham Islam formalistik. Kepemimpinan model ini telah gagal menciptakan kesejahteraan umat bahkan keadaannya termarjinalkan. Elemen kedua adl kelompok modernis dan Islam liberal. Di bawah kepemimpinan Gus Dur model ini terbukti gagal juga. Terakhir kaum kafirin khawatir akan lahirnya elemen ketiga yg nantinya membawa kemenangan dan kesejahteraan Islam melalui kekuasaan secara de facto dan de jure. Elemen ketiga itu mereka sebut fundamentalisme. Roger Garraudy menyebut fundamentalisme sebagai antitesis bagi sekularisme. Sementara mantan Presiden Amerika Richard Nixon setidaknya menginventarisasi lima pemicu munculnya kaum fundamentalis dalam Islam.

Pertama mereka yg digerakkan kebencian terhadap Barat/anti-Barat. Kedua mereka yg bersikeras mengembalikan peradaban Islam yg lalu. Ketiga mereka yg bertujuan mengaplikasikan syariat Islam. Keempat mereka yg mempropagandakan bahwa Islam adl agama dan negara. Kelima mereka yg menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun masa depan mereka ini bukan orang-orang konservatif namun cukup revolusioner {Adian Husaini Yusril Versus Masyumi hal. 49}. Fundamentalisme benar-benar dianggap ancaman oleh blok kafir yg dikomandoi oleh Barat. Mata dunia terbuka lebar ketika menyaksikan Sovyet yg kokoh bertekuk lutut di hadapan para mujahidin Afghanistan yg oleh mereka disebut muslim fundamentalis. Sebuah bukti bahwa kekuatan fisik dan mesin-mesin perang tidak cukup ampuh melawan gelora jihad {mereka menyebutnya fundamentalisme}. Maka tidak heran jika kemudian tesis Samuel Huntington The Class of Civilisation/Benturan Peradaban mereka jadikan kemudi utk menyudutkan umat Islam di seluruh dunia. Lalu dibuatlah isu terorisme utk membungkam gelora jihad umat Islam sehingga tidak mempunyai perlawanan lagi. Betul kata Nabi saw. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad kecuali akan hina. Adapun gerakan kristenisasi yg berjalan terus semenjak masa penjajahan hingga kini imbasnya jelas-jelas dirasakan oleh umat Islam di berbagai pelosok daerah. Grafik statistik kependudukan tentang kuantitas kaum muslimin yg menurun drastis adl bukti yg autentik. Padahal Indonesia mempunyai piranti undang-undang yg melarang pemaksaan agama. Jika memperhatikan keadaan umat Islam akan kita dapati berbagai indikasi kemerosotan dalam hampir seluruh aspek kehidupan baik akidah ibadah maupun moralitas. Fenomena kemusyrikan terjadi di mana-mana. Di antara yg paling menonjol adl praktik perdukunan. Ditambah lagi dgn pesatnya perkembangan aliran-aliran sesat yg memanfaatkan kebodohan umat. Dalam ibadah ritual umat Islam masih jauh dari masjid terutama salat subuh. Dari segi moralitas sudah nyata-nyata bobrok. Sebagai ilustrasi Jakarta yg penduduknya 80% muslim dgn jumlah masjid 2.400 musala 5.500 dan majelis taklim 6.750 mencetak rekor tertinggi dalam peredaran narkoba skala nasional sekitar 60% sedang sisanya tersebar di wilayah-wilayah lainnya. Budaya munafik sikap ulama yg tidak berpihak kepada umat dalam bentuk pembodohan atas nama ketaatan sikap para penguasa muslim dgn komitmen Islam yg lemah sikap masa bodoh para pengusaha muslim dalam mengentaskan kemiskinan dan tampilnya ulama-ulama kagetan yg bodoh tetapi sok pintar serta berbagai macam penyakit umat yg sudah sangat kronis pengobatannya membutuhkan waktu yg cukup lama dgn melibatkan semua elemen umat Islam yg terampil utk bangkit menyelamatkan umat dari jurang kehancuran. Dari kezaliman menuju keadilan Islam; dari kebodohan menuju kesadaran Islam. Faktor Internal Penyebab Kelemahan Umat Jika ditinjau lbh jauh masyarakat muslim di berbagai pelosok Indonesia terpecah-pecah dalam berbagai sekat kelompok organisasi dan model dakwah variatif lainnya dgn klaim masing-masing kelompok paling benar. Realita itulah yg menyebabkan kekuatan dakwah tercecer.

Berbicara tentang dakwah berarti berbicara risalah Islam. Sudahkah ia terimplementasi dgn baik? Seberapa jauh pemahaman dai kita tentang metode dakwah Rasulullah? Seberapa banyak dai yg diterjunkan ke dalam masyarakat? Setingkat apa kualifikasi mereka? Bagaimana intensifitas dakwah mereka? Sejauh mana mereka dapat menghindarkan masyarakat muslim dari keterperosokan moral? Pertanyaan-pertanyaan ini penting utk direnungkan mengingat bahwa kebangkitan umat Islam dari multidimensi yg dialaminya sangat bergantung pada keberhasilan peranan dakwah. Dalam tataran lokal kelemahan dakwah telah sampai pada tingkat yg luar biasa sehingga sulit mengharapkan sebuah kebangkitan Islam dalam jangka waktu yg pendek. Indikasi kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut. Masih meratanya tingkat kebodohan tentang Islam. Banyaknya syirik bidah khurafat dan takhayul. Dekadensi moral yg mengerikan. Permusuhan antar-umat yg kerap terjadi hanya krn sebuah perbedaan. Integritas pribadi para dai yg bermasalah. Masjid-masjid banyak yg kosong dan difungsikan hanya utk salat. Pendidikan agama di sekolah-sekolah mengkhawatirkan. Mayoritas masyarakat muslim enggan menampakkan penampilan Islamnya. Banyak daerah yg tidak terjamah dakwah krn kurangnya dai dan diperparah oleh penyebaran aliran sesat yg sangat luas. Fanatisme tiap-tiap kelompok yg sulit dipertemukan. Dan lain-lain. Solusi Problematika Umat Menegakkan Islam dgn Cara Islam Sub-judul di atas menggambarkan upaya sungguh-sungguh utk memahami dan mempraktikkan dgn benar penegakan syariat Islam dgn cara yg sesuai dgn Islam. Meskipun pada kenyataannya banyak upaya yg dilakukan umat Islam dalam menegakan kalimat Allah itu dgn berbagai cara. Ada kalanya islami tetapi parsial ada pula yg tidak islami tetapi berusaha melegitimasi dgn dalil-dalil syari dgn lbh banyak bersifat ijthadi pada saat ada dalil sebab ijtihad dilakukan pada saat tidak ada dalil atau dalil bisa dipahami lbh dari satu pengertian. Karena itu kita dapati berbagai corak perjuangan yg dilakukan umat Islam satu sama lain menekankan pentingnya bidang garapan yg digelutinya. Para politisi muslim umpamanya menekankan perjuangan Islam yg paling efektif adl melalui jalur politik. Sementara para ekonom

muslim menganalisis mana mungkin perjuangan Islam bisa berhasil kalau umat Islam lemah ekonominya. Demikian pula para juru dakwah mereka harus mengemukakakan bahwa perjuangan Islam yg paling dominan adl dgn kembali berpegang kepada Islam agar mereka jaya tanpa memperinci lbh jauh apa dan bagaimana merealisasikannya dans seterusnya. Tanggung Jawab Personal Kita menyadari bahwa tanggung jawab yg akan dipertanyakan kelak di hari akhirat adl tanggung jawab personal. Artinya Allah tidak membebankan tanggung jawab pihak lain kepada kita kecuali kalau kita punya andil dalam persoalan tersebut. Karena itu banyak ayat yg menekankan tanggung jawab ini. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dgn kesanggupannya. . Tidaklah kamu dibebani melainkan dgn kewajiban kamu sendiri. {An-Nisa 84}. Hai orang-orang yg beriman selamatkanlah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka. . Rasulullah saw. bersabda Mulailah dgn diri kalian sendiri atau mulailah dgn keluargamu. Dengan demikian prioritas kita adl menyelamatkan diri sendiri dari segala kemungkinan penyimpangan terhadap misi utama kehidupan yaitu Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali utk beribadah kepada-Ku. . Apabila kita sadari hal itu kita akan memahami arti ibadah seluas-luasnya. Yaitu segala sesuatu yg kita lakukan dalam kehidupan kita sesuai dgn apa yg dicintai dan diridai Allah SWT . Segala apa yg dicintai dan diridai oleh Allah baik berupa perkataan perbuatan yg nampak maupun yg tersembunyi. {Ibnu Taimiyah Al-Ubudiyah hlm. 1}. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh aktivitas kita harus sesuai dgn syariat Islam. Jadi fokusnya adl kita sementara acuannya adl syariat Islam. Karena itu tidak benar seseorang yg belum mengerti ajaran Islam dalam membangun kepribadiannya tetapi sudah sibuk bagaimana menegakkan Islam. Tidak berarti menegakkan Islam tidak penting tetapi prosesnya salah. Sesudah seseorang dalam sekup individu melaksanakan tanggung jawab dirinya sebagai hamba Allah dia akan melangkah menempati posisi di masyarakatnya sesuai dgn kapasitas masingmasing. Di sinilah terjadi interaksi dan kooperasi antara anggota masyarakat muslim sesuai dgn

firman Allah SWT Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. . Dan tanggung jawabnya semakin luas sesuai dgn kapasitas kemampuannya sehingga dgn posisi masing-masing itu akan dimintai pertanggungjawabannya seperti sabda Nabi saw. Ketahuilah bahwa tiap kalian adl penanggung jawab dan tiap kalian akan ditanyai terhadap apa yg menjadi tanggung jawabnya. Imam yg ada di tengah manusia adl penanggung jawab dan dia akan ditanyai terhadap apa yg menjadi tanggung jawabnya. Seorang suami bertanggung jawab terhadap keluarganya dan dia akan ditanyai tentang apa yg menjadi tanggung jawabnya. Dan seorang isteri bertanggung jawab terhadap rumah suaminya dan anaknya dan dia akan ditanya tentang mereka. . Dan apabila tiap individu tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah yg berkewajiban melaksanakan syariat Islam sesuai dgn kemampuannya berarti dia telah berkhianat. Hai orang-orang yg beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yg dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui. . Dalam istilah fikih bahwa tanggung jawab personal itu fardu ain sedangkan tanggung jawab kolektif adl fardu kifayah. Adalah salah besar kalau ada orang yg mengutamakan fardu kifayah daripada tanggung jawab fardu ain . Tetapi menjadi sangat baik kalau dia mengerjakan fardu ain juga melaksanakan fardu kifayah. Kalau tidak maka seluruh umat berdosa. Teladan Rasulullah Gambaran di atas akan lbh jelas pada personifikasi Rasulullah saw. sebagai teladalan bagi perjuangan umat Islam. Dan mempelajari perjalanan perjuangan Nabi saw. tidak boleh sepotong-sepotong seperti mereka yg terperangkap dgn mengotak-kotakan masa Mekah dan masa Madinah. Karena Islam sudah lengkap dan Nabi saw. telah mempraktikkannya secara sempurna. Maka kewajiban kita adl memahami sirah Nabi saw. itu secara komperehensif dan mempaktikkannya sesuai dgn kapasitas dan kondisi kita seperti firman Allah SWT. Maka bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian .. {Ath-Thaghabun 16}. Dan Rasulullah saw. memberikan arahan atas kelengkapan syariat Islam yg harus kita pedomani. Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan hal-hal yg wajib maka janganlah kalian meninggalkannya dan telah memberikan batasan-batasan maka janganlah kalian melanggarnya. Dia mengharamkan sesuatu maka janganlah kalian melanggarnya dan mendiamkan banyak hal sebagai rahmat bagi kalian maka janganlah kalian mencari-cari hukumnya. . Dan beliau menekankan pegangan yg harus dipedomani pada saat terjadi perbedaan atau perselisihan. Maka barang siapa yg hidup di antara kalian niscaya akan melihat perbedaan yg banyak. Maka hendaklah kalian sunahku dan juga sunah khulafa ar-rasyidin yg mendapatkan petunjuk dan gigitlah dgn gigi geraham dan hendaklah kalian menjauhui perkara-perkara yg diciptakan krn sesungguhnya tiap bidah adl sesat. {HR Abu daud dan Tirmizi hadis hasan}.

Secara ringkas kita melihat praktik Nabi saw. dalam membangun kekuatan Islam yaitu sebagai berikut. Nabi saw. ketika berada di Mekah membuat kader yg difokuskan di rumah-rumah dan terutama di rumah Arqam bin Abi Arqam. Di antara kader yg matang ditugasi menyampaikan dakwah seperti Mushab bin Umair yg dikirim ke madinah. Nabi saw. mencari tempat yg kondusif utk mengembangkan dakwah dan kekuatan Islam. Beliau pergi ke Thaif tetapi tidak cocok. Kemudian beliau lbh memilih ke Madinah krn mendapat sambutan di sana. Kemudian beliau membangunn masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dan penempaan para kader. Langkah berikutnya beliau mempererat hubungan sesama muslim dgn mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar . Beliau membuat Piagam Madinah utk membentengi umat Islam dan memberikan hak-hak nonmuslim. Nabi saw. mempersiapkan kekuatan utk menghadang segala upaya ofensif kaum kuffar sampai 27 kali belaiu berperang antara perang defensif dan ofensif {seperti Perang Tabuk}. Di sini menjadi jelas bahwa kesatuan visi yaitu membangun akidah yg benar sampai kesatuan langkah. Yaitu menuju tegaknya kekuatan jihad merupakan suatu kesatuan yg menyeluruh. {Lihat DR. Robi bin Hadi al-Madkhal Minhajul Anbiya hlm. 87}. Karena itu Ibnu Qayyim al-Jauziyah menggunakan istilah perjuangan menegakkan Islam dgn cara Islam yaitu dgn ungkapan Jihad. Beliau membagi jihad ini menjadi 4 bagian. 1. Jihad menundukkan hawa nafsu . Berjihad dgn mempelajari ajaran agama Islam demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Berjihad dgn melaksanakan ilmu yg telah diperolehnya krn ilmu tanpa amal adl tidak berarti dan bahkan membahayakan. Berjihad dgn menjalankan dakwah berdasarkan ilmu yg benar dan praktik nyata. Berjihad dgn menekan diri agar sabar terhdap cobaan dakwah berupa gangguan manusia. Empat hal inilah makna yg terkandung dalam surah Al-Ashr yg kata Imam Syafii seandainya Allah tidak menurunkan ayat kecuali Al-Ashr niscaya cukup bagi manusia. 2. Jihad melawan setan . Berjihad melawan pemikiran setan berupa syubhat dan keragu-raguan yg dapat merusak keimanan. Perlawanannya adl dgn keyakinan.

Berjihad melawan setan yg membisikan agar terjerumus kepada syahwat hawa nafsu. Caranya dgn sabar dan menahan diri dgn berpuasa. {Lihat As-Sajdah 2}. 3. Jihad melawan kaum kufar dan munafikin . Berjihad dgn qalbu. Berjihad dgn lisan. Berjihad dgn harta. Berjihad dgn tangan. 4. Jihad melawan kaum kuffar lbh utama dgn tangan sementara terhadap kaum munafikin dgn lisan. Jihad melawan kezaliman kemungkaran dan bidah . Berjihad dgn tangan kalau mampu. Kalau tidak dgn lisan. Kalau masih tidak mampu maka terakhir dgn hati. . Demikian 13 tingkatan jihad yg telah dilaksanakan secara sempurna oleh Rasulullah saw. . Sebagai penutup kami kutipkan ucapan Umar bin Khattab r.a. yg artinya Kami adl kaum yg dimuliakan Allah dgn Islam seandainya kami mencari selainnya niscaya kami akan dihinakan oleh Allah. Juga ucapan Imam Malik rhm. yg artinya Tidaklah urusan umat ini akan menjadi baik kecuali dgn mengikuti hal-hal yg telah menjadikan umat terdahulu menjadi baik. Wallahu alam. . Cara Penanggulangan Perpecahan Umat ketegori Muslim. Cara Penanggulangan Perpecahan Umat Kategori Perpecahan Umat ! Rabu, 20 Juli 2005 13:16:39 WIB CARA PENANGGULANGAN PERPECAHAN UMAT Oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql

AL-IFTIRAAQ MAFHUMUHU ASBABUHU SUBULUL WIQAYATU MINHU Perpecahan Umat ! Etiologi & Solusinya] Sudah barang tentu, mewaspadai perpecahan dan mencegah sebelum terjadi lebih baik daripada menyelesaikan setelah terjadi. Seyogya kita mengetahui bahwa mewaspadai perpecahan ialah dgn mewaspadai sebab-sebab yg telah kami sebutkan terdahulu. Namun di sini terdpt beberapa faktor lain yg dpt menangkal terjadi perpecahan, baik faktor yg bersifat umum maupun yg bersifat khusus. Di antara faktor-faktor umum ialah berpegang teguh dgn Al-Quran dan As-Sunnah. Hal ini mrpk kaidah agung yg melahirkan wasiat-wasiat serta banyak perkara lainnya. Dan perkara yg terakhir dari kaidah besar itulah yg mrpk faktor khusus, yaitu : Mengenal petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan berpegang teguh dgnnya. Barangsiapa mengikuti petunjuk Nabi, dia pasti mendpt petunjuk insya Allah, dan dpt melaksanakan agama berdasarkan pengetahuan. Dengan begitu ia akan terhindar dari perpecahan atau pertikaian yg menjurus kpd perpecahan tanpa disadari. Di antara faktor-faktor khusus dalam penanggulangan perpecahan ialah menerapkan pedoman Salafus Shalih , para sahabat, tabiin dan imam-imam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Memperdalam ilmu agama dgn mempelajari dari para ulama dan dgn metodologi yg shahih berdasarkan petunjuk ahli ilmu. Bergaul dgn para ulama dan imam-imam yg berjalan di atas petunjuk yg terpercaya agama, ilmu dan amanahnya. Ahamdulillah mereka masih banyak dan tdk mungkin umat Islam akan kehabisan ulama pewaris Nabi. Barangsiapa berasumsi bahwa mereka akan habis, berarti ia berasumsi bahwa agama Islam akan berakhir. Asumsi seperti ini jelas tdk benar, sebab Allah telah berjanji akan mejaga agama Islam sampai hari Kiamat. Karena umat Islam mrpk perwujudan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah yg mrpk perwujudan para ahli ilmu dan ahli fiqih akan tetap ada sampai hari Kiamat. Maka barangsiapa menygka bahwa ahli ilmu akan habis atau tdk ada lagi keteladanan ulama yg menjadi tempat berta bagi umat, berarti ia telah menygka bahwa tdk akan ada lagi Thaifah Manshurah (Kelompok yg mendptkan petolongan dari Allah) dan tdk ada pula Firqatun Najiyah (golongan yg selamat). Dan ini berarti kebenaran akan hapus dan sirna dari tengah-tengah manusia. Ini jelas menyelisihi nash-nash yg qathi dan prinsipprinsip dasar agama. Menjauhi sikap meremehkan alim ulama atau menyimpang dari mereka dgn segala model dan bentuk yg dpt menimbulkan fitnah dan perpecahan. Kehrsan mengantisifasi fenomena-fenomena perpecahan terutama yg terjadi pada sebagian pemuda, orang-orang yg suka tergesa-gesa, serta orang-orang yg belum memahami cara hikmah dalam berdakwah, belum berpengalaman dan belum memahami Islam

