Anda di halaman 1dari 103

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pakan ikan merupakan salah satu faktor utama dalam pembudidayaan ikan

sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan mutu ikan yang dihasilkan.
Pakan ikan yang baik sangat bergantung pada nilai gizi yang dikandungnya dan
komposisi bahan baku yang digunakan. Produksi pakan ikan di Indonesia
sebagian besar telah dihasilkan oleh pabrik pakan di dalam negeri. Namun
demikian, sebagian besar bahan baku pakan ikan masih diimpor dari luar negeri.
Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan
kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan
berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral
dan vitaminnya seimbang.
Pakan buatan adalah pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan
dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia. Pakan buatan
bersifat basa, seperti bentuk pasta atau emulsi (cairan pekat), tidak perlu disimpan.
Jenis pakan basah sebaiknya dihabiskan dalam satu kali pemberian/ aplikasi
karena pakan jenis ini mudah rusak jenis kandungannya. Namun bila memang
harus disimpan, sebaiknya disimpan dalam ruangan pendingin (lemari es), itu pun
tidak bisa terlalu lama, hanya 2 s.d 3 hari. Jika terlalu lama disimpan, kualitas
pakan turun dan tidak bagus untuk dikonsumsi. Bahan baku yang digunakan untuk
menentukan kualitas pakan buatan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya ,
bernilai gizi, mudah dicerna, tidak mengandung racun, mudah diperoleh, dan
bukan merupakan kebutuhan pokok manusia.
1.2

Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan pakan.

1.3.

Manfaat Praktikum
Praktikan dapat mengidentifikasi sumber protein untuk pakan ikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Umum Bahan Baku Pakan Ikan


Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan buatan

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku hewani, bahan
baku nabati dan bahan baku limbah industry pertanian. Selain ketiga jenis bahan
baku tersebut untuk melengkapi ramuan dalam pembuatan pakan buatan biasanya
diberikan beberapa bahan tambahan. Jumlah bahan tambahan (feed additive)
yaitu bahan makanan atau suatu zat yang ditambahkan dalam komposisi pakan
untuk meningkatkan kualitas dari pakan (Anonim, 2010).
2.1.1

Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal


Bahan pakan basal yaitu pakan protein basal dan pakan protein suplemen.

Pakan protein basal adalah bahan pakan, baik hewani maupun nabati yang
kandungan proteinnya dibawah 20%. Contohnya : Dedak halus 15,58%, Tepung
Jagung 9,50%,
-

Dedak halus
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak
yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan
beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%,
Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%,
Nilai ubah= 8.

Tepung Jagung
Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi
tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan
enrgi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang
digunakan.

2.1.2. Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Suplemen


Bahan pakan suplemen yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari
nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein lebih dari 20%.
Contohnya : Tepung ikan 62,99%, Tepung kedelai 43,36%.
-

Tepung ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis)
yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan
difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang
dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan,
bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan
kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling
essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%;
Abu=26,65%;

Serat=1,80%;

Air=10,72%;

Nilai

ubah=1,53.

Cara pembuatannya:

1.

Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.

2.

Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.

3.

Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Tepung kedelai
Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang paling
essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya 10%.
Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin,
dapat dikendalikan dengan cara memasak. Kandungan gizi: Protein:
39,6%, Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%,
Air=8,4%, Nilai ubah=3-5.

2.1.3 Bahan Pakan Ikan Tambahan


Bahan pakan ikan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.Selain itu
dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Contohnya :

1. Vitamin dan Mineral


1. Cara memperoleh: dari toko penjual makanan ayam (poultry shop)
yang sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix).
2. Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam
amino tertentu.
3. Contoh-contoh merek dagang:

Top mix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B


kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin) dan
6 mineral (Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan
(BHT)

Rhodiamix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B


kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral
(Mg, Fe, Mo, Ca, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.

Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3, FeSO4,


MnSO4, KI, CuSO4, dan ZnCO3, serta vitamin B12
(sianokobalamin).

Merek lain: Aquamix, Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer


Premix B.
Penggunaannya : Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 1015%.

Garam Dapur (NaCl)


4. Fungsi: sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses
pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.
5. Penggunaannya cukup 2%.
2. Bahan Perekat
1. Contoh bahan perekat: agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung
sagu, dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.
2. Penggunaannya cukup 10%.
3. Antioksidan
1. Bahan: fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6etoksi-2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated hydroxytoluena),
dan BHA (butylated hydroxyanisole).
2. Penggunaannya: etoksikulin 150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm.
4. Ragi dan Ampas Bir
1. Ragi adalah sejenis cendawan yang dapat merubah karbohidrat
menjadi alkohol dan CO2.
2. Macam ragi: ragi tape, ragi roti, dan bir.
3. Kandungan gizi: Protein=59,2%, Lemak=0, Karbohidrat=38,93%,
Abu=4,95%, Serat kasar=0, Air=6,12%.
4. Ampas bir merupakan limbah pengolahan bir.
5. Kandungan gizinya: Protein=25,9%, Serat kasar=15%
6. Penggunaannya: ampas bir basah 3-6% dan kering 10%.

2.1.3.1 Feed Aditif


Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada
ternak melalui pencampuran pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan
pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan feed additive dalam pakan
bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal.Feed additive ada
dua jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Wahju, 2004).

Menurut Ravindran (2012), feed additive dapat digolongkan menjadi dua


macam, yaitu nutritive feed additive dan non nutritive feed additive. Nutritive feed
additive ditambahkan ke dalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan
kandungan nutrien ransum, misalnya suplemen vitamin, mineral, dan asam
amino. Non nutritive feed additive tidak mempengaruhi kandungan nutrien
ransum, kegunaannya tergantung pada jenisnya, antara lain untuk meningkatkan
palatabilitas (flavoring / pemberi rasa, colorant / pewarna), pengawet pakan
(antioksidan), penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan
nutrien (antibiotik, probiotik, prebiotik), anti jamur, membantu pencernaan
sehingga meningkatkan kecernaan nutrien (acidifier, enzim).
Feed additive yang bersifat nutritif antara lain adalah suplemen mineral,
yang mencakup major mineral dan trace mineral. Mineral dapat berasal dari
bahan organik, misalnya batu kapur (limestone), grit cangkang kerang, grit
cangkang telur. Mineral organik tidak boleh digunakan melebihi 3% dalam
ransum. Mineral dapat juga berasal dari bahan anorganik, misalnya dikalsium
fosfat, garam dapur (NaCl),defluorinated phosphate, trikalsium fosfat, sodium
bikarbonat (Na2CO3) dalam bentuk baking soda dengan dosis 0,2 0,3% dalam
ransum. Trace mineral seperti Cu, Zn, Fe, Mn, Co dibutuhkan hanya sedikit, yaitu
0,01% dalam ransum. Suplemen mineral dibutuhkan sebanyak 0,05% dalam
ransum. Asam amino esensial (L-lisin, DL-metionin, L-treonin, L-triptofan) dapat
ditambahkan dalam ransum untuk memenuhi keseimbangan asam amino
(Ravindran, 2012).
Penggunaan non nutritive feed additive umumnya tidak lebih dari 0,05%
dari ransum. Jenis-jenisnya antara lain yaitu pengikat pellet (bentonit,
hemiselulosa, guar meal); pemberi aroma/ flavoring agent; enzim (xylanase, glukanase, fitase); antibiotika; anti jamur (natrium propionat, asam propionat,
gentian violet, nistatin); koksidiostat untuk mencegah koksidiosis (amprolium,
bithionol, polystat, zoalin, nitrofurazon, furazolidon); anti cacing (piperazin,
phenothiazin, dichlorophen); antioksidan (ethoxyquin, BHT, BHA) untuk

mencegah ketengikan oksidatif dari lemak yang merusak vitamin A, E, dan D;


pewarna (karotenoid) untuk meningkatkan pigmentasi pada ayam broiler dan
kuning telur; serta bahan-bahan pemicu metabolisme (zat thyroaktif) seperti
kasein dan iodium (Wahju, 2004).
Sebagai bahan pengganti antibiotik, digunakan bahan-bahan aditif pakan
seperti probiotik, prebiotik, asam organik, herbal, dan protein antimikrobial.
Probiotik digunakan untuk meningkatkan populasi bakteri menguntungkan dalam
saluran pencernaan seperti lactobacilli dan streptococci. Prebiotik seperti FOS
(frukto oligosakarida) dan MOS (mannan oligosakarida) digunakan untuk
mencegah penempelan dan pertumbuhan bakteri patogen di saluran pencernaan,
sebagai nutrien bagi bakteri menguntungkan. Asam organik seperti asam
propionat dan asam format digunakan sebagai acidifier, yaitu menurunkan pH
saluran pencernaan sehingga merangsang aktivitas enzim pencernaan dan
mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen. Herbal seperti rempah-rempah,
minyak esensial, ekstrak tumbuhan, madu dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen, meningkatkan imunitas, merangsang aktivitas enzim
pencernaan. Protein antimikrobial seperti lisozim, laktasin F, laktoferrin, laktalbumin dapat mencegah pertumbuhan mikroba patogen (Ravindran, 2012).

2.1.3.2 Feed Suplemen


Feed-supplement merupakan bahan makanan tambahan esensial yang
berguna untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah penyakit, serta
memperbaiki mutu ransum. Feed-supplement ini berisikan sebagian atau beberapa
unsur zat-zat makanan dan obat-obatan. Unsur zat makanan yang biasa terdapat di
dalamnya ialah vitamin-vitamin, asam-asam amino dan mineral. Sedangkan unsur
obat-obatan yang biasa ialah antibiotic dan ciccodiostat.
1. Feed suplemen antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu organisme untuk
menghambat atau merusak pertumbuhan organisme lain. Contohnya
penisilin, aureomisin( klor tetrasiklin), terramisin (oksitetrasiklin ), feet

suplemen ini bisa dicampur dengan pakan atau dicampur dengan air
minum.Ayam yang di beri anti biotik pada pakannya, lebih terangsang
pertumbuhannya daripada yang tidak.dosisnya 1 s/d 10 g /100kg
pakan.
2. Feed suplemen pemacu pertumbuhan
Feed suplemen pemacu pertumbuhan adalahfeed suplemen anti biotik
tidak mengandung zat antigenik dan dapat dieliminasikan secara cepat
tanpa residu setelah 24 jam.
Feed suplemen ini antara lain olaku indoks, basitrasin, flavomisin, Zn
dan lain lain. Beberapa merk feed suplemen antara lain Grobig,
Rodhiamix. Dosis pemakaian untuk Ayam pedaging yaitu untuk stater
gunakan grobig stater 500 g/100 kg pakan untuk finisher, Grobig
broiler 500g /100kg pakan. Jika menggunakan rodiamix, maka dosis
yang di anjurkan untuk pedaging finisher. Gunakan rodiamix 22
sebanyak 500 g, atau rodiamix CFT 22 sebanyak 140 g, atau Rodiamix
784 sebanyak 179 g tiap 100 kg pakan.
3. Asam amino sintetis
Biasanya ada dua asam amino esensial yaitu DL-Methionin bahan ini
mengandung 98 -99% methionin dan L-Lisinmengandung 60-99%
lisin.Gunanya untuk melengkapi kekurangan protein hewani.
4. Koksidiostat (coccidiostat)
Obat untuk mencegah berak darah (koksidiosis). Banyak macam obat
yang bisa di campurkan, misalnya Bambermycine, Amprolium,
Monensin. Nikarbazin, Neomicine, Salinomycine, Sulfakuinoksalin
yang tersedia dalam berbagai merk paten.dan jangan lupa perhatikan
dosis yang ada dlm kemasannya
5. Anti jamur (anti mold)
Jika bahan baku nyag di pakai mudah berjamur, maka sebaik nya di
beri anti jamur antara lain, Asam propionat, asam asetat asam sorbat,

10

amoniumpropionat atau kombinasi dari bahan bahan tersebut.


Dosisnya 0,09-0,1%.
6. Anti racun (anti toksik)
Jika pakan berjamur maka akan menimbulkan racun bagi ternak. Maka
berilah anti racun pada pakan. Tapi jika sudah di beri anti jamur maka
tidak perlu di beri anti jamur.
7.

Anti oksidan
Udara yang lembab, panas matahari, oksidasi pengaruh luar ,bisa
merusak nutrisi dan kwalitas pakan. Untuk mengantisipasinya ,maka di
beri antioksidan. Misalnya, BHT (Butylated hidroksi toluen), BHA
(`butylated hydroksi anisol), EQ (etoxyquin), PG (prophilgallate).

BAB III
METODOLOGI

3.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.


