Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen
Keuangan
Internasiona
l
International Financial
Market dan Exchange
Rate Determination
Market

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Ekonomi dan Bisnis Manajemen 84076 Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si.

Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan bagaimana Mampu memahami dan menjelaskan
terbentuknya nilai tukar valas beserta terbentuknya nilai tukar valas beserta
dengan faktor-faktor yang dengan faktor-faktor yang
memengaruhinya memengaruhinya

Terbentuknya Nilai Tukar Valas


Kasus :

OPINI: Di Balik Pelemahan Nilai Tukar Rupiah


Upaya untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak bisa hanya
mengandalkan BI atau pemerintah saja. Rakyat dan para pelaku industri juga harus secara
bersama-sama melakukan usaha yang sama, sehingga kondisi fundamental ekonomi
Indonesia semakin kokoh dan tahan terhadap goncangan dari luar.

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali
mengalami tren pelemahan. Bahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah menembus
angka Rp14.100 per dolar dan sepertinya belum menunjukkan adanya tanda-tanda
penguatan.
Kondisi ini tentu kembali memunculkan pertanyaan di ruang publik, “apa yang terjadi di balik
pelemahan nilai tukar rupiah sehingga rupiah terus terpuruk?”
Sebagai suatu komoditas, pelemahan nilai tukar rupiah merupakan suatu hal yang wajar
sepanjang terjadi dalam rentang nilai dan rentang waktu kewajaran. Dalam era ekonomi
terbuka seperti sekarang ini, sekuat apapun nilai mata uang suatu negara pasti akan terkena
dampak guncangan (shock) baik guncangan yang berasal dari faktor eksternal maupun
faktor internal.
Ekses dan magnitude dari guncangan tersebut akan dipengaruhi oleh seberapa banyak dan
seberapa besar guncangan yang terjadi yang menghantam nilai mata uang tersebut. Selain
itu, ekses dan magnitude dari guncangan akan dipengaruhi juga oleh kekuatan mata uang
negara yang bersangkutan.
Jika fundamental ekonomi negara yang bersangkutan kuat maka nilai mata uangnya
cenderung tahan banting.
Jika ditelaah lebih mendalam, tekanan yang dialami oleh mata uang rupiah beberapa hari
belakangan ini merupakan tekanan ganda yang berasal dari faktor eksternal dan internal
sekaligus. Oleh karena itu, pemerintah beserta otoritas kebijakan moneter dalam hal ini
Bank Indonesia (BI) sepertinya sedikit kesulitan untuk mengendalikan pelemahan nilai tukar
rupiah ini khususnya terhadap mata uang dolar AS.

