Anda di halaman 1dari 209

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia 2011

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2011

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Manajemen Keuangan Negara

Jakarta LAN 2011 VIII hlm: 15 x 21 cm

ISBN: xxx xxxx xx x

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN Untuk mewujudkan pejabat strukltural eselon IV yang berkemampuan melaksanakan tugas jabatannya secara profesional, sesuai amanah Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Lembaga Administrasi Negara telah memperbaharui keseluruhan sistem penyelenggaraan Diklat aparatur. Pembaharuan ini merupakan antisipasi terhadap perkembangan lingkungan strategis Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kian hari kian dinamis. Agar pembaharuan sistem Diklat aparatur ini dapat diterapkan secara konsisten di seluruh Indonesia, maka LAN menerapkan kebijakan standarisasi program Diklatpim Tingkat IV. Proses standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran, persyaratan peserta, tenaga pengajar, kualifikasi pengelola dan penyelenggara sampai pada pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses standarisasi ini, maka implementasi pembaharuan sistem Diklat aparatur termasuk kualitas alumninya dapat lebih terjamin. Salah satu unsur penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV yang mengalami proses standarisasi adalah modul untuk para peserta (participants book). Dengan modul yang standar ini,

iv

diharapkan peserta Diklatpim Tingkat IVdi seluruh Indonesia dapat mengikuti proses pembelajaran dengan efektif sehingga kompetensi kepemimpinan taktikal yang menjadi sasaran penyelenggaraan Diklatpim Tk. III ini dapat dicapai tanpa menemui kendala yang berarti. Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini, dan mengharapkan agar peserta Diklatpim Tingkat IV dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Kepada Drs. Sukadarto, SH, MM dan Marsono, SE, MM, selaku penulis modul ini, seluruh anggota tim penulis modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini termasuk tim pembaharuan sistem Diklat aparatur, kami ucapkan terima kasih atas kesungguhan dan dedikasinya. Desember 2011 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Jakarta,

ASMAWI REWANSYAH

KATA PENGANTAR Sebagai sebuah Diklat berbasis kompetensi, penyelenggaraan Diklatpim Tk. IV dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini membutuhkan sejumlah sarana pembelajaran yang yang efektif membantu SDM kediklatan dalam mewujudkan kompetensi kepemimpinan taktikal pada masing-masing peserta Diklat. Di antara berbagai sarana yang ada, modul memainkan peranan yang sangat signifikan, karena dalam modul itulah konsep, teori termasuk praktek yang dibutuhkan untuk membangun kompetensi tersebut tertuang dan dapat dibaca oleh peserta, widyaiswara, pengelola dan penyelenggara Diklat. Oleh karena itu, kami berharap modul ini dapat memainkan peranan tersebut. Mengacu pada modul ini, maka: (1) widyaiswara atau fasilitator Diklatpim Tk. IV dapat merancang proses pembelajaran; (2) peserta Diklat dapat mempersiapkan dirinya untuk menerima kompetensi yang akan diperolehnya; (3) pengelola dan penyelenggara dapat merencanakan dalam memberikan dukungan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. Yang spesifik dari modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini adalah adanya lembar kerja atau worksheet. Setiap peserta Diklatpim Tk. IV wajib mengerjakan tugas-tugas yang dituntut dalam lembar kerja tersebut. Kemampuan peserta mengerjakan lembar kerja ini merupakan bukti bahwa peserta tersebut telah memiliki kompetensi yang dibangun oleh modul ini. Oleh karena itu, lembar kerja ini merupakan data atau rekam jejak yang ditinggalkan oleh peserta Diklatpim Tk.IV. Bagi Lembaga Administrasi Negara, lembar kerja pada modul itu adalah acuan utama dalam memonitor dan mengevaluasi suatu penyelenggaraan Diklat. Peserta Diklatpim Tk. IV yang mampu mengerjakan lembar kerja tersebut dengan
v

vi

penuh komitmen dan integritas, sehingga hasilnya baik akan terdeteksi oleh Lembaga Administrasi Negara melalui programprogram monitoring dan evaluasi Diklat yang dilaksanakan. Selamat memanfaatkan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ini. Semoga melalui modul ini, kompetensi kepemimpinan operasional bagi peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat tercapai. Jakarta, Desember 2011

DEPUTI BIDANG PEMBINAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR

ENDANG WIRJATMI TRILESTARI

DAFTAR ISI
SAMBUTAN................................................................................. KATA PENGANTAR................................................................... DAFTAR ISI................................................................................. BAB I BAB II PENDAHULUAN . PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN MANAJEMEN KEUANGAN . A. Keuangan Negara . B. Manajemen Keuangan Negara . ASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI, KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA .. A. Asas Keuangan Negara .. B. Fungsi Keuangan Negara C. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara ............................................. TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (APBN) .... A. Penyusunan APBN .................................... B. Pengalokasian Anggaran Dalam DIPA ............................. ............. C. Pelaksanaan Anggaran ...................... ....... D. Pengawasan .............................................. E. Pertanggungjawaban dan Pelaporan ............................... .........
vii

iii v vii Hal. 1 3 3 6

BAB III

8 8 9 9 13 13 15 18 40 48

BAB IV

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

viii

BAB V

TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (APBD) .... A. PERENCANAAN ................. 1. Perencanaan APBD ........... 2. Asas Umum Manajemen Keuangan Daerah ............. Asas Umum dan Struktur APBD .......... 3. Penyusunan Rancangan APBD .............. 4. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara ........................................... 5. Penetapan APBD ................................ 6. Kewenangan Fungsional Dalam Manajemen Keuangan Daerah ............. B. PELAKSANAAN .................. 1. Asas Mekanisme Pelaksanaan APBD ................................................ 2. Laporan Realisasi Semester I APBD 3. dan Perubahan APBD ...................... 4. Penatausahaan Keuangan Daerah ......... 5. Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD... 6. Pengendalian Defisit dan Penggunaan Surplus ...... 7. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBD ........ 8. Pembinaan dan Pengawasan Penglolaan Keuangan Daerah ................................. PENERAPAN TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN DALAM

65 65 65 68 68 72 73 75 76

81 81 93 94 96 97 100 102

BAB VI

104

Modul Diklatpim Tingkat IV

ix

ORGANISASI ............................ DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukan UUD 1945 dibentuk Pemerintah Negara yang menyelenggarakan fungsi dalam berbagai urusan pemerintahan . Pembentukan pemerintah negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang harus diselenggarakan dalam suatu tata pengelolaan keuangan negara. Guna mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,tersebut, maka pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menganut asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara seperti asas tahunan, universalitas, kesatuan dan asas spesialis maupun asas asas baru sebagai pencerminan best practices dalam pengelolaan negara, antara lain akuntablitas, profesional, proporsional, keterbukaan, dan pemeriksaan keuangan oleh BPK yang bebas dan mandiri.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam pengelolaan

keuangan negara mencakup

seluruh

rangkaian kegiatan mulai dari perumusan kebijaksaaan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Bahan ajar untuk Diklat Pimpinan Tingkat IV ini adalah teknik pengelolaan keuangan negara (APBN) termasuk keuangan daerah (APBD), meliputi : 1. Pendahuluan; 2. Pengertian keuangan negara dan manajemen keuangan negara; 3. Asas keuangan negara, fungsi dan kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara; 4. Teknik pengelolaan keuangan (APBN)); 5. Teknik pengelolaaan keuangan negara (APBD); 6. Penerapkan teknik pengelolaan keuangan negara dalam organisasi. Pembelajaran disajikan secara komunikatif meliputi : ceramah, tanya jawab, diskusi dan demontrasi. Keberhasilan pembelajaran ini dapat dinilai dari kemampuan peserta dalam menerapkan teknik pengelolaan keuangan negara.

BAB II PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN MANAJEMEN KEUANGAN

A. Keuangan Negara
1. Dalam buku Keuangan Negara dari Badan Pemeriksa Keuangan (1998) dinyatakan bahwa: keuangan negara adalah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah meliputi uang dan barang yang dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana pihak ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan atau dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badanbadan usaha, yayasan maupun institusi lainnya. 2. Menurut M. Hadi, Keuangan Negara adalah: Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu, baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dimaksud (1973). 3. M. Subagio mengemukakan pengertian keuangan negara secara lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut: Keuangan Negara terdiri
3

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

atas hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya itu. Hak Negara meliputi hak menciptakan uang, hak mendatangkan hasil; hak melakukan pungutan hak meminjam dan hak memaksa. Kewajiban Negara meliputi kewajiban menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat; dan kewajiban membayar hak-hak tagihan pihak ketiga (1988). 4. Harjono Sumosudirdjo mengartikan Keuangan Negara sebagai: semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (1983). 5. Juniadi Soewartoyo, SE, M.Si menyatakan bahwa apabila keuangan negara diberikan arti luas, maka ruang lingkupnya mencakup dua kegiatan pengelolaan, yaitu; a) atau Pengelolaan keuangan negara melalui anggaran negara pengelolaan secara langsung. Ini merupakan pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan dalam APBN untuk tingkat pemerintah pusat serta APBD untuk tingkat pemerintah provinsi, kabupaten dan kota dengan

Modul Diklatpim Tingkat IV

pengaturannya berupa antara lain Undang-undang APBN dan Peraturan Presiden tentang pelaksanaan APBN yang diterbitkan setiap tahun anggaran. b) Pengelolaan keuangan negara yang dipisahkan dari anggaran negara yakni yang dilaksanakan oleh berbagai bentuk usaha dari BUMN/BUMD sampai dengan yayasan yang didirikan pemerintah. Peraturannya melalui ketentuan hukum yang berlaku umum untuk dunia usaha seperti KUH Perdata, KUH Dagang serta berbagai peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan dunia usaha seperti Undangundang Perbankan atau Perseroan Terbatas. Dari penjelasan di atas, khususnya pengelolaan keuangan negara melalui anggaran negara atau pengelolaan secara langsung, maka manajemen keuangan negara sudah termasuk di dalamnya aspek-aspek keuangan daerah yang harus dikelola dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan perkataan lain pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari keuangan negara sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Dilihat dari segi pengelolaan (manajemen) maka terdapat pemisahan antara pengelolaan keuangan oleh pemerintah pusat dan pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pengertian keuangan negara tidak hanya berupa uang negara, melainkan seluruh kekayaan negara termasuk di dalamnya segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya, baik kekayaan itu berada dalam pengelolaan para pejabat/lembaga pemerintah, pengelola bank-bank pemerintah, yayasan pemerintah, badan usaha negara dan badan usaha lainnya dimana pemerintah mempunyai kepentingan khusus dan terikat dalam perjanjian dengan penyertaan pemerintah ataupun penunjukan pemerintah. Pengertian keuangan negara secara yuridis formal (Undangundang No.17 Tahun 2003) adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa barang maupun uang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Sebagai definisi yang digunakan pada buku ini Manajemen Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pengelolaan keuangan negara yang dituangkan dalam anggaran. Secara ringkas kegiatan pengelolaan itu dimulai dari perumusan kebijakan/pengambilan keputusan, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran sampai dengan pengawasan / pemeriksaan dan pelaporan / pertanggung jawaban pelaksanaan anggaran.

Modul Diklatpim Tingkat IV

Cakupannya meliputi kegiatan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara yang dibiayai dari keuangan negara yang diarahkan pada pelayanan negara dalam memberdayakan masyarakat. Undang-undang tentang BPK tidak merumuskan pengertian pengelolaan keuangan negara secara tegas, tetapi keuangan negara yang diperiksa oleh lembaga negara tersebut hingga saat ini ialah keuangan negara yang dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badanbadan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Menurut segi yuridis, BPK berpendapat bahwa pengertian keuangan negara yang dikehendaki UUD 1945 dan Undang-undang No.5 Tahun 1973 tentang BPK meliputi: Pertama, seluruh penerimaan dan pengeluaran, baik yang menyangkut pemerintah pusat, pemerintah daerah dan badan-badan usaha milik negara dan daerah maupun institusi yang menggunakan modal atau kelonggaran dari negara atau masyarakat. Kedua, seluruh kekayaan negara berupa harta yang berbentuk uang, barang, piutang, jasa serta hak-hak negara seperti: hak-hak menagih atas kontrak berupa pertambangan, hak penangkapan ikan, pengusahaan hutan, kewajiban-kewajiban atau utangutang negara seperti dana pensiun, asuransi kesehatan, jaminan sosial tenaga kerja, kekayaan bersih negara dan kekayaan alamnya.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Ketiga,

kebijaksanaan-kebijaksanaan

anggaran,

fiskal,

moneter

beserta akibatnya dibidang ekonomi. Keempat, keuangan lainnya yang dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah dan badan-badan yang menjalankan kepentingan negara atas uang yang dimiliki negara ataupun uang/dana yang dimiliki masyarakat. Atas dasar hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwasannya cakupan keuangan negara lebih luas dari pengelolaan keuangan negara yang tidak semata-mata kegiatan, melainkan mencakup kekuasaan/kewenangan, hak dan kewajiban dan akibat-akibat dari pelaksanaan kekuasaan itu, termasuk juga uang, barang dan atau asset yang dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah serta institusi pemerintahan lainnya. Dari aspek otoritas (kewenangan) atau kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan negara, maka kekuasaan pengelolaan keuangan negara merupakan subsistemnya. Dengan kata lain kekuasaan pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan (Negara). B. Manajemen Keuangan Negara Manajemen Keuangan Negara sebagai bidang studi yang mempelajari dan diajarkan pada lembaga atau program pendidikan dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

pelatihan adalah merupakan bagian penting dari administrasi negara. Saat ini manajemen keuangan negara telah berkembang sedemikian rupa terpisah dari bidang studi administrasi negara dalam artian menjadi fokus telaahan tersendiri dalam konteks bidang profesi yang spesialistis. Perpaduan bidang studi manajemen dan keuangan negara dalam praktek menjadikannya ilmu pengetahuan terapan. Oleh karena itu terminologi manajemen keuangan negara dalam buku ini merupakan substitusi dari istilah pengelolaan keuangan negara yang lazim di gunakan dalam ketentuan peraturan perundangan bidang keuangan negara. Berdasarkan pertimbangan akademik dan praktis maka penyebutan bidang studi ini digunakan silih berganti antara manajemen keuangan negara dengan pengelolaan keuangan negara. Hal ini mengingat di Indonesia istilah manajemen sering disamakan dengan istilah pengelolaan, sekalipun tidak sepenuhnya bermakna persis sama. Sebagai bidang studi, Manajemen Keuangan Negara terdiri dari dua istilah yang dipadukan, yaitu Manajemen, dan Keuangan Negara. Manajemen kegiatan disini diberikan pengertian proses penyelenggaraan pencapaian tujuan organisasi dengan

mendayagunakan sumber daya dalam organisasi. Sumber daya organisasi salah satunya adalah uang (money).

