0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
84 tayangan30 halaman
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor makroekonomi yang berpengaruh terhadap pasar properti khususnya apartemen di Jakarta seperti suku bunga, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, PMA, PMDN, dan pertumbuhan ekonomi. Analisis korelasi antara kondisi pasokan dan permintaan apartemen dengan indikator-indikator tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembang dan investor properti.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor makroekonomi yang berpengaruh terhadap pasar properti khususnya apartemen di Jakarta seperti suku bunga, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, PMA, PMDN, dan pertumbuhan ekonomi. Analisis korelasi antara kondisi pasokan dan permintaan apartemen dengan indikator-indikator tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembang dan investor properti.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor makroekonomi yang berpengaruh terhadap pasar properti khususnya apartemen di Jakarta seperti suku bunga, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, PMA, PMDN, dan pertumbuhan ekonomi. Analisis korelasi antara kondisi pasokan dan permintaan apartemen dengan indikator-indikator tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembang dan investor properti.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang diminati investor untuk melakukan bisnis properti. Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang mendominasi hampir seluruh fungsi kota yaitu kota perdagangan dan jasa, kota pemerintahan dan ibu kota negara, merupakan salah satu lokasi yang sangat diminati investor, dimana, di kota ini menampung berbagai macam aktivitas yang sangat lah tinggi setiap harinya. Untuk dapat mempermudah dan memperlancar aktivitasnya masing-masing,setiap orang berlomba- lomba untuk tinggal sedekat mungkin dengan pusat kegiatan dan di lokasi yang strategis. Lahan di jakarta dengan sifat scarcity-nya membuat para developer dan investor membangun hunian bertingkat untuk memenuhi permintaan pasar. Diterimanya pasar hunian vertikal (apartemen) di tengah kota selain karena kebutuhan akan papan, kesan prestige yang diciptakan ketika tinggal di apartement, dan juga tingginya nilai investasi inilah yang membuat permintaan akan apartement terus berkembang di jakarta.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi berkembangnya produk properti apartement, namun faktor-faktor utama yang berpengaruh dan dapat diteliti secara kuantitatif adalah Indikator Makro Ekonomi suatu negara. Contoh dari indikator makro ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi, PDRB, inflasi dan deflasi, nilai kurs, pengangguran, UMR, dan lain- lain. Pengaruh dari indikator ekonomi inilah yang harus dianalisis sehingga diketahui perkembangan produk properti yang ada dalam pasar. Perkembangan dan pertumbuhan itu harus dilaporkan dalam sebuah laporan market overview. Market overview bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan beberapa indikator makro ekonomi terhadap grafik pertumbuhan dan perkembangan supply dan demand produk properti yang ada di pasar Jakarta.
Oleh karena itulah, para peneliti bertujuan untuk membuat sebuah laporan Apartment Market Overview Jakarta 2013 sehingga bisa terlihat pertumbuhan dan perkembangan produk properti apartemen di Jakarta dan diharapkan laporan ini bisa menjadi acuan untuk developer atau investor dalam mengembangkan atau mengelola produk properti apartement di Jakarta. Kondisi perekonomian suatu daerah akan mempengaruhi properti yang ada di daerah tersebut, begitu halnya dengan pasar apartemen yang ada di Jakarta, dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi, dibawah ini adalah beberapa faktor makro ekonomi yang dapat berpotensi mempengaruhi pasar apatemen di Jakarta, yang kemudian akan dilakukan analisis korelasi dengan kondisi supply dan demand apartemen di Jakarta a. Suku bunga bank Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
Sumber : www.bi.go.id
Sepanjang tahun 2013, BI tercatat telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali. Pertama, pada 13 Juni 2013, tingkat suku bunga 5,75 persen didongkrak menjadi 6,00 persen. Kemudian, pada 11 Juli 2013, BI kembali menaikkan suku bunga ke posisi 6,50 persen. Bank Indonesia sempat berusaha menahan suku bunga di angka 6,50 persen pada 15 Agustus 2013. Namun, merosotnya nilai tukar rupiah dan IHSG membuat mereka kembali meningkatkan suku bunga acuan menjadi 7,00 persen 1 .
1 http://ekbis.sindonews.com/read/2013/09/12/33/782331/suku-bunga-7-25-terakhir-terlihat-mei-2009 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tingkat Suku Bunga b. Kurs Rupiah Kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate).
