Anda di halaman 1dari 24

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. NeuroAnatomi dan Fisiologi Penglihatan 1.1.

1 Jaras penglihatan Sinyal saraf penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di kiasma optikum, serabut nervus optikus dari bagian nasal retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut nervus optikus bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal retina mata yang lain sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap traktus optikus bersinaps di nukleus genikulatum lateralis dorsalis pada talamus, dan dari sini, serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus (traktus genikulokalkarina )menuju ke korteks penglihatan primer yang terletak di fisura kalkarina lobus oksipitalis.1

Gambar 1. aras !englihatan Serabut penglihatan juga melalui beberapa daerah yang lebih primitif di otak " 1 1. Dari traktus optikus menuju nukleus suprakiasmatik di hipotalamus untuk pengaturan irama sirkadian yang menyinkronisasikan berbagai perbahan fisiologi tubuh siang dan malam

#.

$e %uklei pretektalis di tengah otak, untuk mendatangkan gerakan refleks mata agar mata dapat difokuskan ke arah objek yangg penting dan untuk mengaktifkan refleks pupil terhadap &ahaya.

Gambar #. aras 'efleks !upil 'espons pupil terhadap &ahaya adalah suatu refleks murni yang keseluruhan jarasnya terletak di subkorteks. Serat pupil afferen termasuk ke dalam nervus optikus dan jaras penglihatan sampai serat tersebut meninggalkan traktus optikus tepat sebelum nukleus genikulatus lateralis. Serat-serat tersebut berdekusasi di kiasma dengan &ara yang sama

dengan serat-serat sensorik penglihatan lalu masuk ke otak tengah melalui bra&hium &olli&ulus superioris dan bersinaps di nukleus pretektalis. Setiap nukleus pretektalis mendekusasi neuron-neuron di dorsal a(uedu&tus &erebri di nukleus )dinger-*estphal ipsilateral dan kontralateral melalui komisura posterior dan substansia grisea peria(uadu&tales. $emudian terjadi sinaps di nukleus )dinger +estphal nervus o&ulomotorius. aras eferen berjalan melalui nervus tiga (,,,) ke ganglion &iliare di orbita lateralis. Serat pas&a ganglion berjalan melalui nervus &iliaris brevis untuk mempersarafi otot spingter iris.# -. .. $e kolikulus superior untuk mengatur pergerakan arah kedua mata yang &epat /enuju nukleus genikulatum lateralis ventralis pada talamus dan daerah basal otak sekitarrnya, diduga untuk membantu mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh 1 2.1.2 Rongga r!ita

'ongga orbita adalah rongga berisi bola mata dan terdapat tujuh tulang yang membentuk dinding orbita yaitu " 1. 0tap atau superior " os. 1rontal #. 2ateral " os frontal, os 3igomatiikum, ala magna os sfenoid -. ,nferior " os 3igomatikum, os maksila, os palatina .. %asal " os maksila, os lakrimal, os etmoid

'ongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut .4 derajat dengan dinding medialnya.foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh %ervus optikus (%. ,,), arteri, vena dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid. 1isura orbitalis superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh nervus lakrimal (%.5), nervus frontal (%.5), %ervus 6roklear (%.,5), %ervuus okulomotorius (%.,,,), nervus %asosiliar (%.5), %ervus 0bdusen (% 5,), dan arteri vena oftalmik. 1isura orbitalis inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf intra orbita dan 3igomatik dan arteri infra orbita. 1osa lakrimalis terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjer lakrimalis. -

Gambar -. 'ongga 7rbita 2.1." Pergera#an $ata dan Pengaturann%a !ergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya 8 pasang otot mata luar. Di antaranya " -,. 1. 7tot rektus medius 7tot ini mempunyai oorigo pada anulus 3inn dan pembungkus dura saraf optik yang seriing memberikan rasa sakit padda pergerakan bola mata bila neuritis retrobulbar, dan berinsersi 4 mm di belakang limbus. 'ektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek. $ontraksinya akan menghasilkan adduksi atau menggulirkan bola mata ke arah nasal, dipersarafi nervus ,,, (%. 7kulomotor) #. 7tot rektus lateralis 7tot ini mempunyai origo pada anulus 3inn di atas dan di ba*ah foramen optik, dipersarafi nervus 5, (%. 0bdusen). $ontraksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirkan bola mata ke arah temporal -. 7tot rektus superior 7tot ini mempunyai origo pada anulus 3inn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang juga akan memberikan rasa sakit pada pergerakan mata bila terdapat

