Anda di halaman 1dari 6

FORENSIK ENTOMOLOGI Pendahuluan Cabang entomologi forensik memanfaatkan pengetahuan, adanya binatang yang langsungmenyerbu mayat sesaat setelah

meninggal. Faktor penariknya dapat berupa darah atau proteinyang dikeluarkan oleh mayat. Misalnya, ada jenis lalat yang langsung bertelur pada luka terbukaatau organ tubuh terbuka lainnya, segera setelah seseorang meninggal. Namun, terdapat jugalalat jenis lainnya yang menunggu sampai mayat agak membusuk untuk bertelur. Larva lalat itudengan cepat menetas menjadi belatung, dan memakan daging mayat. Dalam kondisi tertentu belatung mampu memakan habis daging dalam waktu hanya beberapa hari, misalnya jika cukupsinar matahari, cuaca hangat atau kelembaban cukup. Para ahli forensik entomologi biasanyamemeriksa mayat korban pembunuhan, dengan mengambil makhluk hidup yang ada pada mayattersebut. Belatung, lalat atau telur lalat atau kumbang dikumpulkan dan dianalisis dilaboratorium. Pembagian serangga yang ditemukan pada entomologi forensik:a. 1. Nekrofagus : serangga yang memakan jaringan tubuh mayat b. 2. Predator-parasit : serangga yang memakan serangga nekrofagusc. 3. Omnivor : serangga yang memakan jaringan tubuh mayat dan serangga lain Kelompok nekrofagus merupakan kelompok serangga yang paling penting dalam membantu perkiraan waktu kematian. Segera setelah kematian, serangga tertentu akan mendatangi,memakan dan berkembang biak pada mayat. Definisi Entomologi adalah cabang sains yang mengkaji mengenai serangga. Berasal dari bahasaLatin entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan. Entomologi merupakan ilmu yang menjadi dasar bagi ilmu-ilmu lain yang memberikan data awal mengenai karakteristik, bentuk kehidupan, dan bermacam pengetahuan lain mengenai serangga yangselanjutnya dapat digunakan untuk menunjang ilmu lain dalam memanfaatkan keberadaan serangga. Entomologi forensik adalah aplikasi ilmu serangga yang memfokuskan kajian pada penyelidikan kematian manusia dengan menggunakan serangga sebagai petunjuk. Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain. Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan histologiartropoda, namun saat ini entomologi dalam metode-metodenya juga meliputi ilmu lain sepertikimia dan genetika. Dengan penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasi DNA pada tubuh serangga dalam entomologi forensik, maka dapat memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan tubuh atau mayat seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian perkara. Tujuan entomologi forensik 1.Menentukan waktu dan lama kematian

2.Menentukan apakah mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan 3.Menentukan keterlibatan obat atau bahan toksik dalam kematian
A. Menentukan waktu dan lama kematian

Penentuan waktu kematian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi umur serangga maupun telur yang ada pada mayat, sehingga para patologis dapat memperkirakan dengan lebihtepat waktu kematian mayat tersebut. Asumsi pokok bahwa mayat manusia yang masih baru belum dikerumuni serangga dan serangga tersebut belum berkembang dalam mayat. Dengan demikian umur serangga yang semakin tua beserta telur yang ditemukan pada mayat dapat dijadikan dasar perkiraan interval post-mortem minimum.Untuk mengetahuinya, dapat digunakan 2 metode yaitu: a.Using successional waves of insects Metode ini adalah melihat lama waktu kematian dengan mengidentifikasi serangga yangada pada mayat tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena ada jenis serangga yang menyukai mayat yang masih baru, namun ada juga serangga yang menyukai mayat yang sudah membusuk, salah satunya Piophilidae yang datang ke mayat setelah terjadi proses fermentasi. Secara kronologis, jika ada mayat yang mati dan masih baru, serangga yangmenyukainya akan langsung menuju mayat tersebut, melakukan reaksi enzimatis padamayat tersebut (dapat berupa proses fermentasi) dan apabila sudah selesai, makagelombang serangga yang berikutnya akan datang, dan melakukan reaksi enzimatis pula, begitu seterusnya.

b.Using maggot age and development Dengan adanya telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat diketahui berapa lama waktu meninggal pada mayat tersebut, karena pada serangga, tiap perubahandari satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu tertentu yang pasti, sehingga dapatmengidentifikasi mayat dengan metode tersebut. Walau tetap terdapat kemungkinan tidak akurat karena adanya berbagai faktor, salah satunya perpindahan yang menyebabkan perbedaan suhu yang berimbas pada metabolisme perkembangbiakan serangga tersebut B . Menentukan apakah mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan Untuk menentukan apakah suatu mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi serangga yang terdapat pada mayat dan dibandingkan dengan serangga serupa yang terdapat di sekitarnya. Identifikasi terutama secara molekular akan diperoleh data apakah serangga yang terdapat pada mayat berasal dari daerah tempat mayat tersebut ditemukan atau berasal dari tempat lain, karena pada dasarnya bahkan serangga yang sejenis dapat memiliki variasi genetik yang berbeda antara lokasi satu dengan yang lain. C. Menentukan keterlibatan obat atau bahan toksik terhadap kematian