3.2

Alat dan bahan

3.2.1

Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
1. Wadah bahan

3.2.2

Bahan Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk diidentifikasi adalah :
1. Pollard
2. Daun pepaya
3. Sengon
4. Tepung darah
5. Dedak
6. Tepung ikan
7. Tepung daging ikan
8. Daun sente
9. Ampas kecap
10. Tepung kedelai
11. Tepung jagung
12. Tepung tulang ikan

11

12

3.3

Prosedur Kerja

3.3.1

Identifikasi Karakteristik Bahan Pakan Ikan


Bahan yang berada pada wadah dilihat

Lalu dicium baunya

Setelah itu dipegang untuk mengetahui teksturnya

Lalu disimpulkan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

4.1.1 Data Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal


Tabel 1. Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal
No

Nama Bahan

Asal Bahan
Tritium
asetium

Pollard
/Maizena
Tepung
jagung

Dedak

4.1.2

Zea Mass
Oryza
Sativa

Ciri fisik
Bentuk Warna Tekstur

Aroma

Serbuk

Coklat

Kasar

Serbuk

Putih

Halus

Khas
gandum
Khas
jagung

Remah

Cream

Kasar

Khas padi

Kesimpulan
Nabati, Limbah
Nabati
Hewani, komersil,

Data Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Suplemen

Tabel 2. Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Suplemen


No
1
2
3

4
5
6

7
8

Bentuk

Ciri fisik
Warna

Tekstur

Ikan

Bubuk

Hitam

Halus

Albasia sp

Serbuk

Kehitaman

Ikan

Remah

Coklat

Nama
Bahan
Tepung
darah

Asal
Bahan

Sengon
Tepung
ikan
Tepung
daging
ikan
Daun
sente
Ampas
kecap
Tepung
kedelai
Daun
pepaya
Tepung
tulang
ikan

Ikan
Alocosia
Macrorhiza
Soybean
Meal
Soybean
Meal
Carila
papaya
Fish bone
meal

Remah

Aroma

Kesimpulan
Hewani, limbah,
menyengat

Kasar

Khas
tepung
Khas
daun

Kasar

Amis

Hewani

Remah

Coklat
Hijau
kecoklatan

Butiran

Hitam

Kasar
Besar,
Lembut

Tepung

Coklat

Halus

Serbuk

Coklat

Tepung

Putih
pucat
13

Kasar

Bau
Ikan
Daun
kering
Asam

Nabati

Nabati
Nabati, komersil
Nabati, Limbah,
kelas 4, suplemen
Nabati,
komersil,kelas 5,
suplemen

Kasar

Khas
kedelai
Khas
daun

Nabati, by product

Halus

Bau ikan
asin

Hewani by product,
Kelas5, Suplemen

14

4.2

Pembahasan
Dalam membuat pakan buatan untuk ikan/udang, hal pertama yang harus

dipertimbangkan dalah karakteristik bahan baku pakan. Lusiawiaty (2008)


menyatakan faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan pembuatan
pakan ikan adalah memilki nilai nutrisi sesuai kebutuhan ikan, mudah diperoleh
dan selalu tersedia, mudah diolah dan dibentuk, tahan lama, bukan zat antinutrien.
Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan buatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku hewani, bahan baku
nabati dan bahan baku limbah industry pertanian. Dari hasil praktikum kami
terdapat 7 yang merupakan bahan baku dari nabati dan 5 yang merupakan hewani.
Yang merupakan bahan baku ikan sumber protein basal yaitu dedak,tepung
jagung, maizena, bahan-bahan inilah yang kandungan proteinnya dibawah 20%
atau disebut basal. Dan yang merupakan bahan baku suplemen atau kandungan
proteinnya diatas 20% yaitu tepung darah, sengon, tepung daging ikan, tepung
ikan, ampas kecap, daun sente, tepung kedelai, daun papaya, dan tepung tulang
ikan.
4.2.1

Karakteristik Masing-masing Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal

Pada praktikum kali ini bahwa :


1. Pollard merupakan dedak gandum yang berasal dari bahan: hasil samping
perusahaan tepung terigu. Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah
wheat pollard dengan kandungan gizi: Protein=11,99%, Lemak=1,48%,
Karbohidrat=64,75%, Abu=0,64%, Serat kasar=3,75%, Air=17,35%, Nilai
ubah=2-3. Yang berarti termasuk pakan basal.
2. Tepung jagung memiliki kandungan karbohidrat (terutama pati 80% dari bahan
kering), protein 15% dari bahan kering dan lemak 15,5% dari bahan kering nutrisi
jagung kuning adalah 1,7% abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK dan air.
Jagung kuning merupakan jenis dari sereals, berwarna kuning yang mempunyai
kandungan lisin dan protein yang lebih tinggi daripada gandum. Jagung kuning
disamping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum.

15

3. Dedak. Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar.
Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan
beras,

dengan

kandungan

gizi:

Protein=11,35%,

Lemak=12,15%,

Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai


ubah= 8.

4.2.2 Karakteristik Masing-masing Bahan Pakan Ikan Sumber Protein


Sumplemen
1. Tepung darah Bahan: darah, limbah dari rumah pemotongan ternak, Kandungan
gizinya: Protein= 71,45%, Lemak= 0,42%,Karbohidrat= 13,12%, Abu= 5,45%,
Serat= 7,95%, Air= 5,19. Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya
untuk ikan < 3% dan untuk udang < 5%.
2. Sengon sejenis pohon anggota suku Fabaceae. Pohon peneduh dan penghasil
kayu

ini

tersebar

secara

alami

di India, Asia

Tenggara, Cina selatan,

dan Indonesia. Kandungan proteinnya lebih dari 20%.


3. Tepung ikan bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai
ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan
difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat
merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih
dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin
yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%.
Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%; Abu=26,65%; Serat=1,80%;
Air=10,72%; Nilai ubah=1,53.

Cara pembuatannya:
1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

16

4. Tepung daging ikan Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%;


Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,53.
5. Daun sente kadar proteinnya 32 % dan kandungan energi per gram protein (c/p
rasio) 8,5 -9,37 kkal DE/gram protein.
6. Ampas kecap protein sebesar 20-27%. Selain itu pemanfaatan ampas kecap
juga merupakan salah satu upaya untuk menghindari pencemaran lingkungan dari
limbah kecap tersebut
7. Tepung kedelai. Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang
paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya 10%.
Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin, dapat
dikendalikan dengan

cara memasak. Kandungan

gizi: Protein: 39,6%,

Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%, Air=8,4%, Nilai


ubah=3-5.
8. Daun pepaya. Daun pepaya memiliki kandungan gizi yang cukup beragam
diantaranya vitamin A 18250 SI, vitamin B1 0,15 miligram per 100 gram, vitamin
C 140

miligram

per

100

gram

daun

pepaya, kalori 79

kal

per

100

gram, protein 8,0 gram per 100 gram, lemak 2,0 gram per 100 gram, hidrat
arang/karbohidrat 11,9 gram per 100 gram, kalsium 353 miligram per 100 gram,
dan air 75,4 gram per 100 gram. Daun pepaya juga mengandung carposide yang
dapat berfungsi sebagai obat cacing. Daun pepaya mengandung zat papainyang
tinggi sehingga menjadikan rasanya pahit, namun zat ini justru bersifat stomakik
yaitu dapat meningkatkan nafsu makan.
9. Tepung tulang ikan Kandungan gizinya: Protein=25,54%, Lemak=3,80%,
Abu=61,60%, Serat=1,80%, Air=5,52%.

BAB V
KESIMPULAN

5.1

Kesimpulan
Kesimpulannya yang dapat ditarik pada praktikum ini bahwa identifikasi

bahan pakan sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengukur takaran
serta mengetahui karakteristik dari bahan tersebut yang akan digunakan dalam
pembuatan pellet ikan.
5.2

Saran
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum lebih diperbanyak agar

praktikan dapat mengetahui bahan baku lainnya.

17

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Andika. 2002. Pengaruh Daun Sente {Alocasia macrorrhiza (L) Schott)
Yang Difermentasi Rhizopus oligosporus Sebagai Bahan Substitusi
Tepung Bungkil Kedelai Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame
{Osphronemus gouramy, Lac.).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22021 (Diakses pada tanggal
5 Juni 2014)
Randifarm. 2011. Menghitung Kebutuhan Bahan Baku Pelet.
http://www.randifarm.co.id/2011/11/menghitung-kebutuhan-bahan-bakupakan.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
Rinastiti, Lintang. 2013. Feed Aditive.
http://lintangrinastiti.blogspot.com/2013/07/feed-additive-antibiotikprobiotik.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07620044 (Diakses pada tanggal 5
Juni 2014)

18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keberhasilan dalam melakukan kegiatan budidaya dipengaruhi oleh 3

faktor penting yaitu Breeding (bibit), feeding (pakan), dan management. Namun
selama ini faktor terpenting yang menjadi kendala dan problematika dalam
melakukan kegiatan budidaya yaitu makanan atau pakan ikan. Pakan merupakan
salah satu faktor pembatas dalam melakukan kegiatan budidaya karena
mempunyai peranan yang sangat penting baik ditinjau dari faktor penentu
pertumbuhan maupun dilihat dari segi biaya produksi. Sebagaimana yang telah
diketahui, bahwa dilihat dari total biaya produksi dalam kegiatan budidaya, pakan
(pakan buatan) memberikan kontribusi kebutuhan biaya operasional mencapai
60% dari biaya produksi. Tentunya dalam hal ini pakan merupakan kebutuhan
termahal dari kegiatan budidaya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen aplikasi
pakan yang baik yang harus sesuai kondisi dengan media hidup serta jenis ikan
dan tingkat kebutuhan ikan yang dibudidayakan agar pakan dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup
ikan tersebut.
Ikan merupakan organisme air yang menggunakan protein sebagai sumber
energi utama. Lain halnya dengan manusia yang menggunakan karbohidrat
sebagai sumber energi utamanya. Sehingga sebelum membuat suatu formulasi
pakan, hal penting untuk diketahui adalah kebutuhan nutrisi bagi organisme yang
akan memanfaatkan bahan pakan tersebut. Selain itu juga harus diketahui jenis
bahan pakan apa saja yang digunakan serta bagaimana kandungan gizi dalam
bahan pakan tersebut, sehingga dapat ditentukan berapa banyak bahan pakan yang
diperlukan untuk membuat suatu formulasi pakan.
Dalam membuat formulasi pakan, kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan
perlu diketahui terlebih dahulu. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ikan
tergantung dari spesies, ukuran serta kondisi lingkungan ikan itu hidup. Nilai

19

20

nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilakukan melalui analisa proksimat. Beberapa
kandungan gizi yang perlu untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan
yaitu protein, lemak, karbohidrat yang terdiri dari BETN dan serat, serta abu.
Selain itu juga perlu diketahui kandungan airnya, sehingga dapat ditentukan perlu
tidaknya ditambahkan suatu bahan antioksidan dalam suatu formulasi pakan.
Dengan mengetahui semua itu diharapkan pakan yang dibuat memiliki kualitas
yang tinggi yakni dapat meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan
kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan
1.2

Tujuan
Tujuan dari praktikum teknik dasar formulasi pakan ikan yaitu :
1. Untuk mengatahui cara menghitung formulasi pakan dengan berbagai
metode.
2. Untuk mengatahui komposisi gizi dari masing-masing bahan baku pakan
yang tersedia.
3. Untuk mengetahui cara cepat dan tepat dalam menghitung formulasi .

1.3

Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum teknik dasar

formulasi pakan ikan diantaranya :


1. Praktikan

mampu membuat formulasi pakan sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh ikan tertentu.


2. Praktikan memahami cara menghitung formulasi pakan dengan berbgai
metode.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Umum Formulasi Pakan


Formulasi yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan

ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat
meinberikan keuntungan.
Penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai
kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk
pertumbuhan mbuh ikan. Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang
akan dibuat maka langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zatzat gizi lainnya.
Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi
pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri
tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.
Cara yang digunakan dalam penyusunan pakan yaitu metode bujur sangkar
(pearson square method), metode coba-coba (trial and error method), dan
berbagai metode dengan program komputer (Suprijatna et al., 2005). Aspek yang
perlu diperhatikan dalam membuat formulasi pakan adalah ketersediaan bahan
pakan, kualitas pada bahan pakan, harga bahan pakan, banyaknya bahan pakan
yang dapat digunakan dalam formula pakan, jenis unggas, dan juga umur unggas
(Rahayu et al., 2011).
Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi
pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri
tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.

2.1.1

Metode Percent Square


Metode segiempat kuadrat adalah suatu metode yang pertama kali dibuat

oleh ahli pakan ternak dalam menyusun pakan ternak yang bernama Pearsons..
Metode ini ternyata dapat diadaptasi oleh para ahli pakan ikan dan digunakan
untuk menyusun formulasi pakan ikan.Dalam menyusun formulasi pakan ikan

21

22

dengan metode ini didasari pada pembagian kadar protein bahan-bahan pakan
ikan. Berdasarkan tingkat kandungan protein, bahan-bahan pakan ikan initerbagi
atas dua bagian yaitu :

Protein Basal, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati,
hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20%.

Protein Suplement, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari
nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein lebih dari
20%.
Dalam metode segi empat ini langkah pertama adalah melakukan

pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan.
Disarankan untuk memilih bahan baku pembuatan pakan ikan ini tidak hanya dari
satu sumber bahan saja tetapi menggunakan beberapa bahan baku dari sumber
nabati, hewani atau limbah hasil pertanian. Misalnya kita akan membuat pakan
ikan dengan kadar protein 35% dengan menggunakan bahan baku terdiri dari
tepung ikan, dedak halus, tepung jagung, tepung terigu dan tepung kedelai.
Metode ini berpegang pada empat sudut dari segi empat, perhitungan yang
digunakan hanya pengolahan dasar seperti kurang dan tambah saja. Metode ini
cukup sederhana, mudah dan banyak digunakan sebelum ada alat hitung seperti
sekarang (Rasyaf, 2007). Prosedur kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut (Kartadisastra, 2002) :
a. Gambar kotak segi empat
b. Tentukan tingkat protein yang diinginkan di tengah-tengah kotak
tersebut
c.

Kelompokkan bahan-bahan sesuai dengan sumber protein(SP) dan


sumber karbohidrat(SK) kemudian hitung masing-masing rata-rata
sumber tersebut.

d. Tempatkan kelompok SK sebelah atas pojok kiri dan SP pada pojok


kiri bagian bawah

23

e. Kurangkan jumlah SK dan SP pada protein yang diinginkan secara


diagonal dan tempatkan hasilnya di sudut kanan (hasil tetap positif.
f.

Jumlahkan kedua hasil pengurangan tersebut

g.

Kalikan tiap bahan baku dalam kelompok sesuai dengan proporsinya


bahan.