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 2 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Prediksi membaiknya ekonomi AS telah menarik minat investor global untuk kembali
memindahkan modalnya dari negara-negara berkembang ke negeri Paman Sam.
Pertumbuhan ekonomi AS tahun 2018 diperkirakan akan naik 0,6% dari 2,3% pada 2017
menjadi 2,9% pada 2018.
Selain itu, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps semakin menambah yakin para
investor untuk memulangkan dananya ke Amerika Serikat.
Di samping mulai bersinarnya pertumbuhan ekonomi AS, pertumbuhan negara-negara
berkembang dengan penduduk yang besar juga mulai manarik minat para investor global
untuk mencoba peruntungan di negara-negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi India yang
diprediksi kembali meningkat dari 6,4% pada 2016 menjadi 7,4% pada 2018 menjadi daya
tarik para investor global untuk melakukan investasi di negara Bollywood tersebut.
Selain India, negara-negara di benua Afrika juga mulai memperlihatkan geliatnya. Oleh
karena itu, negara-negara emerging market yang selama ini menjadi mainstream tujuan
investasi mulai ditinggalkan termasuk Indonesia.
Surat Utang Negara (SUN) Indonesia pada kuartal awal 2018 ini sepi peminat. Bahkan
pelaku pasar modal global banyak yang menarik modalnya dari pasar modal Indonesia.
Akibat penarikan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami penurunan
yang cukup parah dari kisaran angka 6.400-an menjadi 5.800-an dalam selang waktu dua
bulan.
Dengan tekanan guncangan eksternal yang bertubi-tubi ini maka tidak heran jika nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS semakin terdepresiasi. Kondisi ini diperparah dengan guncangan
kondisi internal.
Defisit neraca pembayaran dan perdagangan menjadikan rupiah semakin terpojok. Tren
kenaikan konsumsi terhadap barang-barang impor, baik bahan baku maupun barang jadi
menciptakan defisit neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir ini. Kenaikan impor
yang jauh melebihi kenaikan ekspor semakin menambah tekanan terhadap nilai tukar
rupiah.
Masih rendahnya penerimaan negara dari sisi ekspor menjadikan kekuatan pemerintah
beserta BI sangat terbatas. Cadangan devisa Indonesia masih berkisar di angka US$120
miliar. Sampai Mei 2018 cadangan devisa Indonesia turun dari US$124,9 miliar pada Maret
menjadi US$122,9 miliar pada Mei. Padahal pada Januari 2018 cadangan devisa Indonesia
sempat mencapai US$131 miliar. Turunnya cadangan devisa ini disebabkan oleh operasi
pasar BI yang mencoba untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun
sepertinya operasi pasar yang dilakukan BI ini tidak cukup kuat untuk mengendalikan
kekuatan pasar.
Melihat berbagai tekanan terhadap rupiah yang berasal dari faktor eksternal dan internal
maka langkah dan upaya penguatan nilai tukar rupiah harus dilakukan secara kolektif dari

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 3 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seluruh elemen bangsa. Guncangan eksternal merupakan variabel eksogen yang tidak bisa
dikendalikan. Namun, fundamental ekonomi Indonesia merupakan variabel yang berada
dalam jangkauan seluruh elemen bangsa dari mulai pemerintah, BI, pelaku industri, dan
masyarakat luas.

Perkuat Fundamental Ekonomi


Upaya untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak bisa hanya
mengandalkan BI atau pemerintah saja. Rakyat dan para pelaku industri juga harus secara
bersama-sama melakukan usaha yang sama, sehingga kondisi fundamental ekonomi
Indonesia semakin kokoh dan tahan terhadap goncangan dari luar.
Kebijakan pemerintah dengan menerbitkan peraturan mengenai Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN) sebagai usaha untuk melakukan substitusi bahan baku impor perlu didukung
oleh seluruh pelaku industri di Indonesia dari mulai penyedia bahan baku sampai dengan
pengguna.
Penyedia bahan baku yang bisa menjadi barang substitusi impor harus bisa menyediakan
bahan baku yang kompetitif dan berdaya saing sehingga dengan sendirinya pelaku industri
akan menggunakan bahan baku dalam negeri tersebut.
Di sisi lain, para pelaku industri juga harus dengan sukarela mau menggunakan produk-
produk dalam negeri sehingga ketergantungan terhadap dolar lambat laut bisa terus
dikurangi.
Pemerinah juga harus segera menerbitkan pembatasan rezim devisa bebas. Para pelaku
ekspor dan impor harus dipaksa untuk bertransaksi di Indonesia, sehingga mata uang dolar
yang didapat bisa masuk ke dalam cadangan devisa Indonesia.
Selama ini diyakini penggunaan rezim devisa bebas ini telah menghilangkan lebih dari 50%
potensi pendapatan devisa Indonesia.
Oleh sebab itu, penerbitan peraturan ini mutlak diperlukan. Dengan terbitnya peraturan
devisa bebas ini maka peraturan BI mengenai kewajiban penggunaan mata uang rupiah
untuk seluruh transaksi di Indonesia akan menghasilkan hasil yang efektif dalam kaitannya
meningkatkan cadangan devisa Indonesia.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini mutlak harus segera dihentikan dan
rupiah harus kembali diperkuat. Namun penguatan nilai tukar rupiah ini tidak bisa hanya
mengandalkan pemerintah dan BI saja. Dukungan dari seluruh elemen masyarakat mutlak
diperlukan, sehingga keinginan untuk mewujudkan mata uang rupiah yang kuat bisa
diwujudkan dalam waktu yang singkat.