Pertama terjadi dekomposisi jaringan lunak dan setiap bukti toksikologi hilang bersama jaringan lunak tersebut. Apabila mayat terlambat ditemukan, dan sudah tidak ada lagi jaringanlunak yang bisa dijadikan sampel, terdapat cara lain untuk menguji obat atau toksin. Seranggayang didapat pada mayat mungkin mengandung bahan toksikologi yang diperlukan untuk menyelesaikan kasus itu. Siklus hidup serangga Setiap jenis serangga yang berkembang biak pada mayat, menggambarkan tahapan waktudari mulai meninggalnya korban. Ibaratnya jam yang dapat dilacak dan diketahui, kapan titik nolnya. Dengan begitu perkiraan waktu kematian dapat ditegakkan dengan akurat, dalam kisaranketepatan beberapa jam. Dua jenis serangga yang pertama mendatangi mayat adalah Blow flies (Calliphoridae) dan flesh flies (Sarcophagidae). Blow flies mendatangi mayat dengan hanya melalui bau walaupun dari jarak jauh sekitar beberapa menit sehingga beberapa jam setelah kematian. Tetapi blow flies tidak mendatangi mayat yang sudah mengalami mumifikasi dan pengeringan.
-

Blow flies

Pada tahap awal, sekitar 23 jam, telur menetas menjadi larva berupa belatung yangkerjanya hanya makan. Sekitar 27 jam kemudian, belatung memasuki tahapan kedua dan mulaimenyiapkan diri untuk menjadi kempompong. Belatung tahapan kedua ini umurnya sekitar 50 jam, setelah itu memasuki tahapan ketiga, dengan kesiapan menjadi kepompong bertambahmatang. Tahapan ketiga ini umurnya sekitar 72 jam. Tahapan selanjutnya belatung menjadi kepompong. Pada tahapan ini diperlukan waktu sekitar 273 jam untuk menetas menjadi lalat Seekor lalat dewasa di sekitar mayat korban pembunuhan, dipastikan sudah berumur sekitar 500 jam. Jadi jika dalam penelitian ditemukan belatung pada fase akhir tahap ketigamisalnya, berarti korban sudah meninggal sekitar 160 jam atau sekitar seminggu. Denganmengetahui identitas lainnya dari korban, dapat dilacak dimana seminggu lalu terakhir kali ia berada, bersama siapa atau melakukan apa. Jika semua daging pada mayat sudah habis dimakan belatung, penelitian kerangka manusia dari sudut ilmu forensik entomologi masih dapatdilakukan. Para pakar mengatakan, semua proses kegiatan serangga atau binatang lainnya pastimeninggalkan jejak. Misalnya cangkang kepompong dan kulit luar lainnya. Dengan menelitisisa-sisa serangga tadi, para pakar forensik entomologi masih dapat menentukan umur kerangka bersangkutan.Pakar ilmu forensik entomologi dari AS, William Rodriguez mengatakan, terdapat polakhas dari pembusukan mayat. Pola khas ini jika dikaitkan dengan fase perkembangan seranggayang juga khas pada mayat, akan mampu menunjukkan saat kematian. Misalnya saja lalat yang biasa berkerumun di tempat sampah, memerlukan waktu metamorfosa sekitar 500 jam untuk menjadi lalat sempurna. Itupun dalam kondisi ideal, yakni suhu rata-rata 23 derajat Celsius dan kelembapan cukup

Penelitian Jiron dan Cartin (1981) pada bangkai anjing menjelaskan bahwa kelompok-kelompok serangga tertentu akan muncul pada tahap-tahap pembusukan bangkai.1.
1. Pada tahap pertama, disebut discoloration stage (berlangsung selama kurang lebih 3-

2.

3.

4.

A.

4hari), muncul serangga semut (Camponotus sp.), lalat muscoid, lalat sarcophagid, lalatdrosophilid, dan banyak lalat calliphorid (Phaenicia eximia). Pada tahap berikut, disebut emphysematic stage (berlangsung mulai hari ke-4 sampai ke8). Pada tahap ini muncul serangga P. eximia dalam jumlah besar, kumbang histerid, Euspilotus aenicollis, beberapa kumbang scarabid, dan beberapa lalat muscoid. Tahap berikut disebut liquefaction yang berlangsung pada hari ke-8 sampai ke-28. Padatahap ini serangga yang datang paling melimpah adalah dua spesies lalat calliphorid,yaitu P. eximia dan Hemilucilia segmentaria, lalat piophilid, kumbang staphylinid,histerid, Dermaptera, tawon ichneumonid, lipas, lebah (genus Trigona) dan dua familingengat (pyralid dan noctuid). Tahap yang terakhir adalah mummified , yang didominasi oleh kumbang dermestid.Meskipun demikian, teknik ini juga mempunyai kelemahan yang cukup mendasar, yaitu sangattergantung dari keadaan cuaca, misalnya suhu, kelembaban, dan curah hujan, atau oleh perlakuanmanusia, yang secara langsung akan menentukan proses dekomposisi yang menjadi dasar kehadiran serangga-serangga tersebut (Goff, 2003).Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan tubuh mayat dan tipe serta jumlahserangga yang mendatangi mayat adalah: Suhu

