Oleh
PRESEPTOR:
1
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2
kemungkinan mengidentifikasi DNA jaringan tubuh yang terkena kontak
atau dimakan oleh serangga. Dengan makin banyak dan makin kecilnya
marker DNA yang dapat digunakan untuk identifikasi manusia, maka
kemungkinan deteksi semakin besar. Hal ini akan memungkinkan untuk
mengidentifikasi jaringan tubuh atau mayat seseorang melalui serangga
yang ditemukan pada tempat kejadian perkara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
puluh dua jam atau lebih, karena metode forensik lainnya dinilai lebih
akurat dalam menentukan waktu kematian sebelum tujuh puluh dua jam
atau lebih. Namun, bila kematian telah berlangsung lebih dari tiga hari
bukti serangga dinilai lebih akurat dan terkadang bisa menjadi satu-
satunya metode pilihan dalam menentukan waktu kematian. 2
Entomologi forensik dibagi dalam tiga aspek, yaitu urban, stored-
product, dan medikolegal/medikokriminal. Aspek urban menekankan
keberadaan serangga hidup dalam lingkungan di sekitar manusia. Hal
tersebut dapat berguna dalam masalah hukum dengan ditemukannya
serangga atau hama urban yang hidup pada manusia baik yang masih
hidup ataupun yang sudah mati. Serangga tersebut dapat menyerang
tubuh dan kemudian menimbulkan kerusakan berupa luka yang dapat
diinterpretasikan salah sebagai tanda kekerasan yang terjadi sebelumnya.
Aspek entomologi strored-product melibatkan keberadaan serangga
atau arthropoda atau bagian-bagian tubuh serangga pada makanan atau
produk lainnya. Contohnya terdapat serangga atau larva yang berada
pada makanan, sayuran atau makanan kaleng membuat konsumen
menuntut pihak pembuat makanan atau restoran yang terkadang bisa
merupakan suatu penipuan yang dilakukan oleh seseorang dengan
memasukkan serangga atau bagian tubuhnya ke dalam makanan yang
sudah dibeli terlebih dulu untuk menuntut produsen makanan. Kasus
tersebut dapat diselesaikan dengan bantuan entomologi forensik.
Entomologi medikolegal atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan
entomologi medikokriminal, merupakan aspek yang penting karena
kegunaannya dalam memecahkan kasus kriminal, terutama kekerasan. Hal
ini berkaitan dengan adanya suatu jenis serangga, larva ataupun telur,
kapan dan darimana asalnya, atau dalam keadaan yang bagaimana
organisme tersebut dapat muncul di tubuh manusia. Hal tersebut dapat
sangat berguna dalam memperkirakan waktu atau interval post mortem
(post mortem interval) dan menentukan lokasi terjadinya kematian karena
beberapa spesies hanya berada pada tempat tertentu atau hanya aktif
4
pada saat-saat tertentu (musim atau waktu tertentu). Contoh kasus
seperti yang terjadi di Ohio ketika seorang laki-laki terbukti bersalah
membunuh anak dan istrinya di California karena pada mobilnya
ditemukan belalang dan serangga yang muncul di malam hari dan banyak
terdapat pada daerah Amerika bagian barat. Aspek lain yang termasuk
dalam forensik medikolegal adalah entomotoksikologi, yaitu pengunaan
serangga untuk analisis toksikologi dengan menguji beberapa zat yang
diduga menyebabkan kematian pada korban karena jaringan serangga
dapat mengasimilasi zat toksin yang terkumpul pada jaringan tubuh
sebelum kematian.2
Sebagaimana telah dijelaskan, entomologi medikolegal merupakan
aspek yang lebih sering digunakan dalam suatu proses investigasi
kematian, pertama kali tercatat pada abad ke-13 oleh Sung Tzu dalam
bukunya “Washing Away of Wrongs” yang menuliskan beberapa kasus
tentang bagaimana seseorang meninggal dan sebab kemungkinan
kematiannya. Dalam bukunya, Sung Tzu juga menggambarkan sebuah
kasus pembunuhan yang terungkap pembunuhnya hanya gara-gara lalat.
