Lapak Nutrisi
Lapak Nutrisi
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pakan ikan merupakan salah satu faktor utama dalam pembudidayaan ikan
sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan mutu ikan yang dihasilkan.
Pakan ikan yang baik sangat bergantung pada nilai gizi yang dikandungnya dan
komposisi bahan baku yang digunakan. Produksi pakan ikan di Indonesia
sebagian besar telah dihasilkan oleh pabrik pakan di dalam negeri. Namun
demikian, sebagian besar bahan baku pakan ikan masih diimpor dari luar negeri.
Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan
kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan
berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral
dan vitaminnya seimbang.
Pakan buatan adalah pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan
dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia. Pakan buatan
bersifat basa, seperti bentuk pasta atau emulsi (cairan pekat), tidak perlu disimpan.
Jenis pakan basah sebaiknya dihabiskan dalam satu kali pemberian/ aplikasi
karena pakan jenis ini mudah rusak jenis kandungannya. Namun bila memang
harus disimpan, sebaiknya disimpan dalam ruangan pendingin (lemari es), itu pun
tidak bisa terlalu lama, hanya 2 s.d 3 hari. Jika terlalu lama disimpan, kualitas
pakan turun dan tidak bagus untuk dikonsumsi. Bahan baku yang digunakan untuk
menentukan kualitas pakan buatan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya ,
bernilai gizi, mudah dicerna, tidak mengandung racun, mudah diperoleh, dan
bukan merupakan kebutuhan pokok manusia.
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan pakan.
1.3.
Manfaat Praktikum
Praktikan dapat mengidentifikasi sumber protein untuk pakan ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku hewani, bahan
baku nabati dan bahan baku limbah industry pertanian. Selain ketiga jenis bahan
baku tersebut untuk melengkapi ramuan dalam pembuatan pakan buatan biasanya
diberikan beberapa bahan tambahan. Jumlah bahan tambahan (feed additive)
yaitu bahan makanan atau suatu zat yang ditambahkan dalam komposisi pakan
untuk meningkatkan kualitas dari pakan (Anonim, 2010).
2.1.1
Pakan protein basal adalah bahan pakan, baik hewani maupun nabati yang
kandungan proteinnya dibawah 20%. Contohnya : Dedak halus 15,58%, Tepung
Jagung 9,50%,
-
Dedak halus
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak
yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan
beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%,
Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%,
Nilai ubah= 8.
Tepung Jagung
Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi
tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan
enrgi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang
digunakan.
Tepung ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis)
yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan
difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang
dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan,
bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan
kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling
essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%;
Abu=26,65%;
Serat=1,80%;
Air=10,72%;
Nilai
ubah=1,53.
Cara pembuatannya:
1.
2.
3.
Tepung kedelai
Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang paling
essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya 10%.
Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin,
dapat dikendalikan dengan cara memasak. Kandungan gizi: Protein:
39,6%, Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%,
Air=8,4%, Nilai ubah=3-5.
suplemen ini bisa dicampur dengan pakan atau dicampur dengan air
minum.Ayam yang di beri anti biotik pada pakannya, lebih terangsang
pertumbuhannya daripada yang tidak.dosisnya 1 s/d 10 g /100kg
pakan.
2. Feed suplemen pemacu pertumbuhan
Feed suplemen pemacu pertumbuhan adalahfeed suplemen anti biotik
tidak mengandung zat antigenik dan dapat dieliminasikan secara cepat
tanpa residu setelah 24 jam.
Feed suplemen ini antara lain olaku indoks, basitrasin, flavomisin, Zn
dan lain lain. Beberapa merk feed suplemen antara lain Grobig,
Rodhiamix. Dosis pemakaian untuk Ayam pedaging yaitu untuk stater
gunakan grobig stater 500 g/100 kg pakan untuk finisher, Grobig
broiler 500g /100kg pakan. Jika menggunakan rodiamix, maka dosis
yang di anjurkan untuk pedaging finisher. Gunakan rodiamix 22
sebanyak 500 g, atau rodiamix CFT 22 sebanyak 140 g, atau Rodiamix
784 sebanyak 179 g tiap 100 kg pakan.
3. Asam amino sintetis
Biasanya ada dua asam amino esensial yaitu DL-Methionin bahan ini
mengandung 98 -99% methionin dan L-Lisinmengandung 60-99%
lisin.Gunanya untuk melengkapi kekurangan protein hewani.
4. Koksidiostat (coccidiostat)
Obat untuk mencegah berak darah (koksidiosis). Banyak macam obat
yang bisa di campurkan, misalnya Bambermycine, Amprolium,
Monensin. Nikarbazin, Neomicine, Salinomycine, Sulfakuinoksalin
yang tersedia dalam berbagai merk paten.dan jangan lupa perhatikan
dosis yang ada dlm kemasannya
5. Anti jamur (anti mold)
Jika bahan baku nyag di pakai mudah berjamur, maka sebaik nya di
beri anti jamur antara lain, Asam propionat, asam asetat asam sorbat,
10
Anti oksidan
Udara yang lembab, panas matahari, oksidasi pengaruh luar ,bisa
merusak nutrisi dan kwalitas pakan. Untuk mengantisipasinya ,maka di
beri antioksidan. Misalnya, BHT (Butylated hidroksi toluen), BHA
(`butylated hydroksi anisol), EQ (etoxyquin), PG (prophilgallate).
BAB III
METODOLOGI
3.1
3.2.1
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
1. Wadah bahan
3.2.2
Bahan Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk diidentifikasi adalah :
1. Pollard
2. Daun pepaya
3. Sengon
4. Tepung darah
5. Dedak
6. Tepung ikan
7. Tepung daging ikan
8. Daun sente
9. Ampas kecap
10. Tepung kedelai
11. Tepung jagung
12. Tepung tulang ikan
11
12
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1
Lalu disimpulkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Nama Bahan
Asal Bahan
Tritium
asetium
Pollard
/Maizena
Tepung
jagung
Dedak
4.1.2
Zea Mass
Oryza
Sativa
Ciri fisik
Bentuk Warna Tekstur
Aroma
Serbuk
Coklat
Kasar
Serbuk
Putih
Halus
Khas
gandum
Khas
jagung
Remah
Cream
Kasar
Khas padi
Kesimpulan
Nabati, Limbah
Nabati
Hewani, komersil,
4
5
6
7
8
Bentuk
Ciri fisik
Warna
Tekstur
Ikan
Bubuk
Hitam
Halus
Albasia sp
Serbuk
Kehitaman
Ikan
Remah
Coklat
Nama
Bahan
Tepung
darah
Asal
Bahan
Sengon
Tepung
ikan
Tepung
daging
ikan
Daun
sente
Ampas
kecap
Tepung
kedelai
Daun
pepaya
Tepung
tulang
ikan
Ikan
Alocosia
Macrorhiza
Soybean
Meal
Soybean
Meal
Carila
papaya
Fish bone
meal
Remah
Aroma
Kesimpulan
Hewani, limbah,
menyengat
Kasar
Khas
tepung
Khas
daun
Kasar
Amis
Hewani
Remah
Coklat
Hijau
kecoklatan
Butiran
Hitam
Kasar
Besar,
Lembut
Tepung
Coklat
Halus
Serbuk
Coklat
Tepung
Putih
pucat
13
Kasar
Bau
Ikan
Daun
kering
Asam
Nabati
Nabati
Nabati, komersil
Nabati, Limbah,
kelas 4, suplemen
Nabati,
komersil,kelas 5,
suplemen
Kasar
Khas
kedelai
Khas
daun
Nabati, by product
Halus
Bau ikan
asin
Hewani by product,
Kelas5, Suplemen
14
4.2
Pembahasan
Dalam membuat pakan buatan untuk ikan/udang, hal pertama yang harus
15
3. Dedak. Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar.
Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan
beras,
dengan
kandungan
gizi:
Protein=11,35%,
Lemak=12,15%,
ini
tersebar
secara
alami
di India, Asia
Cara pembuatannya:
1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
16
miligram
per
100
gram
daun
pepaya, kalori 79
kal
per
100
gram, protein 8,0 gram per 100 gram, lemak 2,0 gram per 100 gram, hidrat
arang/karbohidrat 11,9 gram per 100 gram, kalsium 353 miligram per 100 gram,
dan air 75,4 gram per 100 gram. Daun pepaya juga mengandung carposide yang
dapat berfungsi sebagai obat cacing. Daun pepaya mengandung zat papainyang
tinggi sehingga menjadikan rasanya pahit, namun zat ini justru bersifat stomakik
yaitu dapat meningkatkan nafsu makan.
