KATA PENGANTAR
Dalam upaya memenuhi kebutuhan induk dan benih ikan yang berkualitas untuk mendukung program Percepatan Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya untuk Ekspor (PROPEKAN), Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya untuk Konsumsi Masyarakat (PROKSIMAS) dan Perlindungan dan Rehabilitasi Sumberdaya Perikanan Budidaya (PROLINDA), maka diperlukan optimalisasi pemanfaatan sarana Balai-Balai benih ikan, yang telah dibangun, berupa Balai Benih Ikan Seal (BBIS), Balai Benih Ikan Lokal (BBIL), Balai Benih Udang (BBU), Balai Benih Udang Galah (BBUG) dan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) guna penyediaan benih bermutu untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan perikanan budidaya. Dalam rangka peningkatan kinerja Balai-Balai Benih tersebut untuk mencapai sasaran produksi yang diharapkan maka perlu disusun buku Petunjuk Pelaksanaan (Juklak). Petunjuk pelaksana ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta pedoman dalam pembangunan dan operasional balai-balai benih ikan didaerah. Juklak Pembangunan ini juga mencakup tujuan pembangunan, deskripsi teknis, skala usaha, tata letak, konstruksi sarana prasarana, pembinaan SDM dan pedoman pembenihan, aspek manajemen dan organisasi UPTD, Standar sarana dan fasilitas fisik dan operasional. Disadari bahwa dalam penyusunan Juklak ini tentu masih banyak kekurangan, untuk itu saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan Juklak BBIS, BBIL, BBU, BBUG dan BBIP di berbagai daerah. Akhirnya kami menyadari bahwa kondisi daerah dan kendala yang dihadapi pada umumnya berbeda dimasing-masing daerah. Oleh karena itu deskripsi teknis instalasi unit perbenihan ikan yang dibangun, dapat disesuaikan dengan kondisi daerah tanpa merubah prinsip dan pedoman yang telah digariskan.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR : 1106 /DPB.O/HK...../X/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BALAI BENIH IKAN (BBI), BALAI BENIH IKAN SENTRAL (BBIS), BALAI BENIH UDANG (BBU), BALAI BENIH UDANG GALAH (BBUG), DAN BALAI BENIH IKAN PANTAI (BBIP) DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Balai Benih Ikan (BBI) dan Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) untuk komoditas air tawar, Balai Benih Udang (BBU) dan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) untuk komoditas air payau dan laut dalam meningkatkan produktivitas dan produksi pembudidayaan ikan, perlu adanya petunjuk pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas bidang perbenihan perikanan, standar sarana, standar fasilitas fisik dan operasional sebagai pedoman baku untuk melaksanakan kegiatan; b. bahwa untuk mencapai maksud diatas, dipandang perlu untuk menetapkan Petunjuk Teknis Balai Benih Ikan (BBI), Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Balai Benih Udang (BBU) dan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP). 1. 2. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1985; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992; Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) 4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 6. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006; 7. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Mengingat
PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13/MEN/2006;
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
KEENAM
KETUJUH
KEDELAPAN
Petunjuk Teknis Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD Perikanan Propinsi Bidang Perbenihan Perikanan, sebagaimana yang dimaksud dalam lampiran 1 Keputusan ini sebagai pedoman pembinaan perbenihan perikanan di daerah. Standar Sarana, Fasilitas Fisik, dan Operasional Balai Benih Ikan (BBI) dan Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) sebagaimana dalam lampiran 2 Keputusan ini sebagai pedoman pembinaan dan pengelolaan Balai Benih Ikan (BBI) dan Balai Benih Ikan Sentral (BBIS). Standar Sarana, Fasilitas Fisik dan Operasional Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) sebagaimana dalam lampiran 3 keputusan ini sebagai pedoman pembinaan dan pengelolaan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) untuk komoditas air payau dan laut. Menyiapkan Balai Benih Ikan Ikan Sentral (BBIS), Balai Benih Udang (BBU), Balai Benih Udang Galah (BBUG), dan dan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) sebagai unit pelaksana teknis Dinas Perikanan Propinsi bidang Perbenihan Perikanan. Melengkapi Balai Benih Ikan Sentral, Balai Benih Ikan Pantai, dengan struktur organisasi maupun tugas fungsi seperti dalam lampiran keputusan ini. Seluruh unit kerja Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Dinas Perikanan Daerah wajib mempedomani dan melaksanakan Petunjuk Teknis Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perikanan Propinsi bidang Perbenihan Perikanan, Standar Sarana, Fasilitas Fisik, dan Operasional Balai Benih Ikan Sentral, serta Standar Sarana, Fasilitas Fisik dan Operasional Balai Benih Ikan Pantai. Sejak diberlakukannya Keputusan ini, maka Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Nomor: 12057/Kpts/IK.330/X/99 dinyatakan tidak berlaku lagi. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : Desember 2006 DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan usaha perikanan budidaya beberapa tahun terakhir telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Data pada periode 2000-2004, terjadi peningkatan luas areal 2,3 % per tahun, peningkatan produksi 10,4 % per tahun, dengan produksi mencapai 1.468.610 ton pada tahun 2004. Disamping peningkatan tersebut, ternyata berbagai permasalahan masih menjadi hambatan pada pengembangan usaha perikanan budidaya diantaranya tingkat produktivitas yang masih rendah, beberapa teknologi pembenihan belum sepenuhnya dikuasai, mutu benih yang masih rendah dan terbatas jumlahnya, adanya serangan hama dan penyakit, serta proses alih teknologi yang aplikatif adaptif belum berjalan dengan baik dan terasa lambat. Pengembangan usaha perikanan budidaya sangat tergantung pada ketersediaan induk dan benih unggul, karena induk dan benih merupakan salah satu sarana produksi yang mutlak dan akan menentukan keberhasilan usaha budidaya. Proses penyediaan dan distribusi benih unggul harus memenuhi kriteria 7 tepat seperti yang dipersyaratkan, yakni : tepat jenis, waktu, mutu, jumlah, tempat, ukuran dan tepat harga. Sehubungan dengan fungsi penyediaan induk dan benih tersebut, maka keberadaan Balai Benih Ikan Sentral, Balai Benih Udang, Balai Benih Udang Galah, dan Balai Benih Ikan Pantai selaku Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi/Kabupaten/Kota , menjadi sangat penting terkait dengan misi dan Tupoksi yang diembannya. Di samping fungsinya sebagai penghasil induk dan benih unggul untuk keperluan Unit Pembenihan Rakyat/Penangkar Benih dan pembudidaya ikan diwilayahnya, UPTD juga bertugas untuk melakukan pembinaan dan pemantauan penerapan teknik perbenihan dan distribusi benih, pengendalian mutu benih, pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan, serta memberi kontribusi kepada PAD. Pelaksanaan Tupoksi UPTD tersebut akan lebih efisien dan efektif bila didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup, kelembagaan yang mantap disertai sistem tata laksana yang memadai serta sumberdaya manusia yang memenuhi standar keahlian keterampilan yang didukung oleh dedikasi tinggi. Kenyataan saat ini belum semua UPTD yang ada di daerah mampu melaksanakan Tupoksi tersebut dengan baik. Karena itu guna meningkatkan kinerja serta menyatukan visi dan misi UPTD, khususnya guna mendukung dan menyukseskan program Revitalisasi Perikanan Budidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menerbitkan buku Petunjuk Teknis Balai Benih Ikan (BBI), Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Balai Benih Udang (BBU), Balai Benih Udang Galah (BBUG) dan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP).
1.2. Maksud dan tujuan Petunjuk Teknis ini disusun dengan maksud agar dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka mempersiapkan dan mengoperasionalkan BBI/BBU/BBUG/ dan BBIP sebagai UPTD, dengan tujuan utamanya adalah : a. Meningkatkan pembinaan dan kinerja balai-balai benih ikan dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi UPTD; b. Meningkatkan kelengkapan fasilitas fisik dan SDM di balai-balai benih ikan sehingga dapat mendukung tugas dan fungsinya sebagai UPTD ; c. Menyediakan wadah bagi pejabat fungsional didaerah; d. Membantu Dinas yang membidangi perikanan di daerah, dalam pendataan perikanan melalui UPTD untuk mendapatkan data dan informasi secara kontinyu, akurat dan tepat waktu.
d. e.
f.
Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha dibidang perbenihan; Menciptakan kegiatan perbenihan yang berwawasan lingkungan dalam upaya pelestarian sumberdaya ikan (termasuk plasma nuftah) dan lingkungan hidup; Meningkatkan devisa secara langsung atau tidak langsung melalui ekspor benih atau hasil perikanan budidaya.
2.2.2. Kegiatan Utama a. Kegiatan pembinaan produksi benih Pengadaan benih akan selau mengutamakan produksi dan pemanfaatan sumber benih dalam negeri. Impor benih hanya dilakukan apabila situasinya telah mendesak untuk dapat mempertahankan kelangsungan usaha budidaya didalam negeri. Pembinaan produksi benih diarahkan pada upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas benih untuk kepentingan budidaya air tawar, payau maupun laut. Kegiatan ini dilaksanakan melalui peningkatan dukungan teknologi sarana dan prasarana perbenihan serta pemanfaatan benih alam. Sasaran pembinaan produksi dititik beratkan pada kelompok-kelompok pembenih/penangkar yang potensial namun lemah dalam permodalan dan ketinggalan dalam penerapan IPTEK sebagai contoh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT). Pola usaha selanjutnya diarahkan pada pola kemitraan dengan peningkatan peranan Dinas Perikanan Daerah, khususnya didalam penanganan komoditas andalan masing-masing daerah. b. Kegiatan pembinaan distribusi dan pemasaran Kegiatan pembinaan distribusi dan pemasaran ini diarahkan pada upaya memperlancar arus distribusi benih dari tingkat produsen ke konsumen melalui mekanisme pasar dan penanganan transportasi yang layak sehingga saling menguntungkan produsen maupun konsumen. Dengan adanya pembinaan distribusi dan pemasaran diharapkan pula dapat mengendalikan harga dan lebih mendorong pengembangan perbenihan maupun budidaya. c. Kegiatan pembinaan sumber daya manusia Kegiatan pembinaan ini diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan para pembenih/penangkar khususnya yang berorientasi agribisnis. Peningkatan keterampilan dapat dilaksanakan melalui pelatihan, magang, pembinaan kelompok serta studi banding kedaerah lain yang relatif lebih maju usaha pembenihannya. Disamping itu dilakukan pula peningkatan
kualitas SDM petugas pembina dan penyuluh melalui pendidikan dan latihan yang memadai. d. Kegiatan pengawasan mutu benih Kegiatan pengawasan benih diarahkan pada upaya terjaminnya kualitas benih sejak dari pembenih sebagai produsen sampai kepada pengguna benih sebagai konsumen (pembudidaya). Melalui mutu benih yang terjamin, maka kepercayaan konsumen terhadap benih akan meningkat dan pada gilirannya pendapatan pembenih akan meningkat. Pengawasan mutu benih mencakup pula kegiatan pengendalian lingkungan akibat kegiatan perbenihan. Karena didalam pengawasan mutu benih dipersyaratkan proses-proses kegiatan yang berwawasan lingkungan. e. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Perbenihan Kegiatan pengembangan sistem informasi perbenihan ini dilaksanakan khususnya untuk mengembangkan sistem informasi perbenihan secara lebih baik, sekaligus meningkatkan ketersedian data dan informasi perbenihan yang akurat dan muktahir. Melalui program pengembangan ini maka pengguna data perbenihan akan dapat memperoleh data tersebut secara lebih baik, akurat dan tepat waktu. 2.2.3. Kegiatan Penunjang a. Kegiatan pengembangan teknik perbenihan Paket teknologi dan penemuan-penemuan teknologi baru dibidang perbenihan ada yang bersifat sederhana dan langsung bisa diadopsi atau diaplikasikan oleh kebanyakan penangkar benih atau pengusaha perbenihan lainnya. Namun adapula paket teknologi dan penemuan-penemuan teknologi baru dibidang perbenihan yang rumit sehingga memerlukan perekayasaan untuk dapat diaplikasikan secara tepat guna sesuai dengan komoditi daerah tertentu. Tugas pengembangan teknik perbenihan ini dapat dilaksanakan di Balai Benih Pusat (UPT Pusat) ataupun balai benih daerah (UPTD Propinsi).
b. Kegiatan peningkatan penerapan diseminasi teknologi Usaha pembenihan diupayakan dapat berkembang sebagai usaha agribisnis yang berbasis pedesaan. Dengan demikian usaha perbenihan dapat merupakan salah satu peluang usaha bagi masyarakat pedesaan. Keberhasilan usaha pembenihan tidak bisa terlepas dari penguasaan teknologi pembenihan. Oleh karena itu agar diseminasi teknologi pembenihan dapat segera mencapai wilayah pedesaan, maka diperlukan program percepatan diseminasi dengan sasaran utama pembenih pedesaan.