Hakim kampung tempat Sung Tzu tinggal mengundang semua pekerja di
kampung itu untuk berkumpul dengan membawa sabitnya sehingga ia
dapat menanyainya tentang mayat seorang laki-laki yang ditemukan mati
di dekat sawah. Luka bacokan di tubuh korban membuat hakim
mencurigai seorang pekerja sawah yang membunuh orang itu. Tidak lama
setelah para pekerja tiba di depan sang hakim, lalat mulai mengitari sabit
milik seorang pekerja. Partikel-partikel mikroskopik darah kering dan kulit
yang menempel ke sabit menarik lalat yang memaksa pekerja itu
mengakui tindakannya. Informasi Sung Tzu yang terdapat di bukunya
memperlihatkan awal pengetahuan Timur tentang perilaku dan biologi
serangga. Sung Tzu tidak hanya memasukkan pertimbangan kasusnya,
tetapi juga menggambarkan perilaku lalat pada mayat yang sedang
membusuk, pola lalat menginvasi berbagai lubang tubuh alami, dan
berbagai ketertarikan serangga pada luka.
5
Selain itu, dalam bukunya juga dijelaskan bagaimana memeriksa
jenazah sebelum atau sesudah dimakamkan, dan penjelasannya mengenai
beberapa kasus yang dialaminya menjadi dasar bagi perkembangan
entomologi forensik.3
Dr Bergeret d' Arbois merupakan yang pertama kali menerapkan
ilmu entomologi forensik dalam menentukan interval post mortem.
Kemudian selanjutnya entomologi semakin berkembang sejak awal abad
ke-20 dengan adanya pembagian taksonomi serangga-serangga yang
berkaitan dengan kepentingan medikolegal. Didalamnya termasuk dua
famili utama, yaitu Sarcophagidae dan Calliphoridae.4
Berkaitan dengan tujuan penerapan entomologi forensik dalam
memperkirakan waktu kematian, terdapat dua cara untuk
menghubungkan serangga dengan terjadinya waktu kematian. Cara
pertama yaitu berdasarkan fakta bahwa tubuh manusia atau bangkai
lainnya mendukung terjadinya perubahan ekosistem dalam beberapa saat
tergantung dari kondisi geografisnya. Selama proses pembusukan, terjadi
perubahan fisik, biologi dan kimia. Perbedaan stadium dari fase
pembusukan tersebut dapat menarik jenis serangga tertentu untuk
muncul. Jenis Calliphoridae dan Muscidae dapat ditemukan berada di
daerah atau cairan tubuh lainnya dalam beberapa menit sesudah
kematian. Jenis Piophilidae tidak muncul saat jenazah masih baru, tetapi
akan muncul beberapa saat setelah terjadinya fermentasi protein dalam
tubuh. Cara kedua dalam memperkirakan interval kematian adalah dengan
menggunakan umur larva. Umur larva dapat menentukan perkiraan
interval kematian yang terjadi dalam satu minggu pertama sejak
kematian. Spesies tertentu ditemukan di tubuh jenazah kemudian
meninggalkan telurnya yang kemudian nantinya akan berkembang sesuai
siklus hidupnya Stadium dalam siklus hidup larva tersebut dapat
ditentukan berdasarkan ukuran dan spirakelnya. Selanjutnya
perkembangan stadium memerlukan waktu tertentu yang dipengaruhi
juga oleh temperatur di sekitarnya, karena serangga adalah makhluk
6
berdarah dingin yang perkembangannya tergantung pada suhu sekitar. 2
Terdapat beberapa jenis serangga yang memiliki peranan yang penting
bagi entomologi forensik.
7
pengecualian yang sangat jarang, lalat betina dewasa tidak
meletakkan anak mereka pada inang yang masih hidup.