9. Tepung tulang ikan Kandungan gizinya: Protein=25,54%, Lemak=3,80%,
Abu=61,60%, Serat=1,80%, Air=5,52%.
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulannya yang dapat ditarik pada praktikum ini bahwa identifikasi
bahan pakan sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengukur takaran
serta mengetahui karakteristik dari bahan tersebut yang akan digunakan dalam
pembuatan pellet ikan.
5.2
Saran
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum lebih diperbanyak agar
17
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Andika. 2002. Pengaruh Daun Sente {Alocasia macrorrhiza (L) Schott)
Yang Difermentasi Rhizopus oligosporus Sebagai Bahan Substitusi
Tepung Bungkil Kedelai Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame
{Osphronemus gouramy, Lac.).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22021 (Diakses pada tanggal
5 Juni 2014)
Randifarm. 2011. Menghitung Kebutuhan Bahan Baku Pelet.
http://www.randifarm.co.id/2011/11/menghitung-kebutuhan-bahan-bakupakan.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
Rinastiti, Lintang. 2013. Feed Aditive.
http://lintangrinastiti.blogspot.com/2013/07/feed-additive-antibiotikprobiotik.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07620044 (Diakses pada tanggal 5
Juni 2014)
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberhasilan dalam melakukan kegiatan budidaya dipengaruhi oleh 3
faktor penting yaitu Breeding (bibit), feeding (pakan), dan management. Namun
selama ini faktor terpenting yang menjadi kendala dan problematika dalam
melakukan kegiatan budidaya yaitu makanan atau pakan ikan. Pakan merupakan
salah satu faktor pembatas dalam melakukan kegiatan budidaya karena
mempunyai peranan yang sangat penting baik ditinjau dari faktor penentu
pertumbuhan maupun dilihat dari segi biaya produksi. Sebagaimana yang telah
diketahui, bahwa dilihat dari total biaya produksi dalam kegiatan budidaya, pakan
(pakan buatan) memberikan kontribusi kebutuhan biaya operasional mencapai
60% dari biaya produksi. Tentunya dalam hal ini pakan merupakan kebutuhan
termahal dari kegiatan budidaya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen aplikasi
pakan yang baik yang harus sesuai kondisi dengan media hidup serta jenis ikan
dan tingkat kebutuhan ikan yang dibudidayakan agar pakan dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup
ikan tersebut.
Ikan merupakan organisme air yang menggunakan protein sebagai sumber
energi utama. Lain halnya dengan manusia yang menggunakan karbohidrat
sebagai sumber energi utamanya. Sehingga sebelum membuat suatu formulasi
pakan, hal penting untuk diketahui adalah kebutuhan nutrisi bagi organisme yang
akan memanfaatkan bahan pakan tersebut. Selain itu juga harus diketahui jenis
bahan pakan apa saja yang digunakan serta bagaimana kandungan gizi dalam
bahan pakan tersebut, sehingga dapat ditentukan berapa banyak bahan pakan yang
diperlukan untuk membuat suatu formulasi pakan.
Dalam membuat formulasi pakan, kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan
perlu diketahui terlebih dahulu. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ikan
tergantung dari spesies, ukuran serta kondisi lingkungan ikan itu hidup. Nilai
19
20
nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilakukan melalui analisa proksimat. Beberapa
kandungan gizi yang perlu untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan
yaitu protein, lemak, karbohidrat yang terdiri dari BETN dan serat, serta abu.
Selain itu juga perlu diketahui kandungan airnya, sehingga dapat ditentukan perlu
tidaknya ditambahkan suatu bahan antioksidan dalam suatu formulasi pakan.
Dengan mengetahui semua itu diharapkan pakan yang dibuat memiliki kualitas
yang tinggi yakni dapat meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan
kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum teknik dasar formulasi pakan ikan yaitu :
1. Untuk mengatahui cara menghitung formulasi pakan dengan berbagai
metode.
2. Untuk mengatahui komposisi gizi dari masing-masing bahan baku pakan
yang tersedia.
3. Untuk mengetahui cara cepat dan tepat dalam menghitung formulasi .
1.3
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum teknik dasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat
meinberikan keuntungan.
Penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai
kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk
pertumbuhan mbuh ikan. Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang
akan dibuat maka langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zatzat gizi lainnya.
Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi
pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri
tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.
Cara yang digunakan dalam penyusunan pakan yaitu metode bujur sangkar
(pearson square method), metode coba-coba (trial and error method), dan
berbagai metode dengan program komputer (Suprijatna et al., 2005). Aspek yang
perlu diperhatikan dalam membuat formulasi pakan adalah ketersediaan bahan
pakan, kualitas pada bahan pakan, harga bahan pakan, banyaknya bahan pakan
yang dapat digunakan dalam formula pakan, jenis unggas, dan juga umur unggas
(Rahayu et al., 2011).
Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi
pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri
tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.
2.1.1
oleh ahli pakan ternak dalam menyusun pakan ternak yang bernama Pearsons..
Metode ini ternyata dapat diadaptasi oleh para ahli pakan ikan dan digunakan
untuk menyusun formulasi pakan ikan.Dalam menyusun formulasi pakan ikan
21
22
dengan metode ini didasari pada pembagian kadar protein bahan-bahan pakan
ikan. Berdasarkan tingkat kandungan protein, bahan-bahan pakan ikan initerbagi
atas dua bagian yaitu :
Protein Basal, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati,
hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20%.
Protein Suplement, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari
nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein lebih dari
20%.
Dalam metode segi empat ini langkah pertama adalah melakukan
pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan.
Disarankan untuk memilih bahan baku pembuatan pakan ikan ini tidak hanya dari
satu sumber bahan saja tetapi menggunakan beberapa bahan baku dari sumber
nabati, hewani atau limbah hasil pertanian. Misalnya kita akan membuat pakan
ikan dengan kadar protein 35% dengan menggunakan bahan baku terdiri dari
tepung ikan, dedak halus, tepung jagung, tepung terigu dan tepung kedelai.
Metode ini berpegang pada empat sudut dari segi empat, perhitungan yang
digunakan hanya pengolahan dasar seperti kurang dan tambah saja. Metode ini
cukup sederhana, mudah dan banyak digunakan sebelum ada alat hitung seperti
sekarang (Rasyaf, 2007). Prosedur kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut (Kartadisastra, 2002) :
a. Gambar kotak segi empat
b. Tentukan tingkat protein yang diinginkan di tengah-tengah kotak
tersebut
c.
23
g.
Metode ini disebut persen square karena dibuat dalam 100% dan diilustrasikan
dengan bangun bujur sangkar dibawah ini:
Prot. Suplemen
(A) atau Proten
yang lebih dari X
Bagian yg
dibutuhkan
Persentase
Penggunaan
Prot yg dibutuhkan
dikurangi Prot basal
(X B)
(X- B)
(X- B) x100 %
Prot Suplemen
dikurangi Prot yg
dibutuhkan
(A X)
(A X) x100 %
Protein yang
Dibutuhkan
(X)
Protein basal
(B) atau Proten
yang kurang dari
X
(A X)
Jumlah (Y) =
(X B) + (A X)
Jumlah 100%
24
2.1.2
Simultan
Metode aljabar merupakan suatu metode penyusunan formulasi yang
2.1.3
digunakan oleh pembuat pakan skala kecil dimana metode ini relatif sangatmudah
dalam membuat formulasipakan ikan. Metode ini prinsipnyaadalah semua bahan
baku yang akan digunakan harus berjumlah 100%. Jika bahan baku yang dipilih
untuk penyusunan formulasi sudah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah
mengalikan antara jumlah bahan baku dengan kandungan protein bahan baku.
Langkah tersebut dilakukan sampai diperoleh kandungan protein pakan sesuai
dengan yang diinginkan. Dalam metode ini maka si pembuat formula harus sudah
25
mengetahui dan memahami kebutuhan bahan baku yang akan digunakan tersebut
sesuai dengan kebutuhan ikan dan kebiasaan makan setiap jenis ikan serta
kandungan optimal setiap bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi
tersebut. Para peneliti yang menggunakan metode ini biasanya menggunakan
rumus matematika biasa yang digunakan dalam persamaam kuadrat atau dengan
menggunakan perkalian biasa atau menggunakan metode berat yaitu menghitung
dengan caramencoba dan mencoba lagi berdasarkan satuan berat.