10

Modul Diklatpim Tingkat IV

11

BAB III ASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI DAN KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

A. Asas Keuangan Negara


Dalam rangka mendukung terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka keuangan negara harus diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan pokok yang ditetapkan oleh Konstitusi (UUD 1945). Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam konstitusi tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi, baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara seperti azas tahunan, azas universalitas, azas kesatuan dan azas spesial maupun asasasas baru sebagai pencerminan dari best practice (penerapan kaidahkaidah yang baik) dalam keuangan negara. Asas-asas tersebut, diantaranya adalah:

12

Modul Diklatpim Tingkat IV

13

1. Asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, 2. Asas profesionalitas, 3. Asas proporsionalitas, 4. Asas keterbukaan dalam mengelola keuangan, 5. Asas pemeriksanaan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Asas-asas umum tersebut diperlukan guna menjamin terselenggaranya prinsip prinsip pemerintahan yang baik. Dengan dianutnya asas asas umum tersebut di dalam Undang Undang Keuangan Negara, pelaksanaan Undang Undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Fungsi Keuangan Negara


Dalam penjelasan Pasal 3 ayat (4) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keungan Negara, dijelasakan sebagai berikut : 1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan; 2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

14

3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; 4. Fungsi alokasi mengandung arti anggaran negara harus diarahkan untk mengunrangi pengangguran dan pemborosan sumber`daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian; 5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; 6. Fungsi stabilitas mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

C. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara


1. Presiden Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Undang Undang Nomor 17 Tahun 203 bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan Pemerintahan. Selanjutnya kekuasaan tersebut dikuasakan kepada: a. Menteri Keuangan, selaku pengelola fiscal dan wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang dipisahkan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

15

b. Menteri/pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Barang Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya; c. Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. 2. Menteri Keuangan Selaku pengelola fiskal dan wakil Pemerintah Pusat dalam hal kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai Pembantu Presiden dalam bidang keuangan bertindak selaku Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia. Pasal 8 Undang-undang No.17 Tahun 2003 menetapkan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi mikro; b. Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN; c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan; e. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan Undang-undang;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

16

f. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara; g. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (APBN); h. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang. 3. Menteri/Pimpinan Lembaga Setiap Menteri/Pimpinan yang memimpin Kementerian Negara/Lembaga adalah sebagai pengguna anggaran/barang dan berkedudukan selaku Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang pemerintahan tertentu. Lembaga dalam hal ini adalah Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Negara. Di lingkungan Lembaga Negara, yang dimaksud dengan Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggungjawab atas manajemen keuangan Lembaga yang bersangkutan. Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya, menurut Pasal 9 UU No.17 Tahun 2003 mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun rancangan anggaran Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya; b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

Modul Diklatpim Tingkat IV

17

c. Melaksanakan anggaran Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya; d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkan ke Kas Negara; e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara bukan pajak yang pemungutannya menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Sedangkan utang dalam hal ini adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya Negara/Lembaga merupakan berkaitan tanggungjawab sebagai unit kementerian

pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan Undang-undang/Keputusan Pengadilan; f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab dipimpinnya; g. Menyusun Kementerian dan menyampaikan laporan yang keuangan dipimpinnya. Negara/Lembaga Kementerian Negara/Lembaga yang

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

18

pengelolaan keuangan negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran; h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggungjawabnya berdasarkan ketentuan Undang-undang. 4. Gubernur/Bupati/Walikota Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagian kekuasaan Presiden dalam mengelola keuangan Negara diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Pengelola Keuangan Daerah. Selaku Kepala Pemerintahan Daerah, berwenang mengelola keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan dan disesuaikan dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Kekuasaan dalam mengelola keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah. Secara lebih rinci kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c : a. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Kuangan Daerah selaku pejabat pengelola APBD;

Modul Diklatpim Tingkat IV

19

b. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut : a. b. c. d. e. Menyusun APBD; Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah; Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas : a. menyusun anggran satuan kerja oerangkat daerah yang dipimpinnya; b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; c. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; e. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggungf jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimp;innya; dan melaksanakan kebijakan pengelolaan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

20

f. Mengelola barangmilik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

21

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

22

BAB IV TEHNIK PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (APBN)

A. Penyusunan APBN
Proses Undang manajemen Tahun (pengelolaan) tentang keuangan Keuangan negara Negara oleh yang Pemerintah Pusat dilandasi oleh dasar hukum yang kuat, yaitu Undang No.17 2003 mempertegas tentang penyusunan APBN (termasuk APBD) dalam hal ini mengenai tujuan, dan fungsi penganggaran pemerintah, peran DPR/D dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran penyatuan anggaran dan penyusunan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penganggaran. Di tinjau dari segi prosesnya, maka manajemen keuangan negara oleh Pemerintah Pusat diselenggarakan seperti di bawah ini : Penyusunan APBN diawali dengan proses penyusunan Recana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKKA-KL) bagi Pemerintah Pusat dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Pemerintah Daerah. Berdasarkan Pasal
23

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

24

4 Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2004 bahwa pendekatan Kerangka

dalam penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut: (1) (unified budgeting); dan (3) Penganggaran berbasis kinerja.

Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); (2) Penganggaran terpadu Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan. Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga untuk menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran belanja menurut organisasi, fungsi, program, kegaiatan, dan jenis belanja. Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Adapun proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga adalah sebagai berikut: 1) Kementerian Negara/Lembaga menyusun rencana kerja yang memuat kebijakan, program dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan mengacu kepada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif sesuai dengan Surat Edaran bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenes dan Menteri Keuangan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

25

2)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenes menelaah rencana kerja yang disampaikan Kementerian Negara/lembaga berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan;

3)

Menteri/Pimpinan

Lembaga

setelah

menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni, menyesuaikan rencana kerja kementerian negara/lembaga menjadi RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan; 4) 5) Kementerian Negara/lembaga membahas RKA-KL bersama-sama dengan komisi terkait di DPR; Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenes; 6) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenes menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan Rencana Kerja Pemerintah; 7) Kementerian Keuangan menelaah kesesuian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara; 8) Menteri Keuangan menghimpun RKA-KL yang telah ditelaah untuk selanjutnya bersama-sama dengan Nota Keuangan dan Rancangan APBN untuk dibahas dalam Sidang Kabinet;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

26

9) Nota keuangan dan Rancangan APBN beserta RKA-KL yang telah dibahas selanjutnya disampaikan kepada DPR untuk dibahas bersama dan ditetapkan menjadi Undang Undang APBN; 10) RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Keputusan Presiden tentang Rincian APBN; 11) Keputusan Presiden tentang Rincian APBN menjadi dasar bagi masing-masing Kementerian Negara/lembaga untuk menyusun konsep dokumen pelaksanaan anggaran.

B.

Pengalokasian

Anggaran

Dalam

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


Pengalokasian Anggaran pada dasarnya menganut pendekatan klasifikasi ekonomi, yang terdiri dari: 1. a. Belanja Pegawai Belanja ini terdiri atas dua jenis, yaitu: Belanja Pegawai mengikat Belanja pegawai dibutuhkan secara terus menerus dalam satu tahun dan harus dialokasikan oleh kementerian Negara/Lembaga dengan jumlah yang cukup pada tahun yang bersangkutan, yaitu: gaji, gaji dokter PTT dan bidan PTT, honorarium, uang lembur, vakasi, uang lauk pauk TNI/Polri, uang makan PNS.

Modul Diklatpim Tingkat IV

27

b.

Belanja Pegawai Tidak Mengikat Belanja pegawai jenis ini diberikan dalam rangka mendukung pembentukan modal dan/atau kegiatan yang bersifat temporer, misalnya honor pengelola keuangan, Tim penyusun draft peraturan perundang-undangan, Tim penyusun Standar Biaya Khusus

2.

Belanja Barang Belanja ini merupakan pengeluaran atas pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan. Belanja Barang terdiri dari: a. Belanja barang mengikat misalnya: belanja barang fisik (keperluan sehari-hari) belanja jasa (langganan daya dan jasa), belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas; b. profesi. Belanja barang tidak mengikat dibutuhkan secara insidentil misalnya jasa konsultan, sewa, jasa

3. modal yang sifatnya

Belanja Modal Adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan menambah asset dengan kewajiban menyediakan biaya pemeliharaan dan memberi manfaat lebih dari 1 tahun, nilainya relatif material.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

28

Belanja Modal terdiri dari: a. Belanja Modal Tanah; Pengeluaran untuk pengadaan/pembelian/pembebasan, penyelesaian balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat serta pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan pembentukan modal, perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi tanah. b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin; Pengeluaran untuk pengadaan alat-alat dan mesin yang dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal/aset tetap, termasuk biaya untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin berat yang dimaksud untuk memperpanjang masa manfaat maupun meningkatkan efisiensinya. c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan; Pengeluaran untuk perencanaan, pembangunan, pengawasan dan pengelolaan pembentukan modal untuk membangun gedung dan bangunan negara yang perhitungannya mengacu kepada Keputusan Ditjen Cipta karya tentang Standar Pembangunan Gedung Negara, termasuk pengadaan berbagai barang kebutuhan pembangunan gedung dan bangunan.

Modul Diklatpim Tingkat IV

29

Termasuk kelompok belanja modal ini adalah: a. Pengadaan/pembangunan hunian dan pelayanan; b. Belanja untuk kelengkapan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar (sepanjang berada dalam komplek) gedung dan bangunan tersebut misalnya instalasi listrik, telpon, air, jalan komplek, pagar, gorong-gorong lingkungan pertamanan, lapangan parkir. c. memperpanjang d. Biaya untuk kegiatan rehabilitasi, renovasi dan restorasi gedung dan bangunan yang diharapkan dapat masa manfaat dari aktiva maupun meningkatkan efisiensinya. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan; Pengeluaran yang diperlukan untuk pembangunan, peningkatan / penambahan, penggantian, pembuatan serta perawatan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai jaringan atau merupakan bagian dari jaringan. e. Belanja Modal lainnya. Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal untuk pengadaan/pembangunan belanja fisik lainnya berbagai gedung dan bangunan yang berfungsi untuk perkantoran,

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

30

yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan kriteria belanja modal. Belanja modal lainnya ini misalnya: kontrak sewa beli pengadaan/pembelian barang-barang kesenian, barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan ternak, ternak peliharaan, buku-buku, jurnal ilmiah. 4. Bunga yaitu pembayaran yang Bunga dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang baik utang luar negeri maupun dalam negeri dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Jenis belanja ini khusus 5. digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP) Subsidi Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajad hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat. Belanja ini antara lain dipergunakan untuk pencalran subsidi kepada perusahaan negara dan perusahaan swasta. 6. Bantuan Sosial Bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada

Modul Diklatpim Tingkat IV

31

anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakat termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Termasuk bantuan sosial adalah: a. Bantuan kompensasi sosial Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan kepada masyarakat sebagai dampak dari adanya kenaikan BBM; b. Bantuan kepada Lembaga Pendidikan dan Peribadatan Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan kepada lembaga pendidikan dan/atau lembaga keagamanan; c. Bantuan kepada Lembaga Sosial lainnya Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan kepada lembaga sosial lainnya. 7. Hibah Hibah atau transfer rutin/modal yang sifatnya tidak wajib kepada negara lain atau kepada organisasi internasional. Belanja ini antara lain digunakan untuk hibah kepada pemerintah luar negeri dan organisasi internasional. 8. Belanja lain-lain Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis belanja butir 1 s.d 7. Jenis belanja ini dipergunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

32

C.
1. Anggaran

Pelaksanaan Anggaran
Pengelola Dalam rangka persiapan pelaksanaan anggaran, pada setiap awal tahun anggaran ditetapkan pengelola anggaran. Pengelola Anggaran terdiri dari : a. b. c. d. e. f. g. h. Pengguna Anggaran (PA); Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); Pejabat Pemungut Penerimaan Negara; (PPPN)/Atasan Langsung Bendahara Penerimaan; Pejabat Pembuat Komitmen (PPK); Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM (PPP-SPM); Bendahara Penerimaan; Bendahara Pengeluaran; Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP). PA KPA

PPK

PPPSPM

PPPN

BENDAHARA PENERIMAAN

BENDAHARA PENGELUARAN

BPP

Modul Diklatpim Tingkat IV

33

2. Pengelola Anggaran a. Pengguna Anggaran (PA) 1)

Tugas

Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran yang disebut sebagai DIPA yang mengacu kepada RKA dalam satu tahun anggaran;

2) 3) sebagai:

Melaksanakan anggaran ; Menetapkan a) Kuasa Pengguna para pejabat yang ditunjuk Barang

Anggaran/Pengguna

(KPA/B); b) Pejabat yang bertugas melaksanakan pemungutan penerimaan Negara (Pejabat Pemungut Penerimaan Negara c) Pejabat (PPPN)/Atasan yang Langsung Bendahara yang belanja Penerimaan); melakukan pengeluaran tindakan anggaran mengakibatkan

(Pejabat Pembuat Komitmen/PPK);

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

34

d) Pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran (Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM/PPP-SPM); e) Bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan; f) Bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja; g) Menetapkan kembali pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani surat keputusan kepegawaian yang mengakibatkan pembebanan pada anggaran belanja Negara, pada awal tahun yang bersangkutan; h) Menetapkan Unit Akuntansi Tingkat Pengguna Anggaran/ Barang, Tingkat Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon I, Tingkat Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah dan Tingkat Kuasa Pengguna Anggaran/Barang; 4) Menyampaikan DIPA yang telah mendapat pengesahan kepada Unit Eselon I/II/Satuan Kerja; 4) Menetapkan Rencana Umum Pengadaan; 5) Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website;

Modul Diklatpim Tingkat IV

35

6) Menetapkan : a) Pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukkan langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya dengan nilai di atas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah); b) Pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukkan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,(sepuluh milyar rupiah). 7) Mengawasi pelaksanaan anggaran; 8) Bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan dengan menyusun dan menyampaikan laporan keuangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 1) Menandatangani DIPA Satker dan DIPA Revisi; 2) Menetapkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan POK Revisi yang merupakan penjabaran secara rinci alokasi anggaran dalam DIPA Satker yang bersangkutan; 3) Menetapkan Rencana Operasional Program/Kegiatan (ROP/K), Rincian Anggaran Belanja (RAB), dan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

36

Rencana Pelaksanaan dan Penggunaan Anggaran (RPPA); 4) Menetapkan Kegiatan/Kelompok 5) 6) Menetapkan Melakukan dan anggaran; 7) (TUP); 8) Melaporkan hasil pelaksanaan baik pencapaian fisik maupun keuangan setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada PA; 9) Melakukan pemeriksaan 10) pemeriksaan dalam kas Bendahara Acara antara sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Hasil dituangkan Berita internal Laporan Pemeriksaan Kas; Melakukan pembukuan rekonsiliasi dan Bendahara Keuangan Menandatangani surat permohonan dispensasi Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang Persediaan Tim Kerja/Pejabat dan menugaskan Pelaksana Pengadaan Bendahara dan

Barang/Jasa yang berada dibawah wewenangnya; Pengeluaran Pembantu (BPP); pembinaan, pengarahan pengawasan terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan

Modul Diklatpim Tingkat IV

37

UAKPA sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan sebelum dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN; 11) SAI; 12) laporan 13) Bertanggungjawab atas penyampaian laporanlaporan lainnya antara lain perencanaan kas dan monitoring Melakukan perkiraan penarikan dan perubahan dana dan evaluasi dan atau Pengadaan pengesahan perkiraan Barang/Jasa; Mengesahkan laporan keuangan per-Bulan, per-Triwulan, per-Semester dan Tahunan berdasarkan

penyetoran dana secara periodik yaitu bulanan, mingguan dan harian; 14) c. Bertanggung jawab kepada PA.

Pejabat Pemungut Penerimaan Negara (PPPN)/Atasan Langsung Bendahara Penerimaan. 1) Sistem APBN; 2) 3) Mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya; Melaksanakan koordinasi dan pengendalian penyelenggaraan pelayanan jasa; Mengelola penerimaan negara dalam

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

38

4) 5) 6) berlaku; 7) 8) pelayanan jasa; 9)

Menandatangani Kerjasama Pelayanan Barang/Jasa; Menandatangani pemeriksaan kas penerimaan; Melaksanakan

Surat berita tertib

Perjanjian acara

administrasi

keuangan sesuai peraturan perundangan-undangan yang Melaporkan hasil penerimaan negara setiap akhir bulan kepada KPA; Melaksanakan pengawasan penerimaan Bertangggung jawab kepada KPA.

d.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1) 2) berisi dengan rincian Melakukan koreksi rencana dan jadwal pelaksanaan program dan kegiatan; Bersama dengan PPP-SPM menyusun Rencana Operasional Program/ Kegiatan (ROP/K) yang paket-paket kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku memperhatikan DIPA, Petunjuk Operasional

Modul Diklatpim Tingkat IV

39

Kegiatan, untuk selanjutnya ditetapkan Kuasa Pengguna Anggaran; 3) Melakukan koreksi Rincian Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Pelaksanaan dan Penggunaan Anggaran (RPPA), dalam hal terjadi revisi anggaran yang telah ditetapkan/disetujui sebagaimana ditetapkan dalam POK; 4) 5) Menyusun rencana penarikan dana (forecasting) bulanan, mingguan dan harian; Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi spesifikasi teknis Barang/Jasa, HPS, dan rancangan kontrak; 6) 7) 8) Menandatangani Pakta Integritas; Menerbitkan Penyedia Barang/Jasa; Membuat ikatan perjanjian atau menandatangani kontrak dengan penyedia Barang/Jasa sepanjang anggarannya sudah tersedia dan mencukupi; 9) 10) Melaksanakan kontrak dengan penyedia Barang/Jasa; Melaporkan Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA; hasil pekerjaan dan mengendalikan Surat Penujukkan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

40

11) Penyerahan; 12)

Menyerahkan

hasil

pekerjaan

Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA dengan Berita Acara Melaporkan kemajuan pekerjaan

termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada KPA setiap triwulan; 13) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa; 14) Tidak diperkenankan mengadakan ikatan perjanjian atau menadatangani kontrak dengan penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran; 15) Dalam hal diperlukan, PPK dapat mengusulkan kepada KPA perubahan paket pekerjaan, perubahan jadwal kegiatan pengadaan, menetapkan tim pendukung, menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas Pokja Pengadaan, dan menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia Barang/Jasa; 16) Memberitahukan secara tertulis pada Penerima Hak untuk mengajukan tagihan apabila Penerima Hak belum mengajukan tagihan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih.

Modul Diklatpim Tingkat IV

41

17) Menandatangani persetujuan pembayaran baik melalui UP dan LS; 18) Menerbitkan dan menyampaikan SPP kepada PPP-SPM; 19) Melakukan pemeriksaan kas BPP dan menandatangani berita acara pemeriksaan kas BPP; 20) Bertanggung jawab kepada KPA. e. Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM (PPP-SPM) 1) Bersama dengan PPK menyusun ROP/K; 2) Meneliti dengan seksama DIPA dan Petunjuk Pelaksanaan yang telah disahkan, dan apabila terdapat kekeliruan redaksi, perhitungan biaya, volume, perubahan lokasi, waktu, serta harga agar segera mengajukan revisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 3) Menguji kebenaran material surat-surat tagihan barang/jasa yang disampaikan oleh penerima hak tagih; 4) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/ kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa; 5) Meneliti dan menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen atas pengajuan SPP dari PPK; 6) Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

42

7) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan; 8) Menerbitkan dan Menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM-UP, KPPN. 9) Bertanggung jawab kepada KPA; f. Bendahara Penerimaan 1) Menerima pembayaran berupa uang/cek bank/surat berharga lainnya melalui rekening Bendahara Penerimaan (tidak secara langsung); 2) Wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara yang telah dipungut ke Rekening Kas Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya dengan menggunakan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP); 3) Membukukan seluruh penerimaan dan penyetoran dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan satuan kerja yang berada di bawah pengelolaannya; 4) Membuat ke KPPN; laporan pertanggungjawaban (LPJ) secara bulanan atas uang yang dikelolanya dan menyampaikannya SPM-GU, SPM-TU) dan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) yang akan diajukan kepada

Modul Diklatpim Tingkat IV

43

5) Bertanggungjawab kepada Bendahara Umum Negara melalui Kuasa Pengguna Anggaran; g. Bendahara Pengeluaran 1) Mengelola uang persediaan yang diterima melalui UP/TUP/GUP/LS Bendahara untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional kegiatan dan operasional kantor sehari-hari; 2) Melaksanakan pembayaran UP setelah meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diajukan oleh KPA/PPK meliputi kuitansi/tanda terima, faktur pajak, dan dokumen lainnya yang menjadi dasar hak tagih; 3) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran, termasuk perhitungan pajak dan perhitungan kewajiban lainnya kepada pihak ketiga; 4) Menguji yang dimintakan pembayarannya; 5) dari KPA/PPK apabila dipenuhi sebagai berikut: Wajib menolak perintah bayar persyaratan-persyaratan tidak ketersediaan dana/kecukupan pagu sisa pagu DIPA untuk jenis belanja

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

44

a) terpenuhi; b)

Kelengkapan administrasi Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak Kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak terpenuhi;

c) 6)

Tidak ketersediaan dana yang bersangkutan.

adanya

Menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada di bawah pengelolaannya;

7)

Membuat

laporan

pertanggungjawaban (LPJ) secara bulanan atas uang yang dikelolanya dan menyampaikannya ke KPPN, dan BPK; 8) pada akhir tahun anggaran; 9) (Pajak Penghasilan) Melakukan pemungutan PPh serta pajak lainnya dan membukukannya ke dalam Buku Kas Umum dan Buku Pajak serta menyetorkannya ke Kas Negara; Menyetorkan ke kas negara seluruh sisa uang persediaan/tambahan uang persediaan

Modul Diklatpim Tingkat IV

45

10) Bertanggungjawab atas keadaan kas termasuk pengamanan dan penyimpanan uang kas serta dokumen-dokumen lainnya; 11) Menyimpan dan mengarsipkan bukti-bukti kas/Bank, dokumen sumber pertanggungjawaban keuangan serta lampirannya; 12) Menyusun dan mengirim Laporan Realisasi Anggaran Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan Tahunan kepada Kuasa Pengguna Anggaran; 13) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya; 14) Bertanggungjawab kepada BUN melalui PA. h. Bendahara Pengeluaran Pembantu 1) BPP bertanggungjawab atas seluruh uang operasional pekerjaan dalam penguasaannya dan bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakan; 2) Menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada di bawah pengelolaannya;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

46

3)

Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) BPP kepada Bendahara Pengeluaran paling lambat 5 (lima) hari kerja bulan berikutnya;

4)

Pada

akhir

tahun

anggaran/kegiatan,

BPP

wajib

menyetorkan seluruh uang dalam penguasaannya yang berasal dari LS bendahara ke Kas Negara, sedangkan sisa UP wajib dikembalikan ke Bendahara Pengeluaran; 5) BPP diangkat dan diberhentikan oleh KPA, namun fungsi perbendaharaan dipertanggungjawabkan kepada Bendahara Pengeluaran 3. Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak a. Ketentuan Penerimaan PNBP 1) PNBP adalah seluruh pnerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan pajak, merupakan penerimaan negara yang diperoleh karena pemberian pelayanan jasa atau penjualan barang milik negara oleh Kementerian/Lembaga Negara kepada masyarakat. Tidak semua Kementerian/Lembaga memilki/ menyelenggarakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. 2) Semua unit pengelola PNBP tidak diperkenankan mengadakan pungutan atau tambahan pungutan yang (PNBP)

Modul Diklatpim Tingkat IV

47

tidak tercantum dalam Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP. 3) Penerimaan PNBP tersebut tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran. 4) Bendahara Penerimaan dilarang menerima setoran secara langsung dari wajib setor. 5) Penerimaan dilakukan melalui rekening Bendahara Penerimaan baik dengan cara transfer atau setor langsung di teler bank. Bukti transfer/setor menjadi bukti penerimaan/dokumen sumber yang harus dibukukan oleh Bendahara Penerimaan. 6) Penerimaan melalui Pembayaran Langsung antar KPPN atau LS, dilaksanakan melalui dokumen Surat Perjanjian Kerjasama/Surat Perintah Kerja, berita acara serah terima dan kwitansi pembayaran. b. Ketentuan Penyetoran PNBP 1) Bendahara Penerimaan wajib menyetorkan secara langsung penerimaan ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja menggunakan formulir SSBP. 2) Pada akhir tahun anggaran, Bendahara Penerimaan wajib menyetorkan seluruh uang negara yang dikuasainya ke Kas Negara menggunakan formulir SSBP.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

48

3) SSBP yang dinyatakan sah menjadi dokumen sumber bagi Bendahara Penerimaan satuan kerja dalam menatausahakan PNBP. 4. Prosedur Pengeluaran Berdasarkan DIPA, PA/KPA melaksanakan kegiatan sesuai Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban DIPA yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan pengeluaran dilakukan melalui prosedur pengajuan SPP dan penerbitan SPM (UP/TUP/GUP/LS Bendahara/LS Pihak Ketiga). a. Ketentuan Pengajuan SPP dan penerbitan SPM : 1) SPP dan SPMUP (Uang Persediaan) a. b. Bendahara Pengeluaran menyampaikan permintaan UP/TUP kepada PPK untuk diterbitkan SPP-UP. PPK menguji permintaan UP, apabila tidak lengkap dan benar PPK mengembalikan permintaan UP tersebut kepada Bendahara Pengeluaran secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permintaan tersebut. c. PPK menerbitkan SPP-UP dan disampaikan kepada PPP-SPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah

Modul Diklatpim Tingkat IV

49

diterimanya Pengeluaran.

permintaan

UP

dari

Bendahara

SPP tersebut dibuat berdasarkan : (1) Pekerjaan yang bersifat kontraktual berdasarkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan. (2) Pekerjaan yang bersifat swakelola berdasarkan bukti-bukti pertanggung jawaban (kwitansi). d. Pengujian SPP-UP sampai dengan Penerbitan SPM-UP diselesaikan paling lambat 2 lengkap dan benar dari PK. e. Apabila SPP-UP tidak lengkap dan benar maka PPSPM mengembalikan kepada PPK secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-UP tersebut. f. Pengujian RAB/RPPA. g. PPK mengajukan SPPUP kepada KPA untuk meminta surat pernyataan dari KPA atau Pejabat SPP-UP oleh PPP-SPM meliputi pengecekan ketersediaan dana dan kesesuaian dengan (dua) hari kerja setelah SPP-UP beserta dokumen pendukung diterima secara

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

50

yang ditunjuk, yang menyatakan bahwa uang persediaan tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan pembayaran langsung (LS). h. i. Atas dasar SPP yang diterima, PPP-SPM menerbitkan SPM. SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. j. KPPN melakukan pengujian substansi dan pengujian formal terhadap SPM-UP yang selanjutnya akan menerbitkan (SP2D). k. Dengan diterbitkannya SP2D maka pembayaran atas tagihan-tagihan l. Setiap tersebut dapat telah tercatat UP sebagai untuk barang pengeluaran atas beban DIPA. Satker diberikan belanja pengeluaran-pengeluaran berdasarkan yaitu : (1) 5211 : Belanja Barang Operasional (2) 5212 : Belanja Barang Non Operasional (3) 5221 : Belanja Jasa

kebutuhan sepanjang nilanya

Rp.10.000.000,- dan tidak bersifat kontraktual

Modul Diklatpim Tingkat IV

51

(4)

5231 : Belanja Pemeliharaan

(5) 5241 : Belanja Perjalanan Dalam Negeri (6) 5242 : Belanja Perjalanan Luar Negeri (7) 5311 : Belanja Modal Tanah (8) 5321 : Belanja Modal Peralatan dan (9) 5331 : Belanja Modal Gedung dan Bangunan (10) 5341 : Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan (11) 5351 (12) 5361 m. : Belanja Pemeliharaan yang Dikapitalisasi : Belanja Modal Fisik Lainnya Mesin

UP dapat diberikan setinggi-tingginya : (1) 1/12 (satu per-dua belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp. 900.000.000,(sembilan ratus juta rupiah).

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

52

(2) 1/18 (satu per-delapan belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk pagu di atas Rp. 900.000.000,(sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus juta rupiah). (3) 1/24 (satu per-dua puluh empat) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk pagu di atas rupiah). n. o. Perubahan besaran UP di luar ketentuan di atas ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan. Pengisian kembali UP (revolving) dapat diberikan apabila dana UP telah dipergunakan sekurangkurangnya 75% dari dana UP yang diterima serta sepanjang masih tersedia pagu dalam DIPA. Rp. 2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus juta

Modul Diklatpim Tingkat IV

53

p.

Apabila kebutuhan penggunaan kegiatan 1 (satu) bulan melebihi dari UP yang diterima, PPK dapat mengajukan TUP yang diatur sebagai berikut : (1) Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dalam untuk wilayah klasifikasi belanja yang KPPN diperbolehkan diberikan UP bagi instansi pembayaran bersangkutan. (2) Permintaan TUP diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkan diberi UP harus mendapat dispensasi dari Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan.

q.

Penggunaan UP belum mencapai 75% sedangkan Satker yang bersangkutan memerlukan pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia, Satker tersebut dapat mengajukan TUP.

2) SPP dan SPM-TUP (Tambahan Uang Persediaan) a) Masing-masing pengelola kegiatan mengajukan rincian penggunaan dana TUP berdasarkan RPPA kepada PPK.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

54

b) PPK mengajukan perincian penggunaan dana TUP kepada Kepala KPPN/Kepala Kanwil Dirjen Perbendaharaan dilengkapi dengan Surat Pengantar dari KPA, salinan rekening Koran Bendahara Pengeluaran yang menunjukkan saldo terakhir dan Surat Pernyataan KPA yang berisi keterangan : (1) Dana tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D. (2) (3) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke rekening Kas Negara. Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara langsung. c) PPK menerbitkan SPP-TUP berikut rincian penggunaan dana TUP dan disampaikan kepada PPP-SPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya Surat Persetujuan TUP dari Kepala KPPN/Kepala Kanwil Dirjen Perbendaharaan. d) Verifikasi SPP-TUP sampai dengan penerbitan SPM TUP oleh PPP-SPM diselesaikan paling lambat 2 (dua)

Modul Diklatpim Tingkat IV

55

hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar. e) Atas dasar SPP yang diterima, PPP-SPM menerbitkan SPM untuk diajukan ke KPPN beserta dengan dokumen pendukungnya dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (ADK) dan salinan rekening koran Bendahara Pengeluaran yang menunjukkan saldo terakhir. f) SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. g) KPPN akan menerbitkan SP2D. 3) 1) SPP dan SPM-GUP dan SPP dan SPM-GU Nihil atas TUP Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pengisian kembali (revolving) GUP dan TUP setelah proses pertanggungjawaban pengujian dan anggaran dengan melakukan bukti-bukti meneliti kelengkapan

pertanggungjawaban setelah mencapai minimal 75% dari nilai SPM-UP, atau SPM-GU atau maksimal 100% untuk SPM TUP.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

56

2)

Bendahara mengajukan bukti-bukti pengeluaran ke PPK untuk diterbitkan SPP-GUP dan/atau SPP-GU Nihil atas TUP.

3)

SPP-GUP dan SPP-GU Nihil atas TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PP-SPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pengeluaran diterima secara lengkap dan benar.

4)

PPP-SPM menolak bukti-bukti pertanggungjawaban yang diajukan apabila (1) Pengeluaran kegiatan yang melampaui pagu; (2) Tidak didukung oleh bukti-bukti pengeluaran yang sah.

5)

Pengujian SPP-GUP sampai dengan penerbitan SPMGUP oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah SPP-GUP beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar.

6)

Pengujian SPP-GUP Nihil atas TUP sampai dengan penerbitan SPM-GUP Nihil atas TUP oleh PPP-SPM diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah SPP-GUP Nihil atas TUP beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari PPK.

Modul Diklatpim Tingkat IV

57

7)

SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.

8)

Pengajuan SPM-GUP dan SPM GU Nihil Atas TUP ke KPPN harus dilengkapi dengan : (1) Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPTB); (2) atau Pejabat yang ditunjuk, untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungut PPN dan PPh; (3) NPWP diisi sesuai dengan NPWP Bendahara Pengeluaran; (4) Salinan SSBP untuk pengembalian sisa dana TUP jika terdapat sisa TUP di Bendahara Pengeluaran.

4)

SPP dan SPM-LS untuk Pembayaran Belanja Pegawai a. Pembayaran gaji induk Salinan Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir gaji/gaji oleh KPA /gaji duka susulan/kekurangan terusan/uang

wafat/tewas, dilengkapi dengan fotocopy dokumen pendukung yang telah dilegalisir oleh PPK, daftar dan rekapnya untuk gaji induk /gaji susulan/kekurangan gaji/uang duka wafat/ tewas dilengkapi dengan surat keterangan dan permintaan tunjangan kematian (UDW), SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan pangkat, SK Kenaikan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

58

Gaji Berkala, SK Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, surat pernyataan masih menduduki jabatan, surat pernyataan melaksanakan tugas, daftar keluarga (KP4), fotocopy surat nikah, fotocopy akte kelahiran yang dilegalisir oleh Pejabat Kepegawaian, SKPP, daftar potongan sewa rumah dinas, surat keterangan masih sekolah/kuliah, surat pindah, surat kematian, SSP PPh pasal 21, Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) dari KPA/PPK Kelengkapan tersebut di atas digunakan sesuai peruntukkannya. b. a. Pembayaran lembur dilengkapi dengan daftar pembayaran perhitungan lembur yang ditandatangani oleh KPA/ Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar hadir kerja, daftar hadir lembur, Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) dari KPA/PPK, dan SSP PPh pasal 21. b. Pembayaran honor/vakasi dilengkapi dengan surat keputusan tentang pemberian honor/vakasi, daftar pembayaran perhitungan honor/vakasi yang ditanda tangani oleh KPA/pejabat yang ditunjuk

Modul Diklatpim Tingkat IV

59

dan bendahara pengeluaran yang bersangkutan dan SSP PPh pasal 21. c. PPABP menyampaikan tagihan dan dokumen pendukung SPP-LS yang lengkap dan benar kepada PPK. d. PPK menguji tagihan dan dokumen pendukung SPP-LS, apabila tidak lengkap dan benar PPK mengembalikan kepada PPABP secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat tagihan tersebut. e. PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima lengkap dan benar dari PPABP. f. g. PPK menyampaikan SPP-LS beserta dokumen pendukungnya kepada PP-SPM. Apabila SPP-LS dan dokumen pendukung tidak lengkap dan benar, maka PP-SPM mengembalikan kepada PPK secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-LS tersebut. h. Pengujian SPP-LS sampai dengan penerbitan SPM-LS oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari setelah SPP-LS diterima secara benar dan lengkap dari PPK.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

60

i.

SPM-LS beserta dokumen pendukung dan ADK SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.

5) SPP dan SPM-LS Non Belanja Pegawai a) Tagihan dan dokumen pendukung SPP-LS yang lengkap dan benar diajukan oleh Penerima Hak kepada KPA/PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih. b) PPK menguji tagihan dan dokumen pendukung SPPLS, apabila tidak lengkap dan benar maka PPK mengembalikan kepada penerima hak secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat tagih tersebut. c) PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima lengkap dan benar dari penerima hak. d) PPK menyampaikan SPP-LS beserta dokumen pendukungnya kepada PP-SPM.

Modul Diklatpim Tingkat IV

61

e)

Apabila SPP-LS dan dokumen pendukungnya tidak lengkap dan benar, maka PP-SPM mengembalikan kepada PPK secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-LS tersebut.

f) PP-SPM melakukan pengujian SPP-LS sampai dengan menerbitkan SPP-LS paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPP-LS beserta dokumen pendukung diterima lengkap dan benar dari PPK. g) SPM-LS beserta dokumen pendukung dan ADK disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. h) Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pengadaan barang/ jasa : (1) Kontrak/SPK (2) Surat yang mencantumkan Pejabat PPK nomor mengenai rekening rekanan; pernyataan penetapan rekanan; (3) Berita acara penyelesaian pekerjaan; (4) Berita acara serah terima pekerjaan; (5) Berita acara pembayaran; (6) Kwitansi yang disetujui oleh PPK;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

62

(7) Faktur

pajak

beserta

SSP

yang

telah

ditandatangani wajib pajak; (8) Jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank; (9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrakkontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri; (10) Ringkasan kontrak; (11) Berita acara pada huruf c), d) dan e) di atas dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap lima dan disampaikan kepada : (1) Asli dan satu tembusan untuk PPP-SPM. (2) Masing-masing satu tembusan untuk para pihak yang membuat kontrak. (3) Satu tembusan untuk Panitia/Pejabat PHP. i) Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran biaya langganan daya dan jasa (listrik, telepon dan air)
(1)Bukti tagihan (2)

daya dan jasa. Nomor rekening pihak

ketiga (PT PLN, PT Telkom, PDAM, dll).