Semangat memelihara keutuhan jamaah, persatuan dan perdamaian dalam arti umum dgn prinsip-prinsipnya. Setiap muslim, khusus para penuntut ilmu dan juru dakwah, wajib berusaha memelihara keutuhan jamaah, persatuan dan pedamaian antar sesama juru dakwah serta penyeru kebaikan dan antara rakyat dan penguasa. Dan menyatukan kalimat untuk menyeru kpd kebaikan dan takwa. Barangsiapa ingin berpegang teguh kpd Ahlus Sunnah wal Jamaah dan selamat dari perpecahan -insya Allah- dia hrs menetapi ahli ilmu dan menetapi kaum yg shalih dari kalangan orang-orang yg takwa, orang-orang yg baik dan istiqamah. Mereka ialah orang-orang yg tdk mencelakakan teman duduk dan tdk menyesatkan rekan sejawatnya. Barangsiapa menginginkan bagian tengah Surga, hendaklah ia komitmen terhadap jamaah, krn jamaah ialah sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan sahabatnya. Untuk menanggulangi terjadi perpecahan kita hrs menjauhi hizbiyah (bergolong-golongan) sekalipun untuk tujuan dakwah. Dan juga menjauhi sikap fanatik golongan, apapun bentuk dan sumbernya. Karena hal itu mrpk benih-benih perpecahan. Memberi nasihat kpd penguasa, baik penguasa itu shalih maupun fajir. Begitu pula menasihati khalayak umum. Karena nasihat kpd para penguasa dpt mewujudkan maslahat yg besar bagi umat, dan akan menjadi hujjah di hadapan Allah, atau menjadi penolak bala, penghapus rasa dengki dan dgn pula akan tegak hujjah. Menasihati penguasa termasuk salah satu wasiat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yg terbesar, beliau memerintahkan umat supaya bersabar dalam menjalankan dan berpegang kpd wasiat tersebut. Dan juga mrpk pedoman Salafus Shalih yg membedakan mereka dgn ahlul ahwa dan ahlul iftiraq. Menahan diri dari menasihati penguasa berarti mengabaikan hak Islam dan kaum muslimin. Dan berarti pula memperturutkan hawa nafsu yg akan melahirkan keburukan dan bencana. Menegakkan amar maruf nahi mungkar dgn kaidah-kaidah ilmu PENUTUP Sebelum berpisah, saya ingin menyampaikan sebuah wasiat khusus bagi para pemuda : Hendaklah para pemuda banyak berhubungan dgn para ulama. Demikian pula hendaklah mereka banyak bergaul dgn para penuntut ilmu yg terpercaya. Hendaklah para pemuda menimba ilmu agama dan mendalami dari mereka. Hormati dan hargailah mereka serta ambillah pendpt mereka dalam perkara-perkara penting yg dihadapi umat. Komitmenlah kpd ketetapan-ketetapan ulama dalam mewujudkan maslahat umat dan dalam menghadapi problematika utama kaum muslimin. Mereka wajib berpegang dgn arahan-arahan ahli ilmu, ahli fiqih, dan ulama berpengalaman demi mewujudkan kemaslahatan umat, memelihara persatuan dan menjaga umat dari ancaman perpecahan. Demikian pedoman Salafus Shalih, petunjuk yg dpt dipakai untuk meneladani para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan itulah jalan kaum mukminin, petunjuk kaum shalihin dan shiratul mustaqim. Saya memohon kpd Allah Yang Maha Tinggi semoga Dia menyatukan kaum muslimin di atas kebenaran, kebaikan dan hidayah. Mempersatukan barisan kaum muslimin dan menolong mereka dalam mengalahkan musuh-musuh mereka. Saya juga memohon kpd Allah Yang Maha Tinggi semoga kita terhindar dari keji fitnah baik yg lahir maupun yg batin. Kita berlindung

kpdNya dari perpecahan, hawa nafsu dan bidah. Semoga shalawat dan salam tercurah atas Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, atas keluarga beliau dan seluruh sahabat-sahabatnya. [Disalin dari kitab Al-Iftiraaq Mafhumuhu ashabuhu subulul wiqayatu minhu, edisi Indonesia Perpecahan Umat ! Etiologi & Solusinya, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, terbitan Darul Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari] Solusi Tepat Problematika Umat Written by Administrator Saturday, 30 May 2009 05:05 Musibah dan problematika yang menghantam suatu negeri adalah suatu kemestian yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan ketetapan ini berlaku untuk setiap negeri yang diutus padanya seorang rasul. Allah SWT menjelaskan dalam salah satu ayatnya:Dan tidaklah Kami mengutus seorang Nabipun kepada suatu negeri (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan akan kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. (Al-Araf: 94) Dan masih terekam kuat di benak kita apa yang dialami kaum muslimin di berbagai negeri berupa fitnah dan musibah. Penindasan dan perampasan wilayah oleh kaum kafir atas kaum muslimin di Afghanistan, Palestina, Filipina, Bosnia, Cheznya dan negeri lainnya serta musibah banjir, tsunami dan semisalnya. Semuanya itu tidak lepas dari ketetapan Allah SWT di atas. Demikian pula halnya dengan bangsa dan kaum muslimin di Indonesia pada saat ini mendapat musibah yang menyesakkan, chaos, kesempitan, kekurangan, problem hukum, keamanan, pemerintahan, serta krisis ekonomi yang berkepanjangan. Namun demikian, tidaklah Allah SWT menetapkan suatu ketentuan melainkan dengan sebab. Maksudnya Allah tidak akan menimpakan suatu malapetaka pada suatu negara melainkan dengan sebab. Jika kita mau adil dan jujur dalam mengoreksi kehidupan kita dan kaum muslimin pada umumnya, maka kita akan menemukan faktor utama penyebab realita ini. Allah SWT berfirman: Katakanlah (wahai Muhammad): Jika bapak-bapak kalian, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kalian usahakan, dan perdagangan yang kalian khawatirkan kebangkrutannya serta rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan (dari) jihad fi sabilillah, tunggulah hingga Allah timpakan adzabnya, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (AtTaubah: 24) Ibnu Katsir berkata: Jika semua perkara ini lebih kalian cintai daripada Allah dan rasul-Nya (tunggulah), yakni tunggulah adzab apa yang akan ditimpakan oleh Allah kepada kalian. Rasulullah SAW pun telah mensinyalir akan adanya musibah yang akan menimpa kaum muslimin yang tidak patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, beliau bersabda: Apabila kalian telah berjual- beli dengan inah (riba), memerintah dengan diktator, cinta kepada pertanian (dunia), dan kalian meninggalkan jihad fi sabilillah, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan tidak akan menghilangkannya sampai kalian kembali kepada agama kalian.