neuritis retrobulbar. 7tot ini berinsersi 9 mm di belakkang limbus dan dipersarafi nervus ,,, (%. 7kulomotor). $kontraksinya akan menghasilkan elevasi, aduksi dan intorsi bola mata. .. 7tot rektus inferior 7tot ini mempunyai origo di anulus 3inn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 8 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen lo&k*ood. dipersarafi nervus ,,, (%. 7kulomotor). $ontraksinya akan menghasilkan depresi pada abduksi, ekstorsi pada abduksi dan aduksi #- derajat pada depresi 4. 7tot oblik superior 7tot ini berorigo pada anulus :inn dan ala parva tulang sfenoid di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior yangg kemudian berinsersi pada sklera di bagian temporal belakang bola mata. Dipersarafi nervus ,5 (%.troklear) yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. 7tot ini merupakan otot penggerak mata terpanjang dan tertipis. $ontraksinya akan menghasilkan depresi intorsi bila berabduksi -; derajat, depresi saat abduksi 41 derajat, dan bila sedang depresi akan berabduksi 8. 7tot oblik inferior 7tot ini berorigo pada fosa lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera posterior # mm darri kedudukan makula, dipersarafi nervus ,,, (%. 7kulomotor) dengan aksi primernya ekstorsi dalam abduksi, skundernya adalah elevasi dalam aduksi dan abduksi dalam elevasi

Gambar -. 7tot )kstraokular !ergerakan bola mata ke segala arah ini bertujuan untuk memperluas lapang pandangan, mendapatkan penglihatan foveal dan penglihatan binokular untuk jauh dan dekat. 7tot-otot ini menggerakkan bola mata pada - buah sumbu pergerakan yaitu sumbu anteroposterior, sumbu vertikal dan nasotemporal (hori3ontal). . $rontrol saraf terhadap gerakan mata pada akhirnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan aktivitas di nukleus dan serat-serat nervus o&uulomotorius, tro&hlearis, dan abdu&ens. <al ini disebut sebagai jaras-jaras nukleus dan infranukleus. $oordinasi gerakan bola mata memerlukan huubungan antra berbagai nukleus motorik mata, jaras-jaras infranukleus. aras supranukleus berperan membentuk perintah yang diperlukan untuk melakukan gerakan yang sesuai, apakah bersifat volunter maupun involunter. #

Gambar .. !ersarafan otot ekstraokular 2.1.& Persara'an Ner)us tot (#strao#ular

*ulomotorius +N. III,

%ervus okulomotorius meninggalkan batang otak di antara pedun&uli &erebri dan berjalan dekat arteri &ommuni&ans posterior &ir&ulus *illis. 2ateral terrhadap kelenjar hipofisis, saraf ini &ukup dekat dengan traktus optikus, dan di sini menembus dura untuk berjalan di dinding lateral sinus &avernosus. Saat meninggalkan sinus &avernosus, ia membelah menjadi &abang superior dan inferior. =abang superior memasuki orbita melalui anulus 3inn pada titik tertingginya dan bersebelahan dengan nervus tro&hlearis. =abang inferior memasuki anulus 3inn di sebelah ba*ah dan berjalan di ba*ah nervus optikus untuk mempersyarafi mus&ulus re&tus medialis dan inferior. Sebuah &abang besar dari &abang inferior tersebut menjulur ke depan untuk mempersyarafi obli(us inferior. Sebuah &abang ke&il dari ujung proksimal saraf yang ke obli(us inferior memba*a serat-serat parasimpatis ke ganglion siliare. # Serat-serat motorik berasal dari sekelompok inti di substansia-grisea sentralis ventral terhadap a(uadu&tus serebri setinggi &olli&ulus superior. %ukleus kaudalis sentral di garis tengah mempersarafi kedua otot levator palpebra superior. Subnukleus rektus superior yang