Sumber : www.bi.go.id
Pada tahun 2005 kenaikan harga BBM pertama kali dilakukan pada 1 Maret 2005 dari Rp1.810/liter menjadi Rp2.400/liter. Tujuh bulan kemudian pada 1 Oktober 2005, pemerintah kembali menaikkan harga BBM sebesar 87,5%dari Rp2.400/liter menjadi Rp4.500 per liter. Saat itu pada 30 Desember 2005, maka Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan dari bulan Juli-Desember dari 8,50% ke level 12,25%. Saat itu inflasi impor juga meningkat seiring pergerakan kurs Rupiah terhadap US Dollar yang melemah dari Rp9.090 ke level Rp9.803,92 pada akhir 2005 2
Penyebab merosotnya nilai tukar rupiah, faktor eksternal : - Pasar khawatir bank sentral Amerika pada 23 September 2013 memutus langkah pertama kebijakan pemangkasan stimulus, yang menyebabkan aliran modal masuk ke Amerika dan stock market di berbagai negara jatuh, - Pasar khawatir akan ditutupnya pasar Merrill Lynch oleh Amerika, yang bisa mendorong stock dan capital market, - Lesunya bursa regional dan anjloknya sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS. Sementara faktor internal : Sentimen negatif pasar
2 http://www.tempo.co/read/news/2013/08/21/087505926/Beragam-Penyebab-Rupiah-Terjun-Bebas 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Nilai Tukar Rupiah terhadap pengumuman Bank Indonesia bahwa defisit transaksi triwulan II meningkat dari US$ 5,8 miliar atau 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi US$ 9,8 miliar atau 4,4 persen.
c. Tingkat Inflasi Inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang.
Sumber : Sumber : www.bi.go.id
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tingkat inflasi yang relatif tidak stabil. Saat dunia mengalami krisis global pada tahun 2009, ternyata tingkat inflasi di Indonesia malah menurun yang berarti kondisi ekonomi Indonesia saat itu masih terkontrol saat itu. Menurut Kompas Pada tahun 2010 inflasi sempat meningkat lagi yang kemungkinan besar diakibatkan naiknya harga BBM atau dampak dari krisis 2009 yang baru terasa 3 .
d. PMA
3 www.regional.kompas.com Kompas artikel berjudul BBM Naik, Inflasi Bisa Bertambah 2,25% 0 5 10 15 20 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tingkat Inflasi Pengertian penanaman modal dalam undang undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan ketentuan undang undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam artian bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.
Sumber : Knight Frank Salah satu penyebab menurunnya PMA ini, menurut Chatib Basri (Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)) adalah perlambatan ekonomi global serta turunnya harga-harga komoditas ekspor utama Indonesia di pasar dunia. Akibatnya, keuntungan perusahaan PMA di Tanah Air turun yang menyebabkan ekspansi investasi mereka juga melambat 4 .
e. PMDN PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri, sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri adalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI.
4 http://jaringnews.com/ekonomi/investasi/45435/bkpm-akui-penanaman-modal-asing-mulai-melambat 0 5 10 15 20 25 30 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PMA (Milliard USD)
Sumber : Knight Frank
Ditengah perlambatan investasi asing, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) masing menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Realisasi investasi PMDN triwulan kedua 2013 mencapai Rp33,1 triliun, naik dari Rp27,5 triliun pada triwulan pertama atau naik sebesar 20,36 persen. Investor dalam negeri biasanya selalu berada di belakang PMA dalam melakukan investasi. Ini juga terjadi pada investasi portofolio. Investor asing selalu lebih dulu masuk, baru diikuti oleh investor domestik 5 .
f. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
5 ibid 0 20 40 60 80 100 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PMDN (triliun rupiah)
Sumber : Laporan Ekonomi Triwulan BPS)
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif meningkat, kecuali pada tahun 2009 krisis global dimana pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sangat drastis yaitu menjadi 4% pada semester pertama dan 4.4% pada akhir tahun 2009, bandingkan dengan akhir tahun 2008 yang mencapai 6%. Namun setelah tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat tajam menjadi lebih baik dibandingkan tahun 2008 6 . Kemajuan sektor properti sangat ditentukan oleh perekonomian. Ibarat sebuah Kereta Api, perekonomian merupakan Lokomotif dan sektor properti adalah gerbongnya. Jika lokomotifnya mengalami pelambatan maka gerbongnyapun akan mengalami kondisi yang sama. Ada juga pandangan yang menganggap bahwa sektor properti bisa berdiri sendiri tanpa dipengaruhi secara langsung kondisi perekonomian. Dari hasil riset Property Riset Institute (PRI) Jakarta. Di kawasan CBD Jakarta tercatat sebanyak 53 apartemen. Pada tahun 2009 mendatang akan terdapat tambahan yang berasal dari selesainya pembangunan Oakwood Premier Cozmo, Cityloft, Sahid Sudirman, Pacifiic Place, Thamrin Residences, Mediterania Marina Tower C, Marbella Kemang Tower A, dan Mediterania Garden Residence Tower 2. Hingga akhir tahun 2009 diperkirakan akan terdapat tambahan pasokan baru dengan jumlah sekitar 13,000 unit yang berasal dari 17 proyek. Secara keseluruhan produk properti tersebut dapat diserap pasar diatas 80%.