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 4 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Terbentuknya Nilai Tukar Valas

Menurut Hady (1999) dalam Purnomo (2002) dijelaskan bahwa ada beberapa system yang
dianut oleh berbagai negara dalam menentukan nilai tukar mata uangnya. Berdasarkan
perkembangan Sistem Moneter Internasional (SMI), sejak diberlakukannya Bretton Woods
System (1944) pada umumnya ada beberapa macam sistem penentuan kurs valuta asing,
yaitu :
 Sistem Kurs Tetap / Stabil ( Fixed Exchange Rate System ).
 Sistem Kurs Mengambang / berubah ( Floating Exchange Rate System ), terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
o Freely Floating Rate / Clean Float.
o Managed Float / Dirty Float.
 Sistem Kurs Terkait ( Pegged Exchange Rate System ).

Ketiga jenis sistem penentuan kurs valas ini masih ada yang menggunakannya atau sudah
berubah menjadi sistem kurs mengambang.

A. Sistem Kurs Tetap / Stabil ( Fixed Exchange Rate System )

Sistem ini diciptakan berdasarkan perjanjian Bretton Woods yang telah melahirkan lembaga
moneter internasional atau International Monetary Funds (IMF) atau Dana Moneter
Internasional.

Tujuan dari pendirian IMF tersebut adalah sbb :


Menurut Article I dari Agreement, tujuan pendirian IMF (Punnett, J.P & Ricks D.A., 1992 :
101) adalah :
1. Meningkatkan kerjasama masalah-masalah moneter.
2. Memperluas perdagangan dan investasi dunia
3. Mengurangi pembatasan pemerintah terhadap lalu lintas pembayaran internasional

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 5 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Menyediakan fasilitas kredit untuk mempertahankan stabilitas kurs bagi yang
mengalami kesulitan BOP (Balance Of Payment).
5. Mengurangi pengaruh negatif dari defisit dan surpulus BOP

Berdasarkan Article of Agreement tentang IMF yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Maret
1947 sampai 15 Agustus 1971 (dekrit Nixon) telah ditetapkan SMI dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. SMI didasarkan pada standar emas.
Maksudnya : setiap mata uang anggota IMF dikaitkan dan konvertibel dengan emas
(gold exchange standard)
Uang Dollar AS senilai $ 35  1 ounce ( 28,3496 gram emas )
$1  28,3496 / 35 gram emas

USD digunakan sebagai “numeraire” (standar kesatuan hitung).

2. Sistem nilai tukar (foreign exchange rate) antar anggota IMF harus stabil
3. Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktuasi atau bervariasi antara 1 – 2,5 % diatas atau
dibawah kurs resmi
4. Setiap anggota pada prinsipnya dilarang menggunakan kebijakan devaluasi, yaitu
penurunan nilai mata uangnya terhadap valas untuk memperbaiki posisi atau
mengatasi defisit BOP
5. Anggota IMF yang mengalami kesulitan BOP dapat menerima bantuan IMF berupa
SDR (Special Drawing Right). SDR adalah uang kertas emas yang dikeluarkan IMF
tahun 1969 sebagai reserve currency dan likuiditas internasional.

Pada tgl 19 Maret 1973, mulai berlaku sistem kurs mengambang (generalized floting),
karena negara anggota European Community memberlakukan mata uang mereka dengan
kurs mengambang terhadap USD.