Serangga memerlukan suhu tertentu untuk berkembangbiak dari satu fase ke satu fase.Seperti perkembangan lalat, suhu harus di antara suhu minimum dan suhu maksimum.Luar dari batas suhu tersebut, ia tidak dapat berkembang baik atau perkembangannya menurun

B. PenguburanMayat yang dikubur di tanah, umumnya membusuk delapan kali lebih lama daripadamayat yang berada di udara terbuka. Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yanglebih rendah terutama bila dikubur di tempat yang dalam, terlindung dari binatang perosak, dan rendahnya oksigen menghambat berkembang biaknya organisme aerobik. C. Adanya air (mayat terendam dalam air) D. Proses mumifikasie. E. Kondisi geografi - Zona geografi mempengaruhi vegetasi, jenis tanah, cuaca dan sumber makananyang akhirnya dapat mempengaruhi spesies serangga di daerah tersebut. Sebagaicontoh, Western Goldenhaired Blow fly hanya ditemukan pada mayat di Perthtetapi tidak ditemukan pada mayat di Sydney. Mayat di Sydney didatangi olehspesies Blow fly yang lain - Ia juga mempengaruhi waktu kedatangan serangga. Contohnya di Amerika Utara,dermestid beetles berkolonisasi lewat yaitu sekitar sebulan selepas kematian tetapidi Hawaii, ia berkolonisasi sejak hari ketiga hingga hari kesepuluh kematian Poin-poin penting:
1. Serangga yang datang ke mayat adalah serangga betina karena mayat digunakan

sebagitempat untuk telur serangga. 2. Di tiap daerah, serangga yang digunakan sebagai sebagai entomologi forensik dapat berbeda spesies, bergantung pada karakternya, ketertarikan pada mayat baru, maupun pada mayat yang sudah membusuk. 3. Serangga pada entomologi forensik ini digunakan untuk mengetahui lama waktukematian si mayat. Untuk mengetahui hal lain seperti bagaimana mayat tersebut mati, jenis luka pada pada mayat itu, tidak dibahas pada kajian ini karena relevansinya kurang. C ara pengumpulan bahan entomologi
1. Dilakukan pengamatan secara visual terhadap lokasi kematian. Catatan harus

diambiltentang habitat, kondisi cuaca, lokasi dan orientasi tubuh. 2. Pengumpulan data meteorologi pada adegan kematian. Ini harus mencakup suhusekeliling, kelembaban, dan paparan sinar matahari. 3. Koleksi spesimen dari tubuh. Ini harus mencakup 2 sampel dari setiap lokasi kolonisasiyaitu satu sampel spesimen serangga diawetkan di tempat kematian dan satu sampelspesimen hidup untuk dibiakkan di laboratorium. 4. Mengumpulkan spesimen dari lingkungan sekitarnya yaitu 20-30 kaki dari tubuh mayat.Hal ini juga harus mencakup 2 sampel dari setiap area aktivitas serangga yaitu seranggaspesimen diawetkan di tempat kematian dan spesimen hidup untuk dibiakkan dilaboratorium.

5. Mengumpulkan spesimen dari daerah langsung di bawah tubuh setelah mayatdipindahkan dari tempat kejadian. Ini harus mencakup minimal 3 sampel tanah yangdiambil dari bawah kepala, dada, dan daerah panggul dan disimpan terpisah dan diberilabel. Koleksi spesimen selama otopsi pada pemeriksaan medis atau kantor koroner. Sebuah pemeriksaan rinci dari pakaian dan benda-benda dalam kontak langsung dengan tubuh untuk spesies serangga tambahan dari adegan kematian harus terjadi. Langkah ini harus mencakup spesimen serangga diawetkan pada saat pemeriksaan dan spesimen hidupuntuk dibiakkan di laboratorium. Kesimpulan Perkiraan saat kematian dalam suatu kasus forensik adalah hal yang penting. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah interpretasi aktifitas serangga (entomologi forensik). Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain. Penentuan waktu kematian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi umur serangga maupun telur yang ada pada mayat, sehingga para patologis dapat memperkirakan dengan lebih tepat waktu kematian mayat tersebut. Umur serangga yangsemakin tua beserta telur yang ditemukan pada mayat dapat dijadikan dasar perkiraan interval post-mortem minimum.

Anda mungkin juga menyukai