6 www.investor.co.id artikel tentang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terbaik Ke-2 Setelah Cina 0 1 2 3 4 5 6 7 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan Ekonomi Secara garis besar kondisi bisnis properti di tahun 2009 dibayang-bayangi krisis dan faktor eksternal yang sulit diprediksi. Namun demikian yang perlu menjadi perhatian untuk menghadapi krisis ini adalah dengan memahami kondisi pasar secara tepat. Walaupun hukum pasar selalu akan berlaku yaitu suatu produk akan berawal dan berakhir di pasar. Artinya akan ada produk yang tumbang oleh pasar dan akan muncul market leader disaat kondisi krisis terjadi 7 .
g. Produk Domestik Bruto PDB adalah ukuran terluas dari ekonomi suatu negara, dan hal ini mewakili total nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama tahun tertentu. Setiap perubahan yang signifikan dalam PDB, naik atau turun, biasanya memiliki dampak yang signifikan terhadap arah pasar saham.
Sumber: bi.go.id dan finance.yahoo.com)
Pada tabel di atas terlihat bahwa PDB di Indonesia meningkat drastis dari tahun ke tahun. Hal ini berarti produktivitas dalam negeri cenderung meningkat. Terkecuali pada tahun 2008-2009 terlihat kenaikan tidak terlalu drastis (tahun 2008: 450 Miliar USD pada semester I, dan 471 Miliar USD pada semester II; tahun 2009 : 517 Miliar USD pada semester I dan 540 Miliar USD pada semester II). Hal ini berarti pengaruh krisis global tidak
7 http://riset-properti.blogspot.com/2009_01_01_archive.html 0 200 400 600 800 1000 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PDB (milyard USD) dapat dipungkiri lagi pada masa itu, walaupun secara keseluruhan tidak berdampak sebesar di Eropa dan Amerika 8 . Supply apartemen berbicara mengenai jumlah unit yang disediakan oleh setiap pengembang untuk melakukan korelasi hubungan antara makro ekonomi dengan supply, maka dalam penelitian ini supply apartemen dihitung dalam kurun waktu tertentu (tahunan), sehingga dapat dilihat nanti pertumbuhan supply apartemen di Jakarta.
4.2. Kondisi Makro Regional Jakarta A. Kondisi Ekonomi Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,96 persen dibandingkan nilai triwulan II/2013 (q to q). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tersebut didorong oleh semua sektor ekonomi, kecuali sektor pertambangan-penggalian, dengan pertumbuhan terbesar dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (2,97 persen). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tersebut disebabkan oleh naiknya komponen konsumsi pemerintah (4,68 persen) dan komponen PMTB (3,06 persen).
Sementara PDRB triwulan III/2013 dibandingkan dengan PDRB triwulan III/2012 (y on y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,19 persen. Dari sisi lapangan usaha hampir semua sektor mengalami pertumbuhan positif, kecuali sektor pertambangan-penggalian. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yakni 10,88 persen, kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,93 persen dan sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar 6,59 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen konsumsi pemerintah (9,48 persen) diikuti komponen konsumsi rumahtangga (5,97 persen). Secara kumulatif, PDRB DKI Jakarta sampai dengan triwulan III/2013 (Januari-September 2013) tumbuh sebesar 6,35 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012.
Besaran PDRB DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada triwulan III/2013 mencapai Rp 324,03 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 120,74 triliun. Dari
8 http://kek.ekon.go.id Sekretariat Dewan Nasional artikel tentang Ekonomi Indonesia 2004 2009 sisi lapangan usaha, peranan tiga sektor utama yakni sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, serta sektor industri pengolahan terhadap struktur perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2013 sekitar 63,96 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, sebagian besar PDRB Provinsi DKI Jakarta digunakan untuk konsumsi rumahtangga sebesar 57,71 persen, ekspor sebesar 53,59 persen, dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 37,69 persen.
B. Inflasi Bulan Oktober 2013, harga-harga di DKI Jakarta mengalami deflasi 0,03 persen. Laju inflasiTahun 2013 mencapai 7,01 persen dan laju inflasi tahun ke tahun DKI Jakarta 7,76 persen.Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober disebabkan turunnya harga-harga pada kelompok sandang dan bahan makanan. Dua kelompok mengalami penurunan indeks yaitu kelompok sandang 0,77 persen; dan kelompok bahan makanan 0,64 persen. Empat kelompokmengalami kenaikan indeks yaitu kelompok kesehatan 0,48 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,29 persen; kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,21 persen; dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 0,19persen. Sedangkan satu kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks yaitu kelompokpendidikan, rekreasi dan olah raga. Jakarta menempati urutan ke 2 terendah dari seluruh kota yang mengalami deflasi.
C. Supply & Demand Apartemen
Supply Apartemen Series Timeline (unit/ year) Pembangunan apartemen di Jakarta mengalami fluktuasi setiap tahun, hal ini ditandai dengan naik turunya jumlah supply dalam unit seperti tabel dibawah ini : No Tahun Supply (unit) 1 2004 1.812 2 2005 2.554 3 2006 6.656 4 2007 3.046 5 2008 1.890 6 2009 4.768 7 2010 3.444 8 2011 17.926 9 2012 27.195 10 2013 (Sem 1) 21.548 TOTAL 90.839 Sumber : Olahan Kelompok Database Apartemen di Jakarta
Rata-rata pertumbuhan apartemen di Jakarta dalam 10 tahun terakhir adalah 76.14%, dimana pertumbuhan yang tinggi terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan >400% dikarenakan adanya penyediaan unit-unit apartemen murah seperti Kalibata City yang langsung disediakan 12.500 unit dan pertumbuhan itu terus bertambah dalam 3 tahun terakhir, sehingga dapat terlihat grafik supply apartemen di Jakarta seperti dibawah ini :
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 U n i t
Supply Apartemen di Jakarta
Dari grafik diatas maka dapat terlihat dalam 3 tahun terakhir ini 2011 2013 (semester 1) jumlah supply unit apartemen di Jakarta berkembang cepat mencapai lebih dari 20.000 yang disediakan.
Supply Apartment per Region in Jakarta Sampai dengan tahun 2013 penyediaan apartemen di Jakarta berbeda pada setiap daerah yang dibagi berdasarkan wilayah administratif Provisi DKI Jakarta, dibawah ini adalah banyaknya supply dalam bentuk unit dalam wilayah administrasi diatas :
No Wilayah Supply (unit) Persentase 1 Jakarta Pusat 21.152 16.3 % 2 Jakarta Selatan 56.470 43.6 % 3 Jakarta Barat 24.330 18.7 % 4 Jakarta Utara 22.210 17.1 % 5 Jakarta Timur 5.318 4.1 % TOTAL 129.480 100 % Sumber : Olahan Kelompok Database Apartemen di Jakarta Dari data diatas, maka dapat terlihat diagram supply apartemen di Jakarta berdasarkan wilayah administratif seperti dibawah ini :
Dapat dilihat dari grafik diatas, bahwa penyediaan unit apartemen yang paling dominan adalah di Jakarta Selatan, dimana sebagian wilayahnya merupakan wilayah CBD Jakarta dan terdapat beberapa prime area seperti Kuningan, Casablanca, Rasuna, Kalibata yang terdapat banyak pengembangan-pengembangan produk properti berupa apartemen.