B. Sistem Kurs Mengambang / berubah ( Floating Exchange Rate System )

Floating Exchange Rate adalah sistem kurs mengambang yang ditetapkan melalui
mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valuta asing.
Sistem kurs mengambang ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
 Freely Floating Rate / Clean Float.

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 6 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sistem kurs mengambang secara murni, yaitu penentuan kurs valas di bursa valuta
asing terjadi tanpa campur tangan pemerintah setempat.
 Managed Float / Dirty Float.
Sistem kurs mengambang terkendali, yaitu penentuan kurs valas di bursa valuta
asing terjadi dengan campur tangan pemerintah yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran valuta asing melalui berbagai kebijakan dibidang monter, fiskal dan
perdagangan luar negeri.

Sistem kurs mengambang terkendali ini digunakan oleh negara saat ini, termasuk
Indonesia. Secara grafis mekanisme sistem kurs tersebut adalah sbb :

Sistem Dirty Float


Kurs Rp/ Sfc
S’dc
$ S’fc
Sdc

9.000
8.000
7.000

Ddc D’fc
D’dc Dfc
QRp(-) (+) Q$
Rp Rp Rp 0 $ $ $

Keterangan :
 Q Rp = Kuantitas  Sfc & Dfc = Supply & Demand Foreign
Rp Currency
 Q$ = Kuantitas $  Sdc & Ddc = Supply & Demand Domestic
Currency

C. Sistem Kurs Terkait ( Pegged Exchange Rate System )

Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata uang suatu
negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu.

 Sistem kurs ini pernah diterapkan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan
dengan mata uang Perancis (FRF), ada lagi yang mengaitkannya dengan GBP, USD
& SDR.
 Di negara Eropa (MEE), April 1972 juga menerapkan sistem kurs ini dikenal dengan
“snake system” yang mulai berkembang menjadi “ European Monetary System
(EMS).

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 7 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Snake system & EMS adalah mata uang anggota MEE dikaitkan nilainya dengan
European Currency Unit (ECU) dan dapat berfluktuasi dalam batas 2,25 % diatas
atau dibawah kurs tengah.

Contoh:
Kurs tengah DEM = 6,90 ECU
Kurs tengah FRF = 2,06 ECU
6,90
Kurs tengah antara DEM & FRF = / 2,06 = 3,35

Sehingga, jika fluktuasinya dalam batas 2,25 % di atas / di bawah kurs tengah. Maka
upperlimit dan lowerlimit FRF/DEM adalah :
Upper limit FRF/DEM = Central rate x ( 1 + 0,0225 )
= 3,35 x 1,0225 = 3,425
Lower limit FRF/DEM = Central rate x ( 1 – 0,0225 )
= 3,35 x 0,9775 = 3,275

Salah satu variasi dari pegged exchange rate dikenal dengan Currency Board System
(CBS). Dilakukan CBS dengan cara mengaitkan dan menetapkan nilai tukar tetap antara
mata uang suatu negara dengan hard currency tertentu yang didasarkan pada jumlah
mata uangnya yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (berupa hard
currency).

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 8 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai
Tukar Valas

Faktor atau kondisi yang bisa mempengaruhi fluktuasi kurs valas terdapat 7 macam, yaitu :

1. Perbedaan supply dan demand dari foreign currency.


Valas juga merupakan benda ekonomi yang memiliki permintaan dan penawaran di
bursa valuta asing.
Sumber-sumber penawaran (supply) valas tersebut adalah :
 Ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas.
 Impor modal atau capital import dan transfer valas lainnya dari L.N ke dalam
negeri.

Sumber-sumber permintaan (demand) valas adalah :


 Impor barang dan jasa yang menggunakan valas
 Ekspor modal atau capital export dan tranfer valas lainnya dari dalam ke L.N.

