Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah (PP No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 63 Ayat 1) . Pada Edisi ke-3 kita
telah membahas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik. Sekarang kita akan
membahas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Permendiknas No. 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Menentukan KKM
setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.
2. Mengkoordinasikan
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
3. Menentukan kriteria
kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan
pendidik.
4. Menentukan kriteria
program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester
melalui rapat dewan pendidik.
5. Menentukan nilai
akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani,
olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil
penilaian oleh pendidik.
6. Menentukan nilai
akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan
mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah.
7. Menyelenggarakan
ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah
sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
8. Melaporkan hasil
penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester
kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan.
9. Melaporkan pencapaian
Menentukan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:
-
Menerbitkan Surat
Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian
Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
2.
Menerbitkan ijazah
setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara
UN. (ton)
Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan
kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam
berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian
kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa
lainnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran
di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah
tujuan pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem
pelaksanaannya.
4. Memberikan
pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
2.1.2. Penilaian Proses Belajar
Penilaian
2.
3.
Penilaiannya menggunakan acuan patokan atau criteria. Hal ini dilakukan untuk
5.
6.
7.
Bersifat holistis, penilaian yang menggabungkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Di samping ujian, ada berbagai bentuk dan teknik yang bisa dilakukan dalam penilaian kelas,
yaitu penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian
hasil kerja (produk atau peoduct), penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio
(portfolio), Checklist, dan penilaian sikap.
Tindak lanjut dari penilaian proses pembelajaran ( jika memperoleh hasil yang kurang
memuaskan) dilakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Berarti seorang guru berusaha
mendiagnosa penyebab kesukaran anak didik dalam proses belajar tersebut, pada gilirannya
menemukan suatu cara seagai solusi permasalahan tersebut. Inilah yang menjadi cikal bakal
PTK bagi seorang guru. Berbeda halnya
dengan kegiatan ujian, jika seorang guru menemukan anak didik tidak memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka solusinya adalah
melakukan pembelajaran remedial.
Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan
belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan
pengajaran.
Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses
belajar-mengajar seperti tuju mengajaran pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan
belajar, kegiatan mengajar guru, dan penilaian.
2.1.3. Fungsi Penilaian
Fungsi
Penilaian Penilaian mempunyai sejumlah fungsi di dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1.
Sebagai alat guna mengetahui apakah siswa talah menguasai pengetahuan, nilai-nilai,
belajar.
3.
4.
Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5.
6.
Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
Komponen Siswa, yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi, sikap,
cara belajar yang dimiliki, hubungan sosialisasi dengan teman sekelas, masalah belajar yang
dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, indetitas siswa dan keluarganya
yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
Komponen Guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar, sikap
keguruan, pengalaman engajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan
profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian , kemampuan dan kemauaan
memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan
sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yang
diperlukan.
Komponen Alat dan Sumber Belajar, yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna,
kemudahan pengadaanya, kelengkapannya, maanfaatnya bagi siswa dan guru, cara
pengunaanya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber,
laboratorium dan perlengkapan belajar lainya.
Komponen Penilaian, yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumusan
pertayaan, pemeriksaan dan interprestasinya, sistem penilaian yang digunakan, pelaksanaan
penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, pemanfaatan hasil penilaian, administrasi penilaian,
tingkat kesulitan soal, validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi
penilaian dan perencanaan
penilaian.
3.1.2. Komponen Penilaian Hasil Belajar
Komponen penilaian hasil belajar meliputi:
1.
menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
2.
1.
Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut.
1.
Metode Mengajar
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan
guru dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan
jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode
pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang
difokuskan ke pencapaian tujuan.
Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
1.
Sarana
Sarana pendidikan sebagai segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses
pendidikan.
Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan.
1.
Guru
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus
mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang
mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
3.
Output pendidikan adalah hasil belajar (prestasi belajar) yg merefleksikan seberapa efektif
proses belajar mengajar diselenggarakan. Artinya prestasi belajar ditentukan oleh tingkat
efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Ada 3 aspek yang dinilai dalam penilaian hasil pembelajaran antara lain:
Aspek Kognitif
Aspek Afektif
Aspek Psikomotrik
3.2. KRITERIA PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
4.2.1. Kriteria penilaian proses
Pembelajaran Menurut Nana Sudjana, bahwa penilaian proses belajar mengajar memiliki
kriteria, yaitu :
a. Konsistensi
kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum Kurikulum adalah program belajar mengajar
yang telah
ditentukansebagai acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar
mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan
aspek-aspek :
1). Tujuan-tujuan pengajaran
2). Bahan pengajaran yang diberikan
3). Jenis kegiatan yang dilaksanakan
4). Cara melaksanakan jenis kegiatan
5). Peralatan yang digunakan untuk masing- masing kegiatan, dan
6). Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.
b. Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat
diwujudkan
sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal :
1). Mengkodisikan kegiatan belajar siswa.
2). Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar.
3). Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar.
4). Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa.
5). Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa.
6). Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar
mengajar berikutnya.
c. Keterlaksanaannya oleh siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan
program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti,
keterlaksaan siswa
dapatdilihat dalam hal:
1). Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru.
2). Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar.
3). Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
- Senangtiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar
- Tampilnya guru sebagai pemberi jalan eluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam
tugas belajarnya
- Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar
yang diperoleh siswa.
g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang
profesional
sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan
pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam
menilai kemampuan ini antara lain :
- Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa
- Terampil berkomunikasi dengan siswa
- Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas
- Terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar
- Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan
h. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh
siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
- Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya.
- Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa
- Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional
yang harus dicapai
- Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari
bahan berikutnya.
4.2.2. Kriteria Penilaian Hasil Pembelajaran
Kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain :
1.
dan sikap.
2.
3.
Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif) Tujuan dan fungsi
formatif: keputusannya aspek apa yang masih harus diperbaiki dan aspek apa yang dianggap
sudah memenuhi dari indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif:
keputusannya apakah siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh
tujuan pembelajaran.
4.
5.
4.1 KESIMPULAN
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi
juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses
belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar
siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses
belajar-mengajar
Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses
belajar-mengajar seperti tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar oleh
murid, kegiatan
mengajar guru, dan penilaian . Kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar
mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum,
keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaanya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan
siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajar siswa.
6. Dimensi
penilaian
proses
belajar-mengajar
berkenaan
dengan
komponen-komponen
hasil
Tatang
M.
2011.
Pengertian
sarana
dan
prasarana
pendidikan.
tatangmanguny.wordpress.com
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press
Handout
Makul
Manajemen
Pendidikan,
Pengampu
Dr.
H.
Samino,
(http://askarinote.tk/?p=92)
KBK. (2002). Penilaian berbasis kelas.Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbangepdiknas
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2192862-penilaian-proses-belajar
mengajar/#ixzz1aLSIBH4udiakses pada Senin, 10 Oktober 2011
http://blog.tp.ac.id/penilaian-hasil-pembelajarangentur1971.blogspot.com//penilaianproses-belajar-mengajar.html
www.docstoc.com//PEDOMAN-PENILAIAN-PROSES-PEMBELA
file.upi.edu/Direktori//asesmen_proses_dan_hasil_belajar.pdf
http://karim71.blogspot.com/2009/12/pengertian-peserta-didik.html
Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasilbelajar.html#ixzz3Rhnktfm0
Follow us: @aby_farhan on Twitter
http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasilbelajar.html#.VN79mWd_RQc
M.M
sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction
dalam model di atas. Model tersebut digambarkan dalam bagan berikut.
Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh
karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar
peserta didik dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam
berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua komponen dalam menentukan
kriteria penilaian, (2) pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan
kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan
hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan
rencana kerja berikutnya.
Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Guru mengajak peserta didik
bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan
pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan
bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya,
sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi
diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian
dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan
tersebut dan bagaimana mencapainya.
c. Esai
(Tes) esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan
mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih jawaban, akan
tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas.
Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka (extendedresponse) dan jawaban terbatas (restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan
yang diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan
menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban terbuka atau jawaban luas, peserta
didik mendemonstrasikan kecakapannya untuk: (1) menyebutkan pengetahuan faktual, (2)
menilai pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-idenya, dan (4) mengemukakan idenya
secara logis dan koheren. Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta
didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara khusus
dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka/tak
terstruktur merupakan bentuk asesmen otentik.
Tes esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks. Butir tes esai memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun,
menganalisis, dan mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri
buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi.
Kelemahan esai adalah berkaitan dengan penskoran. Ketidakkonsistenan pembaca merupakan
penyebab kurang objektifnya dalam memberikan skor dan terbatasnya reliabilitas tes. Namun
hal ini dapat diminimalkan melalui penggunaan rubrik penilaian, dan penilai ganda (interrater).
d. Asesmen Portofolio
Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence)
yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Penggunaan portofolio
dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan, terutama dalam pendidikan
bahasa. Belakangan ini, dengan adanya orientasi kurikulum yang berbasis kompetensi,
asesmen portofolio menjadi primadona dalam asesmen berbasis kelas.
Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh dalam folder) bukan semata-mata
kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio harus disusun berdasarkan tujuannya. Wyatt
dan Looper (2002) menyebutkan, berdasarkan tujuannya sebuah portofolio dapat berupa
developmental
portfolio,
bestwork
portfolio,
dan
showcase
portfolio.
Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan langkah-langkah kronologis
perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu, pencatatan mengenai kapan suatu artefak
dihasilkan menjadi sangat penting, sehingga perkembangan program tersebut dapat dilihat
dengan jelas. Bestwork portfolio adalah portofolio karya terbaik. Karya terbaik diseleksi
sendiri oleh pemilik portofolio dan diberikan alasannya. Karya terbaik dapat lebih dari satu.
Showcase portfolio adalah portofolio yang lebih digunakan untuk tujuan pajangan, sebagai
hasil dari suatu kinerja tertentu.
Bagaimanakah asesmen portofolio membantu memantau pencapaian target kompetensi?
Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif karena: (1) dapat
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama, (2) berorientasi baik
pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan
peserta didik secara individual. Dengan demikian, asesmen portofolio merupakan suatu
pendekatan asesmen yang sangat tepat untuk menjawab tantangan KBK.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu: (1) sampel karya peserta didik, (2)
evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka.
(1) Sampel Karya Peserta didik
Sampel karya peserta didik menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu.
Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem
matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis
tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi peserta didik.
Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama
pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan
porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensional yang hanya menilai
hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang
dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan peserta didik mencapai produk yang
sebaik-baiknya.
Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh peserta didik, baik yang berupa
bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat
diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes
antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan
perkembangan peserta didik sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga
merupakan bagian dalam folder.
(2) Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio
OMalley dan Valdez Pierce (1994) bahkan mengatakan bahwa self-assessment is the key to
portfolio. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri peserta didik dapat membangun
pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang
ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun
kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement
goal). Dengan demikian peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses belajarnya dan
pencapaian tujuan belajarnya.
Evaluasi diri dalam asesmen portofolio persis sama dengan evaluasi diri yang dibahas dalam
bagian b. di atas. Memang, asesmen portofolio adalah asesmen otentik yang paling
komprehensif dalam khasanah asesmen otentik karena melibatkan jenis-jenis asesmen yang
lain seperti asesmen kinerja dan esai.
(3) Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka
Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi rahasia guru atau pun
tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada peserta didik secara
jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli
menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan
peserta didik, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Rubrik penilaian yang digunakan
guru untuk menilai kinerja peserta didik (misalnya, kriteria penilaian kemampuan menulis)
(4) Model Asesmen Portofolio
Untuk memperoleh gambaran komprehensif melalui asesmen portofolio, diperlukan suatu
pendekatan yang dapat mewakili keseluruhan proses asesmen. Wyaatt III dan Looper (1999)
mengembangkan suatu model portofolio yang diakronimkan menjadi CORP, yang meliputi
(1) collecting, yaitu pengumpulan data seperti karya-karya serta dokumen-dokumen lain
termasuk draft, (2) organizing, yaitu proses penyusunan dan pemilihan data-data itu menurut
aturan yang diinginkan, seperti secara kronologi, berdasarkan focus, atau karya terbaik (3)
reflecting, yaitu refleksi terhadap proses belajar yang telah dilalui serta evaluasi atas karya
sendiri, dan (4) presenting, yaitu menampilkan semua hasil seleksi dan refleksi tersebut
dalam suatu dokumen yang seringkali disebut folder.