Modul Diklatpim Tingkat IV

63

(3)

Dalam hal pembayaran langganan daya dan jasa belum dapat dilakukan secara langsung, Satker yang bersangkutan dapat melakukan pembayaran dengan UP sepanjang nilainya Rp.10.000.000,-

j) Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas. (1) Pembayaran belanja perjalanan dinas harus dilengkapi dengan daftar nominatif pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas, yang berisi antara lain : informasi mengenai data pejabat (Nama,NIP, Pangkat/Golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat. (2) Daftar nominatif tersebut harus ditandatangani oleh pejabat yang berwenang memerintahkan perjalanan dinas, dan disahkan oleh pejabat yang berwenang di KPPN. (3) Pembayaran dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan kepada para pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas. 6) SPP dan SPM-PNBP

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

64

a) UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP Rupiah Murni (RM) b) UP dapat diberikan kepada Satker pengguna sebesar 20% dari pagu dana PNBP pada DIPA maksimal sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan melampirkan daftar realisasi pendapatan dan penggunaan dana PNBP tahun anggaran sebelumnya. Apabila UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil satu tahun pencairan dengan (MP). memperhatikan yang berlaku. c) Dana MP MP PPP JS JPS yang = : : : : berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimum

Kewenangan pemberian TUP mengacu pada ketentuan

maksimal sesuai formula sebagai berikut : ( PPP x JS ) JPS Maksimum pencairan dana proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan jumlah setoran jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang diterbitkan

Modul Diklatpim Tingkat IV

65

d)

Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke KPPN, Satker pengelola PNBP harus melampirkan daftar perhitungan jumlah MP.

e) f)

Pencairan dana harus melampirkan bukti setoran (SSBP) yang telah dikonfirmasi oleh KPPN. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.

g)

Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/TUP PNBP oleh PPK dilakukan dengan mengajukan SPM ke KPPN setempat cukup dengan melampirkan SPTB

b.

Ketentuan Pembayaran melalui uang persediaan untuk kegiatan yang dilakukan secara swakelola dan pembayaran langsung (LS-Bendahara) 1) Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP) a. Terkait dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara Pengeluaran, penyaluran dana dari Bendahara Pengeluaran kepada BPP dapat bersumber dari SPM UP, SPM TUP dan SPM-LS Bendahara.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

66

b. BPP mengajukan Rincian UP/Rincian TUP/Rincian LS Bendahara yang akan digunakan untuk membiayai pekerjaan/sub output. c. Rincian UP/TUP/LS Bendahara dari BPP merupakan dokumen pendukung ketika Bendahara Pengeluaran mengajukan SPM-UP, SPM-TUP, SPM-GUP, SPM LS Bendahara ke KPPN. d. UP/TUP/LS Bendahara yang dikelola BPP akan disalurkan berikut : (1) Koordinator pekerjaan/sub output mengajukan formulir kebutuhan uang operasional pekerjaan kepada BPP disertai dengan daftar rincian pemberian pembayaran, operasional honorarium, dan/atau lainnya, dan/atau rencana rencana pembelian daftar ke masing-masing koordinator pekerjaan/sub output dengan mekanisme sebagai

bahan, dan/atau rencana pembiayaan keperluan dan/atau pejabat/staf yang akan melaksanakan tugas perjalanan dinas paling lambat 2 minggu sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan; (2) Pengajuan pekerjaan kebutuhan oleh uang operasional pekerjaan/sub koordinator

Modul Diklatpim Tingkat IV

67

output diajukan secara bertahap sesuai dengan RPPA yang telah ditetapkan; (3) BPP mengajukan formulir kebutuhan uang operasional pekerjaan kepada PPK untuk dimintakan persetujuan; (4) Formulir pekerjaan SPM; (5) PPP-SPM menguji kebenaran jumlah rincian uang operasional pekerjaan dan memberikan persetujuan; (6) Formulir pekerjaan disampaikan Pengeluaran e. Pertanggungjawaban kebutuhan kembali untuk Uang uang ke operasional Bendahara uang Pekerjaan yang sudah disetujui PPP-SPM diberikan kebutuhan yang uang operasional dan sudah disetujui

ditandatangani PPK disampaikan ke PPP-

operasionalnya kepada BPP. Operasional berupa kwitansi dari BPP beserta sisa uang operasional (jika ada) ke Bendahara Pengeluaran disampaikan paling lambat akhir bulan bersangkutan berserta dengan LPJ BPP, SPTB dan SPP yang belum mendapatkan pengesahan PPK dan PPP-SPM;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

68

f.

Bendahara Pengeluaran melakukan validasi atas kuitansi pertanggungjawaban SPTB dan SPP dari BPP dan apabila tidak ada kesalahan Bendahara Pengeluaran mengajukan PTB dan SPP ke PPK untuk dimintakan pengesahan;

g.

Dalam hal PPK menyetujui SPTB dan SPP selanjutnya SPTB dan SPP diajukan ke PPP-SPM untuk diterbitkan SPM;

h.

Untuk pengeluaran baik yang menggunakan SPTB atau kwitansi/tanda bukti pembayaran lainnya harus memperhatikan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Surat Setoran Pajak (SSP) berkenaan yang telah dilegalisir oleh PPK harus dilampirkan pada SPTB.

i.

BPP mengajukan Laporan Pertanggungjawaban BPP kepada Bendahara Pengeluran berikutnya disertai salinan secara bulanan paling lambat 5 (lima) hari kerja bulan rekening Koran dari bank bulan berkenaan. Mekanisme tersebut di atas dapat di gambarkan pada diagram alir sebagai berikut Diagram Alir Pembayaran Melalui Penyediaan Uang Persediaan (UP)

Modul Diklatpim Tingkat IV

69

2) Pembayaran Langsung Kelengkapan pembayaran untuk pengadaan barang/jasa (pihak II), berikut : a. rekanan; K ontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekening dengan kelengkapan dokumen sebagai

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

70

b. urat pernyataan PPK mengenai penetapan rekanan; c. erita acara penyelesaian pekerjaan: d. erita acara serah terima pekerjaan; e. Berita acara pembayaran; f. witansi yang disetujui oleh PPK; g. wajib pajak; h. aminan bank; i. bank atau yang dipersamakan

S B B

K F aktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani J yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non D okumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrakkontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;

j. aktur barang

Modul Diklatpim Tingkat IV

71

Mekanisme tersebut di atas dapat di gambarkan pada diagram alir sebagai berikut:

Diagram Alir Pembayaran Secara Langsung (LS)

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

72

5. a. Prinsip Verifikasi

Verifikasi Dalam melakukan verifikasi hal-hal yang harus diperhatikan :

Modul Diklatpim Tingkat IV

73

1)

Tujuan Anggaran (a)Tujuan pengeluaran yang ditetapkan sesuai sasaran yang hendak dicapai sebagaimana dituangkan dalam DIPA/ROP. (b)Pelaksanaan anggaran harus dilaksanakan secara hemat, tidak mewah dan efisien. (c)Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan dengan program kerja (jadwal kegiatan). Sehingga hasil yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan, terpenuhi kuantitas dan kualitasnya. (d)Penggunaan produksi dalam negeri sepanjang telah memenuhi persyaratan teknis.

2)

Hak Pembayaran (a)Hak menguasai Anggaran : Setiap tagihan kepada Negara, harus didasarkan kepada perintah (tindakan) yang menguasai anggaran, yaitu, KPA/PPK sebagai penerima kuasa dari Pengguna Anggaran sebagai pihak yang menguasai Bagian Anggaran. (b)Hak menerima Pembayaran Pengeluaran harus diterimakan kepada yang berhak menerima pembayaran, yaitu orang/rekanan yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

74

telah

menyerahkan

barang/jasa Satker

sesuai yang

perintah/permintaan bersangkutan.

KPA/PPK

(c)Hak yang menimbulkan Pembayaran Menimbulkan pembayaran, artinya bahwa hak tagih dari orang/rekanan telah timbul, dengan kondisi dimana kewajiban-kewajiban yang diminta oleh KPA/PPK telah dilaksanakan dan diserahkan serta diterima oleh petugas/pejabat yang ditunjuk. 3) Kepatuhan terhadap Peraturan Pengeluaran (a)Pengeluaran harus sebatas dana yang tersedia. Artinya bahwa KPA/PPK tidak boleh mengadakan pengeluaran apabila dana untuk membiayai tindakan tersebut tidak tersedia/tidak cukup tersedia. (b)Tindakan-tindakan yang mengakibatkan hak tagihan tersebut pelaksanaan misalnya : (1) Pembayaran Belanja Pegawai; (2) Pengadaan Barang/Jasa; (3) Perjalanan Dinas, dll. (pengeluaran), pembayaran harus baik penyelesaian sesuai cara serta dengan penagihan/pengadaannya,

prosedur dan aturan-aturan keuangan yang berlaku,

Modul Diklatpim Tingkat IV

75

b. Verifikasi Untuk 1) 2)

Internal

oleh

KPA/Pejabat internal

Penguji Satker,

dan KPA

Penandatangan SPM melaksanakan verifikasi berwenang : Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih; Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi dengan persyaratan/kelengkapan 3) 4) 5) sehubungan

ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa; Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan; Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan; Memerintahkan pembayaran atas beban APBN.

c. Metode/Cara Verifikasi Internal oleh PPP-SPM KPA dalam melaksanakan kewenangannya mendelegasikan kepada PPK dan PPP-SPM. PPP-SPM melakukan verifikasi dengan cara sebagai berikut : 1) Verifikasi terhadap bukti-bukti pengeluaran, kwitansi, Surat Pertangtanggungjawaban (SPJ) dan kontrak dari masing-masing pengelola kegiatan dan anggaran sebelum

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

76

diproses pertanggung jawabannya oleh Bendahara Pengeluaran dan diajukan ke KPPN. 2) Penggunaan anggaran, Dana UP dialokasikan untuk pengeluaran berbagai jenis belanja (kecuali belanja pegawai) dan jenis pengeluaran ini termuat di berbagai jenis belanja Mata Anggaran Pengeluaran (MAP)/AKUN yang dimuat dalam DIPA. 3) 4) Bukti pengeluaran terdiri dari dokumen sumber (kwitansi) dan dokumen pendukung. Kwitansi sebagai dokumen sumber harus memenuhi persyaratan antara lain : (a) Memuat nama yang berhak menerima, uraian dari yang dibayar, jumlah angka yang dibayar/akan dibayar dengan angka dan huruf sama, tanggal tanpa ada coretan atau setipan. (b) Tahun dan AKUN tertera didalamnya. (c) Tandatangan dari yang berhak menerima sendiri, berdasarkan persetujuan PPK, catatan lunas dibayar oleh Bendahara Pengeluaran. (d) Verifikasi (1) sedangkan untuk kebenaran bukti kwitansi, meliputi : Nilai dalam kwitansi harus sama dengan nilai perhitungan atas realisasi fisik yang tertera

Modul Diklatpim Tingkat IV

77

(2) (3) (4) 5)

Bukti tagihan pembayaran berbentuk sama seperti lazimnya berlaku umum. Bukti kwitansi termasuk bukti pendukungnya harus asli. Bukti kwitansi memakai materai sesuai aturan yang berlaku.

Dokumen Pendukung Dokumen pendukung merupakan dokumen yang mendukung kwitansi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan karena kekurangan atau kesalahan dokumen pendukung akan mengakibatkan semua bukti pengeluran tidak sah. Macam dokumen pendukung tergantung dari jenis pengeluarannya dan prosedur dalam pengadaan barang dan dapat jasa. Sebagai Surat contoh misalnya untuk jenis pengeluaran gaji/upah untuk dokumen pendukungnya berupa Keputusan tentang besarnya honorarium/upah dan nama yang berhak.

6. Anggaran

Revisi Revisi anggaran dapat dilakukan sehubungan dengan adanya perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan dan perubahan DIPA.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

78

a. Revisi karena Perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan 1) Pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2010 mengatur tentang revisi anggaran pada PA/KPA, dengan ketentuan: (a) tidak mengurangi belanja gaji dan tunjangan lainnya yang melekat pada gaji; (b) tidak mengurangi/merelokasi anggaran belanja mengikat; (c) pergeseran Komponen lnput untuk kebutuhan Biaya Operasional; (d) pergeseran Komponen Input dalam satu Keluaran (output) dan/atau (e) pergeseran komponen Input antar Keluaran (output) dalam satu kegiatan sepanjang dalam jenis belanja yang sama. 2) Revisi Anggaran dimaksud dilakukan dengan mengubah Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran serta mengubah ADK RKA berkenaan dengan menggunakan aplikasi RKA-KL. sepanjang tidak menambah komponen honorarium dan dalam jenis belanja yang sama;

Modul Diklatpim Tingkat IV

79

3) PA/KPA wajib menyampaikan setiap perubahan ADK RKA-KL kepada Direktur Jenderal Anggaran c.q. Direktur Sistem Penganggaran. b. Revisi terkait dengan Perubahan DIPA. Batasan Revisi Anggaran 1) Revisi a) Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap : kebutuhan Biaya Operasional satuan kerja (Kegiatan 0001 dan Kegiatan 0002) kecuali untuk memenuhi Biaya Operasional pada satuan kerja lain; b) c) d) e) pembayaran berbagai tunggakan; Rupiah Murni pendamping PHLN; kegiatan yang bersifat multi years; dan kelompok pengeluaran/sub kegiatan/kegiatan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehingga menjadi minus. 2) Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja dengan ketentuan sebagai berikut: a) b) tidak mengubah sasaran program; tidak mengubah jenis dan satuan Keluaran (output) kegiatan; atau

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

80

c)

tidak mengurangi volume Keluaran (output) Kegiatan prioritas Nasional atau Prioritas Kementerian Negara/Lembaga.

D.
1.

Pengawasan
Pengawasan oleh Atasan Langsung (Unit Kerja) Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung sebenarnya lebih menekankan pada monitoring rutin yang dilakukan oleh pimpinan unit kerja terhadap pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya. Monitoring ini dilakukan secara periodik setiap waktu dengan cara: a. Mengadakan rapat internal untuk mengetahui output yang telah dihasilkan beserta progressnya serta kendala yang dihadapi; b. Melakukan cross check ke pengelola kegiatan di unit kerja terkait dengan pelaksanaan tahapan kegiatan dan realisasi anggaran; c. Bersama-sama dengan staf memeriksa dokumen yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan. d. Pengawasan oleh Pengelola Anggaran (Satker)

Modul Diklatpim Tingkat IV

81

Sesuai dengan tugas dan kewenangannya, pengelola Satker mempunyai peran masing-masing dalam melaksanakan tugas pengawasan. a. Penerimaan, bertugas : 1) 2) 3) 4) Mengawasi mekanisme proses penerimaan PNBP; Menandatangani surat perjanjian kerjasama penyediaan barang/jasa dengan pihak ke tiga Memeriksa pembukuan Bendahara Penerima setiap bulan dana memberikan paraf Mengawasi proses penyetoran penerimaan ke Kas Negara b. Penandatangan SPM. 1) Memeriksa kembali secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku; 2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran; Pejabat Penguji dan Pejabat Pemungut Penerimaan Negara (PPPN)/Atasan Langsung Bendahara

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

82

3)

Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakan dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak);

4)

Memeriksa pencapaian tujuan atau sasaran kegiatan sesuai dengan indicator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.

c. Komitmen (PPK). 1) 2) 3)

Pejabat

Pembuat

Melakukan pemeriksaan Buku Kas Umum (BKU) setiap bulan dan memberikan paraf; Menguji kebenaran material surat surat bukti mengenai hak pihak penagih; Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi dengan persyaratan/ kelengkapan sehubungan

ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa; 4) 5) 6) 7) Memberikan bimbingan kepada pengelola anggaran agar sesuai dengan peraturan yang berlaku; Memerintahkan pembayaran atas beban APBN; Melakukan pemeriksaan keadaan kas BPP sekurangkurangnya 1 (satu) bulan sekali; Membuat Laporan Keuangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Modul Diklatpim Tingkat IV

83

d. Anggaran (KPA). 1)

Kuasa

Pengguna

Memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA dan ROK;

2) 3) 4)

Melakukan

bimbingan

dan

arahan

terhadap

pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan; Memeriksa kas Bendahara Pengeluaran sekurangkurangnya 1 (satu) bulan sekali; Membuat keputusan-keputusan dan tindakantindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban anggaran DIPA. 2. Inspektorat Inspektorat melaksanakan pengawasan secara periodik setiap tahunnya dalam rangka quality assurance yaitu memberikan jaminan bahwa pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan anggaran sudah dilakukan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku serta sebagai Sistem Peringatan Dini. Pengawasan yang dilakukan Inspektorat melalui evaluasi kinerja, reviu evaluasi tindak lanjut, pemantauan, pemeriksaan Pengawasan oleh

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

84

tahunan dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau kegiatan pengawasan lainnya.

a. Khusus di bidang Keuangan, pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat meliputi penilaian dan pengujian terhadap: 1) 2) Sumber penerimaan keuangan untuk pelaksanaan program/kegiatan; Kesesuaian penggunaan/pengeluaran dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan; 3) 4) Kesesuaian dan atau keterkaitan penggunaan uang dengan rencana yang telah ditetapkan; Kesesuaian tertib administrasi keuangan dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan serta dengan sistem akuntansi keuangan negara; b. Prosedur pengawasan dan pemeriksaan. 1) Memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis tentang rencana pelaksanaan Pengawasan dan Pemeriksaan kepada obyek yang diperiksa; dan kebijakan yang telah

Modul Diklatpim Tingkat IV

85

2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Membawa Surat Tugas Pengawasan dan Pemeriksaan kepada obyek yang diperiksa Menjelaskan program kerja Pengawasan dan Pemeriksaan kepada pihak yang diperiksa; Dilaksanakan oleh suatu Tim; Dilaksanakan di tempat obyek yang diperiksa; Dilaksanakan pada jam kerja dan hari kerja; Tim dapat melakukan konfirmasi dan atau pemeriksaan terhadap pihak ketiga; Temuan hasil Pengawasan dan Pemeriksaan sementara dikonfirmasikan oleh Tim kepada pihak yang diperiksa dalam bentuk Naskah Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan (NHPP);

9)

NHPP diekspose dihadapan pimpinan unit kerja untuk mendapat klarifikasi dengan obyek yang diperiksa;

10) Hasil dari ekspose Pengawasan dan Pemeriksaan menjadi bahan penyusunan Laporan Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan (LHPP); 11) Melakukan pemantauan atas tindak lanjut temuan atau rekomendasi; c. Proses pengawasan dan pemeriksaan. 1) 2) Persiapan pengawasan pemeriksaan. Survey pendahuluan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

86

(a) Mengumpulkan seperti

data/informasi

yang

relevan, yang

peraturan

perundang-undangan

berlaku, DIPA, ROK, SK, TOR, rencana kerja (program/kegiatan) yang dilaksanakan oleh yang diperiksa; (b) Menelaah kegiatan yang dilaksanakan; (c) Mengidentifikasi yang diperiksa. a) Penetapan arah dan prioritas pengawasan dan pemeriksaan. Diarahkan pelaksanaan dan diprioritaskan program/kegiatan terhadap yang potensi kelemahan dan kerentanan pelaksanaan program/kegiatan obyek

merupakan penjabaran dari Renstra dan menekankan untuk menjaga atau mengawal agar pelaksanaan program/kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditetapkan serta memberikan rekomendasi tindakan korektif terhadap on going activity, sehingga penyimpangan dapat dicegah sedini mungkin,proses quality assurance, yang pada akhirnya dapat memperbaiki sistem pengendalian intern.