Pada mekanisme pasar menyatakan : “setiap perubahan permintaan dan penawaran


barang atau jasa akan mengubah harga barang/jasa tersebut “, demikian juga halnya
valas, dalam grafik perubahan tersebut bisa dilihat sbb:

Pengaruh Permintaan & Penawaran


Terhadap Kurs Valuta Asing

Kurs Valas Rp/USD

Sfc X bj
A2 S’fc Cm
Rp.5.500/USD
Rp.5.000/USD A1
Rp.4.500/USD A3
D’fc
M bj
‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul Cx
3 9 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dfc
X bj

0 USD USD Q USD

Keterangan :
QUSD = kuantitas USD
Sfc = supply foreign currency
Dfc = demand foreign currency
Xbj = ekspor barang & jasa
Mbj = impor barang & jasa
Cm = capital impor
Cx = capital ekspor

Kesimpulan dari grafik :


1. Jika Xbj & Cm (naik), maka Sfc akan bertambah (+)
Asumsi Dfc (tetap), maka akan terjadi Kurs valas (depresiasi), sedangkan Rp
(Apresiasi)
2. Jika Mbj & Cx (naik), maka Dfc akan bertambah (+)
Asumsi Sfc (tetap), maka akan terjadi Kurs valas (apresiasi), sedangkan Rp
(Depresiasi)

2. Posisi balance of payment (BOP).


BOP adalah catatan yangn disusun secara sistematis tentang semua transaksi
ekonomi internasional yanng meliputi perdagangan LN, keuangan dan moneter
antara penduduk suatu negara dengan penduduk L.N untuk periode biasanya 1
tahun.
Dari struktur BOP akan diketahui apakah monetary account posisinya akan
menunjukkann BOP surplus, defisit atau ekuilibrium.

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa :


 Bila saldo monetary account (-), maka BOP (surplus)
 Bila saldo monetary account (+), maka BOP (defisit)

Untuk kalangan bisnis, yang diperhatikan :


1. Posisi BOT (Balance of Trade)
2. Paling utama : Posisi Current account (Neraca transaksi berjalan) dan saldo
capital account (neraca modal).

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 10 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh struktur BOP, diambil dari data departemen keuangan RI, Desember 1997 :

BOP Indonesia tahun anggaran 1996/1997


(dalam jutaan USD)

I. Current Account. (1+2+3) - USD 8.065


( Neraca transaksi berjalan )
1. Balance of Trade. USD 6.233
( Neraca Perdagangan)
 Ekspor barang USD 52.038
 Impor barang - USD 45.816
2. Service Account. - USD 14.288
(Neraca Jasa )
3. Unilateral Account. 0
(Neraca transaksi sepihak)
II. Capital Account USD 12.667
( Neraca Modal )
1. Capital Import
 Pemerintah (pinjaman) USD 5.248
 Swasta (PMA & pinjaman) USD 13.487
2. Capital Export
 Pemerintah (cicilan pk. Pinj.) - USD 6.118
 Swasta USD 0
III. Perubahan Cadangan Devisa = dR
(Change of forex reserve = I + II ) - USD 4.602
IV. Error and Omission - USD 700
( selisih yg belum dpt diperhit.)
V. Monetary Account - USD 3.902
( Neraca lalu lintas moneter )

OVER ALL BALANCE 0

Posisi ( saldo dR ) dalam BOP dapat mempengaruhi kurs valas, karena alasan
berikut ini :
 Bila posisi saldo dR (+) supply valas > demand valas
 ( Sfc > Dfc atau Ddc > Sdc )
 untuk periode tsb, sehingga
menimbulkan efek atau sentimen (+)

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 11 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam arti nilai Rp relatif stabil pada
bursa valas dannn dapat menghilangkan
isu devaluasi.
 Bila posisi saldo dR (-) Sfc < Dfc atau Ddc < Sdc, sehingga
menimbulkan efek atau
 Sentimen (-) dalam arti nilai Rp relatif
lemah dan diikuti dengan isu devaluasi.

