abnormal pada anak anak bergantung pada definisi orang tua mereka yang
dipandang dari kacamata budaya tertentu.
Gangguan perilaku juga ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang
dimana hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah
laku baik dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terusmenerus melanggar peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak
sesuai dengan usia mereka memiliki gangguan perilaku. Masalah tersebut biasanya
dimulai pada masa kanak-kanak akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada anak perempuan. Penilaian pada perilaku harus melibatkan
lingkungan sosial anak tersebut ke dalam catatan. Penyimpangan perilaku terjadi oleh
anak sewaktu adaptasi dengan kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan,
atau lingkungan lain dengan stress tinggi bukan gangguan perilaku.
Gangguan prilaku ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana
hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah laku baik
dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terus menerus
melanggar peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak sesuai dengan
usia mereka memiliki gangguan prilaku. Masalah tersebut biasanya dimulai pada
masa kanak-kanak akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan. Penilaian pada prilaku harus melibatkan lingkungan sosial
anak tersebut ke dalam catatan. Penyimpangan prilaku terjadi oleh anak sewaktu
adaptasi dengan kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan, atau lingkungan
lain dengan stress tinggi bukan gangguan prilaku.
1.
GEJALA
Pada umumnya, anak dengan gangguan prilaku adalah egois, tidak
berhubungan baik dengan orang lain, dan kurang merasa bersalah. Mereka cenderung
salah mengartikan perilaku orang lain sebagai ancaman dan bereaksi agresif. Mereka
bisa terlibat dalam pengintimidasian, ancaman, dan sering berkelahi dan kemungkinan
kejam terhadap binatang. Anak lain dengan gangguan prilaku merusak barang,
khususnya dengan membakar. Mereka mungkin berdusta atau terlibat dalam
pencurian. Melanggar peraturan dengan serius adalah biasa dan termasuk lari dari
rumah dan sering bolos dari sekolah. Anak perempuan dengan gangguan prilaku lebih
sedikit mungkin dibandingkan anak laki-laki untuk menjadi agresif secara fisik;
2.
Faktor-faktor psikobiologik.
Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :
Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental,
autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan
gangguan ansietas atau kecemasan. Struktur otak yang tidak normal.
Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan
neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanakkanak, dan ADHD. Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di
kandungan ibu, kurangnya perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan
ibu
yang
menyalahgunakan
zat,
semuanya
dapat
menyebabkan
Dinamika keluarga.
Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku
menyimpang yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanakkanak awal, perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri).
Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan
berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan
belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang
tua pada anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping
yang tidak baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari
orang tua. Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan
remaja.
c.
Faktor lingkungan.
Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi
penyebab utama pula, seperti :
Kemiskinan.
Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang
terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi
dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan
normal anak.
Tunawisma.
Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang
memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai
penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan
kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis
diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol
(Townsend, 1999).
Budaya keluarga.
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar
dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya
dan masalah psikologik.
Intervensi Keperawatan Jiwa Pada Anak Dan Remaja, Dewasa Dan Lansia
1.
teknik perilaku
imajinasi,
relaksasi
progresif,
terganggunya
kehidupan
remaja
dikeluarganya.
Yang
paling
membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri atau melakukan
usaha bunuh diri.
Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku
seksual, keinginan untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku
antisocial,
perilaku
mengancam,
keterlibatan
dengan
obat
terlarang,
dalam
merencanakan
asuhan
keperawatan.
Perawat
kemudian
untuk
memperbaiki
situasi,
catatan
perkembangan
dan
kelompok
memanfaatkan
kecenderungan
remaja
untuk
pada
umumnya
digunakan
untuk
membantu
anak
dalam
mengalami
ketidakmampuan
dalam
membersihkan
badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan
pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien
mempunyai
ketidakmampuan
dalam
menelan
makanan,
2.
3.
4.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Strategi Pelaksanaan Komunikasi
1. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan keperawatan
terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seseorang perawat
jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).
2. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri
Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009)
adalah sebagai berikut:
a. Pada Klien
1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
3. Klien mampu melakukan makan dengan baik.
4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
b. Pada Keluarga
Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami masalah
kurang perawatan diri.
3. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri
1. Kebersihan diri
2. Berdandan
3. Makan
4. BAB/BAK
c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:
1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri.
2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri.
Kemampuan Dalam Perawatan Diri
1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang
dimiliki peserta didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari
praktek atau pengalaman sebelumnya yang disimpan dalam memori untuk
mengigat suatu petunjuk (Reilly, 2002). Kemampuan dalam penelitian ini
dimaknai dengan keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain
dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain
psikomotor. Domain keterampilan mudah didentifikasi dan diukur karena
mencakup kegiatan berorientasi pada gerakan yang mudah diamati.
Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar
dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat
untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat,
atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk
melakukan perawatan diri: Perawat mengkaji kemampuan fungsional klien di
lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi
aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan (Potter & Perry,
2005).
2. Kemampuan Perawatan Diri
Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil Nursing
Outcomes Classification dan intervensi Nursing Interventions Classification
menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut:
a. Mandi/Hygiene
diri:
Aktivitas
kehidupan
sehari-hari
(AKS):