berpasangan mempersarafi rektus superior kontralateral. Serat-serat eferen segera berdekusasi dan berjalan melalui subnukleus rektus superior yang berla*an. Subnukleus untuk otot rektus meedialis, rektus inferior, dan obli(us inferior juga merupakan struktur-struktur yang berpasangan tetapi mempersarafi otot-otot ipsilateral. 1asikulus nervus o&ulomotorius berjalan melalui nukleus rubra dan sisi dalam substansia nigra untuk keluar di sisi medial pedun&ulus &erebrum. Saraf ini berjalan sepanjang sisi sela tursika, di dinding luar sinus &avernosus, dan melalui fisura orbitalis superior masuk ke dalam rongga orbita. Sesaat sebelum memasuki orbita, saraf tersebut terbagi dua menjadi &abang superior dan inferior, &abang superior mempersarafi otot levator palpebra dan rektus superior, sedangkan &abang inferior mempersarafi otot-otot lain dan sfingter. # !arasimpatis berasal dari nukleus )dinger-+estphal tepat rostral dari nukleus motorik nervus ketiga dan berjalan melalui divisi inferior nervus ketiga ke ganglion &iliare. Dari sini nervus &iliaris brevis menyebar ke otot sfingter iris dan ke otot siliaris. # Ner)us Tro*hlearis +N.I-, Serabut-serabut motorik (seluruhnya menyilang) berasal dari nukleus troklearis, tepat terhadap nervus ketiga setinggi &oli&ulus inferior, kemudian berjalann ke posterior, berdekusasi di velum medularis anterior, dan berputar mengelilingi pedun&ulus &erebri. %ervus keempat berjalan dekat nervus ketiga di sepanjang dinding sinus kavernosus ke orbita, tempat saraf tersebut mempersarafi otot obli(us superior. Di antara saraf-saraf kranialis, nervus ke empat bersifat unik karena berasal dari batang otak bagian dorsal.# /eskipun paling tipis di antara saraf-saraf kranial, nervus tro&hlearis memiliki bagian intrakranial yang paling panjang, dan juga merupakan satu-satunya saraf yang berasal dari bagian permukaan dorsal batang otak. Serat-seratnya menyilang sebelum mun&ul dari btang otak tepat di ba*ah &oli&ulus inferior, di tempat ini mereka rentan mengalami &edera dari tentorium. Saraf ini menembus dura di belakang sela tursika dan berjalan di dalam dinding-dinding lateral sinus &avernosus untuk memasuki fisura orbitalis superior, medial dari nervus frontalis. Dari sini saraf berjalan dalam periorbita, di atap sebelah atas mus&ulus levatorr menuju permukaan atas mus&ulus obli(us superior. # Ner)us A!dusen +N.-I,

%ervus abdusen mun&ul di antara pons dan medula, menempuh jalan di atas &livus ke &linoid posterior, menembus dura, dan berjalan di dalam sinus &avernosus (saraf-saraf lain berjalan melalui dinding lateral sinus &avernosus). Setelah melalui fissura orbitalis superior di dalam anulus 3inn, nervus ini berlanjut ke lateral untuk mempersarafi mus&ulus re&tus lateralis.#

Gambar 4. %ervus 0bdu&ens

Gambar 8. !erjalanan !ersarafan 7tot )kstraokular 2.1.. Fisiologi /era# Bola $ata 7rtoforia merupakan kedudukan bola mata di mana kerja otot-otot luar bola mata seimbang sehingga mmemungkinkan terjadinya fusi tanpa usaha apapun. 1usi adalah pertumbuhan