3. Tingkat Inflasi.

Bagaimana tingkat inflasi dapat mempengaruhi kurs valas dapat dilihat pada grafik
berikut ini :

Pengaruh tingkat inflasi terhadap Kurs Valas


Kurs Valas Rp/USD

S’
S
JPY 110/USD
JPY 105/USD
JPY 100/USD
D’
D
USD USD Q USD

Keterangan :

JPY JPY
Keadaan awal : Kurs valas /USD = 100/USD
Asumsi : inflasi di USA ( + 5 % )
: inflasi di Jepang ( 1 % )
: barang yg dijual di USA & Jepang sama dan bisa substitusi

Dalam asumsi tersebut, maka :


Harga barang di USA lebih mahal, sehingga membuat impor USA (naik)
terhadap Jepang.
Impor USA (naik) : mengakibatkan permintaan JPY (naik).

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 12 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dilain pihak :
Kenaikan harga barang di USA akan mengurangi impor Jepang terhadap
USA sehingga mengakibatkan permintaan USD justru menurun.

Perkembangan tingkat inflasi tsb akan mempengaruhi supply & demand


JPY JPY JPY
valas, sehingga di grafik akan bergeser dari 100/USD - 105/USD -
110 /USD

4. Tingkat bunga.

Pengaruh tingkat bunga terhadap kurs valas digambarkan pada grafik pada halaman
berikut ini :

Pengaruh Tingkat Bunga terhadap kurs valas

Kurs Valas Rp/USD


S
S’
DEM
2.00 /USD
DEM
1.90 /USD

USD USD Q USD

Keterangan:
Pemerintah Jerman perlu dana besar untuk membangun wilayah eks Jerman Timur.
Karena permintaan dana besar tersebut , Jerman menaikkan tingkat bunga untuk
menarik modal L.N ke Jerman terutama dari USA.
Banyaknya valas (USD) yang akan masuk ke Jerman akan menyebabkan
peningkatan permintaan DEM dan penawaran USD sehingga kurs valas berubah
dari DEM 2.00 /USD - DEM
1.90 /USD

5. Tingkat pendapatan.

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 13 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia tinggi, sedangkan kenaikan jumlah
barang yang tersedia entimen kecil, tentu impor barang akan meningkat.
Peningkatan impor akan berefek pada peningkatan demand valas yang pada
gilirannya akan mempengaruhi kurs valas.

Kejadian tersebut diatas dapat digambarkan pada grafik sbb:

Pengaruh tingkat pendapatan


Terhadap kurs valas

Kurs Valas Rp/USD

Rp.5.500/USD
Rp.5.000/USD
D’
D

USD USD’ Q USD

6. Pengawasan pemerintah.
Biasanya pengawasan pemerintah untuk tujuan tertentu mengakibatkan pengaruh
kurs valas terjadi, seperti dalam bentuk kebijaksanaan moneter, dan perdagangan
L.N.
Contohnya :
 Pengawasan lalu lintas devisa
 Peningkatan trade barier
 Pengetatan uang beredar
 Penaikan tingkat bunga

7. Ekspektasi, isu dan rumor.


Adaya ekspektasi (harapan) bahwa : tingkat inflasi atau defisist BOT USA akan
menurun atau sebalikya dapat mempengaruhi kurs valas USD.

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 14 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adanya spekulasi / isu devaluasi rupiah karena endtime current account yang besar
juga berpengaruh terhadap kurs valas dimana valas secara umum mengalami
apresiasi.
Adanya isu & rumor, misalnya presiden atau menteri keuangan sakit parah, dapat
mempe-ngaruhi entiment & ekspektasi masyarakat sehingga mempengaruhi
permintaan dan penawaran valas yang akan berakibat pada fluktuasi kurs valas.

Daftar Pustaka
Hady, Hamdy. 1999. Ekonomi Internasional:Teori dan Kebijakan Keuangan
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia

Purnomo, Heru. 2002. Diktat Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Universitas


Gunadarma

‘1 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 15 Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai