Anda di halaman 1dari 22

ANUGRAH NURUL FITRI

1102010031

1. Memahami dan Menjelaskan Histologi Kulit


Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh yang terdiri atas
lapisan:
1.Epitel yang disebut epidermis
2.Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
3.Jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis

Epidermis berasal dari ectoderm dandermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat
lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat
banyak mengandung jaringan lemak.
Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan kulitmukosa (mucocutaneusjunction). Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang
hidung, vulva, preputium, dananus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas
dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.
Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi lain; maka selain struktur
epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan yang disebut
apendix kulit, dimana meliputi : glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea
(kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.

Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur alur halus yang membentuk
pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat.
Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata karena adanya tonjolan
tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis.
Walaupun batas antara epidermis dengan jaringan pengikat/corium dibawahnya jelas, tetapi
serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu dengan serabut jaringan pengikat dibawahkulit.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat
disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah
intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya
setebal 0,5 mm.
Rata-rata tebal kulit adalah 1-2 mm. Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis,
kulit dibagi menjadi :
-KulitTebal
-KulitTipis
Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi keseluruhan kulit tebal belum
tentu lebih tebal dari kulit tipis.
KULIT TEBAL
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut.
Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh
alur-alur dinamakan sulcus cutis.

Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari
epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan
oleh tonjolan epidermis.
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula
sudorifera untuk menembus epidermis

Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel selnya akan mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit
untuk sintesa melanin.
Disamping sel sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel Langerhans
dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.

Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena
paling banyak tampak adanya mitosis sel sel. Sel-sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan
pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butirbutir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum
germinativum karena sel-selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel-sel dari stratum basale

akan mendorong sel-sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral. Sratum spinosum ini
terdiri atas beberapa lapisan sel-sel yang berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan
mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan-tonjolan seperti duri-duri. Semula
tonjolan-tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya
terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti
belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti sel
pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir-butir. Butir-butir yang terdapat
sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir-butir keratohialin) yang dapat
dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir-butir keratohyalin semula diduga berhubungan
dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada
kuku.
Makin ke arah permukaan butir-butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau
larut sama sekali, sehingga sel-sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum
corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian
yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali
lapisan sel-sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara
sel sebagai duri-duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi. Pada permukaan,
lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang-kadang disebut sebagai stratum
disjunctivum

Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare

Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla corii.
Jaringan tersebut terdiri atas sel sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan
serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut serabut kolagen kasar
yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya selain
terdapat sel sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya
mangandung butir butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang akan
bermuara pada epidermis.
KULIT TIPIS
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit
tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.

Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa
perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
Subcutis atau Hypodermis
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.
Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis.Pada
daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3cm atau
lebih,misalnya pada perut.
Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari
jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam
celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.
Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi
Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan sedikit
granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat jarang. Tonofilamen
yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu
pada susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan
nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir selubung
membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam
pengelupasan stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga
karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas
tonofilamen, yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar. Sel-sel dalam
stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan keratohialin
sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk
tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.
Sistem pigmentasi atau melanosit. Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :
a. Kuning disebabkan karena karoten
b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin
c. Coklat sampai hitam karena melanin.
Hanya melanin yang dibentuk di kulit. Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di
stratum Malphigi yang dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermisepidermis dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir ,melanin menjalar di
antara sel Malphigi.melanosit tidak mamiliki desmosom dengan sel-sel Malphigi. Jumlah
melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada genital,mulut,dan
sebagainya. Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh
melanosit dan jumlah yang di pindahkan ke keratinosit. Butir-butir melanin dibentuk dalam
bangunan khusus dalam sel yang dinamakan melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan
ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron. Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan
menyebabkan albino. Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh
sinar ultraviolet.
Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada dermis.
Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum dari
epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu
mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang berperan dalam
perangsangan sel limfosit T.
Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom biasanya
terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah dekat anyaman
pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.

Hubungan antara Epidermis dan Dermis. Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya
karena beberapa hal:
1. Adanya papila corii
2. Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis
3. Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal
epidermis.

Apendiks Kulit
Glandula Sudorifera

bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama pada
telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus ekskretorius.
- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan
bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-kadang
dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel tampak selsel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang
diduga dapat berkontraksi untuk membantu pengeluaran keringat kedalam duktus
ekskretorius
- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua.
Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat apokrin
ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris
Montogomery
Glandula Sebacea

Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak
(sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini bersifat

holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali pada palpebra, papila
mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.

Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis.Rambut
ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris
dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka,
dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga
oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi
epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada
ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila
dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.

Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila dermis
menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan membentuk medula
rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan berkembang
menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk
korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling
luar menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari dermis ialah
lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy membrane), yang merupakan
lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula
ranbut yang terdiri atas lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun
dengan bagian yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang terdiri
atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin
di dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis.
Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah
mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan
selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan dekat
permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang rambut.
kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan ataupun kemarahan.

Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat
pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna
rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel medula
dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan memindahkan melanin ke sel-sel
epitel melalui mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi epidermis.

Kuku

Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal.
Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada
rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus matricis unguis, dan
kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi
substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail
bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alurkuku adalah akar kuku(radix unguis).

Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar epidermis yang
disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale dan stratum spinosum.
Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah
ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.
Macammacam Keratin
Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak dan
keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di permukaan
kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai dari stratum
granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih pada stratum
lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan. Sedangkan keratin

keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku. Keratin keras dapat diikuti terjadinya
mulai dari sel-sel epidermis yang mengalami perubahan sedikit demi sedikit dan akhirnya
berubah menjadi keratin keras yang lebih homogen. Keratin keras juga lebih padat dan tidak
dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan mengandung lebih banyak sulfur.
Regenerasi Kulit
Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan
subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda, semakin
bagus regenerasinya.
2. Memahami dan menjelaskan fisiologi kulit
Reseptor
Jenis-jenis reseptor berdasarkan stimulus adekuatnya :

Fotoreseptor : peka terhadap gelombang cahaya


Mekanoreseptor : peka terhadap energy mekanis
Termoreseptor : peka terhadap panas dan dingin
Osmoreseptor : mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubuh
Kemoreseptor : peka terhadap bahan kimia spesifik yang termasuk untuk reseptor
penciuman dan pengecapan
Nosiseptor : peka terhadap kerusakan jaringan misalnya cubitan atau luka bakar

Setiap reseptor mempunyai sifat khusus untuk merespon untuk satu jenis rangsangan
contohnya pada mata ada reseptor yang peka terhadap cahaya, pada telinga ada reseptor
yang peka terhdap gelombang suara, dan pada kulit ada reseptor yang peka terhadap energy
panas. Semua ini terjadi karena adanya perbedaan sensitifitas reseptor.
Namun ada sebagian reseptor dapat berespon lemah terhadap stimulus di luar
rangsangan adekuatnya, mesipun diaktifkan oleh stimulus yang berbeda namun reseptor
tetap memberikan sensasi yang biasa di deteksi oleh reseptor tersebut. Contohnya ketika
terpukul dibagian mata, maka sering melihat bintang (kunang-kunang).
Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsifungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu
berikut:
-

Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti
batu bata di permukaan kulit.

Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan
dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh
melalui kulit.
Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri
di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat,
akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu
menghambat pertumbuhan mikroba.
Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada
stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di
sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari,
sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan
pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.
Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang
pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap
mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang
masuk melewati keratin dan sel Langerhans.

2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti
aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti
kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat
peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui selsel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
-

Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan
ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum
dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan
campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi
menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.

Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat
keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang

bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang
yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat
juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua
molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan
kelenjar keringat merokrin.
a. Kelenjar keringat apokrin
Terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia
pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar
keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga
sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar
keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke
folikel rambut lalu ke permukaan luar.
b. Kelenjar keringat merokrin (ekrin)
Terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air,
elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0
6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur
permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing
dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin,
sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan
subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di
dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan,
demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik
tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui
dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler.
Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar
dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih
sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga
mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu
memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif.

Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari
traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum
memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D
sistemik masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk, seperti kuku,
rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofit (species microsporum, trichophyton,
dan epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian superfisial (stratum korneum), kuku
dan rambut. Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang rambut,
kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku. Dermatofita penyebab
dermatofitosis. Golongan jamur ini bersifat mencernakan keratin, dermatifita termasuk kelas
fungi imperfecti. Gambaran klinik jamur dermatofita menyebabkan beberapa bentuk klinik
yang khas, satu jenis dermatofita menghasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi
anatominya.
Bentuk Bentuk gejala klinis Dermatofitosis
1. Tinea Kapitis
Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang disebabkan jamur golongan
dermatofita. Disebabkan oleh species dermatofita trichophyton dan microsporum.
Gambaran klinik keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal sering disertai
rambut rontok ditempat lesi. Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinis,
pemeriksaan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, pada
pemeriksaan mikroskopis terlihat spora diluar rambut atau didalam rambut.
Pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari, pada dewasa 500
mg/hr selama 6 minggu.
2. Tinea Favosa
Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh trychophiton schoen lini, trychophithon
violaceum, dan microsporum gypseum. Penyakit ini mirip tinea kapitis yang ditandai
oleh skutula warna kekuningan bau seperti tikus pada kulit kepala, lesi menjadi
sikatrik alopecia permanen. Gambaran klinik mulai dari gambaran ringan berupa
kemerahan pada kulit kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan hingga
skutula dan kerontokan rambut serta lesi menjadi lebih merah dan luas kemudian
terjadi kerontokan lebih luas, kulit mengalami atropi sembuh dengan jaringan parut
permanen. Diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, prinsip pengobatan
tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis, hygiene harus dijaga.
3. Tinea Korporis
Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (globurus skin) di daerah muka,
badan, lengan dan glutea. Penyebab tersering adalah T. rubrum dan T. mentagropytes.
Gambaran klinik biasanya berupa lesi terdiri atas bermacam-macam efloresensi kulit,

berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik, bagian tepi lebih
aktif dengan tanda peradangan yang lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan
terjadi penyembuhan, sementara tepi lesi meluas sampai ke perifer. Kadang bagian
tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga
menjadi bercak yang besar. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
lokalisasinya serta kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 1020% untuk melihat hifa atau spora jamur. Pengobatan sistemik berupa griseofulvin
500 mg sehari selama 3-4 minggu, itrakenazol 100mg sehari selama 2 minggu, obat
topikal salep whitfield.
4. Tinea Imbrikata
Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang memberikan gambaran
khas berupa lesi bersisik yang melingkarlingkar dan gatal. Disebabkan oleh
dermatofita T. concentricum. Gambaran klinik dapat menyerang seluruh permukaan
kulit halus, sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai
makula eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama agak tebal terletak konsensif
dengan susunan seperti genting, lesi tambah melebar tanpa meninggalkan
penyembuhan dibagian tangahnya. Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas
berupa lesi konsentris. Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 4
minggu, sering kambuh setelah pengobatan sehingga memerlukan pengobatan ulang
yang lebih lama, ketokonazol 200 mg sehari, obat topikal tidak begitu efektif karena
daerah yang terserang luas.
5. Tinea Kruris
Adalah penyakit jamur dermatifita didaerah lipat paha, genitaliam dan sekitar anus,
yang dapat meluas kebokong dan perut bagian bawah. Penyebab E. floccosum,
kadang-kadang disebabkan oleh T. rubrum. Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha
kanan dan kiri mula-mula lesi berupa bercak eritematosa, gatal lama kelamaan meluas
sehingga dapat meliputi scrotum, pubis ditutupi skuama, kadang-kadang disertai
banyak vesikel kecil-kecil. Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas dan
ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopis
langsung memakai larutan KOH 10-20%. Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg
sehari selama 3-4 minggu, ketokonazol, obat topikal salp whitefield, tolsiklat,
haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCL.
6. Tinea Manus et Pedis
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kilit
telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki serta
daerah interdigital. Penyebab tersering T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum.
Gambaran klinik ada 3 bentuk klinis yang sering dijumpai yaitu:
a. Bentuk intertriginosa berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari
tampak warna keputihan basah terjadi fisura terasa nyeri bila disentuh, lesi dapat
meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki lesi sering mulai dari sela jari III,
IV dan V.
b. Bentuk vesikular akut ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bila terletak
agak dalam dibawah kulit sangat gatal, lokasi yang yang sering adalah telapak
kaki bagian tengah melebar serta vesikulanya memecah.

c. Bentuk moccasin foot pada bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi sampai
punggung kaki terlihat kulit menebal dan berskuama, eritema biasanya ringan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinik dan pemeriksaan kerokan kulit
dengan larutan KOH 10-20% yang menunjukkan elemen jamur. Pengobatan cukup
topikal saja dengan obat-obat anti jamur untuk interdigital dan vesikular selama 4-6
minggu.
7. Tinea unguium
Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur dermatofita. Penyebab tersering
adalah T. mentagrophites, T. rubrum. Gambaran klinik biasanya menyertai tinea pedis
atau manus penderita berupa kuku menjadi rusak warna menjadi suram tergantung
penyebabnya, distroksi kuku mulai dari dista, lateral, ataupun keseluruhan. Diagnosis
ditegakkan berdasar gejala klinis pada pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH 10-20
% atau biakan untuk menemukan elemen jamur. Pengobatan infeksi kuku
memerlukan ketekunan, pengertian kerjasama dan kepercayaan penderita dengan
dokter karena pengobatan sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500 mg sehari
selama 3-4 bulan untuk jari tangan untuk jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat
diberikan dalam bentuk losion atau crim.
Memahami dan menjelaskan tinea kruris
DEFINISI
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat
bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsun seumur hidup.
Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar
anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain. Tinea cruris
mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch
(Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)
ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython fluccosum
Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%) (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
EPIDEMIOLOGI
Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian
lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada
kematian yang berhubungan dengan tinea cruris.Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang
memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab (Wiederkehr,
Michael. 2008)
PATOFISIOLOGI
Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat
secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah.
Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu.
Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei
penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini
menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum
korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin

yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan
menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum
menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit
semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a.Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain
afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas
terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang
menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian
dalam.
b.Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c.Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau
lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang
penyakit jamur.
d.Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur
pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan
ekonomi yang baik
e.Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas ke
sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen
bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien
sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang
beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif
berolahraga, menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara,
tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena dermatophytosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula
eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis
atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama
diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
Manifestasi tinea cruris :
1.Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal
dari abdomen bawah dan pubis
2.Daerah bersisik
3.Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
4.Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi
5.Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang tersebar dan
sedikit skuama

6.Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena


7.Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin muncul karena
garukan
8.Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit
eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler
9.Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis (Wiederkehr,
Michael. 2008).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung
sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan
bahan klinis berupa kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.
a.Pemeriksaan dengan sediaan basah
Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai
scalpel atau pinggir gelas taruh di obyek glass tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes tunggu 10-15
menit untuk melarutkan jaringan lihat di mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan
didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora
berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium
b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud dengan
ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan
kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu
(Wiederkehr, Michael. 2008)
c.Punch biopsi
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya dan
spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc AcidSchiff, jamur akan tampak merah muda
atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur akan tampak coklat atau hitam
(Wiederkehr, Michael. 2008).
d. Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan
tampak floresensi merah bata(Wiederkehr, Michael. 2008).
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran
klinis dan lokasi terjadinya lesi serta pemeriksaan penunjang seperti yang telah disebutkan
dengan menggunakan mikroskop pada sediaan yang ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan pada
medium Saboraud, punch biopsi, atau penggunaan lampu wood.
DIAGNOSIS BANDING
Candidosis intertriginosa
Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida
albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,
bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki
maupun perempuan.
Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor
endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena banyak
keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik
(penyakit genetik). Faktor eksogen berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang,
kebiasaan berendam kaki dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur, kontak dengan penderita.

Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara, bagian pusat,
lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai daerah belakang telinga,
lipatan kulit perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada sela jari tangan biasanya antara jari
ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara jari keempat dan kelima, keluhan gatal yang
hebat, kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar.
Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik,
basah, dan kemerahan. Kemudian meluas, berupa lenting-lenting yang dapat berisi nanah
berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi kadangkadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut dikelilingi oleh lenting-lenting atau papul di
sekitarnya berisi nanah yang bila pecah meninggalkan daerah yang luka, dengan pinggir yang
kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau terkelupas, dan
terjadi lecet. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna putih.
Erytrasma
Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di
daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi
eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini rupanya
bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah
intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang
eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang
sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari eritrasma.
Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan
dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral red) (Rasad, Asri, Prof.Dr.
2005)
Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi pada
skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas ekstensor terutama siku serta lutut
dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering
bagian di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi dapat lentikular,
numular atau plakat, dapat berkonfluensi.
Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboroik merupakan penyakit inflamasi konis yang mengenai daerah kepala dan
badan. Prevalensi Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5% populasi.Lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada wanita. Penyakit ni dapat mengenai bayi sampa orang dewasa. Umumnya pda bayi
terjadi pada usia 3 bulan sedang pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa
eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk
yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudat
dan krusta tebal.
PENATALAKSANAAN
Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur topikal saja dari
golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya
memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan jarang ditemukan efek samping. Obat
ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm diluar batas

lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik
dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal.
Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut.
Diperlukan juga monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4
mingggu.
Pengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam emapat golongan yaitu:
golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti siklopiros,tolnaftan,
haloprogin. Golongan azole ini akan menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase (sebuah
enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke ergosterol), dimana truktur tersebut
merupakankomponen penting dalam dinding sel jamur. Goongan Alynamin menghambat keja
dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke ergosterol yang
berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan menyebabkan kematian sel. Dengan
penghambatan enzim-enzim tersebut mengakibatkan kerusakan membran sel sehingga
ergosterol tidak terbentuk. Golongan benzilamin mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan
golongan alynamin sedangkan golongan lainnya sama dengan golongan azole. Pengobatan tinea
cruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:
Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:
1.Golongan Azol
a.Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)
Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris karena bersifat
broad spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan
mengubah permeabilitas membran sel sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan dengan
clotrimazole ini bisa dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada perbaikan klinis. Penggunaan
pada anak-anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%, solution, lotion.
Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Tidakada kontraindikasi obat ini, namun tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan
hinari kontak mata.
b.Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akanmenghambat biosintesis
dari ergosterol sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur
mati. Tersedia dalam bentuk cream 2%, solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4
minggu. Penggunaan pada anak sama dengan dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang
menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
c.Econazole (Spectazole)
Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu menghambat
RNA dan sintesis, metabolisme protein sehingga mengganggu permeabilitas dinding sel jamur
dan menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4
minggu dengan cara dioleskan sebanyak 2kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
d.Ketokonazole (Nizoral)
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad spektrum akan
menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel
jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
e.Oxiconazole (Oxistat)
Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis
ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan

dengan oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tersedia dalam bentk cream 1% atau
bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa.
Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas dan hanya digunakan untuk
pemakaian luar.
f.Sulkonazole (Exeldetm)
Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitu
menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen sel, sehingga
menyebabkan kematian sel jamur. Tersedia dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan
pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah yang
terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).

2.Golongan alinamin
a.Naftifine (Naftin)
Bersifat broad spektrum anti jamur dan merupakan derivat sintetik dari alinamin yang
mekanisme kerjanya mengurangi sintesis dari ergosterol sehingga menyebabkan pertumbuhan
sel amur terhambat. Pengobatan dengan naftitine dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada
perbaikan klinis. Tersedia dalam bentuk 1% cream dan lotion. . Penggunaan pada anak sama
dengan dewasa ( dioleskan 4 kali sehari selama 2-4minggu).
b. Terbinafin (Lamisil)
Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen epoxide yang
merupakan enzim kunci dari biositesis sterol jamur yang menghasilkan kekurangan ergosterol
yang menyebabkan kematian sel jamur. Secara luas pada penelitian melaporkan keefektifan
penggunaan terbinafin. Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-anak. Digunakan
selama 1-4 minggu
3.Golongan Benzilamin
a. Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan membran sel jamur
menyebabkan sel jamur terhambat pertumbuhannya. Digunakan dalam bentuk cream 1%,
diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan. Untuk dewasa dioleskan sebanyak
4kali sehari.
4.Golongan lainnya
a. Siklopiroks (Loprox)
Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi DNA
b.Haloprogin (halotex)
Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-4minggu dan
dioleskan sebanyak 3kali sehari.
c.Tolnaftate
Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4 minggu(Wiederkehr,
Michael. 2008).
Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal dengan
pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris:
a. Ketokonazole
Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral yangberspektrum luas.
Kerja obat ini fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4 minggu.

b. Itrakonazole
Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral yang berspektrum luas
yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 dependent
sintetis dari ergosterol yang merupakan komponen penting pada selaput sel jamur.Pada
penelitian disebutkan bahwa itrakonazole lebih baik daripada griseofulvin dengan hasil terbaik 23 minggu setelah perawatan. Dosis dewasa 200mg po selam 1 minggu dan dosis dapat dinaikkan
100mg jika tidak ada perbaikan tetpi tidak boleh melebihi 400mg/hari.Untuk anak-anak
5mg/hari PO selama 1 minggu. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita yang
hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama dengan cisapride karena berhubunngan dengan
aritmia jantung.
c.Griseofulfin
Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat
mikrotubuler dalam sel. Obat ini lebih sedikit tingkat keefektifannya dibanding itrakonazole.
Pemberian dosis pada dewasa 500mg microsize (330-375 mg ultramicrosize) PO selama 24minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau 20 mg microsize /kg/hari
c.Terbinafine
Pemberian secara oral pada dewasa 250g/hari selama 2 minggu). Pada anak pemberian secara
oral disesuaikan dengan berat badan:
12-20kg :62,5mg/hari selama 2 minggu
20-40kg :125mg/ hari selama 2 minggu
>40kg:250mg/ hari selama 2 minggu
Edukasi kepada pasien di rumah :
1.Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2.Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
3.Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti
pakaian yang lembab
4.Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak
ketat dan ganti setiap hari.
5.Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus
segera dicuci dan direndam air panas.
KOMPLIKASI
Tinea cruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi jamur
yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan
kebersihan kulit selalu dijaga

Anda mungkin juga menyukai