Perhatikanlah, Allah SWT dan Rasulullah SAW telah menegaskan faktor utama yang menyebabkan musibah ini adalah karena mereka telah meninggalkan agama mereka, karena mereka terlalu mencintai dunia, dan kenyataannya memang demikian. Kehinaan yang dialami oleh umat Islam adalah karena umat Islam telah melalaikan agama mereka dan hanya menjadikannya sebagai identitas belaka. Sabda Nabi SAW: Apabila kalian telah berjual- beli dengan inah mengisyaratkan salah satu jenis muamalat yang mengandung riba dan mengakal-akali syariat. Kita lihat berapa banyak kaum muslimin pada saat sekarang ini yang tenggelam dalam riba dengan segala macam bentuknya. Bahkan sebagian sengaja mengakal-akali agar tidak terkesan riba. Kemudian sabdanya SAW: memerintah dengan diktator, cinta kepada pertanian, yakni cinta kepada dunia dan condong kepadanya serta tidak mempedulikan dan mengabaikan syariat beserta hukum-hukumnya. Sabda beliau SAW: dan kalian meninggalkan jihad merupakan akibat cinta dunia. Dan ini tidak berarti hanya jihad saja, melainkan termasuk juga kewajiban-kewajiban syariat yang lain. Maka berapa banyak kaum muslimin sekarang ini yang meninggalkan shalat, zakat, shaum, dan lainnya tanpa merasa bersalah dan berdosa bahkan melakukannya dengan sengaja. Apabila kaum muslimin telah berada dalam keadaan seperti itu maka ditimpakanlah kepada mereka apa yang berhak ditimpakan. Dan jadilah mereka dalam keadaan hina diliputi fitnah dan musibah. Teranglah sekarang bahwa berbagai musibah -baik yang menimpa pribadi maupun masyarakat- berupa kesempitan, kekurangan, krisis moneter atau kekacauan, itu semua disebabkan maksiat mereka kepada Allah, mengabaikan perintah-perintah-Nya, serta lalai dan lengah terhadap syariat-Nya, sehingga mereka menggunakan hukum selain hukum Allah. Padahal Allah lah yang menciptakan mereka. Allah lebih sayang kepada mereka daripada sayangnya orangtua kepada anaknya, dan Allah lebih tahu tentang mashlahat mereka daripada mereka sendiri. Kebanyakan manusia menyandarkan segala musibah, baik krisis moneter atau chaos keamanan dan politik kepada sebab-sebab materi semata. Tidak diragukan lagi bahwa ini menunjukkan kedangkalan pemahaman mereka, kelemahan iman dan kelalaian mereka mengkaji Al-Quran dan sunnah rasul-Nya SAW. Sesungguhnya di balik sebab-sebab materi ada sebab-sebab syari yang lebih besar dan lebih kuat pengaruhnya. Sebab-sebab materi hanya merupakan akibat dan konsekuensi logis dari sebab-sebab syari. Allah berfirman: Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (A-Ruum: 41) Maka apabila penduduk suatu negeri telah tenggelam dalam perbuatan dosa (kemaksiatan) dan kezhaliman, baik itu amalan bidah atau (bahkan) syirik dan kekufuran, akan ditimpakanlah malapetaka yang tidak akan dicabut sampai hilang penyebabnya. Terlebih lagi apabila manusia mendustakan ayat-ayat Allah, tidak mau beriman kepada para nabi dan rasul yang Allah utus, dan tidak pula beriman dengan syariat yang didakwahkan para nabi dan rasul. Nyatalah bahwa yang menjadi penyebab semua itu adalah karena mereka telah berpaling dari agamanya (Islam). Mereka telah menjadikan dunia lebih dicintai daripada Allah dan rasul-Nya.

Mereka meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan melanggar larangan-larangan Allah SWT. Jauh-jauh sebelumnya Rasulullah SAW telah menengarai hal tersebut dan beliaupun telah memberikan solusinya. Dalam hadits Ibnu Umar di atas dinyatakan bahwa kehinaan yang diderita kaum muslimin tidak akan dicabut sampai mereka kembali kepada agamanya (Islam). Maka jalan keluar dari semua ini adalah kembali kepada Islam. Dimulai dengan taubat menyesali segala dosa yang telah dilakukan kemudian mempalajari Islam dengan benar dan mengamalkan serta menerapkannya dalam kehidupan. Oleh karena itu, langkah awal dalam upaya mengatasi problematika ini adalah introspeksi diri; dosa apa yang pernah dilakukan? Dengan demikian hendaknya setiap individu harus segera bertaubat dengan taubat nashuha dan memohon ampun kepada Allah atas dosa yang pernah ia lakukan. Hendaklah bertaubat dari semua dosa baik yang kecil ataupun yang besar, yang diketauhi (disadari) ataupun yang tidak. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah mengungkapkan, Tidak diragukan lagi bahwa musibah ini dan yang lainnya mengharuskan hamba segera bertaubat kepada Allah SWT dari segala keharaman Allah yang dilanggarnya. Bersegera untuk melakukan ketaatan dan berhukum dengan syariat-Nya, tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa dan saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran. Apabila hamba telah bertaubat kepada Rabbnya, tunduk kepada-Nya, dan bersegera menuju apa yang diridlai-Nya, tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, serta memerintahkan yang maruf dan mencegah dari yang munkar, maka Allah akan memperbaiki keadaan mereka. Allah akan melindungi mereka dari kejelekan musuhmusuhnya, memberikan mereka kekuasaan di muka bumi, menolong mereka mengalahkan musuh-musuhnya, mencukupkan nikmat-Nya atas mereka dan memalingkan (mencabut) adzabNya. Ada sebagian orang di sana yang memiliki ghirah (semangat) yang besar yang menghendaki kemuliaan dan kejayaan Islam -alhamdulillah-, namun sangat disayangkan karena kejahilan pada diri mereka akhirnya berbicara dan bertindak serampangan. Mereka merasa solusi yang diberikan oleh Rasulullah SAW tidak lagi relevan. Mereka meyakini bahwa sebab utama bukanlah seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran dan dipaparkan dalam sunnah Nabi SAW. Merekapun mempersulit diri dengan mereka-reka dan mencari solusi yang paling tepat untuk diterapkan. Mereka menyebarkan talbis (pengkaburan) terhadap solusi Qurani dan Nabawi serta menebarkan pemahaman busuk kepada masyarakat. Di antaranya mengatakan bahwa faktor utama hinanya umat Islam dan penindasan serta penjajahan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin adalah karena umat Islam hanya sibuk dalam urusan fikih ibadah sehingga tertinggal dalam urusan teknologi dan tidak tahu waqi (wawasan). Maka Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menanggapi fenomena ini dengan menyatakan: Satu perkara yang sangat penting untuk dijelaskan di sini adalah kehinaan yang dialami oleh sebagian kaum muslimin dan penjajahan orang-orang kafir -termasuk Yahuditerhadap sebagian negeri muslimin, bukanlah disebabkan karena mereka tidak tahu fiqhul waqi (wawasan) atau karena mereka tidak tahu rencana-rencana makar orang-orang kafir tersebut. Kemudian beliau melanjutkan, Sesungguhnya sebab yang mendasar terjadinya kehinaan pada sebagian kaum muslimin adalah;

1.Karena kaum muslimin tidak mengenal lagi Islam yang diturunkan oleh Allah kepada nabiNya SAW. 2.Sebagian besar kaum muslimin yang tahu tentang Islam tidak mau mengamalkannya bahkan mengabaikan dan menyia-nyiakannya. Oleh karena itu kunci agar kejayaan Islam terwujud kembali adalah dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat serta mengamalkannya. Dan perkara yang sangat mulia ini tidak akan terwujud kecuali jika mengamalkan manhaj tashfiyah wat tarbiyah (pemurnian dan pendidikan). Kedua hal tersebut merupakan kewajiban yang besar. Pertama: Memurnikan aqidah Islam dari kesyirikan, penentangan terhadap sifat-sifat Allah dan pentawilannya, penolakan hadits-hadits shahih yang berkaitan dengan aqidah dan lainnya. Memurnikan fiqih Islam dari ijtihad-ijtihad yang salah, yaitu yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah, memerdekakan akal dari unsur taklid dan taashshub. Memurnikan kitab-kitab tafsir, fikih, raqaiq dan lainnya dari hadits-hadits dlaif dan maudlu, israiliyyat dan munkar. Kedua: Mendidik generasi Islam di atas agama Islam yang telah dimurnikan tadi, dengan pendidikan Islam yang benar semenjak usia dini yang tidak terpengaruh oleh pendidikan model barat yang sarat kekufuran. Inilah satu-satunya jalan yang telah ditegaskan oleh banyak nash dari kitab dan sunnah, seperti firman Allah SWT: Jika kalian membela agama Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengkokohkan kedudukan kalian. (Muhammad: 7) Dan sudah disepakati oleh para ulama bahwa makna: Jika kalian menolong agama Allah, adalah jika kalian mengamalkan apa yang Allah perintahkan niscaya Allah akan menolong kalian atas musuh-musuh kalian. Kemudian di antara nash yang menguatkan makna tersebut dan sangat sesuai dengan kenyataan kita sekarang ini adalah (hadits) yang menggambarkan penyakit berikut obatnya sekaligus (yakni hadits Ibnu Umar di atas). Dengan demikian, solusi untuk keluar dari kenyataan pahit ini adalah dengan merealisasikan firman Allah SWT: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka berusaha untuk mengubah keadaan mereka sendiri. (Ar-Radu: 11) Yaitu setiap muslim kembali kepada agamanya dengan mempelajari Islam dengan benar. Islam yang telah dimurnikan dari segala kotoran baik kesyirikan ataupun kebidahan. Kemudian mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya itu dengan ikhlas mengharap ridla Allah SWT semata, berpegang teguh dengan syariat-Nya, serta merealisasikan dalam kehidupannya. Demikianlah karena mentauhidkan Allah SWT serta beriman kepada rasul-rasul-Nya, mentaatiNya dan juga mentaati rasul-Nya, berpegang teguh dengan syariat-Nya dan menyeru manusia mengikutinya serta mengingkari orang-orang yang menyelisihinya adalah merupakan sebab segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Semuanya merupakan sebab kekokohan, saling menasihati dan saling menguatkan, yang membawa kepada kemualian di dunia dan di akhirat, selamat dari hal yang tidak didinginkan, serta tegar dan terlindung dari segala cobaan (fitnah). Allah berjanji kepada orang yang beriman di antara kalian dan beramal shalih akan menjadikannya khalifah (pemimpin) di bumi, sebagaimana orang-orang sebelum mereka dan akan mengokohkan bagi mereka agama yang Allah ridlai, serta akan menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman. (An-Nur: 55)

Inilah janji Allah yang sangat besar. Mudah-mudahan Allah segera mengeluarkan kita dari problematika umat ini serta menjadikan kita termasuk yang mendapatkan dan merasakan janji Allah tersebut. Amin ya Mujibas Saailin

Maha Benar Allah dan Yang Maha Agung. Jika ingin jujur, rasanya masih kurang memberikan janji yang diberikan Allah bila kita mengkaji Al Quran dan menerapkannya dalam kehidupan bila sekedar dibandingkan dengan judul di atas. Sebenarnya sangat banyak manfaatnya bila kita mau dan tak malu-malu. Dua hal itu menjadi alasan utama teman atau karib kerabat kita bila diajak mengkaji Al Quran. Bahkan, mohon maaf, mereka seolah tak pantas bila dirinya yang bergelimang dosa mempelajari dan mengamalkan Al Quran. Ibarat sudah basah, biar sekalian menceburkan diri saja ke sungai. Lantas bagaimana kita akan mendapatkan kemudahan dan petunjuk jika kitab kita sendiri tak mau dipelajari dan diamalkan. Baca selengkapnya. Orang-orang yang bertaqwa itu ialah mereka yang menjadikan al-Quran sebagai hudan (petunjuk manajemen hidup dan kehidupan). dengan kata lain, hanya al-Quran beserta Sunnah Rasulullah (dengan konsep dan manajemen hidup yang ditawarkannya) yang mampu menjamin umat Islam meraih kesuksesan dan menjadi pemenang dalam pentas kehidipan di dunia ini dan juga di akhirat kelak. Berikut ulasan singkatnya. Berpegang Kepada Petunjuk Komitmen kepada nilai-nilai al-Quran dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan pribadi, rumah tangga, masyarakat, ekonomi, politik dan pemerintahan adalah bukti nyata bahwa umat Islam itu berada pada jalan lurus yang dirumuskan tuhan pencipta mereka, Allah, Tuhan Alam semesta. Kalau tidak, berarti iman kepada Allah, kepada kitab-Nya, kepada rasul-Nya, kepada malaikat-Nya dan kepada hari akhirat adalah iman yang berpura-pura dalam upaya menipu Allah dan orang-orang beriman atau apa yang disebut dengan kemunafikan. Fakta sepanjang sejarah umat Islam menunjukkan, hanya al-Quran yang mampu memberi kekuatan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang melilit umat terdahulu. Demikian juga halnya bahwa al-Quran masih tetap dan akan tetap efektif dalam menyelesaikan problematika yang dihadapi umat hari ini dan juga yang akan datang. Hanya al-Quran yang mampu meniupkan spirit baru untuk membebaskan umat dan negeri mereka dari penjajahan dan dominasi asing yang nota bene musuh mereka sendieri, baik yang ada di dalam negeri sendiri maupun yang datang dari timur dan barat. Hanya al-Quran yang mampu menjamin memperoleh kesuksesan dan kemenangan dunia dan kesuksesan akhirat. Al-Quran ini telah berhasil mencetak umat yang terbaik sepanjang sejarah manusia (khairu ummatin ukhrijat linnas) sejak pertama kali diperkenalakan oleh Rasulullah Muhammad saw. kebaikan dan pencapaian yang diraih generasi islam pertama tersebut telah pula dirasakan oleh umat ini sekitar 13 abad lamanya, dan bahkan sebagian kebaikan itu masih dapat kita rasakan sampai hari ini.

Terbukti, banyak periwayat hadis yang meriwayatkan mengenai keutamaan mempelajari Al Quran, beberapa diantarnya adalah: Dari Usman Ra, dari Nab Saw. Beliau bersabda : Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al-Qoran dan mengajarjannya . (H.R. Imam Bukhari) Dari Usman Ra, dari Nab Saw. Beliau bersabda : Sesungguhnya yang paling unggul di antara kamu ialah mereka yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya . (H.R. Imam Bukhari) Kekaguman Ilmuwan Jangan hanya dikira Al Quran itu kitabnya para kyai dan santri. Ilmuwan pun masih mau menggunakannya sebagai bahan referensi penelitian mereka hingga saat ini. Misalnya, Prof Yushidi Kusan Direktur Observatorium Tokyo, Jepang, ini juga menyatakan sangat terkagumkagum dengan apa yang dijelaskan Alquran tentang alam semesta. "Saya sangat terkesan dengan fakta-fakta astronomi dalam Alquran yang terbukti kebenarannya. Kami, para astronom modern, baru mempelajari secuil saja tentang alam semesta," ungkapnya. "Dengan membaca Alquran dan menjawab pertanyaan, saya kira, saya dapat menemukan jalan di masa depan untuk menginvestigasi alam semesta." Kemudian dari Prof. Alfred Kroner, Guru Besar Departemen Geosains Universitas Mainz, Jerman, ini dikenal sebagai salah seorang geolog terkemuka dunia. Ia mengaku terkagum-kagum dengan isi Alquran yang mampu menjelaskan asal mula terbentuknya alam semesta. "Memikirkan dari mana Muhammad berasal ... saya berpikir hampir tak mungkin dia telah mengetahui banyak hal tentang asal mula alam semesta," paparnya. Menurut dia, para ilmuwan saja baru mengetahui asal mula pembentukan alam semesta dalam beberapa tahun terakhir, dengan menggunakan kemajuan teknologi yang sangat rumit. Atas dasar itu, Prof Kroner juga meyakini bahwa Alquran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah firman yang berasal dari Tuhan. Republika - Rabu, 17 September 2008. Membangun Kesadaran Untuk mampu berinteraksi dengan Al Quran secara intensif, kita harus selalu membangun kesadaran dalam diri kita untuk : 1. Meyakini dan memahami kebenaran dan keunggulan al-Quran dibandingkan dengan apa saja karya manusia dan jin sepanjang masa dalam merumuskan petunjuk hidup dan aturan main kehidupan di dunia ini. 2. Menyadari al-Quran itu firman Allah, tuhan pencipta manusia dan alam semesta, bukan hasil karya Muhammad apalagi karya manusia lain. sebab itu, harus dihormati dengan cara mempelajari dan mengamalkannya. 3. Membaca al-Quran setiap hari sebagai bukti keyakinan dan kecintaan kita padanya. 4. Memahami isi al-Quran dengan baik dan benar agar kita mengetahui kelebihan dan keunggulan al-Quran dibandungkan dengan apa saja hasil karya ilmiyah manusia sepanjang masa dalam semua bidang kehidupan.

5. Mengamalkan petunjuk-petunjuk al-Quran (perintah dan larangannya) sebabagi bukti kongkrit bahwa al-Quran adalah petunjuk hidup yang mampu menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Read more: Al Quran - Rahasia, Jaminan, & Bukti Solusi Problematika Kehidupan Umat ~ Kehidupan Islam http://firmanazka.blogspot.com/2010/09/al-quran-rahasia-jaminansolusi.html#ixzz10pP770iU http://firmanazka.blogspot.com 6. Merasakan kebenaran isinya dalam kehidupan nyata sebagai bukti bahwa ajaran al-Quran adalah yang paling lengkap dan efektif dalam menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi manusia moderen hari ini, siapapun mereka, apapaun pangkat dan jabatan mereka. Dengan demikian, insya Allah al-Quran akan menjadi petunjuk hidup kita dalam mengatur hidup dan kehidupan ini. Dan benarlah firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah {2}:2

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, Bilamana al-Quran telah menjadi petunjuk hidup kita, ketika itu pulalah kita akan sukses, menjadi pemenang, menjadi tuan di rumah sendiri, dan bahkan akan menjadi penolong dan penyelamat bagi kehancuran berbagai lapangan kehidupan yang diakibatkan oleh manusiamanusia yang kufur dan mereka yang tidak mau menerapakan al-Quran dalam kehidupan ini. Mengapa masih saja ada yang meragukan Al Quran setelah jelas petunjuk dan keterangan yang ada? Read more: Al Quran - Rahasia, Jaminan, & Bukti Solusi Problematika Kehidupan Umat ~ Kehidupan Islam http://firmanazka.blogspot.com/2010/09/al-quran-rahasia-jaminansolusi.html#ixzz10pPZWJJD http://firmanazka.blogspot.com

Dec 16, '08 9:34 URGENSI JAMAAH DALAM PENYELESAIAN PROBLEMATIKA AM UMAT for everyone URGENSI JAMAAH DALAM PENYELESAIAN PROBLEMATIKA UMAT Dan bersabar kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hri dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka ( karena ) menharap perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (QS : Al kahfi ; 28 )

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.( QS : Ash-Shaf ; 4) Ada satu kesalahan yang sering kita lakukan ketika membaca biografi para pahlawan . Kita selalu membanyangkan bahwa para phlawan itu relatif berbeda dengan orang-orang biasa. Bayangan itu tidak sepenuhnya salah. Namun, biasanya anggapan itu menjadi salah ketika sebuah karya sejarah kemudian dinisbatkan secara latah kepada satu orang pahlawan, padahal sebenarnya pahlawan yang kita elu-elukan itu mungkin hanya memberikan sentuhan akhir (Anis Matta). Sebuah penggalan kalimat yang saya fikir memiliki makna yang sangat dalam untuk kita renungi. Mungkin kita sering terjebak dengan apa yang diungkapan oleh Anis Matta. Kita sering terjebak oleh hal-hal yang sifatnya kasat mata dan yang dipermukaan saja. Tetapi, bukan ungkapan Ustad Anis Matta ini yang akan kita diskusikan, tetapi pesan yang terkandung di dalamnya yang mungkin patut kita renungkan. Tetapi mungkin tanpa kita sadari kitapun pernah berfikir demikian, ada satu hal juga yang harus kita perhatikan dan cermati terkait dengan ungkapan Ustad Anis Matta di atas. Entah sebuah kebetulan ataukah memang disengaja, filmfilm yang diproduksi oleh Amerika sering sekali menampilkan sosok pejuang yang berhasil melakukan misinya dengan tampil sendirian atau istilah kerennya single figter. Ambil contoh siapa yang tidak kenal, Superman, Rambo, Robin Hood, Hercules, Spiderman, Batman, Gladiator, dan mungkin masih banyak lagi. Tanpa disadari persepsi kita telah dibentuk untuk berfikir dan bertindak bahwa untuk melakukan perjuagan untuk mendapatkan hasil yang baik dan cepat kita bisa melakukannya dengan cara berjuang sendiri saja. Tidak perlu capekcapek memikirkan siapa yang akan membantunya, atau bagaimana keberlanjutan perjuangannya ketika ia sudah meniggal misalnya ataupun segala hal yang berkaitan dengan keberadaan sebuah tim yang bisa mendukung perjuangannya. Mungkin ini salah satu faktor juga yang menyebabkan umat islam sulit untik diajak bergabung untuk berjuang bersama menegakkan panji islam dimuka bumi ini. Kita pun sudah sama-sama menyadari bahwa banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh umat islam saat ini dan sekarang juga. Kita juga sudah sama sama menyadari bahwa hukum-hukum Allah telah digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia yang sangat jauh dari kesempurnaan Hukum Allah yaitu Alquran dan As Sunnah. Dan kitapun sudah menyadari ada permasalahan besar yang dihadapi oleh umat Islam khususnya dan manusia secara keseluruhan. Apa problem atau permasalahan itu tiada lain adalah umat tidak berhukum dengan hukum Allah. Mereka berhukum dengan hukum manusia. Mereka berpolitik dengan politik ala Machiavalis, mereka bermuamallah dengan paham kebebasan tanpa batas, mereka berekonimi dengan paham materialisme, semua aspek kehidupan umat telah berhukum dengan hukum buatan manusia yang sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itulah tugas kita yang telah menyadari dan menyakini bahwa tidak ada hukum tertinggi selain hukum Allah yang patut manusia taati dan dilaksanakan. Dan tugas kitalah untuk mengupayakan agar semua aspek kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya untuk kembali lagi berhukum dengan hukum Allah. Dengan kompleksnya problem yang dihadapi maka diperlukan kumpulan orang-orang yang

berkomitmen berjuang bersama untuk mencapai tujuan bersama, karena pekerjaan besar ini tidak akan sanggup dikerjakan hanya oleh beberapa orang saja apalagi oleh satu orang. Untuk itulah dibutuhkan sebuah Jamaah dakwah yang kokoh dan kuat yang bisa memanage amal dakwah secara seimbang dan komprehensif. Karena amal amal dakwah tanpa sebuah perencanaan dan sinergisitas antar satu elemen dengan elemen yang lain maka akan sangat sia-sia amal dakwah yang akan kita lakukan. Kitapun memahami bagaimana musuh-musuh umat islam memiliki jaringan antara satu kekuatan dengan kekuatan lainya, walaupun itu tidak pernah diungkapkan. Kita bisa melihat kasus-kasus terkini yang menimpa umat Islam, masih sangat jelas bagaimana Amerika dengan mudahnya menumpahkan darah saudara kita tanpa belas kasihan mereka membunuh ribuan nyawa tak berdosa. Atau bagaimana mereka menbantai saudara-saudara kita yang berada di Afganistan tanpa alasan yang jelas. Atau bagaimana mereka membunuh para mujahid kita yang berada di Palestina. Dan mereka melakukannya ini tidak hanya sendirian, tetapi dengan seluruh elemen yang memusuhi Islam. Bagaimana kita bisa melihat skenario global untuk memojokkan Islam, dengan menyebarkan propaganda Negatif terhadap Islam. Dan hal ini terjadi bukanlah tanpa disengaja, tetapi merupakan bagian dari skenario global musuh-musuh Islam untuk menghancurkan umat Islam. Karena tidak ada perubahan yang tidak disengaja. Untuk itu keberadaan sebuah jamaah dibutuhkan sebagai wadah untuk mengumpulkan, memberdayakan dan melindungi semua potensi orang-orang yang telah berkomitmen untuk berjuang demi Islam. Kita bisa belajar dari kasus bagimana dengan mudahnya Amerika meluluh lantakan Afganistan yang notabene negara yang telah mengikrarkan diri untuk menerapkan syariat Islam dalam pemerintahannya. Ternyata tujuan Mulia saja tidak cukup, tetapi diperlukan juga sebuah strategi agar bagaimana yang Mulia itu bisa menang. Kebaikan yang dilakukan tanpa memperhatikan aspek-aspek kemaslahatan dan prioritas amal yang sesuai dengan waktu, tempat dan kondisi, akan hilang dengan sia-sia. Maka keberadaan Jamaah dalam upaya penyelesaian problematika umat mutlak diperlukan. Dengan keberadaan jamaah maka kerja-kerja untuk menyelesaikan problematika umat akan terasa ringan dan lebih cepat Dengan keberadaan jamaah maka kerja-kerja dakwah akan lebih teratur dan terorganisir. Sudah menjadi sunatullah bahwa untuk mencapai sebuah kerberhasilan kerja harus ada sebuah keteraturan dan perencanaan yang baik pula. Tanpa sebuah jamaah maka keteraturan dan perencanaan akan sulit terealisasi.

Anda mungkin juga menyukai