bayangan menjaadi satu atau persatuan, peleburan, dan penggabungan di otak yang berasal dai # bayangan mata sehingga se&ara mental berdasarkan kemampuan otak didapatkan suatu penglihatan tunggal, yang berasal dari sensasi (penghayatan )masing-masing mata. . Diperlukan beberapa syarat agar penglihatan binokular menjadi sensasi tunggal, yaitu " 1. >ayangan benda yang jatuh pada kedua fovea sama dalam semua gradasi #. >ayangan benda selalu terletak pada kedua fovea sentral -. >ayangan yang diteruskan ke dalam susunan saraf pusat dapat menilai kedua bayangan menjadi tunggal. !ada ortoforia kedudukan bola mata ini tidak berubah *alaupun refleks fusi diganggu. 7rtoforia yang sempurna sebetulnya suatu keadaan yang jarang dan kedudukan mata bergeser sebesar --4 derajat pada bidang hori3ontal atau # derajat pada bidang vertikal masih dianggap dalam batas normal.. 0u#um Sherington 7tot mata luar seperti pada otot serat lintang menunjukkan persyarafan resiprokal pada otot antagonisnya. !ada kedudukan mata tertentu setiap kontraksi otot selalu terjadi rangsangan antagonis yang berkekuatan sama mengimbangi rangsangan tersebut. !ada pergerakan mata terjadi rangsangan sama pada otot mata yang sinergistik dan pengendoran rangsangan yang sesuai pada otot antagonistik. . =ontoh " bila mata kanan yang melakukann gerakan abduksi yang merupakan rangsangan pada otot rektus lateral kanan maka akan terjadi perlemahan rangsangan pada otot rektus medial kanan yang antagonis terhadap rektus lateral kanan. . 0u#um 0ering !ada pergerakan bersama kedua bola mata didapatkan rangsangan yang sama dan simultan pada otot-otot mata agonis dari pusat persarafan okuulogiri utuk mengarahkan kedudukan mata. Dasarnya adalah terdapatnya persyarafan bilateral mata, persyarafan yang sama diteruskan pada kedua mata sehingga tidak terjadi pergerakan satu mata bebas terhadap yang lain. .

2.2 Pen%e!a! dan /e1ala Klinis Parese Ner)us III2 I- 3an -I 2.2.1 Parese Ner)us o*ulomotorius 2esi di nukleus nervus ketiga mempengaruhi otot rektus medialis dan inferior serta obli(us inferior ipsilateral, kedua otot elevator, dan kedua otot rektus superior. 0kan dijumpai ptosis bilateral dan pembatasan elevasi bilateral serta pembatasan aduksi dan depresi ipsilateral. # /ulai dari fasikulus saraf di otak tengah hingga terminalnya di orbita, kelumpuhhan neervus ,,, menimbulkan disfungsi ipsilateral semata. !ola persisnya tergantung pada tingkat kelumpuhannya, tetapi umumnya mata ipsilateral terarah keluar oleh otot rektus lateralis yang intak (tidak lumpuh) dan sedikit ke ba*ah oleh otot obli(us superior yang intak. /ata mungkin hanya dapat digerakkan ke lateral. (insiklotorsi akibat kerja otot obli(us superior yang intak dapat di amati dengan melihat pembuluh darah halus di konjungtiva medialis se*aktu dilakukan depresi mata). /ungkin dijumpai dilatasi pupil, hilangnya akomodasi, dan ptosis palpebra superior, yang sering kali &ukup berat menutupi pupil. !ola kelainan pupil mungkin dipengaruhi oleh sindrom horner penyerta (kelumpuhan simpatis) yang menimbulkan pupil tanpa reaksi dan relatif ke&il atauu regenerasi aberan. # ,skemia, aneurisma, trauma kepala dan tumor intrakranial adalah penyebab kelumpuhan nervus ketiga tersering pada orang de*asa. !enyebab keluumpuhan iskemia (mikrovaskular) di antaranya adalah diabetees melitus, hipertensi dan vaskulitik sistemik. 0neurisma biasanya berasal dari taut arteri karotis interna dan arteri &ominikan posterior. 6umor intrakranial dapat menyebabkan kelumpuhan nervus okulomotorius akibat kerusakan langsung pada sarafnya atau akibat efek massa. # 2.2.2 Parese Ner)us Tro*hlearis $elumpuhan troklearis kongenital kemungkinan, tetapi tidak biasanya, memiliki asal usul neurogenik, biasanya kelumpuhan ini berasal dari kelainan perkembangan di orbita. $elumpuhan troklearis kongenital dapat terjadi pada anak-anak dengan postur kepala yang abnormal atau pada anak-anak atau de*asa dengan tegangan mata (eyestrain) atau diplopia akibat menurunnya kemampuan mengatasi deviasi okular vertikal (dekompensasi). $elumpuhhan troklear didapat biasanya bersifat traumatik. Sarf ini rentan mengalami &edera pada tempat keluarnya di

permukaan dorsal batang otak. $edua saraf dapat rusak akibat trauma berat se*aktu berdekusasi di velum medularis anterior sehingga terjadi kelumpuhan otot obli(us superior bilateral. $elumpuhan troklearis diidapat bisa juga bersifat iskemik (mikrovaskular) atau skunder akibat tindakan bedah di fossa posterior.# $elumpuhan otot oblikus superior menyebabkan deviasi mata ke atas (hipertroopia), yang meningkat se*aktu pasien melihat ke ba*ah dan ke sisi yang berla*anan. Selain itu, pada kelumpuhan di dapat, terjadi eksiklotropia, dengan demikian salah satu bayangan diplopia akan dimiringkan sesuai bayangan yang lain. 7leh karena itu, diplopia tortional mengisyaratkan kelumpuhan didapat, demikian juga tidak adanya gejala-gejala torsional mengisyaratkan kelummpuhan kongenital. /emiringkan kepala ke arah sisi yang terkena akan meningkatkan deviasi vertikal mata. $epala yang dimiringkan menjauhi sisi mata yang terkena dapat menghilangkaan diplopia, dan pasien seringg melaakukan pemiringan kepala yang demikian. 'i*ayat postrur kepala yang abnormal pada masa kanak-kanak merupakan petunjuk bah*a kelumpuhan troklear bersifat kongenital. $elumpuhan traumatik bilateral, biasanya terdapatpostur kepala dengan dagu turun. # 2.2." Parese Ner)us A!du*ens %ukleus abdusens mengandung neuron-neuron motorik yang menuju otot rektus lateralis ipsilateral dan badan sel antar neuron yang mempersarafi neuron-neuron motorik otot rektus medialis kontralateral.#

Gambar 9. %ukleus %ervus 5, $elumpuhan nervus abdu&enns merupakan kelumpuhan otot ekstraokular tunggal yang paling sering terjadi. 0bduksi mmata berkurang atau tidak ada, terdapat esotropia pada posisi primer yang meningkat se*aktu mata melakukan fiksasi jauh dan menatap ke sisi yang terkena. !ada kelumpuhan nervus abdusens , esotropianya se&ara khas lebih berat pada saat memandang ke sisi yang terkena. !aresis otot rektus lateralis kanan menyebabkan esotropia yang menjadi lebih berat se*aktu memandang ke kanan dan apabila paresisnya ringan atau sedikit tidak terjadi deviasi se*aktu memandang ke kiri. 0pabila otot lateralis lumpuh total, mata yang mengalami tidak akan berabduksi mele*ati garis tengah. $elumpuhan nervus abdusen bilateral akan menyebabkan esotropia yang lebih berat pada pandangan ke samping dibandingkan pada posisi primer.# ,skemia (aterosklerosis, diabetes, migran dan hipertensi) adalah penyebab yang sering dijumpai. 0kan tetapi, peningkatan intrakranial dengan kelumpuhan nervus abdu&ens sebagai tanda lokalisasi semu, tumor intrakranial khususnya yang di dasar tengkorak, trauma, meningitis, demielinisasi, fistula arteriovenosa, dan pungsi lumbal merupakan penyebab umum lainnya. ,nfeksi dapat menimbulkan kelumpuhan nervus abdusens akibat keterlibatan langsung seperti pada infeksi telinga tengah, iskemia, atau meningitis. /alformasi arnold &hiari (pergeseran

tonsilserebelum kongenital ke ba*ah) dapat menimbulkan kelumpuhan nervus 5, akibat traksi, tetapi dapat pula menimbulkan esotropia saat memandang jauh tanpa disertai keterbatasan abduksi akibat disfungsi serebelum. Seorang anak dengan kelummpuhan nervus 5, harus dievaluasi untuk men&ari adanya peradangan atau tumor batang otak (glioma) bila tak ada trauma atau traumanya minimal. # 2." 3iagnosis 6anda-6anda $elumpuhan 7tot 7kular 4 !aralisis dari muskulus rektus lateralis (dipersarafi oleh nervus abdusen) 1. >ola mata yang terkena bersifat konvergensi,yaitu kearah nasal #. >ola mata yang terkena tidaki dapat digerakkan kearah samping -. >ayangan terletak disebelah lateral dari gambar sebenarnya,bayangan itu akan lebih menjauhi !aralisis muskulus rektus medialis (diasarafi oleh nervus okulomotorius ) 1. Sikap bola mata yang terkena divergens yaitu kearah temporal #. >ola mata yang terkena tidak dapat digerakkan kearah nasal -. >ayangan terlihat pada sisi kontralateral gambar sebenarnya , bayangan menjauhi gambaran tersebut apabila kedua bola mata dilirikkan kearah mata yang sehat !aralisis muskulus rektus superior (disarafi oleh nervus okulomotorius ) 1. Sikap bola mata yang terkena agak keba*ah #. !ada posisi sedikit abduksi bola mata yang paralitik tidak dapat digerakkan keatas -. >ayangan terlihat pada sisi kontralateral,jika kedua bola mata menatap sesuatu yang terletak sedikit lebih tinggi daripada bidang mata .. >ayangan akan menjauhi gambar sebenarnya jika kedua mata digerakkan keatas dan kesamping

!aralisis muskulus rektus inferior (disarafi oleh nervus okulomotorius) 1. !osisi bola mata yang terkena sedikit terangkat dan terputar kedalam #. >ola mata yang terkena tidak dapat digerakkan keba*ah samping -. >ayangan terletak disebelah dalam (kontralateral) jika kedua bola mata menatap sesuatu dibidang sedikit ba*ah bidang mata .. >ayangan menjauhi gambar sebenarnya

!aralisis muskulus oblikus inferior (diasarafi oleh nervus okulomotorius) 1. !osisi bola mata yang terkena agak menurun dan sedikit menyimpang kesamping #. >ola mata yang terkena tidak dapat digerakkan kearah nasal atas -. >ayangan terlihat pada sisi ipsilateral jika kedua bola mata digerakkan kebidang diatas bidang mata .. >ayangan menjauhi gambar jika kedua mata dilirikkan ke nasal atas !aralisis muskulus oblikus superior (disarafi oleh nervus troklearis) 1. !osisi mata yang terkena agak terangkat dan agak berputar ketemporal #. >ola mata yang terkena tidak dapat digerakkan keba*ah,lebih-lebih jika bola mata itu dalam posisi aduksi -. $alau kedua mata dilirikkan keba*ah bayangan terlihat disebelah kontralateral , bayangan akan tampak lebih jauh kesamping ba*ah gambar sebenarnya jika mata berkonvergensi

!emeriksaan %.,,,,,5,5,

1ungsi % ,,,,,5,5, saling berkaitan dan diperiksa bersama-sama.1ungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokular dan mengengkat kelopak mata.Serabut otonom % ,,,, mengatur otot pupil.8 Ptosis $elumpuhan nervus ,,, dapat menyebabkan terjadinya ptosis yaitu kelopak mata terjatuh , mata tertutup dan tidak dapat dibuka.<al ini disebabkan oleh kelumpuhan m.levator palpebra .?ntuk menilai tenaga m.levator palpebra , pasien disuruh mengangkat kelopak mata,kita tahan gerakan ini dengan menekan enteng pada kelopak mata.!ada pemeriksaan ini untuk meniadakan tenaga kompensasi dari m.frontalis perlu diberi tekanan pada alis mata dengan mata satu lagi.8

Pupil !erhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan,apakah sama (isokor) atau tidak sama (anisokor). uga perhatikan bentuk pupil apakah miosis atau midriasis.7tot polos yang menge&ilkan pupil disarafi oleh serabut parasimpatis dari nervus ,,,,sedangkan otot yang melebarkan pupil disarafi oleh serabut simpatis (torakolumbal).8

Kedudu#an posisi !ola mata !erhatikan bagaima posisi bola mata dalam keadaan istirahat.>ila otot mata lumpuh hal ini mengakibatkan kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari otot antagonisnya dan menyebabkan strabismus paralitik.8

/era#an Bola $ata !asien disuruh mengikuti gerakan jari-jari pemeriksa yang digerakkan ke lateral,medial atas dan ba*ah,dan kearah yang miring yaitu " atas-lateral,ba*ah-medial,atas medial,dan ba*ah-lateral.!erhatikan apakah pasien dapat mengikutinya dan perhatikan gerakan bola mata.!erhatikan juga adakah diplopia.8

2.& Terapi 1. 7bati penyakit dasar #. %on-surgikal !ilihan terapi meliputi penggunaan prisma fresnel, jika sudut deviasi masih ke&il, oklusi uniokular dapat dilakukan untuk menghindari diplopia (jika ptosis yang tejadi masih sebagian atau telah hilang), injeksi to@in botulinum juga dapat diberikan pada muskulus re&tus lateral yang tidak terlibat yang bertujuan untuk men&egah terjadinya kontraktur sebelum deviasi berkembang atau menetap, dan untuk terapi ptosis dapat diatasi dengan &ara penyanggaan palpebra. -. Surgikal 6erapi operatif pada strabismus dapat dilakukan setelah deviasinya menetap sedikitnya selama 8 bulan.

BAB II

4AP RAN KASUS 2.1 Anamnesis Identitas Pasien %ama enis $elamin ?sia !ekerjaan 0lamat Status !erka*inan %o '/ " 6n. > " 2aki-laki " -A tahun " *iras*asta " !adang !anjang " /enikah " B1..--

Seorang pasien laki-laki berusia -A tahun datang ke !oliklinik /ata 'S?! Dr. /. Djamil !adang pada tanggal 4 /aret #A1- dengan" Keluhan Utama5 /ata kiri tidak bisa melihat sejak # bulan yang lalu Ri6a%at Pen%a#it Se#arang5 /ata kiri tidak bisa melihat sejak # bulan yang lalu Sebelumnya pasien mengalami ke&elakaan lalu lintas kurang lebih # bulan yang lalu, pasien mengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan sepeda motor lain dari arah yang berla*anan, kemudian pasien jatuh dengan posisi kepala dan bahu sebelah kiri pasien membentur aspal. !asien menyatakan tidak sadar penuh setelah kejadian dan dira*at di 'S?! Dr. /. Djamil !adang dengan keterangan =edera kepala G=S 1. C pneumo&epal C fraktur 3igomatikum sinistra. !asien sadar penuh setelah hari ke # ra*atan

$eluarga pasien mengamati bah*a mata kiri pasien tidak bisa digerakkan ke sisi sebelah luar, luar atas, dan luar ba*ah. Saat melihat ke depan, mata kiri terlihat sedikit tertarik ke sisi dalam.

%yeri pada mata kanan saat melihat ke sisi luar, luar atas, dan luar ba*ah yang berhenti saat melihat ke sisi dalam tidak ada.

!andangan kabur, pandangan terhalang, pandangan seperti melihat benda-benda melayang, silau pada mata kanan tidak ada

/ata merah tidak ada. $eluar sekret dari mata tidak ada. >anyak keluar air mata tidak ada.

2ebam di sekitar mata tidak ada. $eluar darah dari hidung, mulut, dan telinga tidak ada. %yeri kepala hebat disertai nyeri pada mata tidak ada. /ual muntah tidak ada. 'i*ayat gula darah tinggi tidak ada 'i*ayat hipertensi tidak ada 'i*ayat menderita infeksi telinga tidak ada.

Ri6a%at Pen%a#it 3ahulu !asien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Ri6a%at Pen%a#it Keluarga 6idak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya 'talmologi 3 4D4 (C) %ormal A (C) %ormal S

2.2 Pemeri#saan Status

phtalmi*us

5isus tanpa koreksi 'efleks 1undus

SiliaDSupersilia

6rikiasis (-) /adarosis (-) Distrikiasis (-) !oliposis (-)

6rikiasis (-) /adarosis (-) Distrikiasis (-) !oliposis (-) 7edem (-) <iperemis (-) entropion (-) ekstropion (-) 7edem (-) <iperemis (-) entropion (-) ekstropion (-) Skuama (-) entropion (-) ekstropion (-) 2akrimasi % <iperemis (-) <iperemis (-) ,njeksi konjungtiva (-) ,njeksi siliar (-) !utih >ening

!alpebra Superior

7edem (-) <iperemis (-) entropion (-) ekstropion (-)

!alpebra ,nferior

7edem (-) <iperemis (-) entropion (-) ekstropion (-)

/argo !alpebra

Skuama (-) entropion (-) ekstropion (-)

0parat 2akrimalis $onjungtiva 6arsalis $onjungtiva 1orni&s $onjungtiva >ulbii

2akrimasi % <iperemis (-) <iperemis (-) ,njeksi konjungtiva (-) ,njeksi siliar (-)

Sklera $ornea

!utih >ening

$amera 7kuli 0nterior ,ris

=ukup dalam =oklat, 'ugae (C) ,ridoplegi (-) ,ris bombe (-)

=ukup dalam =oklat, 'ugae (C) ,ridoplegi (-) ,ris bombe (-) >ulat di tengah diameter .-4 mm refleks &ahaya -DC >ening 2uksasi (-) ernih

!upil

>ulat di tengah diameter - mm refleks &ahaya CD-

2ensa

>ening 2uksasi (-)

$orpus 5itreum 1undus /edia !apil 7pti& 'etina 0aDvv 'etina /akula 6ekanan >ulbus 7kuli !osisi bola mata Gerakan >ulbus 7kuli !emeriksaan lainnya Diplopia

ernih

>ening >ulat, batas tegas &Dd A,--A,. !erdarahan (-), eksudat (-) #"'efleks fovea (C) % (!alpasi) 7rtho >ebas $esegala arah

>ening >ulat, batas tegas &Dd A,--A,. !erdarahan (-), eksudat (-) #"'efleks fovea (C) % (!alpasi) )sotrofia 14E 6erbatas ke lateral

6idak ada

2." 3iagnosis Ker1a Suspek !arese %ervus 0bdusens (%.5,) 7S 67%

2.& Terapi /etilprednisolon 18 mg 1 @ 1 F tab /etil kobalt 4AA mg - @ 1 tab 6romboaspilet - @ 1 tab

BAB III 3ISKUSI Seorang pasien laki-laki berusia -A tahun datang ke !oliklinik /ata 'S?! Dr. /. Djamil !adang pada tanggal 4 /aret #A1- dengan keluhan utama mata kiri tidak bisa melihat sejak # bulan yang lalu .Sebelumnya pasien mengalami ke&elakaan lalu lintas kurang lebih # bulan yang lalu, pasien mengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan sepeda motor lain

dari arah yang berla*anan, kemudian pasien jatuh dengan posisi kepala dan bahu sebelah kiri pasien membentur aspal. !asien menyatakan tidak sadar penuh setelah kejadian dan dira*at di 'S?! Dr. /. Djamil !adang dengan keterangan =edera kepala G=S 1. C pneumo&epal C fraktur 3igomatikum sinistra. !asien sadar penuh setelah hari ke # ra*atan.$eluarga pasien mengamati bah*a mata kiri pasien tidak bisa digerakkan ke sisi sebelah luar, luar atas, dan luar ba*ah. Saat melihat ke depan, mata kiri terlihat sedikit tertarik ke sisi dalam. !ada pemeriksaan fisik didapatkan visus 7S pasien A dan reflek pupil 7D CD-, 7S -D C.Dari pemeriksaan <ir&sberg test 7S )sotropia 14A. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diduga pasien menderita parese %.5, 7S. Dan 67%. !engobatan yang diberikan pada pasien ini adalah /etilprednisolon 18 mg 1 @ 1 F tab ,/etil kobalt 4AA mg - @ 1 tab,6romboaspilet - @ 1 tab.

3AFTAR PUSTAKA 1. Guyton 0&, <all ). %eurofisiologi !englihatan Sentral, dalam 1isiologi $edokteran. )d 11. akarta " )G=. #AA9. 88;-8BA. #. 'iordan !), +hit&her !. %euro-oftalmologi, dalam 7ftalmologi ?mum 5augan G 0sburyHs General 7phthalmology. )d 19. akarta " )G=. #AA;. #8#--AB.

-. ,lyas Sidarta. 0natomi dan 1isiologi /ata, dalam ,lmu !enyakit /ata. )d -. akarta " >alai !enerbit 1$?,. #A1A. 1-1#. .. ,lyas Sidarta. Strabismus, dalam ,lmu !enyakit /ata. )d -. akarta " >alai !enerbit 1$?,. #A1A. ##9-#4B. 4. /ardjono /ahar, priguna Sidarta. Saraf 7tak dan !atologinya, dalam %eurologi $linis Dasar. akarta " Dian 'akyat. #AA.. 11.-1B1. 8. 2umbantobing. Sistem motorik, dalam %eurologi $linik !emeriksaan 1isik dan /ental. akarta " >alai !enerbit 1$?,. #AAB. B9-111.

Anda mungkin juga menyukai