Metode ini disebut persen square karena dibuat dalam 100% dan diilustrasikan
dengan bangun bujur sangkar dibawah ini:

Prot. Suplemen
(A) atau Proten
yang lebih dari X

Bagian yg
dibutuhkan

Persentase
Penggunaan

Prot yg dibutuhkan
dikurangi Prot basal
(X B)

(X- B)

(X- B) x100 %

Prot Suplemen
dikurangi Prot yg
dibutuhkan

(A X)

(A X) x100 %

Protein yang
Dibutuhkan
(X)
Protein basal
(B) atau Proten
yang kurang dari
X

(A X)
Jumlah (Y) =
(X B) + (A X)

Gambar 1. Rumus umum metode percent square

Jumlah 100%

24

2.1.2

Simultan
Metode aljabar merupakan suatu metode penyusunan formulasi yang

didasari pada perhitungan matematika yang bahan bakunya dikelompokkan


menjadi X dan Y. X merupakan jumlah berat bahan baku dari kelompok sumber
protein utama (protein suplement) dan Y merupakan jumlah berat kelompok
sumber protein basal. Perhitungannya menggunakan rumus aljabar sehingga
didapat formulasi pakan ikan sesuai dengan kebutuhan. Pada persamaan aljabar
dalam matematika ada dua metode yang digunakan dalam mencari nilai pada
komponen X dan Y yaitu metode substitusi dan metode eliminasi. Metode
substitusi adalah suatu metode mencari nilai x dan y dengan cara mengganti
dengan beberapa persamaan sedangkan metode eliminasi adalah suatu metode
mencari nilai x dan y dengan cara menghilangkan salah satu komponen dalam
persamaan tersebut.Berikut adalah prinsip dari metode persamaan simultan :
AX + BY = Z
A = kandungan protein bahan x (per seratus)
B = kandungan protein bahan y (per seratus)
X = jumlah penggunaan bahan x (gram)
Y = jumlah penggunaan bahan y (gram)
Z = jumlah protein yang dibutuhkan (gram)

2.1.3

Trial and Erorr


Metode coba-coba (Trial and Error) merupakan metode yang banyak

digunakan oleh pembuat pakan skala kecil dimana metode ini relatif sangatmudah
dalam membuat formulasipakan ikan. Metode ini prinsipnyaadalah semua bahan
baku yang akan digunakan harus berjumlah 100%. Jika bahan baku yang dipilih
untuk penyusunan formulasi sudah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah
mengalikan antara jumlah bahan baku dengan kandungan protein bahan baku.
Langkah tersebut dilakukan sampai diperoleh kandungan protein pakan sesuai
dengan yang diinginkan. Dalam metode ini maka si pembuat formula harus sudah

25

mengetahui dan memahami kebutuhan bahan baku yang akan digunakan tersebut
sesuai dengan kebutuhan ikan dan kebiasaan makan setiap jenis ikan serta
kandungan optimal setiap bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi
tersebut. Para peneliti yang menggunakan metode ini biasanya menggunakan
rumus matematika biasa yang digunakan dalam persamaam kuadrat atau dengan
menggunakan perkalian biasa atau menggunakan metode berat yaitu menghitung
dengan caramencoba dan mencoba lagi berdasarkan satuan berat.
Dasar metode ini adalah menentukan dahulu bahan makanan yang akan
digunakan, kemudian mencoba-coba atau diduga-duga presentase tiap bahan dan
kandungan nutrisinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut. Bila
hasil perhitungan lebih atau kurang, maka presentasi pemakaian tiap bahan pakan
ditambah atau dikurangi hingga relatif mendekati kebutuhan nutrisi tersebut
(Rasyaf, 2006).
Metode ini merepotkan bila kandungan nutrisi yang kita ikut sertakan
lebih dari sepuluh bahan. Metode ini mempunyai kelebihan mudah dilakukan oleh
semua peternak yang mahir dalam hitung-menghitung. Kelemahan metode ini
adalah bagi mereka yang belum pernah melakukannya, maka untuk memperoleh
satu formula ransum memerlukan waktu yang lama (Rasyaf, 2007).
Prinsip dari metode trial and error merupakan metode coba-coba karena
dalam metode ini dihitung berbagai macam bahan yang akan dipakai dalam
bentuk tabel.

BAB III
METODOLOGI
3.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum teknik dasar formulasi pakan ikan dilaksanakan pada hari Rabu, 23

April 2014 , pukul 14.30 15.30 WIB bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan
FPIK UNPAD.
3.2

Prosedur Kerja
Kebutuhan Gizi Pakan yang akan diformulasi
ditetapkan berdarkan tujuan pembuatan pellet.
Bahan pakan yang akan digunakan ditetapkan
sesuai peruntukannya.
Perhitungan awal dilakukan berdasarkan
kandungan protein.

Hasil perhitungan dicek kembali berdasarkan


variabel lain seperti kandungan energi, harga,
batasan serat, lemak, dan sebagainya.
Bahan baku yang akan digunakan disusun ulang
berikut jumlah penggunaannya (Kg) dan
komposisi gizinya.

26

27

3.3

Analisa Data

3.3.1

Metode Persen Square

Prot. Suplemen
(A) atau Proten
yang lebih dari X

Bagian yg
dibutuhkan

Persentase
Penggunaan

Prot yg dibutuhkan
dikurangi Prot basal
(X B)

(X- B)

(X- B) x100 %

Prot Suplemen
dikurangi Prot yg
dibutuhkan

(A X)

(A X) x100 %

Protein yang
Dibutuhkan
(X)
Protein basal
(B) atau Proten
yang kurang dari
X

(A X)
Jumlah (Y) =
(X B) + (A X)

3.3.2

Metode Simultan
AX + BY = Z

A = kandungan protein bahan x (per seratus)


B = kandungan protein bahan y (per seratus)
X = jumlah penggunaan bahan x (gram)
Y = jumlah penggunaan bahan y (gram)
Z = jumlah protein yang dibutuhkan (gram)

Jumlah 100%

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

4.1.1

Data Formulasi Pakan Dengan Metode Percent Square

a.Campuran 5 kg dedak padi dan b kg bungkil kelapa mengandung15%


protein. Berapa b ?
Dedak padi

11,5 %

3,5 % = 5 kg

Bungkil Kelapa

21 %

6% = b

6 b = 5 . 3,5
6 b = 17,5
b=
Jadi bungkil kelapa yang dibutuhkan adalah sebanyak 2,9kg.
b.Campuran 4 kg dedak padi 3,5 kg bungkil kelapa dan c kg tepung ikan
mengandung 23% protein. Berapa c ?Buatlah Formulasi pakan ikan dengan
bahan
60%

59,75 -23= 36,75


36,75 .100% = 49,8 % (c )
73,75

(11,5 . 4 )+ (21 . 3,5 )

60- 23 =37 .100%=50,2 %

2
= 119,5 = 59,75 %

73,75
Presentase penngguna=36,75+73,75

28

29

2
Campuran dedak +bungkil kelapa
4+3,5 =7,5
49,8 = c
50,2 7,5
50,2 c = 373,5
C= 373,5 =7,4kg
50,2
Jadi tepung ikan yang digunakan adalah sebanyak 7,4kg.

4.1.2 Data Formulasi Pakan Dengan Metode Simultan


a.Kandungan protein per kg tepung ikan setara dengan:
A. kg bungkil kedele 43%
43/100. (x) =0,6
43X = 60
X = 1,39 kg
B. kg bungkil kelapa 21%
21/100. (x) =0,6
21X = 60
X = 2,85 kg
C. kg tepung darah 80%
80/100. (x) =0,6
80X = 60
X =0,75 kg
D. kg jagung 9,6%
9,6/100. (x) =0,6
9,6X = 60

30

X =6,25 kg
E. kg dedak padi 11,5%
11,5/100. (x) =0,6
11,5X = 60
X =5 ,21 kg
b.Protein 5 kg jagung dapat diganti dengan protein dari campuran 1,75 kg
dedak padi dan q kg bungkil kedele. Berapa q ?
AX + BY = Z

( 5000 . 9,6 )

(11,5 . 1750) + (43 . y ) = 48000 gr


20125

+ 43y = 48000 gr
43y = 48000 20125 / 1000
y = 0,648 kg

Jadi jumlah kedelai yang dibutuhkan adalah 0,648 kg


4.1.3

Data Formulasi Pakan Dengan Metode Trial and Erorr


Data Terlampir

4.2

Pembahasan

4.2.1 Formulasi Pakan Dengan Metode Percent Square


Dalam metode Percent Square ini kita dapat mengetahui presentase bahan
baku pakan yang akan digunakan dalam pembuatan pakan ikan agar kandungan
nutrisi dalam pakan tersebut dapat lebih terkontrol dan sesuai. Langkah pertama
adalah memilah antara protein suplemen dan protein basal. Kemudian dimasukkan
ke dalam rumus Percent Square.
Pada data di atas, diketahui bahwa kita akan membuat pakan dengan
jumlah protein yang dibutuhkan adalah 15% dengan menggunakan bahan baku
pakan yang terdiri dari dedak padi, tepung ikan dan bungkil kelapa. Dengan

31

metode percent square, hal yang pertama dilakukan adalah pengelompokkan


bahan baku suplemen dan basal. Adapun protein basal sesuai data di atas adalah
dedak padi 60%. Sementara protein suplemen adalah bungkil kelapa 21 % dan
tepung ikan 23%. Kemudian dilakukan perhitungan rata-rata kandungan bahan
baku dari protein basal dan protein suplemen dengan cara melakukan
penjumlahan semua bahan baku yang berasal dari protein basal dan membagi
dengan berapa macam jumlah bahan baku protein basal. Jika dalam komposisi
bahan baku pembuatan pakan ikan akan ditambahkan bahan tambahan maka
jumlah bahan baku utama harus dikurangi dengan jumlah bahan tambahan yang
akan digunakan. Begitu juga dengan bahan baku suplemen dilakukan
penjumlahan kadar protein suplemen kemudian dibagi dengan berapa macam
jumlah bahan baku protein suplemen. Pada soal nomor 2 diperoleh hasil bahwa
banyaknya bungkil kelapa yang diperlukan adalah sebesar 2,92 kg. Sedangkan
pada nomor 3 diperoleh hasil bahwa jumlah tepung ikan yang dibutuhkan adalah
7,4 kg yang merupakan total dari penyusunan formulasi pakan berupa campuran 4
kg dedak padi dan 3,5 kg bungkil kelapa dan 7,4 kg tepung ikan dimana dikatuhui
total protein yang terkandung dalam formulasi pakan sebesar 23% protein.
4.2.2 Formulasi Pakan Dengan Metode Simultan
Metode Simultan adalah metode penghitungan formulasi pakan dengan
prinsip aljabar, yaitu AX + BY = Z, di mana A adalah kandungan protein bahan x,
B adalah kandungan protein bahan Y, X adalah bobot / jumlah bahan x, Y adalah
bobot / jumlah bahan y, dan Z adalah jumlah protein campuran bahan x dan y.
Pada soal nomor 1 diperoleh hasil kandungan protein per kilogram tepung
ikan setara dengan 1,39 kg bungkil kedele, 2,85 kg bungkil kelapa, 0,75 kg
tepung darah, 6,25 kg jagung, dan 5,21 kg dedak padi.
Metode ini lebih mudah dilakukan karena hanya mengandalkan
penguasaan matematika yaitu Aljabar sehingga dalam melakukan formulasi pakan
dapat diketahui berapa jumlah bahan baku yang sesuai khususnya dalam
pencampuran bahan baku pakan sehingga kandungan nutrisi dalam pakan dapat
tercukupi.

32

4.2.3

Formulasi Pakan Dengan Metode Trial and Erorr


Pada metode trial and error menggunakan Microsoft excel yaitu dengan

membuat tabel bahan baku pakan disertai kandungan protein kasar, lemak kasar,
serat kasar, abu, dan BETN pakan sampai semua bahan baku yang digunakan
berjumlah 100%. Pada worksheet disertakan juga metode percent square yang
akan membantu dalam memperoleh hasil presentase dan jumlah bahan baku yang
digunakan.
Dari hasil yang didapat jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram
bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%. Dengan
menggunakan percent square diperoleh hasil yaitu penggunaan tepung darah
sebanyak 134,73 g; tepung terigu 134,73 g; tepung ikan 134,73 g; tepung biji
kapas 247,91 g; sorghum 247,91; binder 50 g; vitamin 30 g; dan minyak ikan 20
g. Hasil ini sudah disesuaikan dengan protein yang dibutuhkan.
Dalam formulasi ikan, yang juga perlu diperhatikan adalah protein kasar pada
bahan baku suplemen tidak boleh kurang dari protein yang dibutuhkan dan pada
bahan baku basal protein kasar tidak boleh lebih dari protein yang dibutuhkan
karena dapat menghasilkan error pada perhitungan dengan percent square.
Metode ini jarang digunakan karena dibutuhkan keahlian khusus khususnya
pada pengoperasian Microsoft excel karena apabila pengguna kurang mahir atau
kurang teliti hasil yang diperoleh tidak akurat.

BAB V
KESIMPULAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan teknik dasar formulasi pakan ikan ,maka

disimpulkan bahwa formulasi pakan dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu


Metode Percent Square, Metode Simultan, dan Metode Trial and error. Ketiga
metode dapat digunakan sesuai kemampuan pengguna. Formulasi pakan
diperlukan agar dalam pembuatan pakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
target. Nutrisi yang diperoleh akan cukup karena sudah diperhitungkan terlebih
dahulu sehingga dalam pemberian pakan pada ikan khususnya di sector budidaya,
pembudidaya dapat memperoleh hasil yang maksimal karena kebutuhan nutrisi
yang sesuai.
5.2

Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu bahan baku pakan agar lebih

variatif.

33

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Andika. 2002. Pengaruh Daun Sente {Alocasia macrorrhiza (L) Schott)
Yang Difermentasi Rhizopus oligosporus Sebagai Bahan Substitusi
Tepung Bungkil Kedelai Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame
{Osphronemus gouramy, Lac.).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22021 (Diakses pada tanggal
5 Juni 2014)
Forsum. 2011. Metode Pearsons Square.
http://forsum.wordpress.com/metode/pearsons-square-method/ (Diakses
pada tanggal 5 Juni 2014)
Randifarm. 2011. Menghitung Kebutuhan Bahan Baku Pelet.
http://www.randifarm.co.id/2011/11/menghitung-kebutuhan-bahan-bakupakan.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
Rinastiti, Lintang. 2013. Feed Aditive.
http://lintangrinastiti.blogspot.com/2013/07/feed-additive-antibiotikprobiotik.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)

34

35

LAMPIRAN
TUGAS PRAKTIKUM NUTRISI
NAMA
NPM
KELAS
KEL

Rizkia Aliyah
230110110116'
B
8

Diketahuin kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah


34%
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

BAHAN
Tepung darah
Tepung gluten jagung
Tepung ikan
Rice bran
Sorghum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa

PGN

PK
93
46.8
66.7
14.1
12.4

LK
1.4
2.4
10.5
5.1
3.1

SK
1.1
4.8
1.0
12.8
2.6

BENT (%)
4.5
46.0
21.8
58.0
81.9

5
3
2
90

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung darah + Tepung jagung + Tepung ikan,. 1:1:1 = (93 + 46,8 + 66,7) / 3 = 68,83%
Protein basal tdd campuran Rice bran + Sorghum 1:1 = (14,1 + 12,4) / 2 = 13,25 %

Perhitungan Metode Persen Square :


68.83

selisih
24.53

Bagian
0.15

31.05
55.58

0.28

persentase masing-masing bahan


13.24

37.78
13.25

25.14

36

NO
1
2
3
4
5
6
7
8

BAHAN
Tepung darah
Tepung gluten jagung
Tepung ikan
Rice bran
Sorgum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
JUMLAH

%
13.2
13.2
13.2
25.1
25.1
5.0
3.0
2.0
89.0
100.0

PGN
GRAM
132.40
132.40
132.40
251.39
251.39
50
30
20
1000

PK
%
12.31
6.20
8.83
3.54
3.12

34

LK
%
0.19
0.32
1.39
1.28
0.78

SK
%
0.15
0.64
0.13
3.22
0.65

37

NAMA
NPM

Ega Adhi Wicaksono


230110110103'

KELAS B
KEL

Diketahuin kebutuhan protein untuk kelompok 8


adalah 34%
NO

BAHAN

PGN

Tepung daging/meat
meal
Tepung ikan tuna /
fish meal tuna
Tepung daging dan
tulang
Wheat Flour

Sorghum

Binder

Vitamin

Minyak Ikan

Sisa

90

1
2
3

PK

LK

SK

Ash

BENT
(%)

54.8

9.7

2.8

28.8

3.9

63.6

7.4

0.9

23.6

4.5

54.1

10.4

2.4

31.5

1.6

13.4

1.4

1.5

0.5

83.2

12.4

3.1

2.6

2.0

79.9

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung daging + Tepung ikan tuna + Tepung daging dan tulang,. 1:1:1 = (54,8 + 63,6 + 54,1) / 3 = 57,5%
Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %

Perhitungan Metode Persen


Square :
selisih Bagian persentase masing-masing bahan
16.7
24.88
0.19
4

57.5
37.78
12.9

19.72
44.60

0.22

19.9
0

38

PGN
GRAM

PK

LK

SK

16.7

167.35

1.62

0.47

Tepung ikan tuna

16.7

167.35

1.24

0.15

Tepung daging dan tulang

16.7

167.35

9.17
10.6
4
9.05

1.74

0.40

wheat flour

19.9

198.97

2.67

0.28

0.30

Sorgum

19.9

198.97

2.47

0.62

0.52

Binder

5.0

50

Vitamin

3.0

30

Minyak Ikan

2.0

20
34

PK

LK

SK

Ash

93
13.4
66.7
45.2
12.4

1.4
1.4
10.5
1.6
3.1

1.1
1.5
1.0
13.3
2.6

1.1
0.5
20.8
7.1
2.0

NO

BAHAN

Tepung daging/meat meal

Sisa

89.0

JUMLAH

100.0

NAMA
NPM
KELAS
KEL

1000

Tabita Deborah
230110110081
B
8

Diketahui kebutuhan protein untuk kelompok 8


adalah 34%
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

BAHAN
Tepung darah
Tepung terigu
Tepung ikan
Tepung biji kapas
Sorghum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa

PGN

BETN
(%)
3.4
83.2
1.0
32.8
79.9

5
3
2
90

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung darah + Tepung ikan + Tepung biji kapas,. 1:1:1 = (93 + 66.7 + 45.2) / 3 = 68.3%
Protein basal tdd campuran tepung terigu + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %

39

Perhitungan Metode Persen Square :


selisih
68.3
24.88
37.78
12.9
30.52
55.40

NO
1
2
3
4
5
6
7
8

BAHAN
Tepung darah
Tepung terigu
Tepung ikan
Tepung biji kapas
Sorgum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
JUMLAH

Bagian
0.15

persentase masing-masing bahan


13.47

0.28

24.79

PGN
GRAM

13.5
13.5
13.5
24.8
24.8
5.0
3.0
2.0
89.0

134.73
134.73
134.73
247.91
247.91
50
30
20

PK
%
12.53
1.81
8.99
11.21
3.07

LK
%
0.19
0.19
1.41
0.40
0.77

SK
%
0.15
0.20
0.13
3.30
0.64

100.0

1000

38

40

Nama : Roy Anugerah Reyne


NPM : 230110110111
NO BAHAN
1
TEPUNG
DARAH
2
TEPUNG
IKAN
3
TEPUNG
BERAS
4
TEPUNG
TERIGU
5
TEPUNG
DAING

PGN PK
93

GE

LK
1,4

SK
1,1

BETN
4,5

66,7

10,5

21,8

14,1

15,1

12,8

58

13,4

1,4

1,5

83,7

54,8

9,2

2,8

33,2

30 13,75= 16, 25

93+66,7+54,8 = 71,5
3

30%

100%

16,25

(16,26+41,5)
=28,13
19,1+13,4

= 13,75

71,5-30=41,5

41,5

100%

(16,25+41,5)
= 71,86
28,13 = 9,37%
3

71,86 = 35,93%
2

Jadi tepung darah, tepung ikan dan tepung daging yang diperlukan 9,37% .
Tepung beras dan tepung terigu 35,93%

41

LAMPIRAN JEN

42

LAMPIRAN NIKA

43

44

Nurussahra Sya'bani
230110110037 (B)
Kelompok 8
Diketahuin kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

BAHAN
Tepung daging
Tepung ikan herring
Tepung ikan tuna
Tepung Terigu
Sorgum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa

PGN

PK

LK

SK

Ash

54.8
78.3
63.6
13.4
12.4

9.7
9.2
7.4
1.4
3.1

2.8
0.7
0.9
1.1
2.6

28.8
11.4
23.6
4.5
2.0

BENT
(%)
3.9
0.4
4.5
79.6
79.9

5
3
2
90

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x
100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung daging + Tepung ikan herring + Tepung ikan tuna,. 1:1:1 = (54,8 + 78,3+63,6)
/ 3 = 65,56%
Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %
Perhitungan Metode Persen Square
Selisih Bagian
Persentase masing-masing bahan
65.56
24.88 0.1574883 14.174
37.78
12.9
27.78 0.2637676 23.739
52.66
NO

BAHAN

Tepung daging/meat
1 meal
2 Tepung ikan herring
Tepung ikan tuna /
3 fish meal tuna
4 Tepung Terigu
5 Sorgum
6 Binder
7 Vitamin
8 Minyak Ikan
Sisa
Jumlah

PGN
GRAM

16.7

167.35

16.7

167.35

16.7

167.35

19.9
19.9
5.0
3.0
2.0
89.0
100.0

198.97
198.97
50
30
20

PK
%

LK
%

SK
%

6.3226 1.623336 0.4686


6.3226 1.539659 0.1171
6.3226 1.238422 0.1506
7.517 0.278556 0.2189
7.517 0.616803 0.5173

1000.00 34.002 5.296776 1.4725

45

46

LAMPIRAN RIJAL

47

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pengeluaran pembudidaya untuk pellet sebagai pakan ikan mencapai 60%

dari total biaya poduksi, padahal harganya terus membubung dan makin tidak
terjangkau oleh para pembudidaya ikan. Selain lebih murah, dengan membuat
pakan sendiri, komposisi nutrisi bisa disesuaikan dengan kebutuhan ikan. Pakan
dengan keseimbangan protein, lemak, dan serat yang tepat memacu pertumbuhan
ikan. Namun, bila nutrisi yang dibutuhkan kurang maka pertumbuhan ikan
lambat. Imbasnya, biaya produksi melambung dan waktu panen melebihi
perkiraan.
Biaya pakan dalam usaha budidaya ikan dibutuhkan sekitar antara 50-60%
dari total biaya produksi, sehingga perluadanya upaya untuk menahan biaya
tersebut, dengan membuat pakan sendiri. Untuk mengatasi penyediaan pakan
buatan (Pellet) dengan jumlah dan kualitas yang baik. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan pellet yaitu pellet harus mudah dicerna oleh
ikan, mempunyai kandungan gizi yang cukup, terutama kandungan proteinnya
harus diatas 25, selain itu harus juga mengandung lemak, vitamin, mineral, zat
kapur dan karbohidrat, pellet harus mempunyai daya apung serta tidak cepat
hancur di air dan pellet harus dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama.Pakan

buatan

yang

dibutuhkan

harus

mempunyai

formula

yang

lengkap,mengandung bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan


mempertahankan sintasan kultivan yang pada ahirnya dapat meningkatkan
produktifitas dan keuntungan. Hal ini dapat diperoleh dari pakan buatan yang
dibuat dengan cermat dan perhitungan kandungan nutrien yang teliti dari bahanbahan penyusunnya.
1.2

Tujuan Praktikum
Membuat Pellet Ikan bernutrisi tinggi

48

49

1.3

Manfaat Praktikum

Mahasiswa dapat membuat pellet ikan bernutrisi tinggi dengan mandiri

Mahasiswa dapat mengetahui tahapan-tahapan pembuatan pellet

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Umum Pakan Buatan


Untuk menunjang kelangsungan hidupnya dan juga untuk mempercepat

pertumbuhannya, ikan membutuhkan nutrisi yakni zat-zat gizi yang terdapat


dalam pakan yang diberikan. Setiap jenis ikan memiliki kebutuhan nutrisi baik
jumlah maupun komposisi yang berbeda-beda menurut spesies, ukuran, jenis
kelamin, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan. Zat-zat gizi tersebut dapat
digolongkan menjadi dua kelompok yakni zat gizi yang menghasilkan energi dan
zat gizi yang tidak mengasikan energi (Afrianto, 2005).
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu
berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan
pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai
ekonomis. Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pkan buatan yang
disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air, aman bagi ikan.
Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan disediakan untuk
memenuhi kebutuhan ikan, dimana biaya pakan dapat mencapai 60% dari biaya
produksi. Berdasarkan tingkat kebutuhannnya pakan buatan dapat dibagi menjadi
tiga kelompok : yaitu pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama. Pakan
tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan.
Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam,
namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu
diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan suplemen adalah pakan yang
sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu
disediakan pakan alami. Sementara pakan buatan adalah pakan yang sengaja
dibuat untuk menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami.
Menurut Djarijah (1998), pakan tambahan yang baik untuk ikan adalah
pakan yang mengandung kadar protein 20-40 %. Selain dilihat dari kadar
proteinnya, kulaitas dari pakan tambahan untuk ikan juga ditentukan oleh
kehalusan dari bahanya. Semakin halus bahan baku pellet maka daya apung dari

50

51

pelet tersebut akan semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan ikan untuk
memakannya juga semakin panjang.
2.2

Tinjauan Umum Pembuatan Pelet Ikan


Pakan ikan yang diproduksi dari bahan baku lokal, biasanya akan

menghasilkan kualitas produk yang lebih bagus dibandingkan pakan dengan


bahan baku impor. Bahan baku lokal yang dapat digunakan untuk pembuatan
pakan ikan antara lain jagung, tepung ikan, dedak padi atau gandung, bungkil
kedelai, minyak ikan, minyak sawit, mineral serta asam amino. Yang terpenting
bahan tersebut mengandung protein, bernutrisi tinggi, mudah diolah dan
dihaluskan, tidak mengandung racun, serta mudah diperoleh di daerah tersebut.

Gambar 2. Pellet Ikan


Sumber: mesin-pelet.blogspot.com

Agar pakan yang diproduksi, mencukupi nutrisi yang dibutuhkan setiap


ikan. Maka para produsen meramu pakan untuk masing masing ikan, dengan
komposisi yang berbeda disesuaikan dengan jenis ikan.Sebagai gambaran berikut
kami berikan informasi 5 garis besar pembuatan pelet ikan
1. Masing masing bahan (bahan baku utama dapat menggunakan ikan)
dihaluskan dengan bantuan mesin hammer mill
2. Setelah itu, bahan yang telah dihaluskan kemudian diayak
3. Bahan yang sudah jadi tepung kemudian ditakar sesuai komposisi masing
masing, dan dicampur dalam mesin mixer
4. Supaya aroma pakan mucul,bahan baku dikukus dalam peranti steam
5. Selanjutnya dicetak menjadi butiran pelet, menggunakan mesin cetak pelet
6. Dan terakhir proses pendinginan, yaitu dengan cara mengeringkan pelet
menggunakan alat blower.

52

2.3

Tinjauan Umum Rendemen Pakan


Rendemen konsentrat protein ikan yang tertinggi diperoleh pada

konsentrat protein ikan yang dibuat dengan cara pengukusan yaitu 3,43%
sedangkan konsentrat protein ikan dengan perlakuan kontrol memiliki rendemen
terendah yaitu 2,05%.Rendemen tertinggi yaitu pada konsentrat protein ikan yang
dibuat dengan cara pengukusan (3,43%). Hal ini disebabkan karena pada saat
pengukusan, kandungan air yang terdapat dalam daging ikan lebih tinggi dan
dilakukan tanpa adanya kontak langsung dengan air dan hanya menggunakan uap
panas, sehingga hal tersebut mempengaruhi rendemen konsentrat protein ikan
yang dihasilkan.
Tinggi atau rendahnya rendemen produk konsentrat protein ikan juga
ditentukan oleh penanganan pada saat penggilingan. Biasanya pada proses ini
apabila tidak ditangani dengan baik, maka banyak tepung yang terbuang karena
ukuran butiran yang kecil dan halus sehingga mudah keluar akibat tiupan udara
melalui celah-celah yang terdapat pada sepanjang aliran tepung sampai pada
kemasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rendemen tepung ikan
adalah banyaknya kandungan air yang terkandung dalam bahan baku pada saat
perebusan dapat meningkatkan kandungan air sehingga berpengaruh terhadap
rendemen. Faktor lain yang mempengaruhi seperti bahan baku yang tidak sesuai
dengan standar operating procedure (ikan yang tidak segar), proses penggilingan
yang tidak ditangani dengan baik dan terjadinya kehilangan daging ikan selama
pengolahan.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Pembuatan Pellet Ikan dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Mei

2014 Pukul 12.00 WIB di Laboratorium Nutrisi Ikan Gedung Expedca, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
3.2

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat-alat

1. Mesin generator sebagai alat untuk menggiling bahan baku pakan dengan daya
putaran
2. Rangka besi sebagai tempat meletakan alat penggiling
3. Karet penghubung sebagai alat untuk penghubung antara alat penggiling
dengan mesin generator
4. Alat penggiling (Hammer mill) sebagai alat untuk menggiling bahan baku
menjadi lebih halus
5. Alat pencetak pellet sebagai alat untuk mencetak pellet menjadi ukuran yang
diinginkan
6. Saringan sebagai alat untuk mengayak bahan baku yang kasar menjadi lebih
halus
7. Baskom dan tampah sebagai wadah untuk menampung hasil ayakan yang
lebih halus
8. Timbangan sebagai alat untuk menimbang bahan baku sesuai dengan takaran
yang diinginkan
9. Pisau sebagai alat untuk memotong ukuran pellet yang sudah dicetak menjadi
lebih kecil ukurannya
10. Wadah penjemuran sebagai tempat untuk menjemur pellet agar kering
3.2.2

Bahan-bahan

1.

Protein 25%

2.

Tepung Ikan 98 gram

3.

Tepung Kedelai 98 gram

53

54

4.

Pollard

5.

Dedak 85 gram

6.

Jagung

7.

Minyak 5 ml

8.

Tepung tulang 5 gram

9.

Vitamin 5 gram

10. CMC 35 gram


11. Air

3.3

Prosedur Kerja
Mencampurkan Bahan utama, bahan pengisi,
binder dan feed aditif (vitamin & mineral)

Memasukan minyak 5 ml dan air 150 ml

Aduk-aduk dan kepal-kepal


Memasukan dalam pencetak pellet

Menggilingkembali bahan-bahan yang teksturnya kasar.

Menyaring bahan yang telah digiling tersebut dengan ayakan


yang berukuran mesh 250

Menimbang sesuai hasil perhitungan formulasi.

55

Campurkanlah seluruh bahan yang telah ditimbah dalam


baskom, aduklah dengan merata.

Mengkukus lalu campurkan semua bahan (kecuali vitamin dan mineral)


kemudian dikukus selama 15 menit. Setelah ditiriskan baru premix dimasukan.

dicetak : Tambahkan air biasa pada seluruh bahan yang telah diaduk rata

Meletakanadonan yang telah dicampurkan,


dengan panjang sekitar 125 mm

Jemurlah pellet yang telah jadi sampai kering

Penggilingan

Penepungan(milling)

Pengeringan (drying)

Penimbangan(scalling),

Pencampuran(mixing)
,

Pencetakan Pellet(pelleting),

56

Conditioning
3.4 Analisis Data
Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk ikanikan dewasa karena menggunakan protein 25%. Hasil ayakan bahan baku pellet
ikan akan menghasilkan rendemen dari masing tepung jagung dan tepung kedelai.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

Rendemen

Jagung dan kedelai

Rendemen = Setelah diayak x 100%


Sebelum diayak
Rendemen Tepung jagung = Setelah diayak x 100%
Sebelum diayak
= 33 x 100% = 33 + 52= 85 gram
100
Rendemen Tepung Kedelai = Setelah diayak x 100%
Sebelum diayak
= 66,9 x 100% = 66,9 + 31,1 = 98 gram
100
No

Bahan Pakan

Penggunaan

Tepung Ikan

72/98

Tepung Kedelai

72/98

Pollard

102/85

Tepung Jagung

102/85

Dedak

102/85

Minyak

5/5

Binder

30/35

Tepung tulang

5/5

Vitamin

5/5

Tabel 3. Formulasi pakan

57

58

4.2

Pembahasan
Formula pakan ikan didasarkan pada kandungan protein, lemak dan serat.

Formula ikan dapat dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan kebutun ikan, pakan
ikan untuk anak ikan atau benih akan membutuhkan 50% protein, 8% lemak,.
Sedangkan untuk ikan dewasa membutuhkan protein antara 25-30% protein,
lemak 7%. Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk
ikan-ikan dewasa karena menggunakan protein 25%.
Pembuatan pakan ikan menurut Djarijah (1998), tidak mutlak harus
disesuaikan dengan hasil perhitungan formulasi tersebut, tetapi komponenkomponen penyusunannya tidak boleh menyimpang. Hasil ayakan tepung jagung
dan tepung kedelai akan menghasilkan nilai rendemen. Pada rendemen tepung
jagung adalah 85 gram sedangkan rendemen tepung kedelai adalah 98 gram.
Ukuran pellet ikan yang telah dicetak dalam praktikum berukuran relatif besar
karena disesuaikan oleh bukaan mulut ikan yang akan diberikan pakan tersebut.
Setelah jumlah setiap bahan ditentukan, dalam praktek dilakukan
penimbangan bahan-bahan tersebut dengan menggunakan timbangan kue karena
jumlah bahan yang digunakan hanya sedikit. Apabila ingin membuat jumlah
pakan yang banyak sebaiknya digunakan timbangan yang mempunyai kapasitas
besar. Pengadukan dalam jumlah kecil cukup menggunakan tangan sampai bahanbahan tersebut dapat tercampur homogen (merata) dan ditambahkan air sedikit
demi sedikit sampai adonan berbentuk pasta dan lebih memudahkan pada saat
penggilingan.
Pencetakan adonan diawali dengan memasukkan campuran bahan yang
telah berbentuk pasta dan tercampur secara merata kedalam alat penggiling.
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pellet kemudian dikeringkan dengan
bantuan sinar matahari atau diangin-anginkan saja. Pengeringan ini berfungsi
untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pellet sehingga
menjadi minimal dan stabil. Dengan demikian pakan tersebut tidak mudah
ditumbuhi oleh jamur. Pakan yang dikeringkan akan mengalami penyusutan.

59

Pakan yang berkualitas baik adalah pakan yang memilki bau yang khas
dan tidak memilki bau yang tengik karena bau yang tengik ini mengindikasikan
bahwa pakan tersebut sudah rusak dan berjamur. Dan adanya bau khas pada pakan
akan menyebabkan ikan tertarik untuk memakannya sehingga dapat meningkatkan
kualitas pakan tersebut.Pakan yang berkualitas baik mendorong ketertarikan ikan
untuk mengkonsumsi pakan tersebut sehingga daya terima ikan terhadap pakan
(pallatabilitas) akan tinggi. Sedangkan tidak ditimbulkannya bau tengik pada
pakan tersebut disebabkan karena lama penyimpanan pakan tersebut belum terlalu
lama yakni berselang satu hari dari waktu pembuatan sehingga reaksi kimia pada
bahan-bahan yang ada di dalam pakan belum terjadi. Padahal kadar lemak yang
ada dalam pakan tersebut sangat tinggi sehingga akan sangat cepat menyebabkan
bau tengik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bahan yang digunakandalampembuatan pellet dapatberasaldaribahanhewani
(tepungikan dan tepung tulang ikan) dannabati (tepungkedelai, tepungjagung,
pollard, dan dedakhalus).
2. Jumlah vitamin yang digunakandalampembuatan pellet yaitu5 gram dari total
bahan yang digunakan. Jumlah CMC sebesar 35 gram.
3. Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk ikanikan dewasa karena menggunakan protein 25%.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pembuatan adonan pellet, penambahan air harus dilakukan
sedikit demi sedikit untuk menghindari terjadinya pengenceran adonan.
Sehingga pada saat pencetakan pakan tidak mengalami masalah dan adonan
pellet menjadi agak padat.
2. Ketelitian dan ketertiban selama melakukan praktikum pembuatan pellet ikan
harus ditingkatkan

60

61

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Andri, 2011. Pembuatan pakan pellet. Diakses dari http://www.trubusonline.co.id/kiat-buat-pakan-ikan-bermutu-2/. Diaksestanggal 5 Juni 2014
Djarijah S., 1998. Membuat Pellet Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta.
Mushodiq, Makli. 2011.Diakses dari http://www.penyuluhanrembang.org/serbaserbi/50-pakan-ikan.html. Diakses tanggal 5 Juni 2014
Ika. 2011. Studi pembuatan konsentrat protein ikan gabus. Diakses dari
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/studi-pembuatan-konsentrat-proteinikan-gabus-1941.Diakses tanggal 5 Juni 2014

62

LAMPIRAN

1. Dedak

4. Pollard

2. Tepung Ikan

5. Tepung Kedelai

3. Vitamin

6. Tepung tulang ikan

63

7. Tepung Jagung 8. Kegiatan Menimbang bahan 9. Kegiatan Mengayak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dicerna

sebagian

atau

seluruhnya

tanpa

mengganggu

kesehatan

ternak

yang

memakannya.Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk


pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya. Fungsi lain dari pakan
adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, agar ikan dapat tumbuh
sesuai dengan yang diharapkan. Pakan yang diberikan pada ikan harus
mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ikan. Analisis proksimat
merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang
ada di dalam bahan pakan. Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui
kandungan air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung dalam bahan pakan.

1.2

Tujuan

MengetahuiBETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen).

Mengetahui cara perhitungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen).

1.3

Manfaat

Dapat membedakan bebagai macam BETN (Bahan Ekstrak Tanpa


Nitrogen).

Dapat menghitung penggunaan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen).

64

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Umum Kebutuhan Nutrisi


Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit kritis dapat

menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi
yaitu:
a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas yaitu
starvation dan infrastruktur.
b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis
hendaknya dilakukan berulang ulang untuk menentukan kecukupan nutrisi
dan untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang
berulangulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang
Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah anak dirawat.
Disamping itu disfungsi/gagal organ multiple dapat terjadi sesudah
trauma,

sepsis

atau

gagal

nafas

yang

berhubungan

hipermetabolisme yang berlangsung lama (Setiati,2000).

Gambar 3.Bahan baku pakan


Sumber: modul praktikum nutrisi

65

dengan

66

2.1.1

Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan

produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan


nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang
digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan
protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa
kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak
selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non
protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan
protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen
tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak.Jika konsumsi N makanan
rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah.Jika nilai hayati protein
dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di
dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.
2.1.2

Serat Kasar
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa

tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi,


1994).Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang
pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya
kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998).
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak
ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya
mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991).Langkah pertama metode
pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang
terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut
dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali.Residu
yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).

67

2.1.3

Lemak Kasar
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode

soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990).
Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni.Selain
mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin),
asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan
lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994).Penetapan kandungan lemak
dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut.Fungsi dari n heksan adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah
warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
2.1.4

Abu
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan

perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu


ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur,
pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu
tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya
merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu
juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan
beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan
sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).
2.1.5

Tinjauan Umum Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)


Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen

lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.Jika jumlah abu,
protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu
disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Anggorodi, 1994).

68

Gambar 4. Komposisi zat dalam pakan


Sumber: modul praktikum nutrisi
2.2 Tinjauan Umum Digestible Energy Pakan Ikan
Digestible Energy (DE) adalah gross energy dari pakan yang dikonsumsi
dikurangi gross energy yang keluar bersama feses (Kartadisastra, 2012).
Kebutuhan energi pada ikan di bagi menjadi tiga komponen utama yaitu pertama
energi untuk hidup pokok (maintenance) atau sering juga disebut metabolisme
basal, untuk aktivitas dan enrgi yang dibutuhkan untuk memproduksi telur (Bahri
dan Rusdi, 2008).

Gambar 5. Komposisi zat dalam pakan


Sumber: modul praktikum nutrisi

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Waktu praktikum Nutrisi Ikan dilaksanakan pada tanggal 30 Apri 2014
mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum di
laboraturium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran.
3.2 Prosedur Kerja
Pilih bahan
yang akan di
hitung BETN
Pilih bahan
yang akan di
hitung BETN

Dipilih 3 bahan
Pilih basal
bahandan 2
bahan
yang akan
di

hitungsuplemen
BETN
hitung BETN
yang Pilih
Pilih
bahan
bahan
yang
akan di
akanyang
di hitung
hitung BETN
BETN

Pemilihan
dilihat dari
modul
praktikumPilih

bahan yang
akan di hitung
BETN
Pilih bahan
Hitung
BETN
dengan
rumus
yang
akan
di
yang ada
di
hitung
BETN
modul
yang Pilihbaha
praktikum

nbahan
yangyang
akan di
yang
Pilih
akan diBETN
hitung
akan di hitung
hitung
3.3 Analisis
Data
bahan
yang
BETN
BETN
akan didata
hitung
Analisi
yang digunakan adalahBETN
Pilih bahan= 100 ( PK +SK + LK +
akan
hitung
yang di
akan
di
ABU) BETN
BETN
hitung BETN
Dimana:akan di hitung
BETN : BETN
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogenyang Pilih LK
: Lemak Kasar
bahan yang
PK
: Protein Kasar
akan di hitung
SK
: Serat Kasar
BETN
akan di hitung
BETN
69

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil

Deskripsi Kegiatan
Diketahui kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%
Tabel Data 3. Hasil Penghitungan BETN.

NO

BAHAN

PGN

BENT

PK

LK

SK

Ash

1 Tepung daging

54.8

9.7

2.8

28.8

3.9

2 Tepung ikan herring

78.3

9.2

0.7

11.4

0.4

3 Tepung ikan tuna

63.6

7.4

0.9

23.6

4.5

4 Tepung Terigu

13.4

1.4

1.1

4.5

79.6

5 Sorgum

12.4

3.1

2.6

2.0

79.9

6 Binder

7 Vitamin

8 Minyak Ikan

Sisa

90

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan
dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78% PROTEIN PAKAN DENGAN CARA
PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung daging + Tepung ikan herring + Tepung ikan tuna,.
1:1:1 = (54,8 + 78,3+63,6) / 3 = 65,56%
Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 =
12,9 %

70

(%)

71

Perhitungan Metode Persen Square

Selisih Bagian
65.5

Persentase masing-masing bahan

0.157488

24.88

14.174

37.78
0.263767
12.9

27.78

23.739

52.66

Tabel Data 4. Hasil Penghitungan BETN


NO

BAHAN

PGN

PK

LK

SK

GRAM

6.322

1.62333

0.468

6.322

1.53965

0.117

6.322

1.23842

0.150

0.27855

0.218

0.61680

0.517

7.517

1000.0

34.00

5.29677

1.472

Tepung daging/meat meal

16.7

167.35

Tepung ikan herring

16.7

167.35

16.7

167.35

Tepung Terigu

19.9

198.97

Sorgum

19.9

198.97

6 Binder

5.0

50

7 Vitamin

3.0

30

8 Minyak Ikan

2.0

20

Tepung ikan tuna / fish meal


3 tuna

Sisa
Jumlah

7.517

89.0

100.0

72

4.2

Pembahasan
Dari hasil penghitungan yang diperoleh dengan perlakuan 3 komposisi

bahan dari protein basal dan 2 bahan dari protein suplemen didapat hasil BETN
(bahan ekstrak tanpa nitrogen) yang dipengaruhi oleh kadar air, abu, protein kasar,
lemak kasar dan serat kasar dikurangi dari 100% karena setiap bahan baku
memiliki komposisi yang berbeda beda sehingga hasil perhitungan BETNnya pun
berbeda beda.
BETN merupakan karbohidrat yang mudah larut dalam larutan asam dan
basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak
eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Jika dilihat dari kadar air yang tinggi dalam tepung, kandungan nutrien

lainnya seperti abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) memiliki kadar yang rendah. Kandungan nutrien cukup
tinggi

dipengaruhi

oleh

kandungan

nutrien

dalam

pakan

yang

dikonsumsi.Kandungan nutrien yang cukup tinggi dalam tepung membuktikan


bahwa bahan pakan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan bahan
pakan ikan.
5.2

Saran
Pelaksanaan Praktikum Bahan Pakan berjalan dengan lancar, namun

kurangnya ketelitian menyebabkan waktu yang digunakan untuk menganalisis


komposisi bahan kimia bahan pakan terlalu banyak. Harapan kedepannya,
praktikum dilaksanakan lebih teliti terutama pada analisis kadar protein kasar
yang prosesnya cukup panjang serta penjabaran dalam pembuatan laporan.

73

DAFTAR PUSTAKA
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman.1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah
Mada. Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

74

75

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis ikan

baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini biasanya
dinamakan pellet. Pelet untuk ikan terbagi kedalam 2 jenis yaitu: Pelet terapung
dan pelet tenggelam. Pakan alami adalah pakan yang biasa sudah tersedia di alam
seperti daun sente, daun talas, daun ubi jalar, plankton dan lainlain. Untuk
pemberian pakan pada ikan, besaran pakan harus disesuaikan dengan besaran
mulut ikan begitu pula dengan kadar protein yang dibutuhkan harus disesuaikan
dengan jenis ikan yang di budidaya (Deny, 2009).
Menurut Anggraeni (2010), pakan alami adalah pakan ikan yang
keberadaannya tersedia di alam. Terbatasnya ketersediaan pakan alami
dipengaruhi dan sangat tergantung pada faktor-faktor alam seperti suhu, intensitas
cahaya, serta kandungan bahan organik yang terkandung dilokasi perairan. Secara
prinsip pakan alami dibedakan menjadi 2, yaitu: pakan alami nabati, contohnya:
plankton nabati, tumbuhan air dan sayuran segar; dan pakan alami hewani,
contohnya: plankton hewani, seperti rotifera, daphnia, dan lain-lain adalah jenis
protozoa, golongan invertebrata mikroskopis, golongan invertebrata besar yakni
cacing, golongan crustacea, siput, kerang serta serangga serangga kecil. Pakan
buatan terdiri dari beberapa macam campuran bahan makanan yang berasal dari
protein hewani maupun nabati dan pada umumnya dilengkapi dengan vitamin dan
mineral. Sumber protein hewani antara lain tepung ikan, telur ayam, tepung tulang
dan ikan rucah, sedangkan sumber protein nabati bisa diperoleh dari limbah
industri pertanian, seperti bungkil, kacang tanah, ampas tahu, kedelai, kacang
hijau, shorghum dan ubi kayu. Pakan buatan bersifat mengapung di air karena
mengandung bahan perekat yang berasal olahan tepung kanji menjadi cairan
kental seperti lem yang memiliki daya serap air cukup tinggi tetapi minim air.
Semakin rendah mutu perekat yang digunakan akan semakin mudah hancur dan

76

tenggelam di dasar kolam, maka pakan ini memmiliki mutu rendah. Berdasarkan
bahan bakunya tergolong menjadi dua, yaitu: Pakan Basah dan Pakan Kering.

1.2

Tujuan Paktikum
Tujuan dari Praktikum Nutrisi Ikan adalah

untuk mengetahui kualitas dari suatu sampel pakan.

Untuk mengetahui seberapa lama sampel pakan dapat terapung,


menyerap air

1.3

Untuk mengetahui seberapa besar stabilitas pakan tersebut.

Manfaat Praktikum
Tujuan dari Praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk mengetahui kualitas dari

suatu sampel pakan. Hal yang perlu diketahui adalah seberapa lama sampel pakan
dapat terapung, menyerap air dan seberapa besar stabilitas pakan tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSAKA

2.1

Tinjauan Umum Uji Fisik Pakan


Metode pengujian pakan ikan dapat dilakukan dengan pengamatan in dera

penciuman, indera peraba dan indera penglihat. Pengamatan dengan indera


penciuman dapat menentukkan aroma khas dari pakan. Pengamatan dengan indera
peraba seperti lidah dan kulit dapat menentukkan kualitas penggilingan pakan.
Pengamatan dengan indera penglihatan meliputi warna dan ukuran pakan
(Nurafni, 2010).
Berdasarkan evaluasi fisik, pakan buatan dianggap berkualitas baik
apabila mempunyai ukuran partikel bahan baku yang halus dan seragam serta
homogenitas tinggi. Selain itu, ukuran pakan harus sesuai dengan ukuran ikan.
Demikian juga, kekerasan dan ketahanan dalam air (water stability) sesuai bagi
kebutuhan ikan. Daya apung pakan buatan dapat diukur dengan menjatuhkan atau
menebarkan pakan tersebut kedalam benjana kaca yang telah diisi air hingga
kedalam 15 25 cm. Waktu yang diperlukan oleh pakan sejak ditebarkan hingga
tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung akan
buatan tersebut. Kekerasan pakan buatan dapat di uji dengan memberikan beban
dengasn bobot tertentu hingga pakan tersebut hancur. Smakin berat bobot beban
yang dapat ditahan oleh pakan, berarti pakan buatan tersebut semakin keras.
Pakan buatan dengan kekerasan lebih tinggi dibuat dari bahan baku yang relatif
lebih halus (Mamduh, 2010).
Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari rasa,
bau/ aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat
makanan dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah hasil dari sejumlah faktor
pengamatan yang masing-masing mempunyai sifat tersendiri. Contoh keterlibatan
panca indera dalam uji organoleptik, yaitu Rasa (taste) dengan 4 dasar sifat rasa,
yaitu manis, asam, asin dan pahit; Tekstur (konsistensi) adalah hasil pengamatan
yang berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan sebagainya; Bau (odour)
dengan berbagai sifat seperti harum, amis, apek, busuk, dan sebagainya; Warna
77

78

merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat membedakan antara


satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan sebagainya
(Hernawati, 2009).
2.2

Uji Stabilitas Pakan


Pengujian daya tahan (stabilitas) pelet dilakukan dengan cara merendam

contoh pelet yang akan diuji selama beberapa waktu di dalam air. Tingkat daya
tahan pelet dalam air (water stability) diukur sejak pelet direndam sampai pecah.
Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk membuyarkan pelet dalam proses
perendaman, berarti makin baik mutunya. Pelet ikan yang baik mempunyai daya
tahan dalam air minimal 10 menit.
Menurut Fishblog (2008), water stability feed yaitu stabilitas pakan dalam
air yang merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan. Pakan
yangtahan dalam air yang hanya mengalami sedikit perubahan kualitasdan
kuantitas adalah pakan yang mempunyai persyaratan fisik yang cukup baik.
Pada dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun
pakan, bentuk fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik
sehingga menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air,
sehingga relatif lebih mudah dicerna.
Menurut Aslamyah dan Yushinta (2009), pengujian fisik yang dilakukan
pada pakan uji adalah pengamatan waterstability meliputi kecepatan pecah dan
dispersi padatan, tingkat kekerasan, serta kecepatan tenggelam. Water Stability
ataustabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air atau
berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur, meliputi
uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Uji kecepatan pecah mengukur berapa
lama waktu sampai pakan hancur di dalam air, uji pecah diamati secara visual.
Pakan buatan dengan waterstability yang rendah, untukkepitingpakan mudah
hancur dan terdespersi menyebabkan tidak dapat terpegang. Secara umum pakan
uji sudah mempunyai tingkat stabilitas dalam air ( yang sangat baik, yaitu di atas
5 jam. Menurut Balazs,et al.(1973) secara umum, stabilitas pakan dalam air
berkisar dari 35 jam. Stabilitas pakan dalam air menggambarkan kekompakan

79

pakan buatan, semakin lama waktu yang akan dibutuhkan untuk menghancurkan
pakan, berarti semakin tinggi kekompakan pakan buatan tersebut.
Uji kecepatan pecah mengukur berapa lama waktu sampai pakan hancur di
dalam air. Uji pecah diamati secara visual. Pakan sebanyak 10 batang dimasukkan
ke dalam gelas beaker yang diisi 1L air, pengamatan dilakukan setiap 5 menit
untuk mengetahui pakan sudah lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan
sampai pakan pecah/hancur.
Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs dkk. (1973).
Pakansebanyak 5g dimasukkan ke dalam kotak kasa berukuran 10 x 10 cm dengan
pori-pori sekitar 1mm,selanjutnya direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan
yang masih tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam
oven pada suhu 105C selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator,
lalu ditimbang sampai berat konstan. Dispersi padatan dihitung dengan
menggunakan formula:

Dispersi padatan (%)

= Berat kering pakan akhir X 100%


Berat kering pakan awal

Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat diukur dengan cara
merendam pakan dalam air di dalam gelas. Letakkan pengukur waktu di dekat
gelas itu. Cata waktu sampai semuanya melarut.yang baik daya larutnya antara 23 jam. Apabila lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Sedangkan
bila kurang, bisa jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan) udang
karena terlalu cepat melarut (Kordi, 2010).
Menurut Murdinah (1989), beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas
pakan dalam air, seperti kehalusan bahan baku pakan dan proses pencampuran
bahan dalam proses pembuatan pakan. Semakin halus bahan pakan, semakin baik
pula pakan yang dihasilkan. Bahan pakan akan tercampur merata sehingga
menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air.
Dominy dan Lim (1991), menyatakan disamping proses pembuatan, bahan
perekat yang tepat juga sangat menentukan stabilitas pakan dalam air dan sifat-

80

sifat fisik pellet yang lain.Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat
di ukur dengan cara merendam pakan dalam air di dalam gelas. Letakan pengukur
wktu didekat gelas itu. Catat waktu samlpai semuanya melarut. Pada umumnya
pakan yang baik untukkepiting atau lobster daya larutnya antara 23 jam. Apabila
lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Sedangkan bila kurang, bisa
jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan) lobster karena terlalu cepat
melarut (Kordi,2010).
2.3

Uji Durabilitas Pakan


Durabilitas pelet adala ketahan partikel pelet yang dirumuskan sebagai

presentase dari banyaknya pakan pelet utuh setelah melalui perlakuan fisik dalam
alat uji tumbling caneterhadap jumah akan semula sebelum dimasukan ke dalam
alat. Pelet yang bik mempunyai durabilitas di atas 90 % atau kandungan tepung
dibawah 10%. Nilai durabilitas pellet sangat ditentukan oleh pengguaan bahan
baku dalam formulasi pakan dan teknis oprasional pellet. Untuk memperoleh
durabilitas tinggi digunkan bahan baku pelet yang mempunyai pelebilitas tingi
,sebagai conntoh jagung bernilai sedang ,katul bernilai rendah, dan wheat pollard
bernilai tinggi. Apabila perhitungan leastcost tidak memungkinkan maka bisa
ditambahkan biner untuk meningkatkan duraboltas.
Penyesuaian operasional teknis pelleting dapat mempengaruhi durabilitas
yaitu penggunaan ukuran diameter yang tepat/ perbandingan antara panjang
lubang efektif terhadap ketebalan diameter, kombinasi stam condioner dan
kecepatan feeder yang efektif, kerja cooler pendingin yang optimal dll. Uji
durabilitas menggunakan tumblingcane terbaik dilakkan setelah bahan pelet
melewati cooler pada saat suhu partikel diangga dingin.

2.4

Binder Pakan
Bender atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang digunakan untuk

menyatukan semua bahan baku dalam pembuatan pakan. Bahan tambahan yang
digunakan sebagai perekat sangat menentukan stabilitas pakan dalam air (Meyer
dan Zein-Eldin, 1972). Menurut Dominy dan Lim (1991) stabilitas pakan dalam

81

air merupakan problem utama dalam pelleting pakan udang, terutama dengan
kandungan bahan nabati yang tinggi. Oleh karena membutuhkan bahan perekat
atau binder, dengan demikian stabilitas pakan dalam air dapat ditingkatkan.
Beberapa bahan baku yang dapat dipakai sebagai bahan perekat pakan udang,
yaitu gandum, tepung terigu, tepung tapioka, dedak halus, tepung biji kapas, dan
tepung rumput laut.
Bahan perekat yang tidak mengandung nutrisi, seperti CMC, alginat, agaragar, dan beberapa macam getah (Mujiman, 2007). Rumput laut sebagai salah satu
bahan perekat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pakan. Rumput laut
memiliki berbagai macam manfaat antara lain sebagai bahan makanan, obatobatan, bahan kosmetik, dan perekat. Tepung rumput laut dapat menjadi bahan
perekat karena rumput laut mengandung senyawa hidrokoloid. Senyawa
hidrokoloid sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu produk karena
berfungsi sebagai pembentuk gel, penstabil, pengemulsi, dan pensuspensi.
Senyawa hidrokoloid dibangun oleh senyawa polisakarida yang menghasilkan gel
dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat (Anggadiredja, 2006).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Uji fisik pakan dan durabilitas dilaksanakan pada tanggal 21

Mei 2014; Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumber Daya


Perairan Fakultas Perikanan dan Keautan Universitas Padjajaran

3.1.1

Alat dan Bahan

3.1.2

Alat-alat
1. Toples untuk merendam pelet
2. Saringan untuk merendam pelet agar pelet yang hancur tidak
berantakan
3. Plastik untuk membawa pulang pelet yang sudah dilakukkan uji
ketahanan stabilitas
4. Timbangan untuk menimbang berat pelet sesudah dan sebelum
dilakukan uji stabilitas dan durabilitas

3.1.3

Bahan-bahan
1. Air bersih untuk merendam pelet
2. Pakan atau pelet yang sudah jadi untuk diujikan

82

83

3.2

Prosedur Kerja

3.2.1

Water Stability

Siapkan alat dan bahan


yang diperlukan

Timbang pakan kurang


lebih 10mg

Isi toples dengan air dan


taruh saringan di dalam
toples sampai terendam
air

Timbang kembali pakan


yang sudah dijemur,untk
mengetahui ilai stabilitas
pakan

Angkat pakan masukan


dalam pastik dan dijemur
sampai kering

Masukan pakan yang


sudah ditimbang kedalam
toples dan rendam
selama 15 menit amati
perubahan yang terjadi.

3.2.2

3.3
3.3.1

Durabilitas

Siapakan alat dan bahan yang


diperlukan

Timbang pakan untuk


dijadikan berat awal pakan
sebelum dimasukkan ke
tumbling cane

Ambil pakan masukan plastik


dan timbag kembali berat
pakan setelah dikeluarkan
dari tumbling cane,utnuk
mengetahui nilai durabilitas.

Jika sudah maukan seluruh


pakan ke dalam tumbling
cane,dengan kecepatan 50
kali putaran/menit,lakukan
seamat 5 menit

Analisis Data
Uji Stabilitas (Water Stability)
x 100
Ket :

Yo = Berat sebelum

84

Y1 = Berat sesudah

3.3.2

Uji Durabilitas
Beratpelet sebelum diputar x 100
Berat pelet sesudah diputar

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

4.1.1

Data Uji Stabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka


dan CMC

Tabel 5. Nilai Stabilitas Beberapa Kandungan Protein Pakan dengan Penggunaan


Binder Tapioka dan CMC

Binder

Tapioka

CMC

Kandungan

Kelompok

NilaiStabilitas

20 %

27.8 %

25 %

22.9 %

20 %

3.3 %

25 %

27 %

20%

9.4%

25%

5.3%

20%

11.97%

25%

11%

Protein Pelet

85

Rata-rata

86

4.1.2

Data Durabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka dan CMC

b) Data Kelas

Tabel 6. Nilai Durabilitas Beberapa Kandungan Protein Pakan dengan


Penggunaan Binder Tapioka dan CMC
Kandung
Binder

an

Kelompok

NilaiDurabilitas

20 %

89.7

25%

94,01

20 %

108.82

25 %

86,21

20%

94.21

25%

90.21

20%

99,41

25%

97.02

Protein
Pelet

Tapioka

CMC

4.2

Pembahasan

4.2.1

Stabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka


Data rata-rata berbagai parameter uji fisik pada setiap perlakuan

penggunaan tepung tapioka dan CMC sebagai bahan perekat, meliputi stabilitas
pakan dalam air, yaitu kecepatan peah dan dispersi padatan disajikan pada Tabel
5. Perbedaan presentase masing-masing pakan disebabkan oleh kandungan protein
yang berbeda pada saat praktikum digunakan kandungan protein 20% dan 25%,
dari hasil ini didapatkan bahwa kandungan protein yang lebih tinggi
memungkinkan water stability pakan kurang baik.
Selain dari kandungan protein proses pencampuran bahan pakan pun
memberikan pengaruh terhadap water stability pakan sendiri, Pada dasarnya
semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun pakan, bentuk

87

fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik sehingga
menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air, sehingga relatif
lebih mudah dicerna.
4.2.2

Stabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder CMC


Jika dilihat dari data yang terdapat pada Tabel.6 , maka dapat dilihat

bahwa tepung CMC memiliki stabilitas yang sangat baik. Hal ini dikarenkan sifat
CMC adalah ester polimer selulosa yang larut dalam air dibuat dengan
mereaksikan Natrium Monoklorasetat dengan selulosa basa sebagai pengental,
stabilisator, pembentuk gel.
Namun penggunaan CMC tidak boleh terlalu berlebihan karena pada
dasarnya CMC merupakan binder tanpa nutrisi ada didalamnya. Jika dilihat dari
data yang ada dengan stabilitas yang tinggi adalah kelompok 6, sedangkan yang
memiliki stabilitas kurang baik adalah kelompok 4. Hal demikian dapat terjadi
karena perbedaan kandungan protein yang terdapat pada masing masing
kelompok, juga perbedaan proses pengolahan di masing masing kelompok.

4.2.3

Perbandingan Stabilitas Pakan yang Menggunakan Tapioka dan


CMC
Tepung tapioca merupakan binder yang sudah sejak lama digunakan

sebagai bahan pencampur sekaligus pengikat dalam pembuatan pakan ikan,selain


itu pada tepung tapioca juga terdapat kandungan nutrisi yang melengkapi nutrisi
pakan yang ada,namun memang penggunaanya masih kurang baik jika
dibandingkan dengan CMC yang merupakan bahan binder buatan. Hal ini
dikarenakan CMC memiliki sifat menstabilkan emulsi yang baik.
Dari data di atas terdapat perbandingan yang cukup beragam , namun jika
dilihat secara keseluruhan pakan yang menggunakan CMC memiliki water
stability yang cukup baik bila dibandingkan dengan tepung tapioca.

88

4.2.4

Durabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka


Baik tidaknya nilai durabilitas suatu bahan pakan ditentukan oleh bahan

binder yang digunakan. Pada praktikum ini terdapat tiga kelompok yang
menggunakan tepung tapioca.Berdasarkan hasil praktikum pada pakan uji yang
menggunakan binder tapioka memiliki nilai durabilitas yang variatif yakni
terendah 86.21 dan tertinggi 108,82. Hasil 108.82% tidak relevan,kemungkinan
hal ini disebabkan oleh salah perhitungan yang dilakukan oleh kelompok yang
bersangkutan.
Pellet

yang

baik

mempunyaidurabilitas

di

atas

90

atau

kandungantepung di bawah10%.Nilai durabilitas pellet sangat ditentukan oleh


penggunaan bahanbakudalam formulasi pakan dan teknis operasional pellet
mill.Dapat dikatakan semakin kecil ukuran pellet maka durabilitasnya akan
semakin baik.
4.2.5

Durabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder CMC


Durability indexdipengaruhiolehpenggunan binder yaitu CMC.Hasil dari

praktikum durabilitas pakan menggunakan CMC sebagai binder menunjukkan


bahwa jenis perekat berpengaruh sangat nyata, terhadap pellet durability index.
Persentase durability tertinggi terdapat pada kelompok 6 sebesar 99,41% dengan
kandungan protein 20%, kemudian kelompok 8 dengan durabilitas 97,02%
dengan kandungan protein 25%, sedangan kelompok 2 dengan kandungan protein
20% nilai durabilitasnya adalah 94.21% dan nilai durabilitas terendah adalah
90.21% yaitu kelompok 4 dengan kandungan protein 25%.
Perbedaan nilai durabilitas antar kelompok ini dikarenakan perlakuan saat
pembuatan pakan baik dari proses pencampuran ,pencetakan maupun saat proses
penjemuran berbeda-beda. Pada proses pemasakan selama pembuatan pellet.
Penambahan

gula

juga

berpengaruh

pada

kekentalan

gel

yang

terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan , hal ini disebabkan gula


akan mengikat air sehingga pembengkakan butir butir pati terjadi lebihlambat
akibatnya gelatinnya lebih tinggi.

89

Pelet harus memiliki indeks ketahanan (PDI) yang baik sehingga pelet memiliki
tingkat kekuatan dan ketahanan yang baik selama proses penanganan dan
transportasi. Standar spesifikasi durability index yang digunakan adalah minimum
80% (Dozier, 2001). Jadi, secara keseluruhan kelompok memenuhi standar
minimum nilai durability sebesar 80%

4.2.6

Perbandingan Durabilitas Pakan yang Menggunakan Tapioka


dan CMC

Dari data yang telah ada nilai durabilitas pakan yang menggunakan binder
CMC memiliki nilai durabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan
yang menggunakan binder tepung tapioka. Jenis perekat tapioka menghasilkan
durability lebih rendah dibandingkan dengan CMC jika dilihat dari nilai rataratanya. Hal tersebut dapat diduga karena kandungan pati yang hanya 37.70%
(Laboratorium PAU IPB, 2012). Jika melihat kandungan CMC, Sebagai
pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki kenampakan tekstur
dari produk berkadar gula tinggi. Sebagai pengental, CMC mampu mengikat air
sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh
CMC (Manifie, 1989). Menurut Harlim (1989) agar adalah senyawa karbohidrat
netral yang terdiri atas satuan- satuan molekul asam, bersifat koloid, dan
membentuk gel dalam air.

Selanjutnya Pujiastuti dan Hatta (1998)

mengemukakan agar merupakan polisakarida, yang terdiri atas fraksi agarose


yang berperan penting sebagai substansi dan sifat penjendalan (kekuatan gel),
serta agaropektin berperan pada kapasitas gel atau viskositas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Dari hasil praktikum nutrisi ikan materi analisis fisik didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
Daya apung pakan buatan dapat di ukur dengan menjatuhkan atau menebarkan
pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah di isi air hingga kedalaman 15
25 cm. Waktu yang di perlukan oleh pakan sejenak ditebarkan hingga
tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung pakan
buatan tersebut.
Pelet bisa terapung karena ada pori pori dalam pelet yang terjadi karena
gesekan dari bahan yang dibawa oleh ekstruder.
Water Stability atau Stabilitas Pakan dalam Air Stabilitas pakan dalam air
adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air atau berapa lama waktu yang
dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur, meliputi uji kecepatan pecah dan
dispersi padatan.
5.2

Saran
Diharapkan ketelitian praktikan dalam menghitung rumus formulasi pakan

sangat diperlukan karena menunjang nilai keabsahan data pengamatan. Baik


proses ataupun penggunaan bahan pembuatan pellet sangat menentukan kualitas
pellet yang dibuat.

90

DAFTAR PUSTAKA

Jefry.

2009.

Pembuatan

Pakan

Ikan.

http://jefry-

bp09.blogspot.com/2011/12/pembuatan-pakan- ikan.html.Diakses
tanggal 3 Juni 2014
Prihartono,et al.2000. Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia,. Jakarta, 1979.
Saade1 Edison, Aslamyah Siti. 2009. Uji Fisik dan Kimawi Pakan Buatan untuk
Udang Windu Penaeus monodon Fab. yang Menggunakan Berbagai Jenis
Rumput Laut Sebagai Bahan Perekat. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan ). Vol. 19 (2) Agustus 2009: 107

115.

Fakultas

Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makasar.


Winarno. 2002. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Widiyastuti, Titin., Prayitno C H, dan Munasik. 2004. Kajian Kualitas Pellet
Pakan Komplit Dengan Sumber Hijauan dan Binder yang Berbeda.
Journal Animal Production Vol. 6 : No.1. hlm 43-48.

91

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dewasa ini, pertumbuhan penduduk telah semakin besar. Pembukaan

lahan sebagai tempat pemukiman telah banyak dijumpai terutama di kota-kota


besar. Dilain pihak, kebutuhan manusia akan bahan pangan juga semakin tinggi.
Namun keberadaan lahan untuk penedia produksi pangan semakin sedikit.
Ikan adalah salah satu bahan pangan yang berpotensi untuk menjadi
konsumsi utama manusia. Ikan memiliki rasa yang lezat serta memiliki
kandungan gizi yang tinggi, Namun, pada praktik budidayanya dibutuhkan lahan
yang cukup luas, sehigga diciptakanlah metode budidaya intensif dengan
kepadatan tinggi pada proses budidayanya. Masalah baru yang ditimbulkan dari
proses budidaya intensif ini adalah keberadaan limbah budidaya yang tinggi.
Untuk mengurangi dampak negatif limbah budidaya terhadap lingkungan,
budidaya udang dapat dilakukandengan sistem zero exchange water sehingga
dapat mengurangi resiko pencemaran limbah budidaya udang ke perairanumum
(Crab, et al. 2009). Namun pergantian air yang terbatas dan kepadatan tinggi
berpotensi menaikan resiko akumulasibahan organik yang berasal dari pakan yang
tidak termakan, residu ekskresi ammonia dan sisa metabolisme (Read
&Fernandes, 2003). Reduksi ammonia dan nitrit dapat dilakukan dengan
perlakuan kimia, fisika dan biologi, salah satunyaadalah dengan penerapan
teknologi bioflok (bio-floc technology system) (Avnimelech, 1999). Penerapan
teknologibioflok dalam kegiatan budidaya udang/ikan prinsipnya memanfaatkan
limbah ammonia dan nitrit pada kolam budidayamenjadi bahan pakan alami
dengan bantuan bakteri heterotrofik, akan tetapi proses penyerapan nitrogen
anorganik olehbakteri hanya terjadi ketika rasio C/N lebih tinggi dari 10 (Burford,
2003). Ballester et al (2010) mengatakan bahwateknologi bioflok pada budidaya
ikan dan udang dapat mengurangi konsumsi tepung ikan dan rasio konversi pakan
ikandapat dikurangi karena tergantikan oleh produksi pakan alami berupa

92

93

bioflok.Sehingga

penting

untuk

mengetahui

bagaimana

konsep

bioflok

diaplikasikan pada praktik budidaya ikan.

1.2

Tujuan Praktikum

Mengetahui peranan bioflok dalam penyedia pakan alami

Mengetahui bagaimana cara membuat bioflok dan mengidentifikasi


kualitanya

1.3

Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum kali ini yaitu:

Diperoleh kemampuan dasar untuk memproduksi bioflok

Diperoleh kemampuan mengidentifikasi kualitas bioflok

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pakan Alami
Pakan alami adalah organisme hidup yang tersedia di alam dan terkadang

bisa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai makanan ikan, terutama pada


ikan berukuran larva. Organisme pakan alami umumnya bersifat planktonik baik
fitoplankton maupun zooplankton.
Ikan, terutama yang masih berukuran larva memiliki kebutuhan pakan
yang khusus. Terutama pada fase dimana proses perolehan energi dari fase
endogenous menuju eksogenous. Pada fase ini morfologi dari saluran cerna ikan
belumah sempurna begitu pula dengan kuantitas dan kualitas enzim yang
dihasilkan. Keadaan ini membuat ikan membutuhkan pakan yang sesuai. Pakan
alami adalah pakan yang telah lama digunakan dalam pemeliharaan larva ikan.
Selain disukai ikan, pakan alami juga memberikan asam amino esensial yang
lengkap serta memberikan antibodi alami pada ikan. Sehingga pertumbuhan dan
kesehatan ikan tetap terjaga.
Selain berfungsi sebagai pemberi nutrisi, beberapa pakan alami dari
fitoplankton juga dapat memberikan manfaat lain berupa penjagaan kestabilan
kualitas air. Beberapa fitoplankton dapat memanfaatkan senyawa-senyawa yang
bersifat racun menjadi cenderung tidar beracun. Konsep ini banyak diterapkan
pada proses budidaya Green Water dan bioflok.

2.2

Tinjauan Umum Bioflok


Teknologi bioflok (bio-floc technology system) (Avnimelech, 1999).

Penerapan teknologi bioflok dalam kegiatan budidaya udang/ikan prinsipnya


memanfaatkan limbah ammonia dan nitrit pada kolam budidayamenjadi bahan
pakan alami dengan bantuan bakteri heterotrofik, akan tetapi proses penyerapan
nitrogen anorganik olehbakteri hanya terjadi ketika rasio C/N lebih tinggi dari 10
(Burford, 2003). Ballester et al (2010) mengatakan bahwateknologi bioflok pada
budidaya ikan dan udang dapat mengurangi konsumsi tepung ikan dan rasio
94

95

konversi pakan ikandapat dikurangi karena tergantikan oleh produksi pakan alami
berupa bioflok.

2.2.1

Pengertian Bioflok
Bioflok merupakan komunitas mikroba yang terdiri atas bakteria,

protozoa, dan zooplankton, dapat juga sebagai suplemen pakan mengandung asam
amino methionin, vitamin, mineral, dan enzim. Dengan demikian bila
diaplikasikan pada tambak/kolam akan menghemat pakan yang diberikan karena
dapat bersifat subtitusi terhadap pakan bagi ikan yang dibudidayakan.
Kualitas bioflok sangat dipengaruhi oleh karakteristik morfologi dan nilai
nutrisinya. Beberapa aspek penting masih harus diteliti lebih lanjut meliputi
seleksi bakteri yang hidup dalam bioflok, mekanisme antar organisme dalam
bioflok serta faktor-faktor yang berpengaruh didalam biflok.

2.2.2

Pembuatan Bioflok
Banyak cara dan metode yang digunakan dalam pembuatan bioflok.

Diantaranya adalah cara yang diungkapkan gunarto (2011). Untuk menumbuhkan


bioflok digunakan bak fiber glass dengan volume 250 L sebanyak dua unit,
masing-masing diisi air tambak dengan salinitas 30 ppt sebanyak 200L yang
disterilkan terlebih dahulu dengan kaporit. Kemudian diberikan aerasi secara terus
menerus. Probiotik yang mengandung Bacillus subtillis dan Bacillus Cereus
diberikan sebanyak 5 mg/L sebagai inokulum. Diberikan molase dan pupuk untuk
menambahkan kandungan C. Dalam waktu 6 hari Flok akan terbentuk.

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur FPIK Unpad. Proses

pembuatan bioflok dilakukan pada tanggal 21 mei 2014, sedangkanpengambilan


data dilakukan pada tanggal 27Mei 2014.

3.2

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat-alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

sebagai berikut:
1. Bak Fiber, untuk wadah media kultur
2. Gelas ukur, untuk menakar bahan kultur
3. Mikroskop, untuk alat bantu pengamatan bioflok
4. Aerator, untuk alat bantu aerasi pada kultur
3.2.2. Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Aquasimba. , Sebagai Inokulum mikroorganisme
2. Tepung Terigu , Sebagai nutrien pada media
3. Molase, Sebagai nutrien pada media
4. Gula pasir. , sebagai bahan aktivasi
5. Air, sebagai media kultur

96

97

3.3

Prosedur Kerja
Dalam percobaan ini langkah pertama adalah dengan melakukan aktivasi

mikroorganisme inokulum untuk dikultur, prosedur aktivasi digambarkan dalam


bagan alir berikut.
100 ml aquasimba +
100 ml air

Ditambah 50 g gula
pasir

Diamkan 5 jam
sambil diadkuk
3/5 kali

Setelah dilakukan aktivasi maka dilakukanlah kultur yang digambarkan dalam


bagan alir berikut:
Probiotik hasil
aktivasi dimasukan
dalam 150 L air

Diaerasi dan
diberikan nutrien
pakan 5 gr dan
molase 6,4 gr

Dikultur hingga 4
hari

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

4.1.1

Data Kelimpahan Mikroorganisme Plankton Pada Bioflok dengan


Penambahan Molase dan Terigu
a) Data Kelompok
Kelompok : 8
Penambahan : Terigu

Tabel 7. Data Kelimpahan Mikroorganisme plankton pada Bioflock dengan


penambahan Molase
Huruf Fitoplankton

jumlah zooplankton

jumlah

32

85

Chlorella sp
Paramecium sp
B

27

18

Micrastories sp
Keratella sp
C

Lyngbya sp
D

16

Anabaena sp

98

99

Perhitungan Kelimpahan :

Fitoplankton

Zooplankton

Jadi,

b)

Nilai kelimpahan Fitoplankton = 2050 sel/mL

Nilai Kelimpahan Zooplankton = 2575 Indv/mL

Data Kelas
Tabel 8. Nilai Kelimpahan Mikroorganisme Plankton Pada Bioflock dengan
Penambahan Molase dan Terigu
Nilai Kelimpahan
Penambahan

Molase

Kelompok

Fitoplankton

Zooplankton

(sel/mL)

(indiv/mL)

150

6825

3800

3675

225

9475

300

3125

10750

300

1150

4725

4025

4575

2050

2575

2
Terigu

100

4.2

Pembahasan

4.2.1

Bioflok dengan Penambahan Molase


Pada bioflok dengan perlakuan penambahan molase, dapat teramati

kepadatan fitoplankton terendah adalah 150 sel/ml dan yang tertinggi adalah 3800
sel/ml. Sedangkan untuk zooplankton, kepadaan terendah adalah 3125 ind/ml dan
yang tertinggi adalah 9475 ind/ml. Secara umum, rata-rata kepadatan fitoplankton
adalah 1119 sel/ml dan rata-rata kepadatan zooplankton adalah 5775 ind/ml.
Bioflok dengan penambahan molase cenderung menghasilkan kepadatan
zooplankton lebih tinggi dibandingkan kepadatan fitoplankton. Hal ini mungkin
dikarenakan sifat dari molase yang cenderung cair. Sehingga zooplankton lebih
dapat menerima molase sebagai pakan lebih baik dibandingkan dalam bentuk
butiran tepung yang cenderung banyak mengandung serat kasar seperti tepung
terigu.
4.2.2

Bioflok dengan Penambahan Terigu


Pada bioflok dengan perlakuan penambahan Tepung terigu, dapat teramati

kepadatan fitoplankton terendah adalah 1150 sel/ml dan yang tertinggi adalah
10750 sel/ml. Sedangkan untuk zooplankton, kepadaan terendah adalah 300
ind/ml dan yang tertinggi adalah 4725 ind/ml. Secara umum, rata-rata kepadatan
fitoplankton adalah 4494 sel/ml dan rata-rata kepadatan zooplankton adalah 3043
ind/ml. Bioflok dengan penambahan tepung terigu cenderung menghasilkan
kepadatan fitoplankton lebih tinggi dibandingkan kepadatan zooplankton. Hal ini
mungkin dikarenakan zooplankton cenderung tidak menyukai tepung terigu yang
berbentuk

bubuk

sebagai

bahan

pakan,

sedangkan

fitoplankton

dapat

memanfaatkan tepung secara langsung sebagai sumber C sehingga kepadatan nya


cenderung lebuh tinggi.

4.2.3

Perbandingan Bioflok dengan Penambahan Molase dan Terigu


Pada perbandingan perlakuan penambahan molase dan penambahan

terpung terigu, diketahui bahwa kepadatan fitoplankton tertinggi didapatkan dari


perlakuan penambahan terpung terigu dengan kepadatan hingga 10750 sel/ml

101

sedangkan untuk zooplankton kepadatan tertinggi diperoleh dari perlakuan


penambahan molase dengan kepadatan hingga 9475 indv/ml.
Secara umum perlakuan molase memberikan kepadatan yang tinggi untuk
spesies zooplankton, sedangkan perlakuan tepung terigu memberikan kepadatan
yang tinggi untuk spesies fitoplankton. Perbedaan keduanya mungkin diakibatkan
perbedaan sifat dari zat penghasil C. Pada dasarnya penambahan senyawa yang
mengandung C sangatlah penting untuk diberikan pada bioflok sebagai dasar dari
penyedia nutrien, terutama untuk menjaga perbandingan rasio C/N.
Molase diberikan dalam flok berupa dalam bentuk cenderung cair,
sedangkan tepung terigu diberikan dalam bentuk cenderung lebih padat/bubuk.
Perbedaan bentuk zat ini diduga menjadi salah satu faktor penentu dari kecepatan
pemanfaatan C oleh komunitas mikroorganisme bioflok. Dengan bentuk yang
cenderung lebih cair, keberadaan nutrien juga bisa dimanfaatkan langsung oleh
zooplankton, akibatnya pada perlakuan molase kepadatan zooplankton cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan molase. Pada perlakuan penambahan
tepung terigu, nutrien yang diberikan berupa padatan, diduga tidak begitu disukai
oleh zooplankton sehingga pemanfaatan nutrien hanya dilakukan oleh bakteri dan
fitoplankton saja, sedangkan kepadatan zooplankton meningkat berdasarkan
keberadaan organisme dengan tingkat trofik yang berada dibawahnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Biflok merupakan komunitas mikroorganisme yang saling berinteraksi

yang dapat berguna sebagai pelengkap pakan pada proses budidaya. Hasil dari
bioflok dapat berbeda berdasarkan perlakuan pemberian nutrien C kedalam media
kultur. Perlakuan molase pada pembuatan bioflok memberikan kepadatan yang
lebih tinggi pada zooplankton 5775 indv/ml sedangkan perlakuan tepung terigu
memberikan kepadatan tertinggi pada fitoplankton dengan kepadatan 4494 sel/ml.
Perbedaan dikarenakan perbedaan bentuk zat dari nutrien tersebut

5.2

Saran
Peralatan praktikum harus lebih dipersiapkan dan diperbanyak lagi sesuai

kebutuhan mahasiswa agar mempermudah jalannya praktikum. Ketersediaan alat


dan bahan diusahakan sesuai dengan banyaknya mahasiswa sehingga mahasiswa
dapat mencoba.
Pada praktiknya, jika menginginkan kepadatan zooplankton yang tinggi,
maka penyedia nutrien nya disarankan berupa molase dan bila kepadatan
fitoplankton yang diharapkan tinggi maka yang digunakan adalah tepung terigu.

102

DAFTAR PUSTAKA

Gunarto. 2011. Produksi bioflok dan nilai nutrisinya dalam skala laboratorium.
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau : Sulawesi selatan.
Main. 2013. Penilaian ekoefisiensi budidaya intensif udang vanname berbasis
teknologi bioflok. Seminar Nasional pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan, semarang.
Sari, Nora Putri. 2012. Komposisi mikroorganisme penyusun dan kandungan
nutrisi bioflok dalam media pemeliharaan induk ikan nila dengan aplikasi
teknik bioflok. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

103

Anda mungkin juga menyukai