Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.

Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju.1 Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Obat-obatan yang banyak dikonsumsi masyarakat merupakan obat-obatan kimia yang secara berkala harus selalu dikonsumsi sehingga menimbulkan ketergantungan pada obat tersebut. Oleh sebab itu, perlu diadakan terapi yang memberikan solusi tepat tanpa membebani masyarakat untuk senantiasa bergantung pada obat. Terapi tersebut adalah terapi herbal yang menyeluruh. Dalam hal ini, untuk penyakit hipertensi dibutuhkan herba Rosella (Hibiscus sabdarifa Linn.) sebagai salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah Hipertensi dimana tekana n didefinisikan sebagai sistoliknya di atas tekanan darah persisten 140 mmHg dan tekanan

diastoliknya di atas 90 mmHg. Penderita hipertensi pada umunya berusia 20 tahun ke atas. Faktor -faktor yang memengaruhi

hipertensi yaitu jenis kelamin, usia, obesitas, merokok, stress, dan riwayat keluarga. Faktor-faktor tersebut memberikan kecenderungan bahwa semua orang dapat dimungkinkan menderita penyakit

hipertensi.

Pengobatan medis yang dilakukan oleh para penderita mereka untuk mengkonsumsi obat -obatan yang

menganjurkan

berbahan dasar kimia dari para ahli m edis secara rutin. Hal tersebut mengakibatkan para penderita terkadang merasa jenuh karena harus mengkonsumsi obat -obatan tersebut. Dengan demikian saya

membuat produk berbahan dasar bunga Rosella sebagai asupan yang diharapkan mampu menarik minat penderit a hipertensi untuk

mengkonsumsinya. Hal ini dimaksudkan untuk meminimali sasi efek samping dari penggunaan obat -obatan yang berbahan dasar kimia

1.3 Tujuan Adapun yang menjadi tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran terkait penyakit hipertensi dan memberikan solusi dengan terapi herbal yaitu menggunakan Teh Rosella.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Penyakit Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan; Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.) Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

2.1.1 1.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Kategori normal yaitu keadaan dimana tekanan darah sistoliknya di bawah 130 mmHg dan tekanan darah diastoliknya di bawah 85 mmHg.

2.

Kategori normal tinggi yaitu keadaan dimana tekanan darah sistoliknya antara 130-139 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diantara 85-89 mmHg.

3.

Kategori hipertensi ringan (stadium 1) yaitu keadaan dimana tekanan darah sistoliknya antara 140-159 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diantara 90-99 mmHg.

4.

Kategori hipertensi sedang (stadium 2) yaitu keadaan dimana tekanan darah sistoliknya antara 160-179 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diantara 100-109 mmHg

5.

Kategori hipertensi berat (stadium 3) yaitu keadaan dimana tekanan darah sistoliknya antara 180-209 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diantara 110-119 mmHg

6.

Kategori hipertensi maligna (stadium 4) yaitu keadaan dimana tekanan darah sistoliknya 210 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastoliknya 120 mmHg atau lebih. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak

diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara; pertama, meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Kedua, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Ketiga, bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal

sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

2.2 Etiologi Penyakit 2.2.1 Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer) Hipertensi Primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti namun biasanya sebagai akibat dari sensitivitas garam, homeostasis renin, resistansi insulin, tidur apneu, genetik (keturunan), umur, dan obesitas. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

2.2.2

Hipertensi Sekunder Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit

ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu. 1. Penyakit Ginjal dengan kriteria stenosis arteri renalis, pielonefritis glomerulonefritis, tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), dan trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) atau akibat terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal seperti Hiperaldosteronisme, Sindroma Cushing (sekresi kortisol yang berlebihan), dan Feokromositoma. Tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin

(noradrenalin). 3. Obat-obatan, biasanya jenis obat-obatan yang dikoonsumsi seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoietin, kokain, penyalahgunaan alkohol, dan konsumsi kayu manis (dalam jumlah sangat besar). Penyebab lainnya bisa diakibatkan oleh koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan, porfiria intermiten akut, keracunan timbal akut.

2.3 Patofisiologi Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi.

2.3.1

Faktor Penyebab Hipertensi Faktor-faktor yang berkontribusi pada terbentuknya hipertensi adalah

sebagai berikut: 1. Meningkatnya Aktivitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll 2. 3. 4. 5. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor Asupan natrium (garam) berlebihan Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron 6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik 7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal 8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal 9. Diabetes mellitus

10. Resistensi insulin 11. Obesitas 12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors 13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular 14. Berubahnya transpor ion dalam sel

Gambar 2.1 Mekanisme patofisiologi dari hipertensi (Goodman, 1998)

2.3.2

Gejala Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut; sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur (yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal). Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg. Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah

kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan. Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d beberapa hari.

2.4 Komplikasi Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain (tabel 3), maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung.

2.4.1

Diagnosis Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5

menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.

Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal. 1. Retina Retina merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi. 2. Jantung Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada. Pada stadium awal, perubahan tersebut bisa ditemukan melalui pemeriksaan ekokardiografi

(pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik untuk menggambarkan keadaan jantung). Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi jantung keempat), bisa didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan jantung paling awal yang terjadi akibat tekanan darah tinggi. 3. Ginjal Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama melalui pemeriksaan air kemih. Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam air kemih bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal. Pemeriksaan pada penderita usia muda bisa berupa rontgen dan radioisotop ginjal, rontgen dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormon tertentu. Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai riwayat kelainan ginjal sebelumnya. Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan adanya bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke ginjal, yang mengalami penyempitan). Dilakukan analisa air kemih dan rontgen atau USG ginjal.

10

2.4.2

Pemeriksaan Lain Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam air kemih bisa

ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin. Biasanya hormon tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat. Mengukur kadar kalium dalam darah bisa membantu menemukan adanya hiperaldosteronisme dan mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu menemukan adanya koartasio aorta.

2.5 Mengenal Rosella 2.5.1 Morfologi Tanaman rosela merupakan tanaman jenis perdu yang mudah ditanam, melalui biji yang telah disemai. Tingginya bisa mencapai hingga 3-5 meter, batangnya berwarna cokelat dengan warna kemerahan. Tanaman rosela memiliki bunga yang sangat indah, kaliksnya berwarna merah cerah,tebal dan kaku serta permukaan kelopaknya berbulu, dan memiliki rasa yang amat masam. Bunga rosela inilah yang memiliki sejuta Khasiat bagi macam-macam penyakit,bunga ini dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan dan minuman, seperti

sirup,jelly,saos,ekstrak the atau manisan rosela. Sedangkan daunya yang masih muda bisa dikonsumsi sebagai salad. Sementara itu di Afrika, biji Roselle

dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Di Sudan, Roselle diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan Karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan orang Sudan.

2.5.2

Kandungan Gizi Rosella Rosella mengandung beberapa zat yang sangat penting bagi kesehatan.

Tiap 100 gr kelopak bunga segar mengandung 260-280 mg vitamin C. Vitamin C tersebut 3 kali lipat dari buah anggur hitam, 9 kali lipat jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah belimbing, dan 2.5 kali lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji.

11

Selain itu, rosella juga mengandung vitamin D, vitamin B1, B2, niacin, riboflavin, karoten, zat besi, asam amino,... polisakarida, omega 3 dan kalsium dalam jumlah yang cukup tinggi (486 mg/100 gr). Rasa asam dalam bunga rosella merupakan perpaduan berbagai jenis asam seperti asam askorbat, asam sitrat, dan asam glikolic yang juga bermanfaat bagi tubuh. Bahan aktif yang juga terdapat dalam rosella adalah grossy peptin, anthocyanin, gluside hibiscin, dan flavonoid yang bermanfaat mencegah kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah, dan sebagainya. Kandungan seratnya pun cukup tinggi yang berperan dalam melancarkan system pembuangan dan menurunkan kadar kolesterol.

2.5.3

Manfaat Tanaman Rosella Masyarakat Indonesia diberbagai daerah karena teh rosella sudah

digunakan sejak lama sebagai obat herbal, sebagai contoh di daerah Jawa Tengah dikenal sebagai merambos hijau, di Padang sebagai Asam Jarot, di Muara Enim sebagai Asam Rejang. Selain dikenal sebagai tumbuhan obat di Indonesia, di luar negeri juga teh rosella sudah dikenal sejak lama. Contoh di India Barat sebagai sorell, prancis Oseille Rouge, Afrika Utara sebagai karkade, dan di daerah Sinegal dikenal sebagai Bisap. Berikut berbagai manfaat yang dapat diambil dari mengkonsumsi Teh rosella beberapa daintaranya bisa menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan darah, meningkatkan peristaltik usus, mengobati cacingan, mematikan microbacterium tubercolusis, dapat menurunkan berat badan, cocok untuk program diet.

12

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Terapi Nonfarmakologi Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium (diet rendah natrium, aktivitas fisik, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Aktivitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.

13

Tabel 3.1 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi


Modifikasi Penurunan berat badan (BB) Adopsi pola makan DASH Diet rendah sodium Rekomendasi Pelihara berat badan normal (BMI 18.5 24.9) Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium klorida) Regular Aktivitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu Kira-kira penurunan tekanan darah, range 5-20 mmHg/10-kg penurunan BB 8-14 mm Hg1

2-8 mm Hg

Aktivitas fisik

4-9 mm Hg18

Tidak mengkonsumsi alkohol

Limit minum alkohol tidak lebih dari 2-4 mm Hg 2/hari (30 ml etanol [mis.720 ml beer], 300ml wine) untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan Sumber: Sylvia Escoot, 1996 Keterangan singkatan: BMI (body mass index), BB (berat badan), DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension).

3.2 Terapi Farmakologi Herbal Solusi yang terbaik adalah solusi yang bisa memberikan jaminan atas problematika diatas dengan cara memberikan masukan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi obat -obatan alternatif yang berbahan dasar alami dan higienis yaitu berupa teh berbahan dasar bunga Rosella. Bunga Rosella dipilih sebagai bahan dasar karena

mengandung 9,6 mg anthocyanin yang mampu menurunkan tekanan darah jika dikonsumsi setiap hari selama empat minggu yang hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari. Selain itu, bunga Rosella juga mengandung Vit C, Vit A, 18 jenis asam amino, serta kalsium yang diperlukan oleh tubuh.

14

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Dari studi pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit hipertensi banyak diderita oleh masyarakat yang memiliki latar belakang faktor keturunan, mereka yang memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol akan mudah terkena hipertensi. Sebagai salah satu solusi alami adalah dengan terapi herbal menggunakan teh rosella dan membiasakan hidup yang sehat serta olah raga yang teratur.

4.2 Saran Untuk kefalidan data yang ada, dibutuhkan pengkajian yang lebih lanjut terkait aplikasi pemanfaatan pengobatan hipertensi menggunakan teh rosella.

15

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: Gramedia Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT HIPERTENSI. 2006 Goodman, Cathrine Cavallaro. 1998. Pathology Implication for The Physical Therapist. US : W. B. Saunders company Maryati, Herti dkk. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Jakarta: Agromedia Pustaka. Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krauses Food, Nutrition, & Diet Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company Winarti, Asri. 2006. Minuman Kesehatan. Surabaya: Trubus Agrisarana.

16

Anda mungkin juga menyukai