Anda di halaman 1dari 9

Pterigium Mata Kanan yang diperberat oleh Penyakit Akibat Hubungan Kerja Meilan Tahir Refra 10-2010-026 Kelompok

D7 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 E-mail: meylan_tahir@yahoo.com

Pendahuluan Sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari masalah-masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Berdasarkan PEMNAKER 05/MEN/1996, perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnyakecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.1

Pembahasan Menentukan Diagnosa Klinis Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit dari anamnesis, pemeriksaan fisik sampai penunjang. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.1 Kasus 6 Seorang perempuan, ny CT 41tahun datang karna penglihatan mata kanan kabur. Anamnesis Didapatkan : Pekerjaan : Pedagang mie ayam Keluhan utama : penglihatan mata kanan kabur Keluhan lain : ada daging tumbuh dimata Riwayat penyakit sekarang : 3 bulan sebelum berobat, ada daging tumbuh, menjalar dibagian hitam mata, mengganjal, fotosensitivitas +, gatal +, mengucek mata, pasien mengaku sering terkena debu karna pekerjaan yang mengarah kebarat sudah 15 tahun. Pasien tidak pernah memakai kacamata khusus sejak berjualan. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit dahulu : Pemeriksaan Fisik Kesadaran : compos mentis TB : 150 BB : 30 IMT : 14,5 kg/m2 Visus : mata kanan 6/9, mata kiri 6/6 TTV (Dalam batas normal) Inspeksi : pada conjungtiva mata kanan, berwarna keruh sebagian, kemosis tidak ada, jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga, tampak ada lipetan.Conjungtiva mata kiri tampak sehat. Pupil : pada mata kanan sulit dinilai Kornea : sebagian dari mata kanan tertutup lipetan nasal. COA : jernih.

Diagnosis Kerja Berdasarkan data yang didapat dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, Ny CT tersebut menderita pterigium. Dimana pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak mata bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.Pterigium dapat mengenai kedua mata.Dimana timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada diarah kornea.2

Gambar1.Pterigium

Diagnosis Banding Pterygium harus dapat dibedakan dengan pseudopterygium. Pseudopterygium terjadi akibat pembentukan jaringan parut pada konjungtiva yang berbeda dengan pterygium, dimana pada pseudopterygium terdapat adhesi antara konjungtiva yang sikatrik dengan kornea dan sklera. Penyebabnya termasuk cedera kornea, cedera kimiawi dan termal. Pseudopterygium menyebabkan nyeri dan penglihatan ganda. Penanganan pseudopterygium adalah dengan melisiskan adhesi, eksisi jaringan konjungtiva yang sikatrik dan menutupi defek sklera dengan graft konjungtiva yang berasal dari aspek temporal.2 Identifikasi Pajanan Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:

Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan Bahan yang diproduksi Materi (bahan baku) yang digunakan Jumlah pajanannya
3

Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakanPajanan yang dialami digolongkan berdasarkan: Bentuk: Fisik : Bising, sinar, iklim, tekanan, getaran, radiasi Kimia: Cair, padat, gas, uap, asap Biologi: Bakteri, virus, jamur, parasit Ergonomi:Sikap kerja, cara kerja, penataan tempat kerja, kelelahan Psikososial: Jadwal kerja, beban kerja Cara masuk

Dimana Ny CT bekerja?? Kemungkinan dijalanan sebagai pedagang mie ayam Apa pajanannya ?? Terkena debu disekitar tempat bekerja.3 Hubungan Pajanan dengan Penyakit Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya). Debu karna pekerjaan Pterigium??? Pada kasus ini hubungan pajanan berhubungan langsung dengan penyakit dimana kasus pterigium sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya.Didaratan Amerika serikat prevalensinya berkisar kurang dari 2% untuk daerah garis lintang 280-360.Hubungan ini terjadi pada tempat-tempat yang prevalensinya meningkat dan daerah-daerah elevansi yang terkena penyinaran ultraviolet.Beberapa faktor resiko pterigium antara lain adalah paparan ultraviolet,mikro trauma kronis pada mata, infeksi mikroba atau virus, kondisi lakrimal yang kurang baik, iritatif akibat pengeringan dan lingkungan dengan banyak angin karna sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada dilingkungan yang berangin, penuh sinar matahari berdebu dan berpasir.3 Nilai Ambang Batas Pajanan Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja. Ny CT tidak pernah memakai kacamata khusus sejak berjualan 15 tahun.3
4

Peranan Faktor Individu Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami. Apakah gejala pterigium hanya kena pada Ny CT saja ? Adakah pasangan Ny CT atau pedagang dibagian sekitar yang juga terkena pterigium ?3 Faktor Lain Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja. Apa selain di tempat bekerja pasien pernah terpajan debu-debu lainnya?3 Diagnosa Okupasi Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadangkadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis. Pterigium karna terpajan debu sekitar rumah yang berlebihan saat bekerja.3 Penatalaksanaan Prinsip penanganan pterigium dibagi 2 yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika pterigium masih derajat 1 dan 2 sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterigium yang

melebihi derajat 2. Yang paling penting lindungi mata yang terkena pterigium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan kacamata pelindung. Penanganan dan pengobatan dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah : Air mata buatan Kortikosteroid Reseksi bedah.2

Gizi Kerja Nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai jenis pekerjaannya dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Pada kecukupan gizi kerja yang menyebabkan status gizi kurang/ lebih ialah:
-

Tidak bekerja dengan maksimal Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang Kemampuan fisik kurang Berat badan lebih atau kurang Bereaksi lamban, apatis Tidak teliti.4

Alat Pelindung Diri Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas utama ialah melindungi pekerjanya secara keseluruhan, penggunaan APD hanya dipandang jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau. Alat pelindung diri yang efektif harus :

Sesuai dengan bahya yang dihadapi Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut Cocok bagi orang yang menggunakannya Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas Memiliki konstruksi yang sangat kuat Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya.5
6

Higiene Sebagai usaha promotif dan tindakan preventif mulai berkembang di dalam dunia kedokteran komunitas cabang ilmu yang disebut sebagai kesehatan kerja dan lebih dikenal di Indonesia dengan istilah Higiene perusahaan , kesehatan dan Keselamatan Kerja(Hiperkes). Hiperkes memiliki definisi suatu usaha atau upaya berupa pengawasan, pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja serta kebersihan tempat kerja dan menjaga lingkungan agar tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat yang hidup atau bertempat tinggal di sekitarnya. Tugas ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama dari pekerja, pengusaha dan pemerintah yang diatur dengan peraturan pemerintah dan perundangundangan di bawah kordinasi dan pengawasan oleh instansi atau dinas terkait.4 Usaha pencegahan Keluhan yang timbul pada penderita biasanya dapat ditanggulangi secara simptomatis asal diikuti dengan upaya lain agar suasana lingkungan udara di tempat kerja menjadi lebih sehat. Upaya pencegahan merupakan upaya yang paling baik untuk mengurangi jumlah pajanan yang didapat. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan: 1) Pajanan fisik a. Bising b. Suhu panas dan dingin Menghindari tempat-tempat sumber pajanan ataupun dapat memakai alat pelindung diri yaitu pakaian yang tebal atau pakaian khusus. 2) Pajanan biologik Penerapan Higine perorangan Cara kerja yang aman Pemakaian alat pelindung diri yang sesuai Proteksi yang spesifik Penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya potensial di tempat kerja dengan gangguan kesehatan yang mungkin timbul. Penyuluhan dan edukasi higine perorangan dengan penyediaan fasilitasnya Pelatihan cara kerja yang aman beserta pemakaian alat pelindung diri yang sesuai.5

Kesimpulan Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena faktor manusia itu sendiri atau kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Seperti halnya pada kasus skenario 6 dimana Ny CT 41 tahun dengan gejala ada daging tumbuh menjalar dibagian hitam mata, mengganjal, fotosensitivitas, gatal, mengucek mata, dan sering terpajan debu tersebut menderita pterigium pada mata kanan yang diperberat oleh pekerjaan.

Daftar Pustaka 1. John Ridley. Ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit erlangga, 2006.h.143-145 2. Fisher JP.Pterygium. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1192527Overview , 06 oktober 2013. 3. Dasar-dasar PAK dan PAHK. Diunduh dari :

http://fkm.unair.ac.id/s2k3/files/mk/dasar-dasar%20k3/PAK%20DAN%20PAHK.pdf, 07 oktober 2013. 4. Sumamur DR PK MS. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes).Penerbit sagung seto : 2009.h.85-96. 5. Jeyaratnam J, koh david.Buku ajar praktik kedokteran kerja.Jakarta: EGC, 2009.h.272-277.

Anda mungkin juga menyukai