Folder portofolio merupakan bahan yang akan diases oleh guru. Pada umumnya, beberapa hal
yang harus ada dalam folder portofolio adalah (1) cover letter, yaitu rangkuman dari apa yang
telah dibuat peserta didik sebagai bukti hasil belajarnya, (2) daftar isi portofolio, (3) entri
(dengan tanggal pada setiap entri). Entri dibedakan menjadi dua, yaitu entri wajib dan entri
pilihan; (4) draf setiap entri (untuk pemantauan proses yang dilalui), dan (5) refleksi dan
evaluasi diri.
Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan OMalley
(1994). Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen
pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis.
a). Perencanaan
1. Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria
keberhasilan)
2. Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan
isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.
3. Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau
kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber,
dan menetapkan waktu analisis.
4. Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian
umpan balik.
5. Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara
mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian.
b). Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran)
(1) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada peserta didik.
(2) Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya.
(3) Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.
(4) Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri)
(4) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri
c). Analisis portofolio peserta didik
(1) Mengumpulkan folder
(2) Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi
(3) Memadukan berbagai informasi yang ada
(4) Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati
sebagai tugas mengingat informasi dari portofolio sangat otentik). Sebagai perbandingan,
beberapa distrik di Amerika Serikat menggunakan portofolio sebagai bahan asesmen secara
menyeluruh (formatif dan sumatif); bahkan belakangan ini santer dibicarakan agar asesmen
portofolio digunakan sebagai standar penilaian nasional.
Referensi
Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.
Marhaeni, A. A. I. N. (2006). Menggunakan Pembelajaran Kontekstual di SMP.
Makalah disampaikan dalam workshop tentang pembelajaran di SMP Negeri 1
Negara, tanggal 31 Juli 2006. Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of
Students, 2nd Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall.
OMalley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English
Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know.
Boston: Allyn and Bacon.
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta
Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton
Mifflin Company.
Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says
and What Practice Shows. Internet download.
Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a
Teachers Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.
LAMPIRAN : Contoh-Contoh Implementasi Asesmen Otentik
Contoh Implementasi Asesmen Portofolio
Berikut ini diberikan contoh penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran Bidang Studi Bahasa
Indonesia. Kemampuan bahasa yang terlibat secara terpadu adalah membaca, menulis, dan apresiasi (sastra).
(1) Skenario Pembelajaran Bahasa
1. Indikator Kompetensi :
1. mampu membuat ringkasan sepanjang 3 5 kalimat tentang isi bacaan
2. mampu menjawab sejumlah pertanyaan tentang isi bacaan secara keseluruhan
3. menunjukkan minat untuk membaca wacana naratif
3. Asesmen : Portofolio
4.1 Proses (kompetensi dasar 2.1, 2.3, 2.4, 2.6, dan 2.8)
4.2 Produk (kompetensi dasar 2.2, 2.5, dan 2.7)
TGL.
HALAMAN
RINGKASAN
(misalnya, hal. 1
15)
(tentang
dibaca)
isi
KOMENTAR
yang
(perasaan/pendapat
alur/topik/tokoh, dll).
tentang
Deskripsi
Tidak
1.
2.
3.
Saya tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah yang saya baca
4.
5.
6.
Dst..
Deskripsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Cek
7.
Deskripsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menggunakan kamus
Cek
Deskripsi
1.
2.
Cek
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
22. Catatan:
23. Guru dapat menggunakan ceklis-ceklis ini dalam proses menulis, dapat pula mengembangkan ceklis
baru sesuai keperluan. Guru juga perlu mempertimbangkan tingkat kelas peserta didik, untuk cocok
tidaknya ceklis ini digunakan. Berdasarkan pertimbangan tertentu, guru dapat juga hanya memberikan
umpan balik secara umum kepada tulisan peserta didik (pada saat konferensi peserta didik-guru), untuk
selanjutnya peserta didik melakukan perbaikan.
24. Berdasarkan pengalaman penulis, cukup sulit bagi peserta didik untuk membangun kebiasaan baru
menggunakan ceklis evaluasi-diri ini. Karena itu, pada awal-awal menggunakan asesmen portofolio,
guru harus berbicara dengan peserta didik tentang maksud asesmen tersebut, menjelaskan cara-cara
melakukan kegiatan asesmen, menolong mereka melakukannya, dan membangun rasa percaya diri
peserta didik untuk bisa menerima kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang pebelajar.
suka/tidaksuka*)
membuat
karangan
karena
29. Bagi
saya,
pelajaran
menulis/mengarang
penting/tidakpenting*)
karena
Inisiatif
Saling menghargai
Disiplin
Indra Wirabrata
Dst..
38. Catatan: Berikan tanda cek untuk setiap aspek yang muncul.
39. b. Yang memfasilitasi produk: Kriteria Penilaian
40. Kompetensi Dasar 2.2: Kemampuan Membaca
41. Kisi-kisi jawaban atas pertanyaan yang diberikan tentang isi bacaan (esai)
No. Soal
Kriteria Penilaian
1.
5 poin (,,,..,)
2.
4 poin (.,..,,..)
Dst.
1.
Ayu Tika H
2.
G. Damar Sastra.
3.
Indra Wirabrata
60
75
Dst.
Dst
Jumlah
Komponen
Bobot
skor
(1
Indikator
Rerata
5)
1.
Isi Karangan
2.
Organisasi Ide
3.
Penggunaan Kosakata
4.
Penggunaan Tatabahasa
5.
Penggunaan Mekanika
(ejaan dan tandabaca)
kalimat,
Akurasi
1.
Ayu Tika H.
Isi
2.
Damar S.
3.
Dst.
Org.
Kskt.
Ttbhs.
Jml
Mknk.
KOMPONEN
RATING (1-5)
Rerata
1.
Topik
2.
Alur
3.
Akurasi Bahasa
4.
Kelancaran
5.
Improvisasi
6.
Kerjasama (kekompakan)
Jumlah
Rerata (jumlah : 6)
55. Pada akhir masa pembelajaran ini, peserta didik akan menyetorkan foldernya kepada guru. Isi folder
portofolio tersusun berturut-turut dari atas ke bawah adalah:
1. Kata pengantar yang isinya penilaian peserta didik terhadap kelebihan dan kekurangan
dari portofolionya, dan dirinya sebagai pebelajar bahasa.
7. Ada artefak tiruan dari peninggalan tersebut (berupa foto, gambar, miniatur, tiga
dimensi)
11. Projek ini merupakan tugas kelompok 5-8 orang untuk setiap kelompok.
12. Lama waktu pengerjaan projek adalah satu bulan. Laporan akan ditampilkan dalam
seminar kelas pada tanggal 27 Agutus 2006.
13. Laporan berupa makalah meliputi pendahuluan, laporan kunjungan, deskripsi artefak,
pembahasan, dan penutup/simpulan.
14. Panjang laporan 8-12 halaman tidak termasuk artefak gambar atau foto bila ada.
Penilaian :
Rubrik Penilaian Projek Peninggalan Purbakala
No.
Dimensi
Bobot
Skor
Deskriptor
1.
Artefak
2.
Deskripsi
artefak
3.
Isi Laporan
4.
Penggunaan
Bahasa
OLEH
PROF. DR. NYOMAN DANTES
22 Mei 2008
https://profdantes.wordpress.com/2009/09/29/hakikat-asesmen-otentik-sebagaipenilaian-proses-dan-produk-dalam-pembelajaran-yang-berbasis-kompetensi/