Kelas Supply Apartemen di Jakarta Kelas apartemen yang berada di Jakarta dibagi dalam dua kelas middle dan high, hal ini didasarkan pada beberapa faktor seperti : lokasi, harga sewa/ jual, dan sevice charge, sehingga setelah dilakukan pengolahan data dari database yang dimiliki diperoleh hasil seperti dibawah ini :
16% 44% 19% 17% 4% Supply Apartemen per Region Pusat Selatan Barat Utara Timur
Region High Class north 9,9% west 5,8% south 51,2% central 30,2% east 2,9% total 100% Sumber : Olahan Kelompok.203
10% 6% 51% 30% 3% High Class Apartment Proportion in Jakarta north west south central east Region Middle Class north 17,5% west 20,9% south 35,5% central 19,4% east 6,6% total 100%
Apartemen yang dikembangkan di Jakarta memiliki potensi yang besar, sehingga dalam beberapa tahun kedapan ada rencana proyek- proyek baru yang akan dikembangkan
Rencana Proyek Pembangunan Apartemen per Wilayah Dalam 2 tahun kedepan terdapat banyak supply baru yang akan menambah pasar apartemen di Jakarta, proyek-proyek yang dikembangan ini merupakan proyek yang terus memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal di tengah kota, Dibawah ini terdapat beberapa proyek Apartemen baru (new supply) dalam 1 tahun kedepan :
Tahun Nama Apartemen Lokasi Area Unit Keterangan 2014 The Grove Rasuna Said CBD 438 Under Construction 2014 St Moritz (The New Ambassador Suite Tower) Puri Indah WJ 200 Under Construction 2014 Regatta Tokyo, Acapulco, Pantai NJ 276 Under 17% 21% 36% 19% 7% Middle Class Apartment Proportion in Jakarta north west south central east Sydney Tower Mutiara Construction 2014 La Venue - South Tower Pasar Minggu SJ 341 Under Construction 2014 Casablanca East Residence (2 Towers) + Tower Dallas Pahlawan Revolusi EJ 1904 Under Construction 2014 The Grove Suite Rasuna Said CBD 151 Under Construction 2014 Kemang Village (The Intercontinental) Antasari SJ 400 Under Construction 2014 Kemang Village (The Infinity) Antasari SJ 175 Under Construction 2014 The Aspen at Admiralty Fatmawati SJ 860 Under Construction 2014 Pakubuwono Terrace (Tower 2) Kebayoran Lama SJ 720 Under Construction 2014 The Pakubuwono Signature Pakubuwono SJ 188 Under Construction 2014 Sherwood Apartment (Richmond) Kelapa Gading NJ 125 Under Construction 2014 Sherwood Apartment (Wellington) Kelapa Gading NJ 100 Under Construction 2014 Sherwood Apartment (Regent) Kelapa Gading NJ 100 Under Construction 2014 The H Residence MT Haryono EJ 383 Under Construction 2014 Pluit Seaview (Tower Maldives) Pluit NJ 940 Under Construction 2014 Sudirman Suites Sudirman CBD 380 Under Construction 2014 Senopati Penthouse Senopati SJ 63 Under Construction 2014 Sky Terrace Lagoon Kalideres WJ 525 Under Construction 2014 LA City Apartment (Tower A) Lenteng Agung SJ 980 Under Construction 2014 Sky Garden Setiabudi SJ 426 Under Construction 2014 La Maison Barito (Tower 1) Barito SJ 80 Under Construction 2014 Botanica Apartment (3 Towers) Simprug SJ 626 Under Construction 2014 The Hive @Tamansari DI Panjaitan EJ 422 Under Construction 2014 Signature Park Grande MT Haryono EJ 1100 Under Construction 2014 The Bellevue at Pondok Indah Pondok Indah SJ 60 Under Construction 2014 Metro Park Residence Kebon Jeruk WJ 1200 Under Construction 2014 Gading Greenhill Pegangsaan Dua NJ 700 Under Construction 2014 Elpis Residence Gunung Sahari CJ 791 Under Construction 2014 Capitol Park Apartment (Tower T) Salemba CJ 727 Under Construction 2014 Capitol Park Apartment (Tower U) Salemba CJ 976 Under Construction 2014 Northern Ancol Residence Ancol NJ 800 Under Construction 2014 The Mansion at Dukuh Golf Residence (Aurora Tower) Kemayoran CJ 522 Under Construction 2014 The Mansion at Dukuh Golf Residence (BellaVista Tower) Kemayoran CJ 612 Under Construction 2014 Green Bay Pluit (Bay View) Pluit NJ 3096 Under Construction Sumber : Colliers International Market Report 2013 dan Olahan Data Base Apartemen di Jakarta
Dari data new supply apartemen di Jakarta maka didapatkan proporsi seperti dibawah ini :
Dari diagram diatas, maka proporsi terbesar pembangunan apartemen baru di Jakarta adalah di Jakarta Utara dimana akan ada pembangunan Green Bay Pluit dengan total unit 3096 unit apartemen, sementara wilayah lain di Jakarta tetap berpotensi untuk dikembangkan proyek-proyek apartemen baru. Demand dari Apartemen yang ada di Jakarta dapat dilihat dari Occupancy Rate,
Series Cummulative Occupancy Rate Apartment Untuk mengetahui data time series cummulative occupancy rate, maka dalam penelitian market overview ini kami melakukan berbagai pertimbangan dari beberapa research yang dilakukan oleh beberapa konsultan properti seperti : Knight Frank, Colliers, BI, Jones Lang Lasalle, dari semua occupancy rate series diatas maka diambil rata-rata occupancy rate Apartemen di Jakarta, sehingga membentuk grafik seperti dibawah ini : 4% 17% 23% 9% 29% 18% New Supply Apartemen di Jakarta CBD Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Barat Jakarta Utara Jakarta Timur
Sumber : diolah kelompok dari berbagai research properti (Colliers, Knight Frank, Jones Lang Lassale, data BI) Dari data cummulative occupancy rate diatas, dapat dilihat bahwa occupancy rate apartement di Jakarta tinggi dengan perubahan per tahun yang tidak terlalu kontras, dimana tingkat hunian apartemen di Jakarta rata-rata berada di atas angka 75%, hal ini memberikan indikasi bahwa masyarakat perkotaan di Jakarta memiliki ketertarikan yang tinggi untuk menempati apartemen. Tingkat hunian yang tertinggi berada pada tahun 2011 yakni 89%, dan yang terendah berada pada tahun 2004 yakni 72.2%, dan rata-rata occupancy rate apartemen yang berada di Jakarta adalah 81.2%.