Dasar metode ini adalah menentukan dahulu bahan makanan yang akan
digunakan, kemudian mencoba-coba atau diduga-duga presentase tiap bahan dan
kandungan nutrisinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut. Bila
hasil perhitungan lebih atau kurang, maka presentasi pemakaian tiap bahan pakan
ditambah atau dikurangi hingga relatif mendekati kebutuhan nutrisi tersebut
(Rasyaf, 2006).
Metode ini merepotkan bila kandungan nutrisi yang kita ikut sertakan
lebih dari sepuluh bahan. Metode ini mempunyai kelebihan mudah dilakukan oleh
semua peternak yang mahir dalam hitung-menghitung. Kelemahan metode ini
adalah bagi mereka yang belum pernah melakukannya, maka untuk memperoleh
satu formula ransum memerlukan waktu yang lama (Rasyaf, 2007).
Prinsip dari metode trial and error merupakan metode coba-coba karena
dalam metode ini dihitung berbagai macam bahan yang akan dipakai dalam
bentuk tabel.
BAB III
METODOLOGI
3.1
April 2014 , pukul 14.30 15.30 WIB bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan
FPIK UNPAD.
3.2
Prosedur Kerja
Kebutuhan Gizi Pakan yang akan diformulasi
ditetapkan berdarkan tujuan pembuatan pellet.
Bahan pakan yang akan digunakan ditetapkan
sesuai peruntukannya.
Perhitungan awal dilakukan berdasarkan
kandungan protein.
26
27
3.3
Analisa Data
3.3.1
Prot. Suplemen
(A) atau Proten
yang lebih dari X
Bagian yg
dibutuhkan
Persentase
Penggunaan
Prot yg dibutuhkan
dikurangi Prot basal
(X B)
(X- B)
(X- B) x100 %
Prot Suplemen
dikurangi Prot yg
dibutuhkan
(A X)
(A X) x100 %
Protein yang
Dibutuhkan
(X)
Protein basal
(B) atau Proten
yang kurang dari
X
(A X)
Jumlah (Y) =
(X B) + (A X)
3.3.2
Metode Simultan
AX + BY = Z
Jumlah 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
11,5 %
3,5 % = 5 kg
Bungkil Kelapa
21 %
6% = b
6 b = 5 . 3,5
6 b = 17,5
b=
Jadi bungkil kelapa yang dibutuhkan adalah sebanyak 2,9kg.
b.Campuran 4 kg dedak padi 3,5 kg bungkil kelapa dan c kg tepung ikan
mengandung 23% protein. Berapa c ?Buatlah Formulasi pakan ikan dengan
bahan
60%
2
= 119,5 = 59,75 %
73,75
Presentase penngguna=36,75+73,75
28
29
2
Campuran dedak +bungkil kelapa
4+3,5 =7,5
49,8 = c
50,2 7,5
50,2 c = 373,5
C= 373,5 =7,4kg
50,2
Jadi tepung ikan yang digunakan adalah sebanyak 7,4kg.
30
X =6,25 kg
E. kg dedak padi 11,5%
11,5/100. (x) =0,6
11,5X = 60
X =5 ,21 kg
b.Protein 5 kg jagung dapat diganti dengan protein dari campuran 1,75 kg
dedak padi dan q kg bungkil kedele. Berapa q ?
AX + BY = Z
( 5000 . 9,6 )
+ 43y = 48000 gr
43y = 48000 20125 / 1000
y = 0,648 kg
4.2
Pembahasan
31
32
4.2.3
membuat tabel bahan baku pakan disertai kandungan protein kasar, lemak kasar,
serat kasar, abu, dan BETN pakan sampai semua bahan baku yang digunakan
berjumlah 100%. Pada worksheet disertakan juga metode percent square yang
akan membantu dalam memperoleh hasil presentase dan jumlah bahan baku yang
digunakan.
Dari hasil yang didapat jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram
bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%. Dengan
menggunakan percent square diperoleh hasil yaitu penggunaan tepung darah
sebanyak 134,73 g; tepung terigu 134,73 g; tepung ikan 134,73 g; tepung biji
kapas 247,91 g; sorghum 247,91; binder 50 g; vitamin 30 g; dan minyak ikan 20
g. Hasil ini sudah disesuaikan dengan protein yang dibutuhkan.
Dalam formulasi ikan, yang juga perlu diperhatikan adalah protein kasar pada
bahan baku suplemen tidak boleh kurang dari protein yang dibutuhkan dan pada
bahan baku basal protein kasar tidak boleh lebih dari protein yang dibutuhkan
karena dapat menghasilkan error pada perhitungan dengan percent square.
Metode ini jarang digunakan karena dibutuhkan keahlian khusus khususnya
pada pengoperasian Microsoft excel karena apabila pengguna kurang mahir atau
kurang teliti hasil yang diperoleh tidak akurat.
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan teknik dasar formulasi pakan ikan ,maka
Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu bahan baku pakan agar lebih
variatif.
33
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Andika. 2002. Pengaruh Daun Sente {Alocasia macrorrhiza (L) Schott)
Yang Difermentasi Rhizopus oligosporus Sebagai Bahan Substitusi
Tepung Bungkil Kedelai Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame
{Osphronemus gouramy, Lac.).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22021 (Diakses pada tanggal
5 Juni 2014)
Forsum. 2011. Metode Pearsons Square.
http://forsum.wordpress.com/metode/pearsons-square-method/ (Diakses
pada tanggal 5 Juni 2014)
Randifarm. 2011. Menghitung Kebutuhan Bahan Baku Pelet.
http://www.randifarm.co.id/2011/11/menghitung-kebutuhan-bahan-bakupakan.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
Rinastiti, Lintang. 2013. Feed Aditive.