Pelaksanaan diseminasi akan dilakukan melalui pemanfaatan lembaga dan instansi yang sudah ada antara lain Balai Penelitian, Balai Pengembangan Budidaya, Balai Benih dan Lembaga Penyuluhan. c. Kegiatan pengkayaan ragam genetik budidaya ikan budidaya Beberapa jenis ikan exotic yang telah berkembang pembudidayaanya seperti ikan nila, nila merah, lele dumbo dll telah mengalami penurunan mutu genetik. Hal ini terjadi karena populasi species tersebut waktu pertama kali diimport jumlahnya sangat sedikit, sehingga dalam jangka beberapa tahun telah terjadi depresi inbreeding. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mengimport kembali sejumlah parent stock untuk memperkaya ragam genetik dan memperlambat terjadinya depresi inbreeding ikan-ikan tersebut. d. Kegiatan pengembangan agribisnis perbenihan Dalam era globalisasi persaingan pada dunia usaha menjadi sedemikian ketatnya dan berdampak pada semua sektor termasuk sektor perikanan. Maka pengembangan perikanan yang berorientasi agribisnis merupakan strategi yang harus ditempuh pemerintah dalam mewujudkan sektor perikanan yang maju, tangguh dan efisien guna mensejahterahkan pembudidaya. Pengembangan perbenihan perikanan yang berorientasi agribisnis akan diarahkan pada segala aktivitas perbenihan dari mulai kegiatan penyedian sarana dan prasarana perbenihan, operasional produksi benih sampai dengan distribusi dan pemasaran benih.
e. Kegiatan pengembangan sentra produksi benih Kelangsungan usaha produksi benih sering dihadapkan pada kendala konflik kepentingan lahan dan kerusakan lingkungan disamping kendala pemasaran karena lokasi produksi yang terisolasi. Guna mengatasi kendala tersebut perlu direncanakan dan ditetapkan sntra-sentra produksi benih dengan pertimbangan lingkungan, kepentingan agribisnis, pembangunan daerah dan dengan mengantisipasi perkembangan sektor lain yang mempunyai dampak terhadap perkembangan perbenihan perikanan. Kegiatan ini perlu dilaksanakan dan sangat penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan Pembangunan Perikanan Berbasis Pedesaan di daerah.
3.1.3. Tugas UPTD Perbenihan mempunyai tugas melaksanakan penerapan teknik perbenihan budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya laut serta pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan di wilayah Propinsi untuk UPTD Propinsi dan Kabupaten. 3.1.4. Fungsi a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. f. a. b. c. d. a. b. c. d. Dalam melaksanakan tugas UPTD Propinsi perbenihan budidaya air tawar menyelenggarakan fungsi : Penerapan teknik perbenihan dan distribusi benih; Perbanyakan induk Grand Parent Stock (GPS) menjadi induk/calon induk Parent Stock dan distribusi induk; Penerapan teknik pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan serta teknik pengendalian hama dan penyakit; Pengendalian mutu benih melalui pelaksanaan sertifikasi sistem mutu benih; Pengawasan mutu benih. Dalam melaksanakan tugas UPTD Propinsi perbenihan budidaya air payau/laut menyelenggaran fungsi : Perbanyakan induk ikan air payau; Pengadaan telur/nauplii; Penerapan teknik perbenihan dan distribusi benih; Penerapan teknik pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan serta teknik pengendalian hama dan penyakit; Pengendalian mutu benih melalui pelaksanaan sertifikasi sistem mutu benih; Pengawasan mutu benih. Dalam melaksanakan tugas UPTD Kabupaten perbenihan budidaya air tawar menyelenggarakan fungsi : Pemeliharaan calon induk Parent Stock menjadi induk induk Parent Stock dan distribusi induk; Penerapan teknik perbenihan dan distribusi benih; Penerapan teknik pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan serta teknik pengendalian hama dan penyakit; Pengendalian mutu benih melalui pelaksanaan sertifikasi sistem mutu benih. Dalam melaksanakan tugas UPTD Kabupaten perbenihan budidaya air payau/laut menyelenggarakan fungsi : Pengadaan induk, telur/nauplii; Penerapan teknik perbenihan dan distribusi benih; Penerapan teknik pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan serta teknik pengendalian hama dan penyakit; Pengendalian mutu benih melalui pelaksanaan sertifikasi sistem mutu benih.
3.1.4. Susunan Organisasi a. b. c. UPTD Perbenihan Budidaya Air Tawar, Budidaya Air Payau dan Budidaya Laut terdiri dari : Urusan Tata Usaha; Sub Seksi Pelayanan Teknik Produksi dan Sub Seksi Standarisasi dan Informasi; Kelompok Jabatan Fungsional. Susunan Struktur Organisasi UPTD sebagai berikut :
KEPALA