Tergantung pada spesies serangga dan kondisi tempat kejadian,
stadium perkembangan larva dapat menunjukkan interval
postmortem 1 hari sampai lebih dari 1 bulan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan serangga pada mayat adalah: 5,6
8
telah mati. Bentuk dewasa akan terbang dan kemudian hinggap dan
meletakan telur-telurnya pada tubuh mayat. Telur-telur ini lalu menetas
menjadi larva yang akan mengalami tiga fase perkembangan. Larva
melepaskan diri dari kapsul pembungkusnya namun tetap berada di dalam
kapsul. Kapsul ini akan mengeras yang kemudian disebut kantung pupa
atau puparia yang berfungsi untuk melindungi larva yang sedang
mengalami fase perubahan menjadi pupa.8
Pupa yang baru terbentuk kemudian akan berwarna pucat, dan
tidak dapat bergerak. Ia akan berubah menjadi semakin gelap sampai
akhirnya berwarna coklat gelap dalam beberapa jam. Pupa merupakan
bentuk dewasa yang tidak bersayap dan tidak mampu bergerak. 7 Dalam
waktu beberapa hari ia akan berkembang menjadi bentuk dewasa
bersayap.8 Namun bentuk dewasa bersayap ini tidak akan terbang dalam
satu hingga dua hari sampai seluruh tubuhnya mengeras. Bentuk dewasa
akan terbang dan meninggalkan kantung pupa yang kosong yang dapat
menjadi bukti perkembangannya.8
Kantung pupa ini biasanya ditemukan bukan pada tubuh mayat
namun terletak di sekitarnya. Sebagai contoh dapat ditemukan pada
daerah lipatan baju, atau bahkan sampai 30 kaki jaraknya dari posisi
mayat, pada celah diantara tumpukan karpet atau pada lipatan-lipatan
tirai di dalam ruangan Penemuan kantung pupa sangat berguna pada
kasus-kasus kriminal mengingat bentuk ini merupakan bentuk tertua dari
serangga yang secara pasti dapat dikaitkan dengan tubuh mayat yang
ditemukan.7
Sebaliknya, bentuk dewasa terbang merupakan salah satu makhluk
dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi, sekaligus dapat sangat nyata
terlihat pada tubuh mayat. Bentuk ini dapat membantu pekerjaan ahli
entomologi forensik apabila ditemukan namun seringkali tidak bermakna
sebagai indikator akibat daya mobilitasnya yang tinggi. 7
(1) Telur
Telur berwarna putih dengan bentuk seperti sosis dan
9
berukuran sangat kecil, bergerombol, dan sering ditemukan pada
luka terbuka, lubang yang ada pada tubuh maupun pada pakaian
yang menempel pada tubuh mayat.8 Telur-telur ini akan
berkembang menjadi larva yang berkembang dengan cara
memakan bagian tubuh mayat.7
(2) Larva
Larva muncul dari telur yang menetas. Berwarna sangat
putih namun berbentuk menyerupai kerucut. Terdapat mulut pada
puncak kerucut dengan sepasang kait yang digunakan oleh larva
untuk melekatkan dirinya pada jenazah ketika ia memakannya.
Larva tidak dapat bergerak terlalu jauh dan berubah menjadi
dewasa dengan melalui fase intermediate yang disebut pupa. 7
(3) Pupa
Pupa terbentuk setelah larva mengalami tiga kali
pengelupasan kulit. Kulit akan memendek sehingga memberi kesan
bentuk seperti kapsul, yang semakin lama akan semakin keras
namun rapuh. Kulit ini sebenarnya tidak benar-benar terlepas,
namun hanya berganti menjadi lapisan baru yang menutupi
serangga di bagian dalamnya.7
(4) Dewasa
Bentuk ini sebenarnya kurang bermakna sebagai indikator
untuk kepentingan forensik. Serangga pada fase dewasa memiliki
mobilitas yang tinggi sehingga mereka hanya berguna untuk
membantu menetapkan spesies serangga apa yang berada pada
tubuh mayat walaupun kita tidak dapat menentukan dengan pasti
apakah serangga tersebut benar berasal dari mayat tersebut atau
merupakan serangga yang datang dari luar untuk meletakkan
telurnya.8
10
Gambar 1. Skema metamorfosis serangga
11
calliphoridae berwarna hijau, biru atau ungu dan non-metallic
calliphoridae dengan warna hitam, abu-abu tua atau jingga. Green
bottle flies (genus phaenicia), blue bottle flies (genus calliphora),
genus cochliomyia dan genus chrysomyia adalah termasuk dalam
famili ini. Lalat dewasa dari famili ini rata-rata panjangnya 6-14
mm, dengan mayoritas warna yang metalik mulai dari hijau, biru,
perunggu atau hitam.11
12
Blowflies dalam beberapa menit muncul dan membentuk
koloni pertama kali pada mayat. Lalat betina akan meletakan telur
dalam jumlah besar di lubang hidung, mulut dan luka terbuka.
Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sedangkan larva dan
pupa akan menjadi lengkap masing-masing dalam waktu 10 hari.
Genus dari famili ini diantaranya calliphora, chrysomya,
cochliomyia, cynomyopsis, lucilia, phaenicia, phormia dan
protophormia.11
13
menghitung interval postmortem, waktu yang diperlukan bagi telur
untuk berkembang menjadi larva harus dihilangkan. 11
c. Famili Muscidae
Lalat dari famili ini berukuran sedang, dengan panjang
sekitar 3-10 mm. Mereka biasanya berwarna keabuan hingga gelap,
meskipun beberapa spesies memiliki warna metalik. Larva
maturnya memiliki panjang 5-12 mm dan berwarna putih hingga
kekuningan.7
Famili ini biasanya muncul pada tubuh mayat sesudah blow
flies dan flesh flies. Mereka juga meletakkan telur-telurnya pada
lubang-lubang yang ada pada tubuh.
14
Terlihat letak spirakel terdapat di bagian anterior dan
posterior tubuh. Fungsi spirakel pada larva adalah sebagai alat
pernapasan. Spirakel mulai terbentuk pada larva instar ke-2 dan
sempurna pada instar ke-3.11
Siklus Hidup
Lalat mengalami metamorfosis lengkap dengan stadium-
stadiumnya yang terdiri dari telur-larva-pupa-dewasa. Terjadi
metamorfosis lengkap (homometabolous) sebab terdapat
perubahan bentuk yang sama sekali berbeda dari stadium larva
sampai stadium dewasa. Lalat betina akan meletakkan telur dalam
jumlah besar pada awal bloat stage dari pembusukan. Dalam waktu
8 jam sampai tiga hari telur menetas dan menjadi larva. Lalu larva
akan menjadi pupa dalam waktu 2-19 hari. Dalam waktu tiga hari,
pupa akan berubah menjadi lalat dewasa.11
15
200 telur sekali bertelur. Telur lalat akan menetas menjadi larva
kira-kira setelah 1 hari.
(2) Larva
Larva lalat tidak memiliki kaki ( legless larva / apodous).
Larva akan mengalami pengelupasan kulit sebanyak tiga kali
sebelum akhirnya bermigrasi untuk menjadi pupa. Terdapat tiga
perkembangan larva lalat:
1st instar
Stadium ini membutuhkan waktu paling sedikit diantara
stadium lain. Kebanyakan larva lalat membutuhkan waktu
11-38 jam untuk menyelesaikan stadium ini sejak telur
menetas, dengan puncak pertumbuhan pada 22-28 jam.
Panjang larva pada stadium ini mencapai kurang lebih 5 mm
atau seukuran bulir nasi.
2nd instar
Kebanyakan larva menyelesaikan 11-22 jam sejak 1st instar
untuk kemudian menjadi 3 rd instar. Larva membentuk
koloni yang disebut “maggot mass” dan menyebabkan
temperature di sekitar larva sedikit meningkat yang disebut
maggot mass temperature. Panjang larva pada stadium ini
kurang lebih 10 mm dan mulai terbentuk spirakel posterior
untuk respirasi.
3rd instar
Stadium ini adalah stadium terlama yang dibagi menjadi dua
tahap.Tahap pertama larva melanjutkan memakan mayat
sampai 20-96 jam, pada tahap ini larva memiliki empat
spirakel posterior dan mencapai panjang kurang lebih 17
mm. Tahap kedua akan berlangsung 80-112 jam. Setelah
larva berhenti makan, kemudian akan berpindah ke daerah
16
yang lebih kering untuk memulai stadium pupa. Larva
berubah warna agak coklat kemerahan.
(3) Pupa
Diperlukan waktu kira-kira 10 hari dalam puparium, untuk
transformasi dari larva menjadi lalat dewasa. Tahap pupa dapat
bertahan dari keadaan panas, dingin ataupun banjir.
(4) Dewasa
Setelah 3 hari, larva yang sudah berubah menjadi bentuk
lalat dewasa akan keluar dari pupa dan dapat memulai siklus
hidupnya lagi dengan bertelur.12
17
Gambar 8. Famili Silphidae
b. Famili Staphylinidae (Kumbang Pengelana)
Merupakan jenis kumbang yang ramping, panjang,
dan memiliki sayap yang pendek atau juga disebut elytra.
Larvanya yang berbentuk ramping, panjang, berwarna
pucat, dan memiliki kepala yang berwarna gelap. Larva dan
bentuk dewasa bergerak cepat dan bersifat predator
terhadap serangga yang lebih kecil. Bentuk dewasa dari
beberapa anggota famili ini termasuk serangga yang
pertama datang ke tubuh mayat, lalu memakan larva dari
semua jenis lalat. Mereka juga akan meletakkan telur-
telurnya pada tubuh mayat tersebut. Famili ini bahkan
mampu merobek puparia atau kantung pupa dari lalat untuk
menopang keberlangsungan hidup mereka pada tubuh
mayat.11
18
Gambar 9. Famili Staphylinidae
19
lokasi ke lokasi lain. Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan
histologi artropoda, namun saat ini entomologi dalam metode –
metodenya juga menggeluti ilmu lain seperti kimia dan genetika termasuk
melalui DNA. Hal ini memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan tubuh
atau mayat seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat
kejadian perkara.13,14
20
dipindahkan dan hanya telur yang ditemukan pada mayat, maka
dapat diasumsikan bahwa waktu kematian berkisar antara 1 - 2
hari. Angka ini sedikit variatif, tergantung pada temperatur,
kelembapan dan spesies lalat. Setelah menetas, larva berkembang
sehingga mencapai tahap pupa. Tahap ini memakan waktu 6 - 10
hari pada kondisi tropis biasa. Lalat dewasa keluar dari pupa pada
12 - 18 hari. Banyak variabel yang mempengaruhi perkembangan
serangga, karenanya suatu usaha memperkirakan saat kematian
dengan menggunakan metode dari entomologi, harus dibantu oleh
seorang ahli entomologi medik.14
21
Serangga yang datang pada fase ini adalah g reen
bottle dan blue bottle. Serangga ini datang mulai dari
beberapa menit sampai beberapa jam setelah kematian
tergantung pada kondisi lingkungan. Lalat betina bertelur di
setiap bagian tubuh yang terbuka. Tempat telur pertama
tidak dapat segera terlihat karena telur terdeposit sangat
jauh di dalam rongga tubuh. Telur blowfly memiliki panjang
sekitar 2 mm, dan berwarna putih atau kuning. Fleshflies
dapat datang pada waktu yang sama atau beberapa jam
setelah blowflies. Seperti yang telah disebutkan Fleshflies
mendepositkan larva hidup di tubuh. Pada tahap ini mereka
dapat menjadi mangsa bagi lalat dewasa. Semut juga dapat
muncul dan memangsa telur dan belatung.
Selama tahap ini ada beberapa metode yang
digunakan untuk memperkirakan PMI ( post mortem
interval). Telur dikumpulkan, kemudian dibawa ke
laboratorium. Di laboratorium para peneliti harus
menciptakan kondisi lingkungan seperti saat tubuh itu
ditemukan. Beberapa peneliti menyarankan hati sapi sebagai
sumber makanan yang baik untuk pembiakan belatung.
Telur menetas dan muncullah lalat dewasa. Beberapa lalat
dewasa dikumpulkan dan diidentifikasi. Siklus kedua
mungkin terjadi sehingg penyelidik harus mencatat waktu
yang tepat dari masing-masing tahap dan total lamanya
waktu yang diperlukan untuk satu siklus lengkap.
Siklus hidup lalat terdiri dari lima tahap. Siklus
pertama adalah telur. Kedua tahap tiga instar, masing-
masing menghasilkan belatung yang lebih besar. Yang
keempat adalah tahap pra-pupa di mana belatung
meninggalkan tubuh dan mencoba untuk membungkus diri
di daerah di mana ia akan menjadi kepompong dan menjadi
22
lalat dewasa. Tahap pembentukan pupa adalah tahap kelima
dan terakhir. Tahap tiga instar diidentifikasi melalui
morfologi dari mulut dan spirakel posterior. Belatung hidup
yang ditemukan dikumpulkan dan dibandingkan dengan
kecepatan pertumbuhan. Bagaimanapun juga, kecepatan
pertumbuhan ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
spesies dari lalat itu sendiri.
(2) Bloated Stage
Tahap ini dibedakan dari terdapatnya produksi gas
oleh bakteri yang memecah jaringan. Telur lalat akan
menetas dan larva secara aktif berkontribusi terhadap
dekomposisi melalui peningkatan aktivitas pengrusakan
jaringan yang dapat mengakibatkan peningkatkan suhu
tubuh hingga 127 derajat fahrenheit. Semakin tinggi suhu
tubuh lebih banyak aktivitas bakteri yang terjadi.
(3) Decay Stage
Pada decay stage, kulit telah pecah dan cairan tubuh
menyerap ke area sekitarnya. Belatung (larva) akan berhenti
makan dan pergi dari tubuh. Belatung berada dalam tahap
instar ketiga selama fase ini. Belatung akan bergerak lepas
dari tubuh secara massal atau individu tergantung dari
spesiesnya. Beberapa akan bergerak sejauh 20 meter dari
tubuh. Kumbang menjadi serangga yang paling umum pada
akhir fase ini.
(4) Post-Decay stage
Pada tahap post decay yang paling banyak ditemukan
pada tubuh adalah kumbang. Spesies akan bervariasi sesuai
dengan kondisi. Beberapa kumbang tidak dapat hidup dalam
kondisi basah sementara yang lainnya membutuhkan kondisi
lembab.
23
(5) Skeletal Stage
Pada tahap ini hanya serangga tanah yang dapat
ditemukan. Pada tahap ini penting untuk mengambil contoh
tanah dari bawah tubuh sampai jarak 3 kaki dari tubuh.
24
(9) Konsultasikan dengan entomology forensik yang berpengalaman
untuk setiap pertanyaan yang timbul saat pengumpulan sampel dan
pemrosesannya.
(10) Identifikasi dan analisa harus dilakukan dengan bantuan
entomolog.15
25
(1) Telur
Telur dapat dikumpulkan dengan menggunakan kuas atau
forsep dan dimasukkan di dalam air. Sebahagian sebaiknya
dilarutkan ke dalam 75% alcohol atau 50% isopropyl alhokol.
Sisanya ditempatkan pada sebuah botol kecil dengan sedikit kertas
saring yang basah untuk mencegah dehidrasi. Jika pengumpulan
tersebut membutuhkan waktu beberapa jam sebelum diterima oleh
ahli entomolgi forensik sebaiknya tembahkan seiris hati sapi dan
pastikan terdapat tissue untuk mencegah telur tersebut
tenggelam.15,16
(2) Larva
Larva dikumpulkan berdasarkan ukuran. Larva yang
berukuran besar biasanya lebih tua dan sangat penting untuk
penyelidikan. Larva dikumpulkan dari berbagai area tubuh dan
sekitarnya kemudian dipisahkan. Setelah dikumpulkan larva harus
diawetkan segera. Jika terdapat banyak larva pada tubuh, maka
diawetkan kira-kira setengah dari seluruh ukuran. Jika hanya dua
puluh sampai tiga puluh, diawetkan satu atau dua. Pengawetan
spesimen dilakukan dengan cara mencelupkannya ke dalam air
panas selama beberapa menit kemudian dimasukkan ke
dalam alcohol 70% atau isopropyl alcohol 50%. Perlu diingat
bahwa sebagian larva harus tetap hidup. Sampel sebaiknya
mengandung seratus larva (setiap ukuran jika mungkin). Spesimen
yang hidup ditempatkan dalam botol kecil dengan udara dan
makanan sama seperti telur.15
(3) Pupa
Siklus pupa sangat penting dan sangat mudah hilang. Pupa
dimasukkan ke dalam botol kecil yang disertakan dengan selembar
tissue untuk mencegah kerusakan. Dapat pula dilembabkan dengan
air tapi hati-hati jangan sampai tenggelam. Pupa tidak boleh
26
diawetkan. Mereka tidak akan berkembang dan hamper tidak
mungkin dapat diidentifikasi sampai pupa tersebut berubah menjadi
dewasa.15,16
(4) Lalat Dewasa
Lalat dewasa tidak terlalu penting. Lalat dewasa ini hanya
digunakan sebagai indikasi untuk menentukan jenis serangga mana
yang langsung berkembang dari mayat dan jenis serangga mana
yang berasal dari tempat lain..Lalat ini dapat dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam botol kecil tanpa air dan makanan. 15, 17
(5) Kumbang
Kumbang bergerak dan berpindah dengan cepat serta sering
ditemukan di bawah tubuh atau di bawah pakaian. Serangga ini
dapat ditempatkan pada sebuah botol dengan sedikit udara.
Mereka membutuhkan makanan jika disimpan lebih dari dua puluh
empat jam sebelum diberikan kepada ahli entomologi forensik.
Kumbang adalah kanibal sehingga tidak boleh ditempatkan dalam
botol yang sama.15
2.6.2 Pemberian Label Spesimen
Serangga yang dikumpul dari suatu bagian tubuh harus dipisahkan
dari bagian tubuh yang lain. Spesies yang berbeda juga dipisahkan. Setiap
botol sebaiknya diberi label yang terdiri dari :15
(1) Area tubuh / tanah.
(2) Tanggal dan waktu pengumpulan
(3) Nama kolektor
(4) Fase hidup serangga
27
Gambar 10. Tempat sampel disimpan
28
‐ Lokasi umum : apakah hutan, pantai, rumah, atau pinggir
jalan.
‐ Vegetasi : pepohonan, rumput, atau semak-semak.
‐ Jenis tanah : berbatu-batu, berpasir, atau berlumpur
‐ Cuaca pada saat pengumpulan specimen : panas terik atau
berawan.
‐ Suhu.
‐ Lokasi kejadian : teduh atau di bawah sinar matahari
langsung.
b. Jenazah
‐ Keberadaan dan tipe pakaian.
‐ Penyebab kematian jika diketahui, apakah ada darah atau
cairan tubuh disekitarnya.
‐ Keberadaan luka dan jenisnya.
‐ Keberadaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kecepatan dekomposisi.
c. Posisi jenazah
‐ Tahap-tahap dekomposisi.
‐ Keberadaan larva dan jumlahnya.
‐ Keberadaan daging atau bangkai di sekitar jenazah yang
mungkin dapat menarik serangga.
d. Mencatat keadaan yang tidak umum, yang disebabkan oleh
manusia, dan tanda sudah terdapatnya tanda pembusukan.
29
BAB III
KESIMPULAN
30
tenaga entomolog dibutuhkan dalam penyidikan, di peradilan maupun
dalam pengawasan bidang kedokteran untuk menjamin terpenuhinya
kebutuhan masyarakat. Walau di Indonesia bidang ini belum sepopuler
ilmu medik yang lain, namun dengan era informasi dan globalisasi saat ini,
trend entomologi diharapkan akan sepopuler disiplin entomologi di bagian
dunia yang lain.
31
DAFTAR PUSTAKA
32