http://lintangrinastiti.blogspot.com/2013/07/feed-additive-antibiotikprobiotik.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)
34
35
LAMPIRAN
TUGAS PRAKTIKUM NUTRISI
NAMA
NPM
KELAS
KEL
Rizkia Aliyah
230110110116'
B
8
BAHAN
Tepung darah
Tepung gluten jagung
Tepung ikan
Rice bran
Sorghum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
PGN
PK
93
46.8
66.7
14.1
12.4
LK
1.4
2.4
10.5
5.1
3.1
SK
1.1
4.8
1.0
12.8
2.6
BENT (%)
4.5
46.0
21.8
58.0
81.9
5
3
2
90
Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung darah + Tepung jagung + Tepung ikan,. 1:1:1 = (93 + 46,8 + 66,7) / 3 = 68,83%
Protein basal tdd campuran Rice bran + Sorghum 1:1 = (14,1 + 12,4) / 2 = 13,25 %
selisih
24.53
Bagian
0.15
31.05
55.58
0.28
37.78
13.25
25.14
36
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
BAHAN
Tepung darah
Tepung gluten jagung
Tepung ikan
Rice bran
Sorgum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
JUMLAH
%
13.2
13.2
13.2
25.1
25.1
5.0
3.0
2.0
89.0
100.0
PGN
GRAM
132.40
132.40
132.40
251.39
251.39
50
30
20
1000
PK
%
12.31
6.20
8.83
3.54
3.12
34
LK
%
0.19
0.32
1.39
1.28
0.78
SK
%
0.15
0.64
0.13
3.22
0.65
37
NAMA
NPM
KELAS B
KEL
BAHAN
PGN
Tepung daging/meat
meal
Tepung ikan tuna /
fish meal tuna
Tepung daging dan
tulang
Wheat Flour
Sorghum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
90
1
2
3
PK
LK
SK
Ash
BENT
(%)
54.8
9.7
2.8
28.8
3.9
63.6
7.4
0.9
23.6
4.5
54.1
10.4
2.4
31.5
1.6
13.4
1.4
1.5
0.5
83.2
12.4
3.1
2.6
2.0
79.9
Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung daging + Tepung ikan tuna + Tepung daging dan tulang,. 1:1:1 = (54,8 + 63,6 + 54,1) / 3 = 57,5%
Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %
57.5
37.78
12.9
19.72
44.60
0.22
19.9
0
38
PGN
GRAM
PK
LK
SK
16.7
167.35
1.62
0.47
16.7
167.35
1.24
0.15
16.7
167.35
9.17
10.6
4
9.05
1.74
0.40
wheat flour
19.9
198.97
2.67
0.28
0.30
Sorgum
19.9
198.97
2.47
0.62
0.52
Binder
5.0
50
Vitamin
3.0
30
Minyak Ikan
2.0
20
34
PK
LK
SK
Ash
93
13.4
66.7
45.2
12.4
1.4
1.4
10.5
1.6
3.1
1.1
1.5
1.0
13.3
2.6
1.1
0.5
20.8
7.1
2.0
NO
BAHAN
Sisa
89.0
JUMLAH
100.0
NAMA
NPM
KELAS
KEL
1000
Tabita Deborah
230110110081
B
8
BAHAN
Tepung darah
Tepung terigu
Tepung ikan
Tepung biji kapas
Sorghum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
PGN
BETN
(%)
3.4
83.2
1.0
32.8
79.9
5
3
2
90
Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung darah + Tepung ikan + Tepung biji kapas,. 1:1:1 = (93 + 66.7 + 45.2) / 3 = 68.3%
Protein basal tdd campuran tepung terigu + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %
39
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
BAHAN
Tepung darah
Tepung terigu
Tepung ikan
Tepung biji kapas
Sorgum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
JUMLAH
Bagian
0.15
0.28
24.79
PGN
GRAM
13.5
13.5
13.5
24.8
24.8
5.0
3.0
2.0
89.0
134.73
134.73
134.73
247.91
247.91
50
30
20
PK
%
12.53
1.81
8.99
11.21
3.07
LK
%
0.19
0.19
1.41
0.40
0.77
SK
%
0.15
0.20
0.13
3.30
0.64
100.0
1000
38
40
PGN PK
93
GE
LK
1,4
SK
1,1
BETN
4,5
66,7
10,5
21,8
14,1
15,1
12,8
58
13,4
1,4
1,5
83,7
54,8
9,2
2,8
33,2
30 13,75= 16, 25
93+66,7+54,8 = 71,5
3
30%
100%
16,25
(16,26+41,5)
=28,13
19,1+13,4
= 13,75
71,5-30=41,5
41,5
100%
(16,25+41,5)
= 71,86
28,13 = 9,37%
3
71,86 = 35,93%
2
Jadi tepung darah, tepung ikan dan tepung daging yang diperlukan 9,37% .
Tepung beras dan tepung terigu 35,93%
41
LAMPIRAN JEN
42
LAMPIRAN NIKA
43
44
Nurussahra Sya'bani
230110110037 (B)
Kelompok 8
Diketahuin kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
BAHAN
Tepung daging
Tepung ikan herring
Tepung ikan tuna
Tepung Terigu
Sorgum
Binder
Vitamin
Minyak Ikan
Sisa
PGN
PK
LK
SK
Ash
54.8
78.3
63.6
13.4
12.4
9.7
9.2
7.4
1.4
3.1
2.8
0.7
0.9
1.1
2.6
28.8
11.4
23.6
4.5
2.0
BENT
(%)
3.9
0.4
4.5
79.6
79.9
5
3
2
90
Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x
100 / 90 = 37,78%
MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung daging + Tepung ikan herring + Tepung ikan tuna,. 1:1:1 = (54,8 + 78,3+63,6)
/ 3 = 65,56%
Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %
Perhitungan Metode Persen Square
Selisih Bagian
Persentase masing-masing bahan
65.56
24.88 0.1574883 14.174
37.78
12.9
27.78 0.2637676 23.739
52.66
NO
BAHAN
Tepung daging/meat
1 meal
2 Tepung ikan herring
Tepung ikan tuna /
3 fish meal tuna
4 Tepung Terigu
5 Sorgum
6 Binder
7 Vitamin
8 Minyak Ikan
Sisa
Jumlah
PGN
GRAM
16.7
167.35
16.7
167.35
16.7
167.35
19.9
19.9
5.0
3.0
2.0
89.0
100.0
198.97
198.97
50
30
20
PK
%
LK
%
SK
%
45
46
LAMPIRAN RIJAL
47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengeluaran pembudidaya untuk pellet sebagai pakan ikan mencapai 60%
dari total biaya poduksi, padahal harganya terus membubung dan makin tidak
terjangkau oleh para pembudidaya ikan. Selain lebih murah, dengan membuat
pakan sendiri, komposisi nutrisi bisa disesuaikan dengan kebutuhan ikan. Pakan
dengan keseimbangan protein, lemak, dan serat yang tepat memacu pertumbuhan
ikan. Namun, bila nutrisi yang dibutuhkan kurang maka pertumbuhan ikan
lambat. Imbasnya, biaya produksi melambung dan waktu panen melebihi
perkiraan.
Biaya pakan dalam usaha budidaya ikan dibutuhkan sekitar antara 50-60%
dari total biaya produksi, sehingga perluadanya upaya untuk menahan biaya
tersebut, dengan membuat pakan sendiri. Untuk mengatasi penyediaan pakan
buatan (Pellet) dengan jumlah dan kualitas yang baik. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan pellet yaitu pellet harus mudah dicerna oleh
ikan, mempunyai kandungan gizi yang cukup, terutama kandungan proteinnya
harus diatas 25, selain itu harus juga mengandung lemak, vitamin, mineral, zat
kapur dan karbohidrat, pellet harus mempunyai daya apung serta tidak cepat
hancur di air dan pellet harus dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama.Pakan
buatan
yang
dibutuhkan
harus
mempunyai
formula
yang
Tujuan Praktikum
Membuat Pellet Ikan bernutrisi tinggi
48
49
1.3
Manfaat Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
50
51
pelet tersebut akan semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan ikan untuk
memakannya juga semakin panjang.
2.2
52
2.3
konsentrat protein ikan yang dibuat dengan cara pengukusan yaitu 3,43%
sedangkan konsentrat protein ikan dengan perlakuan kontrol memiliki rendemen
terendah yaitu 2,05%.Rendemen tertinggi yaitu pada konsentrat protein ikan yang
dibuat dengan cara pengukusan (3,43%). Hal ini disebabkan karena pada saat
pengukusan, kandungan air yang terdapat dalam daging ikan lebih tinggi dan
dilakukan tanpa adanya kontak langsung dengan air dan hanya menggunakan uap
panas, sehingga hal tersebut mempengaruhi rendemen konsentrat protein ikan
yang dihasilkan.
Tinggi atau rendahnya rendemen produk konsentrat protein ikan juga
ditentukan oleh penanganan pada saat penggilingan. Biasanya pada proses ini
apabila tidak ditangani dengan baik, maka banyak tepung yang terbuang karena
ukuran butiran yang kecil dan halus sehingga mudah keluar akibat tiupan udara
melalui celah-celah yang terdapat pada sepanjang aliran tepung sampai pada
kemasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rendemen tepung ikan
adalah banyaknya kandungan air yang terkandung dalam bahan baku pada saat
perebusan dapat meningkatkan kandungan air sehingga berpengaruh terhadap
rendemen. Faktor lain yang mempengaruhi seperti bahan baku yang tidak sesuai
dengan standar operating procedure (ikan yang tidak segar), proses penggilingan
yang tidak ditangani dengan baik dan terjadinya kehilangan daging ikan selama
pengolahan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
2014 Pukul 12.00 WIB di Laboratorium Nutrisi Ikan Gedung Expedca, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
3.2
3.2.1
Alat-alat
1. Mesin generator sebagai alat untuk menggiling bahan baku pakan dengan daya
putaran
2. Rangka besi sebagai tempat meletakan alat penggiling
3. Karet penghubung sebagai alat untuk penghubung antara alat penggiling
dengan mesin generator
4. Alat penggiling (Hammer mill) sebagai alat untuk menggiling bahan baku
menjadi lebih halus
5. Alat pencetak pellet sebagai alat untuk mencetak pellet menjadi ukuran yang
diinginkan
6. Saringan sebagai alat untuk mengayak bahan baku yang kasar menjadi lebih
halus
7. Baskom dan tampah sebagai wadah untuk menampung hasil ayakan yang
lebih halus
8. Timbangan sebagai alat untuk menimbang bahan baku sesuai dengan takaran
yang diinginkan
9. Pisau sebagai alat untuk memotong ukuran pellet yang sudah dicetak menjadi
lebih kecil ukurannya
10. Wadah penjemuran sebagai tempat untuk menjemur pellet agar kering
3.2.2
Bahan-bahan
1.