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Cummulative Occupancy Rate Adanya faktor makro ekonomi yang mempengaruhi supply apartemen, akan dibuktikan dengan analisis korelasi antar kedua hal tersebut, dibawah ini adalah grafik perbandingan antara Makro Ekonomi dengan Supply
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Suku Bunga (%) 1.00 1.01 1.12 1.44 1.73 1.50 1.23 1.12 1.11 1.25 1.06 0.89 0.89 0.89 0.91 0.88 0.79 0.78 0.80 Kurs BI (Rp/$) 1.00 1.05 1.08 1.15 1.05 1.05 1.04 1.06 1.06 1.16 1.27 1.11 1.05 1.03 1.00 1.01 1.05 1.10 1.12 Inflasi (%) 1.00 1.65 2.78 3.04 1.17 1.03 1.17 1.96 1.97 0.48 0.49 1.11 1.24 0.99 0.67 0.81 0.75 0.97 0.97 Pertumbuhan Ekonomi (%) 1.00 1.10 1.08 1.18 1.20 1.08 1.24 1.24 1.20 1.18 0.86 0.78 1.12 1.22 1.27 1.27 1.25 1.24 1.14 PDRB (milliard USD) 1.00 1.23 1.36 1.42 1.49 1.75 1.90 2.02 2.16 2.26 2.49 2.60 3.07 3.36 3.79 3.94 4.00 4.10 4.06 PMA (milliard USD) 1.00 1.07 1.30 1.30 1.50 1.59 0.99 0.99 1.42 1.42 1.03 1.03 1.55 1.57 1.86 1.93 1.14 1.43 2.63 PMDN (Triliun Rupiah) 1.00 1.05 1.10 1.36 1.44 1.77 1.55 1.14 0.91 1.10 1.68 1.80 2.70 2.92 3.39 3.43 1.80 1.90 2.92 Cummulative Supply 1.00 1.00 1.22 1.22 2.51 2.51 3.08 3.08 1.21 1.21 2.65 2.65 1.90 1.90 9.85 9.85 15.9515.9521.67 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 A x i s
T i t l e
Perbandingan Tren Indikator Makro Ekonomi terhadap Cummulative Supply Analisis hubungan/ korelasi antara Faktor Makro Ekonomi dengan penyediaan Apartemen dilakukan dengan menggunakan SPSS, dimana setiap angka faktor makro ekonomi dengan cummulative supply apartemen, dan hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut ini : Correlations
Suku Bunga Kurs BI Inflasi Pert. Ekonom i PDRB PMA PMDN Supply Suku Bunga Pearson Correlation 1 .104 .316 .031 -.696 ** -.185 -.475 * -.543 *
Sig. (2-tailed) .040 .299 .057 .297 .000 .001 .022 N 19 19 19 19 19 19 19 19 Supply Pearson Correlation -.543 * -.028 -.361 .323 .800 ** .600 ** .521 * 1 Sig. (2-tailed) .016 .910 .129 .177 .000 .007 .022 N 19 19 19 19 19 19 19 19 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa yang memiliki hubungan positif adalah PDB, Pertumbuhan Ekonomi, PMA dan PMDN dimana PDRB memiliki strong positive correlation (hubungan kuat) sementara pertumbuhan ekonomi hampir tidak memiliki hubungan atau hubungan tidak kuat. Hal ini menggambarkan bahwa nilai PDRB memiliki hubungan dengan supply apartemen dan itu dibuktikan dari 7-10 produk nasional berasal dari aspek konstruksi. PMDN dan PMA memiliki hubungan positif hal ini dapat dibuktikan bahwa pembangunan apartemen pun menggunakan modal dari dalam dan luar negeri sehingga apabila supply meningkat maka itu berasal dari modal dalam dan luar negeri Sementara yang memiliki hubungan negatif adalah suku bunga, hal ini menandakan pembangunan apartemen bergantung dari suku bunga bank, dimana bank yang memberikan pinjaman untuk keperluan pembangunan (konstruksi), sehingga apabila suku bunga meningkat maka membuat supply cenderung berkurang, namun apabila suku bunga menurun maka supply akan meningkat, hal ini berarti kedua aspek ini memiliki hubungan negatif.
Adanya faktor makro ekonomi yang mempengaruhi demand apartemen, akan dibuktikan dengan analisis korelasi antar kedua hal tersebut, dibawah ini adalah grafik perbandingan antara Makro Ekonomi dengan Demand
Analisis hubungan/ korelasi antara Faktor Makro Ekonomi dengan demand Apartemen dalam hal ini adalah Occupancy Rate yang merupakan indikator untuk mengukur tingkat permintaan pasar untuk unit apartemen dilakukan dengan menggunakan SPSS, dimana setiap angka faktor makro ekonomi dengan cummulative supply apartemen, dan hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut ini I II I II I II I II I II I II I II I II I II I 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Suku Bunga (%) 1.00 1.01 1.12 1.44 1.73 1.50 1.23 1.12 1.11 1.25 1.06 0.89 0.89 0.89 0.91 0.88 0.79 0.78 0.80 Kurs BI (Rp/$) 1.00 1.05 1.08 1.15 1.05 1.05 1.04 1.06 1.06 1.16 1.27 1.11 1.05 1.03 1.00 1.01 1.05 1.10 1.12 Inflasi (%) 1.00 1.65 2.78 3.04 1.17 1.03 1.17 1.96 1.97 0.48 0.49 1.11 1.24 0.99 0.67 0.81 0.75 0.97 0.97 Pertumbuhan Ekonomi (%) 1.00 1.10 1.08 1.18 1.20 1.08 1.24 1.24 1.20 1.18 0.86 0.78 1.12 1.22 1.27 1.27 1.25 1.24 1.14 PDRB (milliard USD) 1.00 1.23 1.36 1.42 1.49 1.75 1.90 2.02 2.16 2.26 2.49 2.60 3.07 3.36 3.79 3.94 4.00 4.10 4.06 Cummulative Occ Rate 1.00 1.04 1.06 1.09 1.09 1.12 1.23 1.13 1.10 1.02 1.08 1.07 1.11 1.20 1.23 1.23 1.24 1.22 1.14 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 A x i s
T i t l e
Perbandingan Tren Indikator Makro Ekonomi terhadap Cummulative Demand
Suku Bunga Kurs BI Inflasi Pert. ekonom i PDRB demand Suku Bunga Pearson Correlation 1 .104 .316 .031 -.696 ** -.362 Sig. (2-tailed) .670 .188 .899 .001 .127 N 19 19 19 19 19 19 Kurs BI Pearson Correlation .104 1 -.003 -.483 * -.044 -.340 Sig. (2-tailed) .670 .990 .036 .860 .154 N 19 19 19 19 19 19 Inflasi Pearson Correlation .316 -.003 1 .064 -.525 * -.280 Sig. (2-tailed) .188 .990 .796 .021 .245 N 19 19 19 19 19 19 Pert. ekonomi Pearson Correlation .031 -.483 * .064 1 .320 .611 **
Sig. (2-tailed) .899 .036 .796 .181 .005 N 19 19 19 19 19 19 PDRB Pearson Correlation - .696 **
-.044 -.525 * .320 1 .736 **
Sig. (2-tailed) .001 .860 .021 .181 .000 N 19 19 19 19 19 19 Demand Pearson Correlation -.362 -.340 -.280 .611 ** .736 ** 1 Sig. (2-tailed) .127 .154 .245 .005 .000 N 19 19 19 19 19 19
Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa faktor makro ekonomi yang sangat mempengaruhi demand apartemen adalah pertumbuhan ekonomi, PDRB, suku bunga dan kurs BI,Dari ke enam faktor tersebut diatas, yang memiliki hubungan positif adalah pertumbuhan ekonomi dan PDRB hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila tingkat ekonomi suatu daerah sedang dalam kondisi yang baik maka segala transaksi ekonomi di daerah tersebut akan berjalan dengan baik, penghunian di apartemen pun merupakan salah satu transaksi ekonomi yang memberikan kontribusi kepada negara, maka hal ini dapat dikatakan memiliki hubungan positif. Sementara faktor yang memiliki hubungan negatif adalah suku bunga dan kurs BI, dapat dijelaskan bahwa kedua faktor makro ekonomi tersebut memiliki hubungan dengan demand apartemen di Jakarta karena dari tingkat suku bunga pembeli/ penyewa apartemen dapat menentukan keputusan untuk mengambil suatu unit apartemen karena suku bunga bank yang menentukan besarnya cicilan dalam hal ini KPA untuk apartemen yang diinginkan, sementara untuk kurs BI rupiah terhadap dollar diindikasikan memiliki hubungan negatif karena apabila nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat maka tingkat hunian apartemen akan menurun karena ada banyak bangunan apartemen yang menggunakan dolar sebagai patokan harga sewa maupun jual.