Modul Diklatpim Tingkat IV

87

b)

Program (1) Menetapkan

kerja

pengawasan pada kerja

dan obyek yang

pemeriksaan (PKPP). substansi mekanisme untuk pemeriksaan; (2) Menetapkan digunakan melaksanakan

pengawasan dan pemeriksaan; (3) Menetapkan pembagian tugas Tim; (4) Menetapkan jadwal kerja. c)
(1) (2) (3) (4)

Susunan Tim, Tim dapat dibentuk dengan susunan: Penanggungjawab/Pengendali Mutu; Pengendali Teknis; Ketua Tim; Anggota Tim. Penyampaian Surat Pemberitahuan.
(a)

d)

Rencana pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan; Permintaan bahan-bahan berupa

(b)

data/dokumen/ informasi;
(c) (d)

Susunan Tim pengawas dan pemeriksa; Jadwal/lamanya pemeriksaan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

88

e)
(a)

Pelaksanaan pemeriksaan. Pertemuan Awal; Dijelaskan lingkup konfirmasi seperti BPK;


(b)

pengawasan

dan

tujuan dan sasaran, ruang dan dan hasil waktu tindak pelaksanaan serta atas lanjut pemeriksaan

pengawasan

rekomendasi aparat pengawas fungsional Pemeriksaan data/bahan/ dokumen

sebagai bukti pertanggungjawaban yang mencakup, kegiatan kajian, diklat dan kesekretariatan (daftar dokumen dalam lampiran);
(c)

Melakukan klarifikasi terhadap auditi atas pemeriksaan pertanggungjawaban; dokumen/bukti pengecekan fisik untuk

(d)

Melakukan pembuktian

keabsahan

pertanggungjawaban;
(e)

Penyusunan draft kertas kerja pengawasan dan pemeriksaan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

89
(f)

Penyampaian

draft

Laporan

hasil

pengawasan dan pemeriksaan;


(g)

Pembahasan/ekspose hasil pengawasan dan pemeriksaan dengan obyek yang diperiksa, serta obrik memberikan tanggapan secara tertulis;

(h)

Penyusunan Laporan hasil pengawasan dan pemeriksaan; Penyampaian laporan Hasil pengawasan dan pemeriksaan kepada pimpinan dan obyek pemeriksaan.

(i)

3. Pengawasan Eksternal a. Pengawasan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 1) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang BPK, BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan keuangan Negara;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

90

2) Dalam tersebut,

kaitannya dengan sesuai dengan

pemeriksaan BPK dan

tugasnya,

mempunyai kewenangan (a) menentukan objek pemeriksaan,(b merencanakan melaksanakan pemeriksaan, (c) menentukan waktu dan metode pemeriksaan (d) menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan, (e) meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang dan atau unit organisasi Pemerintah, (f) melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, (g) pemeriksaan terhadap perhitunganperhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Negara serta (h) menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara; 2) Pernyataan profesional BPK selaku auditor atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan

Modul Diklatpim Tingkat IV

91

dalam Laporan Keuangan didasarkan pada kriteria : a) Kesesuaian Pemerintah; b) Pengungkapan yang memadai; c) Kepatuhan terhadap ketentuan perundangundangan; d) Efektivitas (SPI); 4) Jenis opini BPK: a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), diberikan dengan kondisi: 1) Keuangan telah Laporan disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material dan informasi keuangan dalam Laporan Keuangan dapat digunakan oleh para pengguan Laporan Keuangan; 2) Keempat kriteria yang menjadi kriteriia dalam penentuan opini dapat dipenuhi; Sistem Pengendalian Intern dengan Standar Akuntansi

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

92

3) koreksi yang dapat

Semua mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan sudah dilakukan oleh auditee;

4) dinyatakan sependapat

Hasil reviu dengan hasil pemeriksaan auditor lain atas laporan keuangan yang merupakan bagian dari laporan keuangan entitas yang diberikan opini atau terhadap hasil pemeriksaan auditor lain tersebut tidak perlu direviu karena nilainya tidak material untuk laporan keuangan yang diberi opini.

b.

Wajar Paragraf kondisi : 1)

Tanpa

Pengecualian diberikan

dengan dengan Laporan

Penjelasan,

Keuangan

telah

disajikan

dan

diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, kecuali informasi halhal yang berhubungan dengan yang dikecualikan, sehingga informasi keuangan dalam Laporan Keuangan yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

93

tidak dikecualikan dalam opini pemeriksa dapat digunakan oleh para pengguna Laporan Keuangan; 2) audit telah dipenuhi; 3) oleh auditee; 4) Hasil pemeriksaan auditor lain atas bagian laporan keuangan entitas yang diberikan opini tidak dapat direviu oleh auditor BPK sedangkan nilainya material. c. 1) Wajar Dengan Pengecualian(WDP), Terdapat koreksi material yang tidak dilaksanakan Keempat kriteria kecuali pembatasan ruang lingkup

diberikan dengan

kondisi :

Laporan Keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material sehingga informasi keuangan dalam Laporan Keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna Laporan Keuangan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

94

2) 3) 4)

Pembatasan lingkup audit atas beberapa akun yang cukup material; Tidak semua koreksi telah dilakukan oleh auditee; Hasil pemeriksaan auditor lain atas bagian laporan keuangan entitas yang diberi opini tidak dapat direviu oleh auditor BPK padahal nilainya material.

d.

Tidak Wajar, diberikan dengan kondisi : 1) Laporan Keuangan tidak dapat diperiksa sesuai dengan tidak standar dapat pemeriksaan, memberikan pemeriksa

penjelasan bahwa Laporan Keuangan bebas dari salah saji material, shingga informasi keuangan dalam Laporan Keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna Laporan Keuangan. 2) Terdapat 2 (dua) kriteria yang tidak dipenuhi yaitu kesesuaian dengan SAP dan konsistensi pelaksanaan SAP; 3) Terdapat koreksi yang sangat material yang tidak dilaksanakan oleh auditee.

Modul Diklatpim Tingkat IV

95

e.

Tidak Memberikan Pendapat, diberikan dengan kondisi : 1) Keempat kriteria tidak dilaksanakan; 2) Terdapat pembatasan lingkup audit atas akun-akun yang sangat material terhadap penyajian laporan keuangan; 3) Prosedur alternatif untuk menyakini kewajaran penyajian laporan keuangan tidak dapat dilaksanakan; 4) Hasil pemeriksaan auditor lain atas bagian laporan keuangan entitas yang diberi opini tidak dapat direviu oleh auditor BPK padahal nilainya sangat material.

b. Pengawasan

oleh

Badan

Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 1) Dalam pengelolaan PNBP, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2005 tentang pemeriksaan PNBP, atas permintaan dapat Menteri Keuangan, BPKP khusus melakukan pemeriksaan

terhadap pengelolaan PNBP.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

96

2) Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan terhadap wajib bayar: 1) Bertujuan untuk: a) menguji kepatuhan atas pemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan PNBP; dan; b) melaksanakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan PNBP. 2) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi: a) penyelenggaraan catatan akuntansi yang berkaitan dengan objek pemeriksaan PNBP; b) laporan keuangan beserta dokumen pendukung yang berkaitan dengan objek pemeriksaan PNBP; c) transaksi keuangan yang berkaitan dengan pembayaran dan penyetoran objek pemeriksaan PNBP. 3) Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah: a) Bertujuan untuk: di bidang

Modul Diklatpim Tingkat IV

97

(1) pengelolaan PNBP; (2) kewajiban sesuai

meni ngkatkan efisiensi dan efektivitas men guji kepatuhan atas pemenuhan dengan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP; dan;

(3)

mela ksanakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan PNBP.

b) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi: (1) pengendalian dan penyetoran PNBP; (2) penyelenggaraan akuntansi; (3) laporan rencana dan realisasi PNBP; (4) penggunaan sarana yang tersedia berkaitan dengan PNBP yang dikelola Instansi Pemerintah. pencatatan dan pertanggungjawaban pemungutan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

98

E. Pertanggungjawaban Dan Pelaporan


1. Pertanggungjawaban Sebagai upaya konkrit dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Menteri/ pimpinan lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang Sedangkan tentang APBN unit dari segi manfaat/hasil kementerian (outcome). pimpinan organisasi

negara/lembaga bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang APBN, dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output). Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari: (1) laporan realisasi anggaran, (2) neraca, (3) laporan arus kas, dan (4) catatan atas laporan keuang yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Dalam menyusun laporan keuangan pemerintah pusat Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/pengguna

Modul Diklatpim Tingkat IV

99

Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi LaporanRealisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan Presiden kepada BPK paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan pemerintah pusat tersebut yang telah diperiksa oleh BPK harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. 2. Pelaporan 1. Laporan Realisasi a. Realisasi Anggaran RM Setiap Bulan PPK masing-masing satker menyusun dan menyampaikan laporan realisasi anggaran kepada KPA yang meliputi : Laporan Realisasi Bulanan paling lambat 1 (satu) minggu setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan dengan format laporan : 1) Realisasi Per Fungsi 2) Realisasi Per Sub Fungsi 3) Realisasi Per Program

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

100

4) Realisasi Per Kegiatan 5) Realisasi Per Sub Kegiatan 6) Realisasi Per AKUN Per Belanja b. Laporan realisasi pendapatan PNBP Laporan realisasi pendapatan PNBP dan penggunaannya disampaikan kepada Menteri Keuangan sesuai waktu yang ditetapkan yaitu : 3) 4) 5) 6) Januari. 2. Laporan Keuangan a. Ketentuan Penyusunan Laporan Keuangan Untuk triwulan I (Januari, Pebruari, Maret) disampaikan paling lambat tanggal 30 April. Untuk triwulan II (April, Mei, Juni) disampaikan paling lambat tanggal 31 Juli. Untuk triwulan III (Juli, Agustus, September) disampaikan paling lambat tanggal 31 Oktober. Untuk triwulan IV (Oktober, Nopember, Desember) disampaikan paling lambat tanggal 31

Modul Diklatpim Tingkat IV

101

1) Sebagai entitas pelaporan yaitu unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi wajib menyajikan laporan laporan dan pertanggungjawaban menyampaikannya berupa kepada keuangan

Menteri Keuangan. 2) Laporan Keuangan merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. 3) Wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. 4) SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK dan SIMAK-BMN dilaksanakan transaksi secara sinergis dan untuk menghasilkan sehingga Laporan Keuangan. SAK digunakan untuk memproses anggaran realisasinya, menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. SIMAKBMN memproses transaksi perolehan, perubahan dan penghapusan BMN untuk mendukung SAK dalam rangka menghasilkan Neraca. SIMAK-BMN juga

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

102

menghasilkan berbagai laporan, buku-buku serta kartukartu yang memberikan informasi manajerial dalam pengelolaan BMN. 5) Untuk meyakinkan keandalan laporan keuangan yang disajikan, maka Laporan Keuangan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan terlebih dahulu harus direviu oleh Inspektorat serta disertai dengan Pernyataan 6) Tanggung Jawab (Statement of Responsibility). Satker sebagai entitas akuntansi wajib menyampaikan Laporan Keuangan selaku KPA/B secara periodik dan berjenjang kepada entitas pelaporan. 7) Satker sebagai UAKPA wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa LRA, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan Satker. b. 1) a) b) 2) Dokumen Sumber Laporan Keuangan Dokumen Pendapatan : Dokumen Estimasi Pendapatan yang Dialokasikan dalam DIPA. Dokumen pendapatan berupa Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) Dokumen Belanja :

Modul Diklatpim Tingkat IV

103

a)

Dokumen pelaksanaan anggaran : DIPA, Revisi DIPA, POK, RKAKL, Revisi POK atau RKAKL, Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA), dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan;

b)

Realisasi Belanja: Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB), Surat Setoran Pajak (SSP).

c.
No Jenis Laporan/ 1 2 3 4 ADK LRA Neraca ADK BAR Bulanan X X X X

Jenis dan Periode Laporan Keuangan 1) Tingkat UAKPA ke KPPN


Periode Pelaporan Triwulanan Semestera n Tahunan

2) Tingkat UAKPA ke tingkat UAPPA-W/UAPPA-E1


No Jenis Lapor an/ Bulanan Periode Pelaporan Triwulana Semestera n n Tahunan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

104

1 2 3 4 5

ADK LRA Nerac a CaLK ADK BAR

X X

X X X

X X X

X X

3) Tingkat UAPPA-W ke Kanwil Ditjen PBN


No Jenis Laporan/ 1 2 3 ADK LRA Neraca ADK Bulanan Periode Pelaporan Triwulanan Semesteran X X X Tahunan

4) Tingkat UAPPA-W ke tingkat UAPPA-E1


No Jenis Laporan 1 2 3 4 / ADK LRA Neraca CaLK ADK Bulanan X X X Periode Pelaporan Triwulana Semesteran n X X X X X X X Tahunan

Modul Diklatpim Tingkat IV

105 X

BAR

5) Tingkat UAPPA-E1 ke tingkat UAPA


No Jenis Laporan/ 1 2 3 4 5 ADK LRA Neraca CaLK ADK BAR Bulanan X X X X Periode Pelaporan Triwulana Semesteran n X X X X X X X Tahunan

6) Tingkat UAPA ke Departemen Keuangan c.q. Ditjen. Perbendaharaan (Unaudited)


No Jenis Laporan/ 1 2 3 4 ADK LRA Neraca CaLK ADK Bulanan Periode Pelaporan Triwulanan Semesteran X X X X X Tahunan X X X

7) Tingkat UAPA ke Departemen Keuangan c.q. Ditjen. Perbendaharaan (Audited)

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

106

No

Jenis Laporan/ Bulana n ADK LRA Neraca CaLK ADK

Periode Pelaporan Triwulanan Semesteran

Tahunan X X X X

1 2 3 4

d.

Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan 1) Tingkat UAKPA Kegiatan Harian, Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan Tahunan a) dan barang milik negara. b) dokumen c) d) sumber. e) Mencetak memverifikasi RTH dengan dokumen sumber. dan sumber transaksi Menyampaikan yang mendukung dan kapitalisasi nilai BMN kepada UAKPB. Menerima memproses ADK BMN dari UAKPB setiap bulan. Merekam dokumen Menerima dan memverifikasi dokumen sumber transaksi keuangan

Modul Diklatpim Tingkat IV

107

f) setiap bulan. g) memverifikasi buku besar. h) setiap bulan. i)

Melakukan posting data untuk seluruh transaksi keuangan dan BMN Mencetak Mencetak dan dan

mengirim laporan keuangan beserta ADK ke KPPN Melakukan rekonsiliasi data dengan KPPN dan menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan data jika terdapat kesalahan pada data UAKPA. j) Mencetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan menyampaikannya ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat beserta ADK setiap bulan. k) Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan menyampaikan ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat setiap semester.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

108

l) up data. m)

Melakukan

back-

LRA, Neraca dan ADK disampaikan UAKPA kepada KPPN selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja bulan berikutnya sebagai bahan rekonsiliasi data dan pengawasan atas ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

n)

Apabila KPA tidak menyampaikan Laporan Keuangan tersebut, KPPN dapat menunda penerbitan SP2D atas SPM yang diajukan oleh KPA.

o) penerbitan (SPM-IB, penerbitan SP2D

Penundaan dikecualikan terhadap SPM Belanja Pegawai, SPM-LS dan SPM Pengembalian SPM-KP, SP2D juga SPM-KC). tidak Penundaan menggugurkan

kewajiban satuan kerja/kuasa pengguna anggaran untuk menyampaikan laporan keuangan. p) Selambatlambatnya 5 (lima) hari kerja setelah batas waktu penyampaian laporan keuangan ke KPPN, UAKPA menyampaikan laporan keuangan yang telah

Modul Diklatpim Tingkat IV

109

direkonsialiasi ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat beserta ADK dan Berita Acara rekonsiliasi. 2) Tingkat UAPPA-W Kegiatan Harian, Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan Tahunan a) yang diterima dari UAKPA setiap bulan. b) UAKPA yang berada di bawahnya. c) UAPPB-W setiap semester. d) Menyampai kan data laporan keuangan ke Kanwil Ditjen PBN sebagai bahan rekonsiliasi setiap triwulan. e) Melakukan rekonsiliasi data dengan Kanwil Ditjen PBN, menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan data jika terdapat kesalahan pada data UAPPA-W. Melakukan pencocokan hasil penggabungan data BMN dengan Menggabun gkan data laporan keuangan dari masing-masing Menerima dan memverifikasi laporan keuangan beserta ADK

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

110

f) Neraca, Laporan Realisasi

Mencetak Anggaran, dan menyampaikannya ke UAPPA-E1 beserta ADK sesuai jadwal penyampaian.

g) ke UAPPA-E1 setiap semester. h) back up data. i)

Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan menyampaikan Melakukan UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca, beserta ADK ke Kanwil Ditjen PBN setempat setiap tanggal 17 bulan berikutnya sebagai bahan pembanding, dan setiap tanggal 17 setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan sebagai bahan rekonsiliasi data.

j)

Kanwil Ditjen PBN merekonsiliasi data dari UAPPA-W dengan data yang diterima dari KPPN setiap triwulanan.

k)

UAPPA-W menyampaikan ADK dan laporan keuangan yang telah direkonsiliasi kepada UAPPA-E1 selambatlambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.

Modul Diklatpim Tingkat IV

111

3) Tingkat UAPPA-E1 Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan a) M enerima dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima dari UAPPA-W dan UAKPA Kantor Pusat setiap triwulan. b) UAPPB-E1. c) M elakukan penggabungan data laporan keuangan yang diterima dari UAPPA-W/UAKPA kantor pusat yang berada dilingkup kerjanya. d) M elakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen. PBN c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester jika diperlukan. e) M encetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan menyampaikan ke UAPA beserta ADK setiap triwulan. M elakukan pencocokan data BMN UAPPA-E1 dengan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

112

f) menyampaikan ke UAPA setiap semester. g) elakukan back up data. 4) Tingkat UAPA Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan a) dari UAPPA-E1 setiap triwulan. b) c) d) Pelaporan Keuangan setiap Menerima

M enyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan M

dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima Menggabun gkan data laporan keuangan dari UAPPA-E1. Melakukan pencocokan data BMN UAPA dengan UAPB. Melakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen. Akuntansi dan semester, menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan data jika ditemukan kesalahan pada data UAPA. e) Mencetak Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

113

menyusun Catatan atas Laporan Keuangan setiap semester dan tahunan. f) g) back up data. h) Keuangan UAPA semesteran Laporan beserta ADK disampaikan kepada Menteri keuangan c.q. Dirjen. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah semester berakhir. i) Keuangan UAPA tahunan Laporan beserta ADK disampaikan kepada Menteri keuangan c.q. Dirjen. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selambatlambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir; j) Laporan keuangan tahunan harus disertai Pernyataan Telah Direviu yang ditandatangani oleh aparat pengawas intern. Membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SOR). Melakukan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

114

e. Keuangan

Jadwal Penyusunan dan Pengiriman Laporan 1) Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I dan Neraca Per 31 Maret

Unit Organisasi UAKPA

Terima -

Proses dan Rekonsiliasi -

Kirim 12 April 2XX1

Waktu Pengiriman

3 hari UAPPA-W 15 April 2XX1 UAPPA-E1 23 April 2XX1 UAPA 28 April 2XX1 Menkeu cq. Dirjen PBN 07 Mei 2XX1 8 hari 3 hari 5 hari 20 April 2XX1 3 hari 26 April 2XX1 2 hari 06 Mei 2XX1 1 hari -

2) Laporan Keuangan Semester I


Unit Organisasi Terima Proses Kirim Waktu

Modul Diklatpim Tingkat IV

115
dan Rekons iliasi Pengiriman

UAKPA

10 Juli 2XX1 2 hari

UAPPA-W

12 Juli 2XX1

3 hari

15 Juli 2XX1 2 hari

UAPPA-E1

17 Juli 2XX1

3 hari

20 Juli 2XX1 2 hari

UAPA 22 Juli 2XX1 26 Juli 2XX1

22 Juli 2XX1 3 hari -

3 hari

25 Juli

2XX1 25 Juli 2XX1 1 hari -

1) Laporan Realisasi Anggaran Triwulan III dan Neraca Per 30 September


Unit Organisasi UAKPA Terima Proses dan Rekonsilias i 12 Okt 2XX1 Kirim Waktu Pengiriman

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

116
3 hari

UAPPA-W

15 Okt 2XX1

5 hari

20 Okt 2XX1 3 hari

UAPPA-E1

23 Okt 2XX1

6 hari

29 Okt 2XX1 2 hari

UAPA

31 Okt 2XX1

8 hari

08 Nov 2XX1 1 hari

Menkeu cq. Dirjen PBN

09 Nov 2XX1

Modul Diklatpim Tingkat IV

117

2) Laporan Keuangan Tahunan


Unit Organisasi UAKPA Terima Proses dan Rekonsiliasi Kirim 20 Januari 2XX2 3 hari UAPPA-W 23 Januari 2XX2 3 hari UAPPA-E1 02 Februari 2XX2 2 hari UAPA 10 Februari 2XX2 17 hari Tanggal terakhir Februari 2XX2 1 atau 2 hari Menkeu cq. Dirjen PBN Tanggal terakhir Februari 2XX2 6 hari 08 Februari 2XX2 6 hari 29 Januari 2XX2 Waktu Pengiriman

f.

Reviu Laporan Keuangan 1) Tujuan Reviu

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

118

Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana dalam audit, karena dalam reviu tidak mencakup pengujian atas pengendalian internal, penetapan akuntansi risiko dan pengendalian, pengujian atas pengujian respon catatan terhadap

permintaan keterangan dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, atau konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam audit. Tujuan reviu adalah untuk : a) Membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian laporan keuangan. b) Memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, keuangan dapat dan serta keabsahan pengakuan, laporan dan/atau informasi laporan dan yang atas unit pengukuran, keuangan koreksi dengan

pelaporan transaksi sesuai dengan SAP , sehingga menghasilkan perbaikan berkualitas c) Melakukan laporan kelemahan dan/atau kesalahan dalam penyajian keuangan, bersama-sama akuntansi.

Modul Diklatpim Tingkat IV

119

c. Laporan evaluasi akuntabilitas kinerja Dasar hukum 1. Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN; 2. Keuangan dan Kinerja. 3. Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Kinerja Instansi Pemerintah; Tujuan dan urgensi dilaksanakannya eveluasi akuntabilitas kinerja adalah : 1. k mendorong peningkatan 2. akuntabilitas kinerja seluruh Instansi Pemerintah; Meli hat kemajuan penerapan manajemen sector publik yang berbasis kinerja dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah; Untu kualitas serta menilai Instruksi Akuntabilitas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

120

3. mberikan saran perbaikan

Me atau rekomendasi untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas Instansi;

Cakupan evaluasi akuntabilias kinerja, dilakukan tidak hanya berdasarkan desk evaluation dan LAKIP yang diterima saja, tetapi dilakukan juga melalui penilaian di lapangan guna melihat lebih lanjut sejauhmana pelaksanaan penerapan manajemen pemerintahan yang berbasis kinerja pada Kementerian/Lembaga telah dijalankan. Gambaran dari penerapan akuntabilitas kinerja yang baik adalah satu rangkaian plan, do, check, and action improvement, menjadi umpan yaitu balik kinerja perbaikan yang direncanakan, kinerja terwujud diperjanjikan, dilaksanakan, dilaporkan dan dievaluasi untuk manajemen sehingga pemerintah secara berkelanjutan,

pemerintah yang terukur, efisien, efektif dan akuntabel. Pelaksanaan eveluasi, aspek penilaian berdasarkan pada kinerja utama 5 komponen manajemen kinerja yang meliputi : (1) Perencanaan kinerja;

Modul Diklatpim Tingkat IV

121

(2) Pengukuran kinerja; (3) Pelapran kinerja; (4) Evaluasi kinerja; (5) Capaian kinerja; Dari 5 komponen tersebut, unsur unsur yang dinilai adalah : 1. Komponen perencanaan kinerja dengan bobot nilai 35, meliputi : kelengkapan, kualitas, dan pemanfaatan dokumen renstra, rencana kerja tahunan, dan penetapan kinerja; 2. Pengukuran kinerja dengan bobot nilai 20, meliputi : pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, implementasi pengukuran; 3. Pelaporan kinerja dengan bobot nilai 15, meliputi : pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, dan pemanfaatan informasi kinerja; 4. Evaluasi kinerja dengan bobot nilai 10, hasil evaluasi; 5. Capaian kinerja dengan bobor nilai 20 mmeliputi : kinerja yang dilaporkan baik output maupun outcome, serta kinerja lainnya. meliputi : pemenuhan evluasi, kualitas evaluasi dan pemanfaatan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

122

Kesimpulan hasil evaluasi terhadap penerapan akuntabilitas kinerja Kementerian/Lembaga yang dituangkan dalam bentuk nilai dengan kriteria/predikat sebagai berikut :

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Predikat AA A B CC C D

Nilai Absolut >85-100 >75-85 >65-75 >50-65 >30-50 0-30 Memuaskan

Interprestasi

Sangat Baik Baik, dan perlu sedikit perbaikan Cukup baik (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar Agak kurang, perlu banyak perbaikan termasuk perubahan yang mendasar Kurang, dan perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar

Adapun Kementerian/Lembaga yang memperoleh nilai dengan kriteria A, B, CC, dan C adalah sebagai berikut : 2 Lembaga mendapatkan nilai dengan kriteria A, yaitu : 1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); 2. Badan Pemeriksa Keuangan RI ;

Modul Diklatpim Tingkat IV

123

17 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan kriteria B, yaitu : (1) Kemenko Perekonomian; (2) Sekretarian Negara; (3) Kementerian Dalam Negeri; (4) Kementerian ESDM; (5) Kementerian Kelautan dan Perikanan; (6) Kementerian Keuangan; (7) Kementerian PAN dan RB; (8) Kementerian PPN/Bappenas; (9) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; (10) Kementerian HUM dan HAM; (11) Kementerian Pekerjaan Umum; (12) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; (13) Kementerian Perdagangan; (14) Kementerian Pertanian; (15) Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi; (16) BPKP; (17) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional; 49 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan kriteria CC, yaitu : (1) (2) Kemenko Kesra; Kemenko Polhukam;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

124

(3) (4) (5) (6)

Kementerian Agama; Sekretariat Kabinet; Kementerian BUMN; Kementerian Kehutanan;

(7) Kementerian Kesehatan; (8) Kementerian Komimfo; (9) Kementerian Koperasi dan UKM; (10) Kementerian Lingkungan Hidup; (11) Kementerian Luar Negeri; (12) Kementerian Nakertrans; (13) Kementerian Pembangunan daerah Tertinggal; (14) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; (15) Kementerian Pemuda dan Olah Raga; (16) Kementerian Perhubungan; (17) Kementerian Perindustrian; (18) Kementerian Pertahanan; (19) Kementerian Perumahan Rakyat; (20) Kementerian Riset dan Tehnologi; (21) Kementerian Sosial; (22) Markas Besar TNI; (23) Kepolisian Negara RI; (24) Mahkaman Agung;

Modul Diklatpim Tingkat IV

125

(25) Sekretariat Jenderal MPR; (26) Sekretariat Jenderal DPR; (27) Sekretariat Jenderal DPD; (28) Arsip Nasional RI; (29) Badan Kepegawaian Negara; (30) BKKBN; (31) BKPM; (32) Bakosurtanal; (33) BMKG; (34) Badan Penganggulan Bencana Nasional; (35) BNP2TKI; (36) Badan Narkotika Nasional; (37) Badan Pengawasan Obat dan Makanan; (38) BPPT; (39) Badan Pengusahaan Batam; (40) BPS; (41) Badan Standarisasi Nasional; (42) Badan Tenaga Nuklir Nasional; (43) LAN; (44) LIPI; (45) LKPP; (46) Lembaga Ketahanan Nasional; (47) Lembaga Sandi Negara;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

126

(48) Perpustakaan Nasional RI; (49) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; 14 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan kriteria C, yaitu : (1) Kejaksaan Agung; (2) Badan Intelijen Negara; (3) Sekretarian Jenderal Komisi Yudisial; (4) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme; (5) Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo; (6) Badan Pengawas Tenaga Nuklir; (7) Badan Petranahan Nasional; (8) Badan SAR Nasional; (9) Dewan Ketahanan Nasional; (10) Komisi Nasional HAM; (11) Komisi Pengawasan Persaingan Usaha; (12) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; (13) Sekretariat Jenderal Dewan Jamsosnas; (14) Sekretariat Jenderal KPU;

BAB V TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (APBD)


A.
1. Perencanaan APBD Dalam konteks penyusunan APBD dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun rencana pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. yang Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, sesuai dengan kewenangannya dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, meliputi: a) Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) daerah untuk jangka waktu 20 tahun, yang memuat visi, misi, dan arah pembanguanan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional. RPJP daerah dan RPJM daerah ditetapkan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah ; b) Pemerintah daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) daerah dengan jangka waktu 5 tahun, yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyususnannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional.
127

Perencanaan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

128

RPJM daerah memuat: arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program kesatuan kerja perangkat daerah, lintas satuan perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif; c) Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rangcangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja pemerintah; d) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat daerah untuk periode I (satu) tahun; e) Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD), adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang merupakan penjabaran dari rencana Kerja Perangkat daerah dan rencana strategis Satuan Kerja perangkat daerah yang bersangkutan dalam I (satu) tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. Lebih lanjut proses Perencanaan pembangunan daerah disusun secara berjangka meliputi :

Modul Diklatpim Tingkat IV

129

1)

Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP) daerah untuk jangka waktu 20 tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah mengacu kepada RPJP nasional.

2)

Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM) daerah untuk jangka waktu 5 tahun, merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional.

3)

RPJM daerah memuat: arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

4)

Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu I (satu) tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah mengacu kepada rencana kerja pemerintah.

5) 6)

RPJP daerah dan RPJM ditetapkan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang disebut Rentra-SKPD memuat visi,misi, tujuan, strategi

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

130

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. 7) Renstra-SKPD dirumuskan dalam bentuk rencana kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 8) Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat daerah yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Perangkat daerah dan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan dalam I (satu) tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. 9) Nota Keuangan dan rencana APBD beserta RKA-SKPD yang telah dibahas selanjutnya disampaikan kepada DPRD untuk dibahas bersama dan ditetapkan menjadi Peraturan daerah (Perda). 10) RKA-SKPD yang telah disepakati DPRD ditetapkan dalam Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Rincian APBD: (II) Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Rincian APBD

Modul Diklatpim Tingkat IV

131

menjadi dasar bagi masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menyusun konsep dokumen pelaksanaan anggaran. Dalam penyusunannya, rencana pembangunan daerah didasarkan pada a) b) c) daerah; d) e) f) g) h) i) daerah. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2. Azas Umum Manajemen Keuangan Daerah Keuangan daerah; Potensi sumber daya daerah; Produk hukum daerah; Kependudukan; Informasi dasar kewilayahan; Informasi lain dengan penyelenggaraan pemerintah data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi mencakup: Penyelenggaraan pemerintahan daerah; Organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah; Kepala Daerah DPRD, perangkat daerah, dan PNS

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

132

Secara teknis pengelolaan keuangan daerah seperti halnya keuangan negara yang dikelola oleh Pemerintah Pusat mempunyai azas dan ruang lingkup yang spesifik. Secara garis besar azas-azas yang dijadikan landasan dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah adalah sbb: a. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Dengan demikian manajemen keuangan daerah tidak lain adalah diwujudkan dalam penyusunan dan penetapan serta pelaksanaan APBD dalam praktek. 3. Azas Umum dan Struktur APBD APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan daerah. Penyusunan APBD sebagai mana dimaksud berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. Pada prinsipnya APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

133

stabilisasi. APBD, pertumbuhan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam pelaksanaannya diterapkan azas sebagai berikut: a. b. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBS. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. c. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan. d. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. e. f. Penganggaran untuk setiap pengeluaran didukung dengan dasar hukum yang melandasinya. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. APBD harus

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

134

g.

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali tahun-tahun anggaran berikutnya.

h.

Adapun susunan (struktur) APBD terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah, dengan rincian sebagai berikut: 1) Pendapatan daerah terdiri atas: a) Pendapatan Asli Daerah (PAD) b) Dana Perimbangan; c) Lain-lain pendapatan yang meliputi; Pendapatan Asli Daerah meliputi : a) pajak daerah; b) retribusi daerah; c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; d) lain-lain PAD yang sah. Lain-lain PAD yang sah, mencakup : 1) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; 2) hasil pemanfaatan atau pendaya gunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; 3) jasa giro; 4) pendapatan bunga; 5) tuntutan ganti rugi;

Modul Diklatpim Tingkat IV

135

6) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; 7) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. Pendapatan Dana Perimbangan meliputi: 1) dana bagi hasil; 2) dana alokasi umum; 3) dana alokasi khusus. Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan. 2) Belanja Daerah a) Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang berdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. b) Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

136

fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. c) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d) Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan daerah terdiri dari: (1) pelayanan umum; (2) ketertiban dan keamanan; (3) ekonomi (4) lingkungan hidup; (5) perumahan dan fasilitas umum; (6) kesehatan; (7) pariwisata dan budaya; (8) agama; (9) pendidikan; (10) perlindungan sosial; e) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan menjadi kewenangan daerah; yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

137

f) Klasifikasi belanja menurut jenis belanja, terdiri dari: a) belanja pegawai; b) belanja barang dan jasa; c) belanja modal; d) bunga; e) subsidi; f) hibah; g) bantuan social; h) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; i) belanja tak terduga;

a.

Pembiayaan Daerah 1) 2) 3) 4) 5) 6) Penerimaan mencapai : SILPA tahun anggaran sebelumnya; Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman; Penerimaan kembali pemberian pinjaman. pembiayaan sebagaimana dimaksud,

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

138

Pengeluaran mencakup : a) b) c) d)

pembiayaan

sebagaimana

dimaksud,

pembentukan dana cadangan; penyertaan modal pemerintah daerah; pembayaran pokok utang; Pemberian pinjaman

Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembayaran. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran. 4. Penyusunan Rancangan APBD Rencana Kerja Pemerintahan Daerah dirumuskan dan dituangkan ke dalam RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah. RPJMD ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program

Modul Diklatpim Tingkat IV

139

dan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD. Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja-SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah. Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannnya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Kewajiban daerah mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran sebelumnya.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

140

Dalam rangka penyusunan RAPBD, maka Kepala Daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum APBD. Penyusunan rencana kebijakan umum APBD berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Kepala Daerah menyampaikan rancangan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah dibahas Kepala Daerah bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD. 5. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati , pemerintah daerah dan DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh Kepala Daerah. Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara dilakukan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran sebelumnya. Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Modul Diklatpim Tingkat IV

141

a. Menentukan segala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan. b. Menentukan urutan-urutan program dalam masing-masing urusan . c. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program. Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah dibahas dan disepakati bersama Kepala Daerah dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani oelh Kepala Daerah dan pimpinan DPRD. Kepala Daerah berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan pedoman RKA-SKPD sebagai pedoman Kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. Mengenai Rencana kerja dan Anggaran SKPD dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD. 2) RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja. Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun perkiraan maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

142

tahun anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dan untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya. Penyusunan RKA-SKD dengan pendekatan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan pengangaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran. 1) Penyusunan RKA-SKD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut. 2) Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja berdasarkan pencapaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. RKA-SKD memuat rencana pendapatan dan belanja serta pembiayaan untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk yang direncanakan , dirinci sampai dengan rincian obyek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA-SKPD yang telah disusun oleh Ketua SKPD disampaikan kepada PPKD. Selanjutnya RKA-SKPD dibahas oleh tim anggaran pemerintah daerah.

Modul Diklatpim Tingkat IV

143

6. Penetapan APBD Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD serta prosedural dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. b. c. Atas dasar persetujuan bersama Kepala Daerah menyiapkan rancangan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD. Apabila DPRD sampai batas waktu tidak mengambil keputusan bersama dengan Kepala Daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD, Kepala Daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan, yang disusun dalam rancangan peraturan Kepala Daerah tentang APBD. d. Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan diprioritaskan untuk belanja yang untuk keperluan setiap bulan diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib. e. Rancangan peraturan Kepala Daerah dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan Gubernur bagi Kabupaten/Kota.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

144

f.

Pengesahan terhadap rancangan Kepala Daerah dilakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimannya rancangan dimaksud.

7. Kewenangan Fungsional Dalam Manajemen Keuangan Daerah 1. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah dilimpahkan oleh pemerintah Pusat dan menjadi kewenangan pemerintah daerah terdapat pejabat daerah yang secara fungsional terkait dengan manajemen keuangan daerah. Pejabat-pejabat dimaksud adalah sebagai berikut: a. Kepala Daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan; b. Daerah kewenangan: 1) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD; 2) menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah; 3) menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang; Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan sebagaimana dimaksud diatas mempunyai

Modul Diklatpim Tingkat IV

145

4) menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran; 5) menetapkan 6) menetapkan 7) menetapkan pejabat pejabat pejabat yang yang yang bertugas bertugas bertugas melakukan melakukan melakukan pemungutan penerimaan daerah; pengelolaan utang dan piutang daerah; pengelolaan barang milik daerah dan; 8) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran. Dalam prakteknya kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh: (a) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan selaku PPKD; (b) Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Barang Daerah. Dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut, Sekretaris Daerah bertindak selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah c. 1) menyusun Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PKPD) PKPD mempunyai tugas sebagai berikut : dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah; 2) menyusun rancangan APBD dan ranncangan perubahan APBD;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

146

3) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; 4) melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah ( BUD) 5) menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, dan 6) melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah. PKPD selaku BUD Bendahara Umum Daerah berwenang: a) APBD; b) c) d) e) f) mengesahkan DPA-SKPD; melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; memberikan petunjuk tekinis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah; melaksanakan pemungutan pajak daerah; memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk; g) h) i) mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; menyimpan uang daerah; menetapkan SPD; menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan

Modul Diklatpim Tingkat IV

147

j) k)

melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi; melakukan kas umum daerah; pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas bebab rekening

l) m) n) daerah; o) p) q) r)

menyiapkan

pelaksanaan

pinjaman

dan

pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah; melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; melakukan pengelolaan utang dan piutang melakukan penagihan piutang daerah; melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; menyajikan informasi keuangan daerah; melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah; d. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah Koordinator Pengelolaan Keuangan daerah mempunyai tugas koordinasi di bidang: 1) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

148

2) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah; 3) penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; 4) penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; 5) tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat pengawas keuangan daerah dan 6) penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Selain tugas-tugas tersebut di atas, koordinator pengelolaan keuangan daerah juga mempunyai tugas: a) b) c) d) e) memimpin tim anggaran pemerintah daerah; menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD; menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah; memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD; melaksanakan keuangan daerah tugas-tugas lainnya koordinasi berdasarkan pengelolaan kuasa yang

dilimpahkan oleh Kepala Daerah. Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah.

Modul Diklatpim Tingkat IV

149

PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas: 1) 2) 3) 4) menyiapkan anggaran kas; menyiapkan SPD; menerbitkan SP2D; menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah. Kuasa BUD dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada PPKD. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah mempunyai tugas dan wewenang: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Menyusun RKA-SKPD; Menyusun DPA-SKPD; Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya; Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

150

7) 8) 9) 10) 11) 12)

Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditentukan; Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya; Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya; Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya; Mengawasi dipimpinnya; Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah; pelaksanaan angaran SKPD yang

13) 14)

Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui sekretaris daerah; Pejabat Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran: 1) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.

Modul Diklatpim Tingkat IV

151

2) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara Pengeluaran untuk melakasanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD. 3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborong, dan penjualan jasa atau bertindak sebagai pinjaman atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut, serta menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD. e. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD 1) Pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dalam melaksanakan program dan kegaitan dapat menunjukan pejabat unit kerja SKPD selalu PPTK. 2) PTK mempunyai tugas mencakup: a) Mengedalikan pelaksanaan kegiatan;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

152

b) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; c) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan kompensasi anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan /atau rentang kendali dan pertimbangan obyektif lainnya. PPTK bertanggung jawab kepada pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. f. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD 1) Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggara yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepada SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi atau usaha keuangan pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan keuangan SKPD. 2) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD mempunyai tugas : (11) Meneliti kelengkapan SPP-LS yang diajukan oleh PPTK; (12) Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU yang diajukan oleh bendahara pengeluaran; (13) Menyiapkan SPM; (14) Menyiapkan laporan keuangan SKPD.

Modul Diklatpim Tingkat IV

153

3) Pejabat

penatausahaan

keuangan

SKPD

tidak

boleh

merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

B. Pelaksanaan
1. Azas dan Mekanisme Pelaksanaan APBD Untuk melaksanakan anggaran dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam pedoman itu terdapat azas umum pelaksanaan APBD sebagai patokan yang tidak boleh dilanggar atau merupakan ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu: a. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD; b. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

154

c. Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; d. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja; e. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja; f. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD; g. Pengeluaran pada huruf (f) dapat dilakukan bila dalam keadaan darurat yang selanjutnya diusulkan dalam dalam laporan rancangan realisasi perubahan anggaran; h. Kriteria keadaan darurat pada huruf (g) di atas ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan; i. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; j. Pengeluaran Belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. APBD/disampaikan

Modul Diklatpim Tingkat IV

155

Dalam rangka pelaksanaan APBD disusun dokumen pelaksanaan anggaran SKPD dan anggaran Kas Daerah. Adapun penyiapan dokumen pelaksanaan anggaran SKPD, mengikuti tahapan kegiatan berikut: 1. Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), paling lama tiga hari kerja setelah Perda APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua Kepala SKPD untuk menyusun Rancangan DPASKPD yang memuat rincian sasaran, program, kegiatan, anggaran yang disediakan dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD dan perkiraan pendapatan. Selanjutnya Kepala SKPD menyerahkan rancangan tersebut diatas kepada PPKD paling lama enam hari kerja setelah pemberitahuan. Dalam rangka penyiapan dokumen pelaksanaan anggaran maka TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersamasama dengan Kepala SKPD paling lambat 15 hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD. Berdasarkan hasil verifikasi rancangan DPA-SKPD, pejabat PKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan Sekretaris Daerah. DPA-SKPD yang telah disyahkan disampaikan kepada SKPD, Satuan Kerja Pengawasan Daerah dan BPK.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

156

2. Anggaran Kas Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran Kas, selanjutnya dikirimkan kepada PPKD selaku Bendahara Umum Daerah bersamaan dengan Rancangan DPA-SKPD untuk mendapatkan pembahasan . PPKD selaku Bendahara Umum Daerah menyusun anggaran kas daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup guna membiayai pengeluaran sesuai rencana penerikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran Kas Daerah menurut (1) perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan, dan (2) arus Kas keluar yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode. Adapun mekanisme pengelolaan anggaran Kas Pemerintah Daerah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah. 3. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah Pada prinsipnya semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening Kas Umum Daerah, yang harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensipkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya sesuai ketentuan Perda. Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan daerah, terutama dalam melakukan pemungutan, maka:

Modul Diklatpim Tingkat IV

157

a.

Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah;

b.

Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan dengan membebankan pada pendapatan yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga. Pengembalian sebagaimana dimaksud diatas harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;

c.

Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan daerah.

4. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja daerah, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, khususnya yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

158

berkenaan dengan pelaksanaan anggaran belanja daerah terdapat ketentuan sebagai berikut: 1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah; 2) Bukti sebagaimana dimaksud diatas harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud; 3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sbelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah; 4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud diatas tidak termasuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan Kepala Daerah Sementara itu yang terkait dengan subsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan lainnya di atur sebagai berikut: a) Pemberian sudsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan dilaksanakan atas persetujuan Kepala Daerah; b) Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial danbantuan keuangan bertanggungjawab atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan

Modul Diklatpim Tingkat IV

159

laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada Kepala Daerah; c) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dalam peraturan Kepala Daerah.

Selain dari ketentuan tersebut di atas, dalam pelaksanaan belanja daerah khususnya dalam hal pengeluaran tidak terduga yang dialokasikan dalam APBD, khususnya terkait dengan pendanaan belanja tidak terduga terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut: (1) Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan; (2) Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat berdasarkan kebutuhan yang diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan setelah mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

160

menghidari adanya tumpang tindih pendanaan terhadap kegiatan-kegiatan yangtelah didanai dari anggaran pendapatan dan belanja negara; (3) Pimpinan instansi/lembaga penerimaan dana tanggap darurat bertanggungjawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan kepada atasan langsung dan Kepala Daerah; (4) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga untuk tanggap darurat ditetapkan dalam peraturan Kepala Daerah. Dalam pelaksanaan pengeluaran belanja daerah, peran

Bendahara sangat penting. Oleh karena itu terdapat kewajibankewajiban tertentu yang perlu diperhatikan terkait hal tersebut dibawah ini: a) Bendahara Pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan pajak dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

161

b) Untuk

kelancaran

pelaksanaan

tugas

SKPD anggaran

kepada dapat

pengguna

anggaran/kuasa

pengguna

diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran. 5. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah Dalam pelaksanaan anggaran pembiayaan daerah terdapat ketentuan yang berkenaan dengan (1) sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya, (2) dana cadangan, (3) investasi, (4) pinjaman daerah dan obligasi daerah serta (5) piutang daerah. Kelima persoalan di atas dapat dikemukakan berikut ini: a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk: 1) 2) 3) menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja; mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung; mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

162

Ketentuan lainnya yang terkait dengan pendanaan terhadap pelaksanaan kegiatan yang dialokasikan dalam anggaran pembiayaan daerah adalah menyangkut hal-hal: 1) Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan lanjutan didasarkan pada DPA-SKPD yangtelah disahkan kembali oleh PPKD menjadi DPA lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya; 2) Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL-SKPD. Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik maupun keuangan kepada PPKD paling lambat pertengahan bulan Desember tahun anggaran berjalan; 3) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPALSKPD setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian sebagai berikut: (a) sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan yangbersangkutan; (b) sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D dan (c) SP2D yang belum diuangkan. 4) DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada butir (1) diatas dapat dijadikan dasar

Modul Diklatpim Tingkat IV

163

pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian pembayaran. b. Dana Cadangan. Dalam pelaksanaan anggaran pembiayaan daerah persoalan pembukuan dan penatausahaan dana cadangan diatur sebagai di bawah ini: 1) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah daerah yang dikelola oleh BUD; 2) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan; 3) Program dan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan program dan kegiatan; 4) Untuk pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud diatas dana cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah; 5) Pemindahbukuan paling tinggi sejumlah pagu dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

164

pelaksanaan kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan; 6) perintah 7) Pemindahbukuan pemindabukuan persetujuan PPKD; Dalam hal program dan kegiatan sebagaimana dimaksud diatas telah selesai dilaksanakan dan target kinerjanya telah tercapai, maka dana cadangan yang masih tersisa pada rekening dana cadangan, dipindabukuan ke rekening kas umum daerah. Selain pengaturan tentang pembukuan mengenai pelaksanaan pembiayaan dana cadangan terdapat pula ketentuan lainnya yang berkenaan dengan hal-hal dibawah ini: 1) Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana cadangan belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan resiko rendah; 2) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam portofolio sebagaimana dimaksud diatas menambah jumlah dana cadangan; dilakukan oleh kuasa dengansurat BUD atas

Modul Diklatpim Tingkat IV

165

3) meliputi:

Portofolio sebagaimana dimaksud di atas a. deposito; b. sertifikat Bank Indonesia (SBI); c. surat perbendaharaan negara (SPN); d. surat utang negara (SUN); dan e. surat berharga lainnya yang dijamin pemerintah.

4)

Penatausahaan

pelaksanaan

program

dan

kegiatan yang dibiayai dana cadangan diperlukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program/kegiatan lainnya

c.

Investasi Mengenai ketentuan investasi dalam kaitan dengan pelaksanaan pembiayaan terdapat ketentuan bahwasanya

investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan modal (investasi) daerah. Sedangkan pengurangan,penjualan dan/atau pengalihan investasi dicatat pada rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal)

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

166

d.

Pinjaman dan Obligasi Daerah Ketentuan-ketentuan mengenai hal ini termuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara, dimana: 1) 2) 3) Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah; Pemerintah daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain; Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang milik daerah) tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman daerah; dan 4) Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut dapat jaminan obligasi daerah. Selanjutnya Kepala SKPD melaksanakan penatausahaan atas pinjaman dan obligasi daerah. Dalam rangka pelaksanaan pinjaman daerah dan juga obligasi daerah, hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan negara sebagai keseluruhan, maka: 1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada Menteri

Modul Diklatpim Tingkat IV

167

Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap akhir semester tahun anggaran berjalan; 2) Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman sebagaimana dimaksud pada butir 1) terdiri atas: (a) jumlah penerimaan pinjaman; (b) pembayaran pinjaman (pokok dan bunga); dan (c) sisa pinjaman. Selain itu terdapat kewajiban yang perlu dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yang berkenaan dengan hal-hal berikut: 1) tempo; 2) Apabila APBD/perubahan daerah maka anggaran APBD Kepala yang tidak Daerah tersedia mencukupi dapat dalam untuk Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang telah jatuh

pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi melakukan pelampauan pembayaran mendahului perubahan atau setelah perubahan APBD; 3) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah sebelum perubahan APBD dilaporkan kepada DPRD dalam pembahasan awal perubahan APBD;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

168

4)

Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah setelah perubahan APBD dilaporkan kepada DPRD dalam laporan realisasi anggaran;

5)

Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang jatuh tempo;

6) 7) 8)

Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanja bunga; Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanja bunga; Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening cicilan pokok utang yang jatuh tempo.

Agar secara yuridis memiliki landasan yang kuat, maka: 1) 2) Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah; Peraturan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada butir 1) di atas sekurang-kurngnya mengatur mengenai hal-hal berikut:

Modul Diklatpim Tingkat IV

169

(a) penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan pengendalian resiko; (b) perencanaan dan penetapan portofolio pinjaman daerah; (c) penerbitan obligasi daerah; (d) penjualan obligasi daerah melalui lelang dan/atau tanpa lelang; (e) pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo; (f) pelunasan; dan (g) aktivita lain dalam rangka pengembangan pasar perdana ke pasar sekunder obligasi daerah. 3) Penyusunan peraturan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud di atas berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri

e.

Piutang Daerah Untuk melaksanakan tagihan piutang daerah, maka dalam pengelolaan keuangan daerah diatur hal-hal sebagai berikut: 1) Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

170

2)

PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggungjawab SKPD;

3)

Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan diselesaikan undangan; seluruhnya sesuai pada saat jatuh tempo, dengan peraturan perundang-

4)

Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

5)

Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan;

6)

Piutang

daerah

dapat

dihapuskan

dari

pembukuan dengan penyelesaian secara mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan; 7) Penghapusan piutang daerah ditetapkan oleh: (a) Kepala Daerah untuk jumlah sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

Modul Diklatpim Tingkat IV

171

(b) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 8) 9) Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah; Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah, Kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi penagihan. Kewajiban lainnya setiap Kepala SKPD dalam hal piutang daerah: 1) Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada Kepala Daerah; 2) Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga harus dipisahkan dengan bukti penerimaan kas atas pendapatan pada tahun anggaran berjalan. Demikianlah secara teknis pelaksanaan APBD yang perlu diperhatikan oleh para pejabat pengelola Keuangan daerah dan Kepala SKPD dalam rangka tertib pengelolaan keuangan daerah (manajemen keuangan daerah) sebagian integral dari sistem pengelolaan Keuangan negara sebagai keseluruhan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

172

ditinjau aspek kebijakan yang tertuang dalam peraturan perundangan. 2. Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan Perubahan APBD a. Laporan Realisasi Semesteran Pertama APBD. 1) Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya 2) Laporan disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah daerah. b. 1) perubahan prakiraan 2) Perubahan APBD Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau keadaan, perubahan dibahas APBD bersama anggaran DPRD yang denganpemerintah daerah dalam rangka penyusunan tahun bersangkutan, apabila terjadi: perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;

Modul Diklatpim Tingkat IV

173

3)

keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegioatan dan antar jenis belanja;

4) 5) 6) c.

keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; keadaan darurat; keadaan luar biasa. yang belum tersedia anggarannya yang

Dalam keadaan darurat, pemeritah daerah dapat melakukan pengeluaran selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

d.

Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya; 2) tidak diharapkan terjadi secara berulang; 3) berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; 4) memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

174

e. f.

Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa; Dalam keadaan luar biasa adalah keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen);

g.

Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir;

h.

Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran;

i.

Realisasi

pengeluaranatas

pendanaan

keadaan

darurat

dan/atau keadaan luar biasa, dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. 3. Penatausahaan Keuangan Daerah a. Azas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah 1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran orang atau badan yang menerima atau yang menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib

Modul Diklatpim Tingkat IV

175

menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud. b. Daerah Untuk pelaksanaan APBD, Kepala Daerah menetapkan: 1) pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD; 2) pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM; 3) pejabat yang diberi wewenang mengesahkan surat pertanggungjawaban (SPJ); 4) bendahara penerimaan/pengeluaran; 5) pejabat lainnya yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD. Penetapan pejabat di atas, dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan. c. Penatausahaan Bendahara Penerimaan 1) Penyetoran uang tunai; penerimaan pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (3) dilakukan dengan Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

176

2) Penyetoran sebagaimana dimaksud ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk, dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit; 3) Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang, cek atau surat berharga yang dalam penguasaannya lebih dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada bank atau giro pos; 4) Bendahara penerimaan pada SKPD terhadap wajib seluruh menyelenggarakan pembukuan

penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya. 5) Bendahara penerimaan laporan pada SKPD wajib menyampaikan bulan berikutnya. 6) PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban penerimaan. d. Penatausahaan Bendahara Pengeluaran 1) 2) Permintaan pembayaran dilakukan melalui penerbitan SPPLS, SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU PPTK mengajukan SPP-LS melalui pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD kepada pengguna anggaran/kuasa pertanggungjawaban

penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 10

Modul Diklatpim Tingkat IV

177

pengguna anggaran paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya tagihan dari pihak ketiga. 3) Pengajuan SPP-LS dilampiri dengan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4) Bendahara pengeluaran melalui pejabat penatausahaan keuangan (satu) bulan 5) 6) Pengajuan SPP-UP sebagaimana dimaksud, dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana. Untuk penggantian dana penambahan uang persediaan, bendahara pengeluaran mengajukan SPP-GU dan/atau SPPTU 7) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincianrincian kebutuhan dan waktu penggunaan. e. Akuntansi Keuangan Daerah 1) Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang mengacu kepada standar akuntansi pemerintahan. pada SKPD mengajukan SPP-UP kepada pengguna anggaran setinggi-tingginya untuk keperluan 1

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

178

2)

Sistem akuntansi pemerintahan daerah ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah.

3) Kepala Daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintahan menetapkan peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan akuntansi. 4) Sistem akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi: 5) Sistem akuntansi disusun berdasarkan prinsip pengendalian intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 4. Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD a. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana, yang berada dalam tanggungjawabnya. b. Penyelenggaraan akuntansi merupakan pencatatan/penatausahaan atas transaksi keuangan di lingkungan SKPD dan menyiapkan laporan keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya. c. Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran, rencana dan catatan atas laporan keuangan yang disampaikan kepada Kepala Daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berikutnya.

Modul Diklatpim Tingkat IV

179

d. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggungjawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. e. PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya. f. PPKD menyusun laopran pemerintah daerah terdiri dari: 1) 2) 3) 4) laporan realisasi anggaran; neraca; laporan arus kas; catatan atas laporan keuangan.

g. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. h. Laporan keuangan dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah. i. Laporan keuangan pemerintah disampaikan kepada Kepala Daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. j. Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

180

berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. 5. Pengendalian Defisit dan Penggunaan Surplus APBD a. Pengendalian APBD 1) Dalam hal APBD diperkirakan defisit ditetapkan sumbersumber pembiayaan untuk menutupi defisit tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD. 2) Defisit APBD ditutup dengan pembiayaan netto. 3) Dalam rangka pengendalian fiskal nasional, Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD. 4) Defisit APBD dapat ditutup dari sumber pembiayaan: a) sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) daerah tahun sebelumnya; b) pencairan dana cadangan; c) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; d) penerimaan pinjaman; e) penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Modul Diklatpim Tingkat IV

181

b. Penggunaan Surplus APBD 1) 2) Dalam hal APBD diperkirakan surplus penggunaannya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD. Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. c. Pengelolaan Piutang Daerah 1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja dan kekeyaan daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu. 2) pemerintah daerah merupakan hak mendahului atas piutang jenis 3) tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan. Piutang daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan 4) tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan. Penyelesaian piutang daerah sebagai akibat hubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundan-undangan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

182

d. Pengelolaan Investasi Daerah 1) Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. 2) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. 3) 4) 5) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi permanent dan non permanent. Investasi permanen dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualkan atau tidak ditarik kembali. 6) Investasi non permanen dimaksudkan untuk dimiliki tidak secara berkelanjutan atau ada niat untuk diperjual belikan atau ditarik kembali. 7) Pedoman investasi permanen dan non permanen diatur lebih lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri. e. Pengelolaan Barang Milik Daerah 1) Barang milik daerah diperoleh atas beban APBD dan perolehan lainnya yang sah.

Modul Diklatpim Tingkat IV

183

2)

Perolehan lainnya yang sah mencakup : a) Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/yang sejenis; b) Barang yang diperoleh dari kontak kerjasama, kontrak bagi hasil; c) Barang yang diperoleh berdasarkan penetapan karena peraturan perundang-undangan; d) Barang yang diperoleh dari putusan pengadilan.

3)

Pengelolaan barnag daerah meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang mencakup pengadaan, dan perencanaan penilaian, pengamanan. kebutuhan, penghapusan, penganggaran,

penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, pemindahtanganan

4)

Pengelolaan pada peraturan perundang-undangan.

f. Pengelolaan Dana Cadangan. Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan kegiatan yang penyediaan danannnya tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

184

g. Pengelolaan Utang Daerah 1) Kepala Daerah dapat mengadakan utang daerah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD. 2) PPKD menyiapkan rancangan peraturan Kepala Daerah tentang pelaksanaan pinjaman daerah. 3) Pinjaman daerah bersumber dari: a) pemerintah; b) pemerintah daerah lain; c) lembaga keuangan bank; d) lembaga keuangan bukan bank; e) masyarakat. 6. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa: 1) 2) 3) 4) Laporan Realisasi Anggaran; Neraca; Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Modul Diklatpim Tingkat IV

185

Laporan keuangan dimaksud disusun dengan Standar Akuntansi Pemerintah, dan sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah dikeluarkan UU N0.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis pemeriksaan negara, yang yaitu dilaksanakan terhadap pengelola keuangan

pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern. Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan keuangan dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

186

pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini dalam lingkungan pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawas Daerah. Oleh karena itu dengan spirit sinkronisasi dan sinergitas terhadap berbagai undang-undang tersebut diatas, maka pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam suatu peraturan pemerintah harus bersifat umum dan lebih menekankan kepada hal yang bersifat prinsip, norma, azas, landasan umum dalam penyusunan, dan pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan

pertanggungjawaban keuangan daerah. Sementara itu sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah secara rinci ditetapkan oleh masing-masing daerah. Kebhinekaan dimungkinkan terjadi sepanjang hal tersebut masih sejalan atau tidak saling bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang terkait dengan keuangan negara. Dengan upaya tersebut, diharapkan daerah didorong untuk lebih tanggap, kreatif dan mampu mengambil inisiatif dalam perbaikan dan pemutakhiran sistem dan prosedurnya serta meninjau kembali sistem tersebut secara terus menerus dengan tujuan memaksimalkan efisiensi tersebut berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan setempat. Dalam rangka Otonomi,

Modul Diklatpim Tingkat IV

187

Pemerintah Daerah dapat mengadopsi sistem yang disarankan oleh pemerintah Pusat sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya dengan tetap memperhatikan memperhatikan standar dan pedoman yang ditetapkan. 7. Pembinaaan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Pembinaan dan Pengawasan 1) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri. 2) Pembinaan meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan, pelatihan serta penelitian dan pengembangan; 3) Pemberian keuangan pedoman daerah, mencakup perencanaan dan evaluasi, dan serta penyususnan APBD, penatausahaan, pertanggungjawaban pemantauan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah. 4) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBD yang dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyuruh kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

188

5) Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan secara berkala bagi Kepala Daerah atau wakil Kepala Daerah, anggota DPRD, perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah. 6) Pembinaan untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh gubernur selaku awakil pemerintah. 7) DPRD melakukan pengawasan terhadap terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. 8) Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-udangan. b. Pengendalian Intern 1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparasnsi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepada daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengadilan intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipinpinya. 2) Pengaturan dan penyelenggaraan sistem pengendalian intern berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Penyelesaian Kerugian Daerah 1) Setiap kerugian daerah disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan.

Modul Diklatpim Tingkat IV

189

2) Bendahara pegawai negeri bukan Bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum, atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut. 3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun. d. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah 1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk; a) Menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum; b) Mengelola dana khusus untuk meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat. 2) BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 3) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD yang bersangkutan. 4) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis dilakukan oleh Kepala SKPD yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

190

bertanggungjawab bersangkutan.

atas

bidang

pemerintah

yang

5) BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain. 6) Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLUD yang bersangkutan.

191

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

192

BAB VI PENERAPAN TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DALAM ORGANISASI

Muatan materi bahan ajar tentang manajemen (pengelolaan) Keuangan Negara yang didituangkan dalam buku ini terutama bersumber dari peraturan perundangan yang berkenaan dengan praktek dalam tugastugas dinas pemerintahan yang perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan kebijakan bidang Keuangan Negara. Perubahan Kebijakan bidang Keuangan Negara mempunyai implikasi terhadap pengelolaan keuangan daerah, karena sistem keuangan Negara yang dipraktekan dalam penyelenggaraan Negara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia meliputi sistem pengelolaan (manajemen) keuangan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan oleh pemerintah daerah. Penyempurnaan materi buku ini perlu mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kebijakan bidang Keuangan Negara yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.

193

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

194

Selanjutnya terkait dengan materi

Penerapan Teknik Pengelolaan

Keuangan Negara dalam Organisasi pada modul ini, pada dasarnya adalah upaya mempraktikkan bagaimana mengelola keuangan negara (mendemonstrasikan kompetensinya) oleh peserta Diklat di masingmasing unit kerjanya setelah menerima materi secara keseluruhan. Dengan demikian, peserta Diklat tidak hanya memahami tentang konsep dan kebijakan pengelolaan Keuangan Negara, akan tetapi juga mampu mempraktikkannya di unit organisasi masing-masing. Adapun hal-hal yang harus dipahami dan dipraktikkan oleh peserta Diklat berkaitan dengan Penerapan Teknik Pengelolaan Keuangan Negara dalam Organisasi, mencakup siklus teknik mengelola keuangan negara, yang antara lain meliputi: 1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran, antara lain terdiri dari: a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA); b. Revisi DIPA; c. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) atau RKAKL Formulir 1.5; d. Revisi POK atau RKAKL Formulir 1.5; e. Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA); f. Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan (SBU, RAB, ROK, dll).

Modul Diklatpim Tingkat IV

195

2. Dokumen Pengeluaran Anggaran, antara lain terdiri dari: a. b. c. d. Surat Perintah Membayar (SPM); Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); Surat Perintah Pengesahan dan Pembukuan (SP3); Dokumen pengeluaran anggaran lainnya yang dipersamakan

(GU, TU, TUP dll). 3. Dokumen Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara (BMN) a. Dokumen Laporan Keuangan, meliputi: 1) LRA Triwulan I dan Neraca per 31 Maret lambatnya tanggal 9 Mei tahun anggaran berjalan; 2) LRA Semester I, Neraca per 30 Juni, dan Catatan Atas Laporan Keuangan selambat-lambatnya tanggal 26 Juli tahun anggaran berjalan; 3) LRA Triwulan III dan Neraca per 30 September selambatlambatnya tanggal 9 November tahun anggaran berjalan; 4) LRA Tahunan, Neraca per 31 Desember, dan dan Catatan Atas Laporan Keuangan selambat-lambatnya tanggal terakhir di Bulan Februari setelah tahun anggaran berakhir. b. Dokumen Laporan Barang Milik Negara (BMN), meliputi: 1) Laporan Barang Pengguna Semester I dan Catatan atas Laporan BMN (CaL BMN); selambat-

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

196

2) Laporan Barang Pengguna Semester II dan Catatan atas Laporan BMN (CaL BMN); 3) Laporan Barang Pengguna Tahunan dan Catatan atas Laporan BMN (CaL BMN);

DAFTAR PUSTAKA
Buku 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. M. Hadi, Administrasi Keuangan Negara, Jakarta t.p. 1980. Bambang Kusmanto, dkk. Keuangan Negara, Yogyakarta, Intermedia, 1992 Sujanto, Beberapa Pengertian Keuangan Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1963 Suparmoko, M. Azasa-asaz Ilmu Keuangan Negara, Yogyakarta, BPFE, 1987 Endang Larasati dkk, Materi Pokok Keuangan Negara, Jakarta, Karunika, STIAPress, 2000 Universitas Terbuka, 1986 Anwar Sulaeman, Pengantar Keuangan Negara dan Daerah, Jakarta Yuniadi Soewartoyo, Keuangan Negara, Jakarta STIA-Press, 1999 M. Ikhsan, Keuangan Daerah di Indonesia Jakarta STIA- Press, 2002 Mamesah, J.D. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta, Gramedia 1995
197

1982

Subagio, M. Hukum Keuangan Negara R.J. Jakarta Rajawali Press,

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

198

11. 12.

Sulaeman Anwar, Manajemen Asset Daerah Jakarta, STIA-Press, 2000 Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( SANKRI ) Jilid IV Jakarta, LAN, 2

Dokumen 1. Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 2. Undang Undang No. 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara 3. Undang Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah 4. Undang-undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 5. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahuan 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 7. Peraturan Kepala LAN Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan di lingkungan LAN. 8. Warta LAN Nomor 28/Tahun IX/2012

Anda mungkin juga menyukai