Protein 25%
2.
3.
53
54
4.
Pollard
5.
Dedak 85 gram
6.
Jagung
7.
Minyak 5 ml
8.
9.
Vitamin 5 gram
3.3
Prosedur Kerja
Mencampurkan Bahan utama, bahan pengisi,
binder dan feed aditif (vitamin & mineral)
55
dicetak : Tambahkan air biasa pada seluruh bahan yang telah diaduk rata
Penggilingan
Penepungan(milling)
Pengeringan (drying)
Penimbangan(scalling),
Pencampuran(mixing)
,
Pencetakan Pellet(pelleting),
56
Conditioning
3.4 Analisis Data
Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk ikanikan dewasa karena menggunakan protein 25%. Hasil ayakan bahan baku pellet
ikan akan menghasilkan rendemen dari masing tepung jagung dan tepung kedelai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Rendemen
Bahan Pakan
Penggunaan
Tepung Ikan
72/98
Tepung Kedelai
72/98
Pollard
102/85
Tepung Jagung
102/85
Dedak
102/85
Minyak
5/5
Binder
30/35
Tepung tulang
5/5
Vitamin
5/5
57
58
4.2
Pembahasan
Formula pakan ikan didasarkan pada kandungan protein, lemak dan serat.
Formula ikan dapat dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan kebutun ikan, pakan
ikan untuk anak ikan atau benih akan membutuhkan 50% protein, 8% lemak,.
Sedangkan untuk ikan dewasa membutuhkan protein antara 25-30% protein,
lemak 7%. Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk
ikan-ikan dewasa karena menggunakan protein 25%.
Pembuatan pakan ikan menurut Djarijah (1998), tidak mutlak harus
disesuaikan dengan hasil perhitungan formulasi tersebut, tetapi komponenkomponen penyusunannya tidak boleh menyimpang. Hasil ayakan tepung jagung
dan tepung kedelai akan menghasilkan nilai rendemen. Pada rendemen tepung
jagung adalah 85 gram sedangkan rendemen tepung kedelai adalah 98 gram.
Ukuran pellet ikan yang telah dicetak dalam praktikum berukuran relatif besar
karena disesuaikan oleh bukaan mulut ikan yang akan diberikan pakan tersebut.
Setelah jumlah setiap bahan ditentukan, dalam praktek dilakukan
penimbangan bahan-bahan tersebut dengan menggunakan timbangan kue karena
jumlah bahan yang digunakan hanya sedikit. Apabila ingin membuat jumlah
pakan yang banyak sebaiknya digunakan timbangan yang mempunyai kapasitas
besar. Pengadukan dalam jumlah kecil cukup menggunakan tangan sampai bahanbahan tersebut dapat tercampur homogen (merata) dan ditambahkan air sedikit
demi sedikit sampai adonan berbentuk pasta dan lebih memudahkan pada saat
penggilingan.
Pencetakan adonan diawali dengan memasukkan campuran bahan yang
telah berbentuk pasta dan tercampur secara merata kedalam alat penggiling.
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pellet kemudian dikeringkan dengan
bantuan sinar matahari atau diangin-anginkan saja. Pengeringan ini berfungsi
untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pellet sehingga
menjadi minimal dan stabil. Dengan demikian pakan tersebut tidak mudah
ditumbuhi oleh jamur. Pakan yang dikeringkan akan mengalami penyusutan.
59
Pakan yang berkualitas baik adalah pakan yang memilki bau yang khas
dan tidak memilki bau yang tengik karena bau yang tengik ini mengindikasikan
bahwa pakan tersebut sudah rusak dan berjamur. Dan adanya bau khas pada pakan
akan menyebabkan ikan tertarik untuk memakannya sehingga dapat meningkatkan
kualitas pakan tersebut.Pakan yang berkualitas baik mendorong ketertarikan ikan
untuk mengkonsumsi pakan tersebut sehingga daya terima ikan terhadap pakan
(pallatabilitas) akan tinggi. Sedangkan tidak ditimbulkannya bau tengik pada
pakan tersebut disebabkan karena lama penyimpanan pakan tersebut belum terlalu
lama yakni berselang satu hari dari waktu pembuatan sehingga reaksi kimia pada
bahan-bahan yang ada di dalam pakan belum terjadi. Padahal kadar lemak yang
ada dalam pakan tersebut sangat tinggi sehingga akan sangat cepat menyebabkan
bau tengik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bahan yang digunakandalampembuatan pellet dapatberasaldaribahanhewani
(tepungikan dan tepung tulang ikan) dannabati (tepungkedelai, tepungjagung,
pollard, dan dedakhalus).
2. Jumlah vitamin yang digunakandalampembuatan pellet yaitu5 gram dari total
bahan yang digunakan. Jumlah CMC sebesar 35 gram.
3. Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk ikanikan dewasa karena menggunakan protein 25%.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pembuatan adonan pellet, penambahan air harus dilakukan
sedikit demi sedikit untuk menghindari terjadinya pengenceran adonan.
Sehingga pada saat pencetakan pakan tidak mengalami masalah dan adonan
pellet menjadi agak padat.
2. Ketelitian dan ketertiban selama melakukan praktikum pembuatan pellet ikan
harus ditingkatkan
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Andri, 2011. Pembuatan pakan pellet. Diakses dari http://www.trubusonline.co.id/kiat-buat-pakan-ikan-bermutu-2/. Diaksestanggal 5 Juni 2014
Djarijah S., 1998. Membuat Pellet Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta.
Mushodiq, Makli. 2011.Diakses dari http://www.penyuluhanrembang.org/serbaserbi/50-pakan-ikan.html. Diakses tanggal 5 Juni 2014
Ika. 2011. Studi pembuatan konsentrat protein ikan gabus. Diakses dari
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/studi-pembuatan-konsentrat-proteinikan-gabus-1941.Diakses tanggal 5 Juni 2014
62
LAMPIRAN
1. Dedak
4. Pollard
2. Tepung Ikan
5. Tepung Kedelai
3. Vitamin
63
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dicerna
sebagian
atau
seluruhnya
tanpa
mengganggu
kesehatan
ternak
yang
1.2
Tujuan
1.3
Manfaat
64
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi
yaitu:
a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas yaitu
starvation dan infrastruktur.
b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis
hendaknya dilakukan berulang ulang untuk menentukan kecukupan nutrisi
dan untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang
berulangulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang
Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah anak dirawat.
Disamping itu disfungsi/gagal organ multiple dapat terjadi sesudah
trauma,
sepsis
atau
gagal
nafas
yang
berhubungan
65
dengan
66
2.1.1
Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
Serat Kasar
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa
67
2.1.3
Lemak Kasar
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode
soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990).
Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni.Selain
mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin),
asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan
lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994).Penetapan kandungan lemak
dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut.Fungsi dari n heksan adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah
warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
2.1.4
Abu
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan
lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.Jika jumlah abu,
protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu
disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Anggorodi, 1994).
68
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Waktu praktikum Nutrisi Ikan dilaksanakan pada tanggal 30 Apri 2014
mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum di
laboraturium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran.
3.2 Prosedur Kerja
Pilih bahan
yang akan di
hitung BETN
Pilih bahan
yang akan di
hitung BETN
Dipilih 3 bahan
Pilih basal
bahandan 2
bahan
yang akan
di
hitungsuplemen
BETN
hitung BETN
yang Pilih
Pilih
bahan
bahan
yang
akan di
akanyang
di hitung
hitung BETN
BETN
Pemilihan
dilihat dari
modul
praktikumPilih
bahan yang
akan di hitung
BETN
Pilih bahan
Hitung
BETN
dengan
rumus
yang
akan
di
yang ada
di
hitung
BETN
modul
yang Pilihbaha
praktikum
nbahan
yangyang
akan di
yang
Pilih
akan diBETN
hitung
akan di hitung
hitung
3.3 Analisis
Data
bahan
yang
BETN
BETN
akan didata
hitung
Analisi
yang digunakan adalahBETN
Pilih bahan= 100 ( PK +SK + LK +
akan
hitung
yang di
akan
di
ABU) BETN
BETN
hitung BETN
Dimana:akan di hitung
BETN : BETN
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogenyang Pilih LK
: Lemak Kasar
bahan yang
PK
: Protein Kasar
akan di hitung
SK
: Serat Kasar
BETN
akan di hitung
BETN
69
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Deskripsi Kegiatan
Diketahui kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%
Tabel Data 3. Hasil Penghitungan BETN.
NO
BAHAN
PGN
BENT
PK
LK
SK
Ash
1 Tepung daging
54.8
9.7
2.8
28.8
3.9
78.3
9.2
0.7
11.4
0.4
63.6
7.4
0.9
23.6
4.5
4 Tepung Terigu
13.4
1.4
1.1
4.5
79.6
5 Sorgum
12.4
3.1
2.6
2.0
79.9
6 Binder
7 Vitamin
8 Minyak Ikan
Sisa
90
Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan
dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78% PROTEIN PAKAN DENGAN CARA
PERSEN SQUARE
Protein suplemen Tepung daging + Tepung ikan herring + Tepung ikan tuna,.
1:1:1 = (54,8 + 78,3+63,6) / 3 = 65,56%
Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 =
12,9 %
70
(%)
71
Selisih Bagian
65.5
0.157488
24.88
14.174
37.78
0.263767
12.9
27.78
23.739
52.66
BAHAN
PGN
PK
LK
SK
GRAM
6.322
1.62333
0.468
6.322
1.53965
0.117
6.322
1.23842
0.150
0.27855
0.218
0.61680
0.517
7.517
1000.0
34.00
5.29677
1.472
16.7
167.35
16.7
167.35
16.7
167.35
Tepung Terigu
19.9
198.97
Sorgum
19.9
198.97
6 Binder
5.0
50
7 Vitamin
3.0
30
8 Minyak Ikan
2.0
20
Sisa
Jumlah
7.517
89.0
100.0
72
4.2
Pembahasan
Dari hasil penghitungan yang diperoleh dengan perlakuan 3 komposisi
bahan dari protein basal dan 2 bahan dari protein suplemen didapat hasil BETN
(bahan ekstrak tanpa nitrogen) yang dipengaruhi oleh kadar air, abu, protein kasar,
lemak kasar dan serat kasar dikurangi dari 100% karena setiap bahan baku
memiliki komposisi yang berbeda beda sehingga hasil perhitungan BETNnya pun
berbeda beda.
BETN merupakan karbohidrat yang mudah larut dalam larutan asam dan
basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak
eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Jika dilihat dari kadar air yang tinggi dalam tepung, kandungan nutrien
lainnya seperti abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) memiliki kadar yang rendah. Kandungan nutrien cukup
tinggi
dipengaruhi
oleh
kandungan
nutrien
dalam
pakan
yang
Saran
Pelaksanaan Praktikum Bahan Pakan berjalan dengan lancar, namun
73
DAFTAR PUSTAKA
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman.1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah
Mada. Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
74
75
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis ikan
baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini biasanya
dinamakan pellet. Pelet untuk ikan terbagi kedalam 2 jenis yaitu: Pelet terapung
dan pelet tenggelam. Pakan alami adalah pakan yang biasa sudah tersedia di alam
seperti daun sente, daun talas, daun ubi jalar, plankton dan lainlain. Untuk
pemberian pakan pada ikan, besaran pakan harus disesuaikan dengan besaran
mulut ikan begitu pula dengan kadar protein yang dibutuhkan harus disesuaikan
dengan jenis ikan yang di budidaya (Deny, 2009).
Menurut Anggraeni (2010), pakan alami adalah pakan ikan yang
keberadaannya tersedia di alam. Terbatasnya ketersediaan pakan alami
dipengaruhi dan sangat tergantung pada faktor-faktor alam seperti suhu, intensitas
cahaya, serta kandungan bahan organik yang terkandung dilokasi perairan. Secara
prinsip pakan alami dibedakan menjadi 2, yaitu: pakan alami nabati, contohnya:
plankton nabati, tumbuhan air dan sayuran segar; dan pakan alami hewani,
contohnya: plankton hewani, seperti rotifera, daphnia, dan lain-lain adalah jenis
protozoa, golongan invertebrata mikroskopis, golongan invertebrata besar yakni
cacing, golongan crustacea, siput, kerang serta serangga serangga kecil. Pakan
buatan terdiri dari beberapa macam campuran bahan makanan yang berasal dari
protein hewani maupun nabati dan pada umumnya dilengkapi dengan vitamin dan
mineral. Sumber protein hewani antara lain tepung ikan, telur ayam, tepung tulang
dan ikan rucah, sedangkan sumber protein nabati bisa diperoleh dari limbah
industri pertanian, seperti bungkil, kacang tanah, ampas tahu, kedelai, kacang
hijau, shorghum dan ubi kayu. Pakan buatan bersifat mengapung di air karena
mengandung bahan perekat yang berasal olahan tepung kanji menjadi cairan
kental seperti lem yang memiliki daya serap air cukup tinggi tetapi minim air.
Semakin rendah mutu perekat yang digunakan akan semakin mudah hancur dan
76
tenggelam di dasar kolam, maka pakan ini memmiliki mutu rendah. Berdasarkan
bahan bakunya tergolong menjadi dua, yaitu: Pakan Basah dan Pakan Kering.
1.2
Tujuan Paktikum
Tujuan dari Praktikum Nutrisi Ikan adalah
1.3
Manfaat Praktikum
Tujuan dari Praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk mengetahui kualitas dari
suatu sampel pakan. Hal yang perlu diketahui adalah seberapa lama sampel pakan
dapat terapung, menyerap air dan seberapa besar stabilitas pakan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1
78
contoh pelet yang akan diuji selama beberapa waktu di dalam air. Tingkat daya
tahan pelet dalam air (water stability) diukur sejak pelet direndam sampai pecah.
Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk membuyarkan pelet dalam proses
perendaman, berarti makin baik mutunya. Pelet ikan yang baik mempunyai daya
tahan dalam air minimal 10 menit.
Menurut Fishblog (2008), water stability feed yaitu stabilitas pakan dalam
air yang merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan. Pakan
yangtahan dalam air yang hanya mengalami sedikit perubahan kualitasdan
kuantitas adalah pakan yang mempunyai persyaratan fisik yang cukup baik.
Pada dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun
pakan, bentuk fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik
sehingga menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air,
sehingga relatif lebih mudah dicerna.
Menurut Aslamyah dan Yushinta (2009), pengujian fisik yang dilakukan
pada pakan uji adalah pengamatan waterstability meliputi kecepatan pecah dan
dispersi padatan, tingkat kekerasan, serta kecepatan tenggelam. Water Stability
ataustabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air atau
berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur, meliputi
uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Uji kecepatan pecah mengukur berapa
lama waktu sampai pakan hancur di dalam air, uji pecah diamati secara visual.
Pakan buatan dengan waterstability yang rendah, untukkepitingpakan mudah
hancur dan terdespersi menyebabkan tidak dapat terpegang. Secara umum pakan
uji sudah mempunyai tingkat stabilitas dalam air ( yang sangat baik, yaitu di atas
5 jam. Menurut Balazs,et al.(1973) secara umum, stabilitas pakan dalam air
berkisar dari 35 jam. Stabilitas pakan dalam air menggambarkan kekompakan
79
pakan buatan, semakin lama waktu yang akan dibutuhkan untuk menghancurkan
pakan, berarti semakin tinggi kekompakan pakan buatan tersebut.
Uji kecepatan pecah mengukur berapa lama waktu sampai pakan hancur di
dalam air. Uji pecah diamati secara visual. Pakan sebanyak 10 batang dimasukkan
ke dalam gelas beaker yang diisi 1L air, pengamatan dilakukan setiap 5 menit
untuk mengetahui pakan sudah lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan
sampai pakan pecah/hancur.
Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs dkk. (1973).
Pakansebanyak 5g dimasukkan ke dalam kotak kasa berukuran 10 x 10 cm dengan
pori-pori sekitar 1mm,selanjutnya direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan
yang masih tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam
oven pada suhu 105C selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator,
lalu ditimbang sampai berat konstan. Dispersi padatan dihitung dengan
menggunakan formula:
Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat diukur dengan cara
merendam pakan dalam air di dalam gelas. Letakkan pengukur waktu di dekat
gelas itu. Cata waktu sampai semuanya melarut.yang baik daya larutnya antara 23 jam. Apabila lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Sedangkan
bila kurang, bisa jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan) udang
karena terlalu cepat melarut (Kordi, 2010).
Menurut Murdinah (1989), beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas
pakan dalam air, seperti kehalusan bahan baku pakan dan proses pencampuran
bahan dalam proses pembuatan pakan. Semakin halus bahan pakan, semakin baik
pula pakan yang dihasilkan. Bahan pakan akan tercampur merata sehingga
menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air.
Dominy dan Lim (1991), menyatakan disamping proses pembuatan, bahan
perekat yang tepat juga sangat menentukan stabilitas pakan dalam air dan sifat-
80
sifat fisik pellet yang lain.Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat
di ukur dengan cara merendam pakan dalam air di dalam gelas. Letakan pengukur
wktu didekat gelas itu. Catat waktu samlpai semuanya melarut. Pada umumnya
pakan yang baik untukkepiting atau lobster daya larutnya antara 23 jam. Apabila
lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Sedangkan bila kurang, bisa
jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan) lobster karena terlalu cepat
melarut (Kordi,2010).
2.3
presentase dari banyaknya pakan pelet utuh setelah melalui perlakuan fisik dalam
alat uji tumbling caneterhadap jumah akan semula sebelum dimasukan ke dalam
alat. Pelet yang bik mempunyai durabilitas di atas 90 % atau kandungan tepung
dibawah 10%. Nilai durabilitas pellet sangat ditentukan oleh pengguaan bahan
baku dalam formulasi pakan dan teknis oprasional pellet. Untuk memperoleh
durabilitas tinggi digunkan bahan baku pelet yang mempunyai pelebilitas tingi
,sebagai conntoh jagung bernilai sedang ,katul bernilai rendah, dan wheat pollard
bernilai tinggi. Apabila perhitungan leastcost tidak memungkinkan maka bisa
ditambahkan biner untuk meningkatkan duraboltas.
Penyesuaian operasional teknis pelleting dapat mempengaruhi durabilitas
yaitu penggunaan ukuran diameter yang tepat/ perbandingan antara panjang
lubang efektif terhadap ketebalan diameter, kombinasi stam condioner dan
kecepatan feeder yang efektif, kerja cooler pendingin yang optimal dll. Uji
durabilitas menggunakan tumblingcane terbaik dilakkan setelah bahan pelet
melewati cooler pada saat suhu partikel diangga dingin.
2.4
Binder Pakan
Bender atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang digunakan untuk
menyatukan semua bahan baku dalam pembuatan pakan. Bahan tambahan yang
digunakan sebagai perekat sangat menentukan stabilitas pakan dalam air (Meyer
dan Zein-Eldin, 1972). Menurut Dominy dan Lim (1991) stabilitas pakan dalam
81
air merupakan problem utama dalam pelleting pakan udang, terutama dengan
kandungan bahan nabati yang tinggi. Oleh karena membutuhkan bahan perekat
atau binder, dengan demikian stabilitas pakan dalam air dapat ditingkatkan.
Beberapa bahan baku yang dapat dipakai sebagai bahan perekat pakan udang,
yaitu gandum, tepung terigu, tepung tapioka, dedak halus, tepung biji kapas, dan
tepung rumput laut.
Bahan perekat yang tidak mengandung nutrisi, seperti CMC, alginat, agaragar, dan beberapa macam getah (Mujiman, 2007). Rumput laut sebagai salah satu
bahan perekat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pakan. Rumput laut
memiliki berbagai macam manfaat antara lain sebagai bahan makanan, obatobatan, bahan kosmetik, dan perekat. Tepung rumput laut dapat menjadi bahan
perekat karena rumput laut mengandung senyawa hidrokoloid. Senyawa
hidrokoloid sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu produk karena
berfungsi sebagai pembentuk gel, penstabil, pengemulsi, dan pensuspensi.
Senyawa hidrokoloid dibangun oleh senyawa polisakarida yang menghasilkan gel
dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat (Anggadiredja, 2006).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
3.1.1
3.1.2
Alat-alat
1. Toples untuk merendam pelet
2. Saringan untuk merendam pelet agar pelet yang hancur tidak
berantakan
3. Plastik untuk membawa pulang pelet yang sudah dilakukkan uji
ketahanan stabilitas
4. Timbangan untuk menimbang berat pelet sesudah dan sebelum
dilakukan uji stabilitas dan durabilitas
3.1.3
Bahan-bahan
1. Air bersih untuk merendam pelet
2. Pakan atau pelet yang sudah jadi untuk diujikan
82
83
3.2
Prosedur Kerja
3.2.1
Water Stability
3.2.2
3.3
3.3.1
Durabilitas
Analisis Data
Uji Stabilitas (Water Stability)
x 100
Ket :
Yo = Berat sebelum
84
Y1 = Berat sesudah
3.3.2
Uji Durabilitas
Beratpelet sebelum diputar x 100
Berat pelet sesudah diputar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Binder
Tapioka
CMC
Kandungan
Kelompok
NilaiStabilitas
20 %
27.8 %
25 %
22.9 %
20 %
3.3 %
25 %
27 %
20%
9.4%
25%
5.3%
20%
11.97%
25%
11%
Protein Pelet
85
Rata-rata
86
4.1.2
b) Data Kelas
an
Kelompok
NilaiDurabilitas
20 %
89.7
25%
94,01
20 %
108.82
25 %
86,21
20%
94.21
25%
90.21
20%
99,41
25%
97.02
Protein
Pelet
Tapioka
CMC
4.2
Pembahasan
4.2.1
penggunaan tepung tapioka dan CMC sebagai bahan perekat, meliputi stabilitas
pakan dalam air, yaitu kecepatan peah dan dispersi padatan disajikan pada Tabel
5. Perbedaan presentase masing-masing pakan disebabkan oleh kandungan protein
yang berbeda pada saat praktikum digunakan kandungan protein 20% dan 25%,
dari hasil ini didapatkan bahwa kandungan protein yang lebih tinggi
memungkinkan water stability pakan kurang baik.
Selain dari kandungan protein proses pencampuran bahan pakan pun
memberikan pengaruh terhadap water stability pakan sendiri, Pada dasarnya
semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun pakan, bentuk
87
fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik sehingga
menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air, sehingga relatif
lebih mudah dicerna.
4.2.2
bahwa tepung CMC memiliki stabilitas yang sangat baik. Hal ini dikarenkan sifat
CMC adalah ester polimer selulosa yang larut dalam air dibuat dengan
mereaksikan Natrium Monoklorasetat dengan selulosa basa sebagai pengental,
stabilisator, pembentuk gel.
Namun penggunaan CMC tidak boleh terlalu berlebihan karena pada
dasarnya CMC merupakan binder tanpa nutrisi ada didalamnya. Jika dilihat dari
data yang ada dengan stabilitas yang tinggi adalah kelompok 6, sedangkan yang
memiliki stabilitas kurang baik adalah kelompok 4. Hal demikian dapat terjadi
karena perbedaan kandungan protein yang terdapat pada masing masing
kelompok, juga perbedaan proses pengolahan di masing masing kelompok.
4.2.3
88
4.2.4
binder yang digunakan. Pada praktikum ini terdapat tiga kelompok yang
menggunakan tepung tapioca.Berdasarkan hasil praktikum pada pakan uji yang
menggunakan binder tapioka memiliki nilai durabilitas yang variatif yakni
terendah 86.21 dan tertinggi 108,82. Hasil 108.82% tidak relevan,kemungkinan
hal ini disebabkan oleh salah perhitungan yang dilakukan oleh kelompok yang
bersangkutan.
Pellet
yang
baik
mempunyaidurabilitas
di
atas
90
atau
gula
juga
berpengaruh
pada
kekentalan
gel
yang
89
Pelet harus memiliki indeks ketahanan (PDI) yang baik sehingga pelet memiliki
tingkat kekuatan dan ketahanan yang baik selama proses penanganan dan
transportasi. Standar spesifikasi durability index yang digunakan adalah minimum
80% (Dozier, 2001). Jadi, secara keseluruhan kelompok memenuhi standar
minimum nilai durability sebesar 80%
4.2.6
Dari data yang telah ada nilai durabilitas pakan yang menggunakan binder
CMC memiliki nilai durabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan
yang menggunakan binder tepung tapioka. Jenis perekat tapioka menghasilkan
durability lebih rendah dibandingkan dengan CMC jika dilihat dari nilai rataratanya. Hal tersebut dapat diduga karena kandungan pati yang hanya 37.70%
(Laboratorium PAU IPB, 2012). Jika melihat kandungan CMC, Sebagai
pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki kenampakan tekstur
dari produk berkadar gula tinggi. Sebagai pengental, CMC mampu mengikat air
sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh
CMC (Manifie, 1989). Menurut Harlim (1989) agar adalah senyawa karbohidrat
netral yang terdiri atas satuan- satuan molekul asam, bersifat koloid, dan
membentuk gel dalam air.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum nutrisi ikan materi analisis fisik didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
Daya apung pakan buatan dapat di ukur dengan menjatuhkan atau menebarkan
pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah di isi air hingga kedalaman 15
25 cm. Waktu yang di perlukan oleh pakan sejenak ditebarkan hingga
tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung pakan
buatan tersebut.
Pelet bisa terapung karena ada pori pori dalam pelet yang terjadi karena
gesekan dari bahan yang dibawa oleh ekstruder.
Water Stability atau Stabilitas Pakan dalam Air Stabilitas pakan dalam air
adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air atau berapa lama waktu yang
dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur, meliputi uji kecepatan pecah dan
dispersi padatan.
5.2
Saran
Diharapkan ketelitian praktikan dalam menghitung rumus formulasi pakan
90
DAFTAR PUSTAKA
Jefry.
2009.
Pembuatan
Pakan
Ikan.
http://jefry-
bp09.blogspot.com/2011/12/pembuatan-pakan- ikan.html.Diakses
tanggal 3 Juni 2014
Prihartono,et al.2000. Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia,. Jakarta, 1979.
Saade1 Edison, Aslamyah Siti. 2009. Uji Fisik dan Kimawi Pakan Buatan untuk
Udang Windu Penaeus monodon Fab. yang Menggunakan Berbagai Jenis
Rumput Laut Sebagai Bahan Perekat. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan ). Vol. 19 (2) Agustus 2009: 107
115.
Fakultas
Ilmu
91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, pertumbuhan penduduk telah semakin besar. Pembukaan
92
93
bioflok.Sehingga
penting
untuk
mengetahui
bagaimana
konsep
bioflok
1.2
Tujuan Praktikum
1.3
Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum kali ini yaitu:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pakan Alami
Pakan alami adalah organisme hidup yang tersedia di alam dan terkadang
2.2
95
konversi pakan ikandapat dikurangi karena tergantikan oleh produksi pakan alami
berupa bioflok.
2.2.1
Pengertian Bioflok
Bioflok merupakan komunitas mikroba yang terdiri atas bakteria,
protozoa, dan zooplankton, dapat juga sebagai suplemen pakan mengandung asam
amino methionin, vitamin, mineral, dan enzim. Dengan demikian bila
diaplikasikan pada tambak/kolam akan menghemat pakan yang diberikan karena
dapat bersifat subtitusi terhadap pakan bagi ikan yang dibudidayakan.
Kualitas bioflok sangat dipengaruhi oleh karakteristik morfologi dan nilai
nutrisinya. Beberapa aspek penting masih harus diteliti lebih lanjut meliputi
seleksi bakteri yang hidup dalam bioflok, mekanisme antar organisme dalam
bioflok serta faktor-faktor yang berpengaruh didalam biflok.
2.2.2
Pembuatan Bioflok
Banyak cara dan metode yang digunakan dalam pembuatan bioflok.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1
3.2
3.2.1
Alat-alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Bak Fiber, untuk wadah media kultur
2. Gelas ukur, untuk menakar bahan kultur
3. Mikroskop, untuk alat bantu pengamatan bioflok
4. Aerator, untuk alat bantu aerasi pada kultur
3.2.2. Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Aquasimba. , Sebagai Inokulum mikroorganisme
2. Tepung Terigu , Sebagai nutrien pada media
3. Molase, Sebagai nutrien pada media
4. Gula pasir. , sebagai bahan aktivasi
5. Air, sebagai media kultur
96
97
3.3
Prosedur Kerja
Dalam percobaan ini langkah pertama adalah dengan melakukan aktivasi
Ditambah 50 g gula
pasir
Diamkan 5 jam
sambil diadkuk
3/5 kali
Diaerasi dan
diberikan nutrien
pakan 5 gr dan
molase 6,4 gr
Dikultur hingga 4
hari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
jumlah zooplankton
jumlah
32
85
Chlorella sp
Paramecium sp
B
27
18
Micrastories sp
Keratella sp
C
Lyngbya sp
D
16
Anabaena sp
98
99
Perhitungan Kelimpahan :
Fitoplankton
Zooplankton
Jadi,
b)
Data Kelas
Tabel 8. Nilai Kelimpahan Mikroorganisme Plankton Pada Bioflock dengan
Penambahan Molase dan Terigu
Nilai Kelimpahan
Penambahan
Molase
Kelompok
Fitoplankton
Zooplankton
(sel/mL)
(indiv/mL)
150
6825
3800
3675
225
9475
300
3125
10750
300
1150
4725
4025
4575
2050
2575
2
Terigu
100
4.2
Pembahasan
4.2.1
kepadatan fitoplankton terendah adalah 150 sel/ml dan yang tertinggi adalah 3800
sel/ml. Sedangkan untuk zooplankton, kepadaan terendah adalah 3125 ind/ml dan
yang tertinggi adalah 9475 ind/ml. Secara umum, rata-rata kepadatan fitoplankton
adalah 1119 sel/ml dan rata-rata kepadatan zooplankton adalah 5775 ind/ml.
Bioflok dengan penambahan molase cenderung menghasilkan kepadatan
zooplankton lebih tinggi dibandingkan kepadatan fitoplankton. Hal ini mungkin
dikarenakan sifat dari molase yang cenderung cair. Sehingga zooplankton lebih
dapat menerima molase sebagai pakan lebih baik dibandingkan dalam bentuk
butiran tepung yang cenderung banyak mengandung serat kasar seperti tepung
terigu.
4.2.2
kepadatan fitoplankton terendah adalah 1150 sel/ml dan yang tertinggi adalah
10750 sel/ml. Sedangkan untuk zooplankton, kepadaan terendah adalah 300
ind/ml dan yang tertinggi adalah 4725 ind/ml. Secara umum, rata-rata kepadatan
fitoplankton adalah 4494 sel/ml dan rata-rata kepadatan zooplankton adalah 3043
ind/ml. Bioflok dengan penambahan tepung terigu cenderung menghasilkan
kepadatan fitoplankton lebih tinggi dibandingkan kepadatan zooplankton. Hal ini
mungkin dikarenakan zooplankton cenderung tidak menyukai tepung terigu yang
berbentuk
bubuk
sebagai
bahan
pakan,
sedangkan
fitoplankton
dapat
4.2.3
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Biflok merupakan komunitas mikroorganisme yang saling berinteraksi
yang dapat berguna sebagai pelengkap pakan pada proses budidaya. Hasil dari
bioflok dapat berbeda berdasarkan perlakuan pemberian nutrien C kedalam media
kultur. Perlakuan molase pada pembuatan bioflok memberikan kepadatan yang
lebih tinggi pada zooplankton 5775 indv/ml sedangkan perlakuan tepung terigu
memberikan kepadatan tertinggi pada fitoplankton dengan kepadatan 4494 sel/ml.
Perbedaan dikarenakan perbedaan bentuk zat dari nutrien tersebut
5.2
Saran
Peralatan praktikum harus lebih dipersiapkan dan diperbanyak lagi sesuai
102
DAFTAR PUSTAKA
Gunarto. 2011. Produksi bioflok dan nilai nutrisinya dalam skala laboratorium.
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau : Sulawesi selatan.
Main. 2013. Penilaian ekoefisiensi budidaya intensif udang vanname berbasis
teknologi bioflok. Seminar Nasional pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan, semarang.
Sari, Nora Putri. 2012. Komposisi mikroorganisme penyusun dan kandungan
nutrisi bioflok dalam media pemeliharaan induk ikan nila dengan aplikasi
teknik bioflok. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
103