D. Prospek Properti dari Segi Ekonomi 1. Indikator makro ekonomi yang mempengaruhi supply dan demand apartemen adalah suku bunga bank, kurs rupiah, tingkat inflasi, PMA, PMDN, pertumbuhan ekonomi, dan PDRB. Untuk supply semua faktor diatas mempengaruhi sementara untuk segi demand PMA dan PMDN tidak mempengaruhi karena itu merupakan penanaman modal yang lebih banyak digunakan untuk segi konstruksi. 2. Perkembangan pasar properti khususnya apartemen di Jakarta mengalami peningkatan yang besar pada tiga tahun terakhir, hal ini didukung oleh kondisi perekonomian Indonesia yang baik. 3. Dari segi supply, apartemen yang ada di Jakarta didominasi berada pada daerah Jakarta Selatan, dimana hal ini disebabkan oleh faktor lokasi Jakarta Selatan yang mendukung kegiatan perkantoran yang berada di SCBD, Gatot Subroto, Sudirman Thamrin, Rasuna Said, Kuningan. 4. Dari segi new supply, dapat dilihat bahwa potential area yang dapat dikembangkan produk apartemen adalah Jakarta Utara, sementara di Jakarta Selatan pun tetap menjadi lokasi pembangunan produk baru. Sementara untuk Jakarta Timur yang jumlah apartemennya sampai tahun 2013 sangat sedikit dibandingkan yang lain mengalami peningkatan hingga memiliki proporsi 18% dari semua new supply apartemen di Jakarta. 5. Dari segi demand, permintaan apartemen mengalami fluktuasi selama 10 tahun terakhir, hal ini dapat dilihat dari tingkat hunian (occupancy rate) apartemen yang ada di Jakarta, sementara itu kondisi demand apartemen dapat disimpulkan baik karena berada diatas 70% 6. Hubungan faktor makro ekonomi dengan supply adalah memiliki hubungan positif adalah PDB, Pertumbuhan Ekonomi, PMA dan PMDN dimana PDRB memiliki strong positive correlation (hubungan kuat) sementara pertumbuhan ekonomi hampir tidak memiliki hubungan atau hubungan tidak kuat 7. Hubungan faktor makro ekonomi dengan demand yang memiliki hubungan positif adalah pertumbuhan ekonomi dan PDRB hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila tingkat ekonomi suatu daerah sedang dalam kondisi yang baik maka segala transaksi ekonomi di daerah tersebut akan berjalan dengan baik, Sementara faktor yang memiliki hubungan negatif adalah suku bunga dan kurs BI, dapat dijelaskan bahwa kedua faktor makro ekonomi tersebut memiliki hubungan dengan demand apartemen di Jakarta karena dari tingkat suku bunga pembeli/ penyewa apartemen dapat menentukan keputusan untuk mengambil suatu unit apartemen karena suku bunga bank yang menentukan besarnya cicilan
4.3 Perkembangan Wisata Jakarta
A. Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang ke Jakarta Berikut merupakan table wisata mancanega yang dating ke Jakarta
Dapat dilihat bahwa wisata mancanegara mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai 2013 dan puncak jumlah wisata mancanegara yang datang ke Jakarta adalah pada tahun 2013. Tingkat kedatangan wisatawan mancanegara terendah adalah pada semester pertama tahun 2009.
4.4 Perkembangan Ruko,Komersial & Kantor Berikut merupakan gambar yang menunjukan komersial, kantor dan ruko yang terdapat di sekitar tapak apartemen windsor 0 200 000 400 000 600 000 800 000 1 000 000 1 200 000 I II I II I II I II I II I 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jakarta Jakarta
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro