Anda di halaman 1dari 33

2.1.

PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR


Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek.
Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau
kriteria. Dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada
objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam penilaian Pendidikan, mencangkup
tiga sasaran utama yakni program pendidikan, proses belajar mengajar dan hasil-hasil
belajar.
2.1.1. Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) juga mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui
proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan
dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud
pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama
berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.
Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah
akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
dicapai.
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya
adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan.

Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah (PP No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 63 Ayat 1) . Pada Edisi ke-3 kita
telah membahas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik. Sekarang kita akan
membahas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Permendiknas No. 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Menentukan KKM
setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.
2. Mengkoordinasikan
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
3. Menentukan kriteria
kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan
pendidik.
4. Menentukan kriteria
program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester
melalui rapat dewan pendidik.
5. Menentukan nilai
akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani,
olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil
penilaian oleh pendidik.
6. Menentukan nilai
akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan
mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah.
7. Menyelenggarakan
ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah
sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
8. Melaporkan hasil
penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester
kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan.
9. Melaporkan pencapaian

hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.


1.

Menentukan kelulusan

peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:
-

Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.


Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian; kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani,

olahraga, dan kesehatan.


Lulus ujian sekolah/madrasah.
Lulus UN.
1.

Menerbitkan Surat

Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian
Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
2.

Menerbitkan ijazah

setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara
UN. (ton)
Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan
kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam
berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian
kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa
lainnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran
di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah
tujuan pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem
pelaksanaannya.
4. Memberikan
pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
2.1.2. Penilaian Proses Belajar
Penilaian

proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses merupakan


penilaian yang menitik beratkan sasaran penilaian pada tingkat efektifitas kegiatan belajar
mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan
siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan
penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka panjang dan hasil belajar jangka
pendek.
Penilaian proses belajar berkaitan dengan paradigma bahwa dalam kegiatan belajar kegiatan
utama terletak pada siswa, siswa yang secara dominan berkegiatan beajar mandiri dan guru
hanya melakukan pembimbingan. Dalam konteks ini guru harus memantau berbagai
kesukaran siswa dalam proses belajar tersebut setiap pertemuan. Sedangkan untuk mengukur
hasil belajar dilakukan ulangan harian, tengah semester, dan akhir semester.
Pada dasarnya, penilaian kelas mempunyai fungsi dan kegunaan sebagai berikut:
1. Alat
penilaian disusun dalam rangka menciptakan kesempatan bagi siswa untuk memperlihatkan
kemampuannya.
2. Laporan
kemajuan belajar siswa merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja sama antara sekolah
dan orang tua, yang bermanfaat bagi kemajuan belajar siswa maupun pengembangan sekolah.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ciri penilaian kelas adalah sebagai berikut:
1.

Proses penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran

2.

Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik

3.

Penilaiannya menggunakan acuan patokan atau criteria. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui ketercapaian kompetensi siswa.


4.

Memanfaatkan berbagai jenis informasi

5.

Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian.

6.

Menggunakan system pencatatan yang bervariasi

7.

Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasrkan berbaga informasi

Bersifat holistis, penilaian yang menggabungkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Di samping ujian, ada berbagai bentuk dan teknik yang bisa dilakukan dalam penilaian kelas,
yaitu penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian
hasil kerja (produk atau peoduct), penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio
(portfolio), Checklist, dan penilaian sikap.

Tindak lanjut dari penilaian proses pembelajaran ( jika memperoleh hasil yang kurang
memuaskan) dilakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Berarti seorang guru berusaha
mendiagnosa penyebab kesukaran anak didik dalam proses belajar tersebut, pada gilirannya
menemukan suatu cara seagai solusi permasalahan tersebut. Inilah yang menjadi cikal bakal
PTK bagi seorang guru. Berbeda halnya
dengan kegiatan ujian, jika seorang guru menemukan anak didik tidak memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka solusinya adalah
melakukan pembelajaran remedial.
Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan
belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan
pengajaran.
Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses
belajar-mengajar seperti tuju mengajaran pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan
belajar, kegiatan mengajar guru, dan penilaian.
2.1.3. Fungsi Penilaian
Fungsi
Penilaian Penilaian mempunyai sejumlah fungsi di dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1.

Sebagai alat guna mengetahui apakah siswa talah menguasai pengetahuan, nilai-nilai,

norma-norma dan keterampilan yang telah diberikan oleh guru.


2.

Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan

belajar.
3.

Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.

4.

Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.

5.

Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

6.

Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

2.2. RUANG LINGKUP PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR


2.2.1. Sikap
Adalah kebiasaan, motivasi, minat, bakat yang meliputi bagaimana sikap peserta didik
terhadap guu, mata pelajaran, orang tua, suasana sekolah, lingkungan, metode, media dan
penilaian.
2.2.2. Pengetahuan dan Pemahaman
Pemahaman peseta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga
Negara,

warga masyakat, warga sekolah, dan sebagainya


2.2.3. Kecerdasan
Meliputi apakah peserta didik samapi taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalahmasaah yang di hadapi dalam pelajaran.
2.2.4. Perkembangan Jasmani
Meliputi apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis, apaka peserta
didik sudah membiasakan diri hidup sehat
2.2.5. Keterampilan
Hal ini menjelaskan apakah peserta didik sudah terampil membaca, menulis dan menghitung,
apakah peserta didik sudah terampil menggambar, olahraga, dan sebagainya.
3.1. KOMPONEN PENILAIAN PROSES DAN hASIL PEMBELAJARAN
3.1.1.

Komponen Penilaian Proses Pembelajaran

Dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenan dengan komponen-komponen yang


membentuk proses belajar-mengajar dan keterkaitan atau hubungan diantara komponenkomponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai dimensi penilaian proses belajar-mengajar
setidak tidaknya mencakup :
1. Tujuan pengajaran atau instruksional
2. Bahan pengajaran
3. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya.
4. Kondisi guru dan kegiatan belajarnya.
5. Alat dan sumber belajar yang digunakan.
6. Tekhnik dan cara pelaksanaan penilaianya.
Aspek aspek yang dinilai dari komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Komponen Tujuan Instruksional, yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas
yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan , kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah
dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku,
keterlaksanaan dalam
pengajaran.
Komponen Bahan Pengajaran, yang meliputi ruang lingkupnya , kesesuaian dngan tujuan,
tingkat kesulitan bahan kemudahan memperoleh dan mempelajarinya, daya gunanya bagi
siswa, keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia, sumber-sumber untuk
mempelajarinya, cara mempelajarinya, kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan
kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya.

Komponen Siswa, yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi, sikap,
cara belajar yang dimiliki, hubungan sosialisasi dengan teman sekelas, masalah belajar yang
dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, indetitas siswa dan keluarganya
yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
Komponen Guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar, sikap
keguruan, pengalaman engajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan
profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian , kemampuan dan kemauaan
memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan
sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yang
diperlukan.
Komponen Alat dan Sumber Belajar, yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna,
kemudahan pengadaanya, kelengkapannya, maanfaatnya bagi siswa dan guru, cara
pengunaanya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber,
laboratorium dan perlengkapan belajar lainya.
Komponen Penilaian, yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumusan
pertayaan, pemeriksaan dan interprestasinya, sistem penilaian yang digunakan, pelaksanaan
penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, pemanfaatan hasil penilaian, administrasi penilaian,
tingkat kesulitan soal, validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi
penilaian dan perencanaan
penilaian.
3.1.2. Komponen Penilaian Hasil Belajar
Komponen penilaian hasil belajar meliputi:
1.

Masukan baku/pasar (peserta didik) Departemen Pendidikan Nasional (2003)

menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
2.

Masukan instrumental (kurikulum, metode mengajar, sarana dan guru)

1.

Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut.
1.

Metode Mengajar

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan
guru dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan
jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode
pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang
difokuskan ke pencapaian tujuan.
Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
1.

Sarana

Sarana pendidikan sebagai segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses
pendidikan.
Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan.
1.

Guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus
mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang
mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
3.

Masukan lingkungan (lingkungan sosial dan lingkungan bukan manusia)

Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan


yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga
yaitu: keluarga,
sekolah dan masyarakat
4.

Keluaran (hasil output)

Output pendidikan adalah hasil belajar (prestasi belajar) yg merefleksikan seberapa efektif
proses belajar mengajar diselenggarakan. Artinya prestasi belajar ditentukan oleh tingkat
efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Ada 3 aspek yang dinilai dalam penilaian hasil pembelajaran antara lain:
Aspek Kognitif
Aspek Afektif
Aspek Psikomotrik
3.2. KRITERIA PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
4.2.1. Kriteria penilaian proses

Pembelajaran Menurut Nana Sudjana, bahwa penilaian proses belajar mengajar memiliki
kriteria, yaitu :
a. Konsistensi
kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum Kurikulum adalah program belajar mengajar
yang telah
ditentukansebagai acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar
mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan
aspek-aspek :
1). Tujuan-tujuan pengajaran
2). Bahan pengajaran yang diberikan
3). Jenis kegiatan yang dilaksanakan
4). Cara melaksanakan jenis kegiatan
5). Peralatan yang digunakan untuk masing- masing kegiatan, dan
6). Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.
b. Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat
diwujudkan
sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal :
1). Mengkodisikan kegiatan belajar siswa.
2). Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar.
3). Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar.
4). Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa.
5). Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa.
6). Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar
mengajar berikutnya.
c. Keterlaksanaannya oleh siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan
program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti,
keterlaksaan siswa
dapatdilihat dalam hal:
1). Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru.
2). Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar.
3). Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

4). Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru.


5). Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.
d. Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan
para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar . dalam hal :
- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
- Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
- Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
e. Keaktifan
para siswa dalam kegiatan belajar Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat
sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar , keaktifan siswa dapat
dilihat dalam hal :
- Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
- Terlibat dalam pemecahan masalah
- Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapi
- Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
- Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
- Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
- Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis
- Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
f. Interaksi
guru siswa Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubugan timbal balik atau
hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar, hal ini dapat dilihat:
- Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa
- Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual
mupun secara kelompok
- Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar

- Senangtiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar
- Tampilnya guru sebagai pemberi jalan eluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam
tugas belajarnya
- Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar
yang diperoleh siswa.
g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang
profesional
sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan
pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam
menilai kemampuan ini antara lain :
- Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa
- Terampil berkomunikasi dengan siswa
- Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas
- Terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar
- Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan
h. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh
siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
- Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya.
- Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa
- Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional
yang harus dicapai
- Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari
bahan berikutnya.
4.2.2. Kriteria Penilaian Hasil Pembelajaran
Kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain :
1.

Dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilam

dan sikap.
2.

Menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar

3.

Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif) Tujuan dan fungsi

formatif: keputusannya aspek apa yang masih harus diperbaiki dan aspek apa yang dianggap
sudah memenuhi dari indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif:

keputusannya apakah siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh
tujuan pembelajaran.
4.

Mengacu kepada prinsip diferensiasi

5.

Tidak bersifat diskriminatif

4.1 KESIMPULAN
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi
juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses
belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar
siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses
belajar-mengajar
Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses
belajar-mengajar seperti tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar oleh
murid, kegiatan
mengajar guru, dan penilaian . Kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar
mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum,
keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaanya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan
siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajar siswa.
6. Dimensi
penilaian

proses

belajar-mengajar

berkenaan

dengan

komponen-komponen

hasil

pembelajaran seperti Masukan baku/pasar (peserta didik), Masukan instrumental (kurikulum,


metode mengajar, sarana dan guru), Masukan lingkungan (lingkungan sosial dan lingkungan
bukan manusia), dan Keluaran (hasil output) dari pembelajaran. Sedangkan kriteria penilaian
hasil pembelajaran antara lain dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu
pengetahuan, keterampilam dan sikap, menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan
kompetensi dasar, mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif), mengacu
kepada prinsip diferensiasi, dan tidak bersifat diskriminatif
4.2 SARAN
4.2.1. Diharapkan penilai dalam hal ini guru memperhatikan komponen-komponen dalam
penilaian proses dan hasil pembelajaran
4.2.2.Diharapkan penilai dalam hal ini guru dapat menyusun standar yang baik dalam
menentukan kriteria untuk penilaian hasil dan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Arikunto, Suharsimi.(2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Herliani, Elly. 2009. Penilaian Hasil Belajar. PPPPTKIPA: Jakarta
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Amirin,

Tatang

M.

2011.

Pengertian

sarana

dan

prasarana

pendidikan.

tatangmanguny.wordpress.com
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press
Handout

Makul

Manajemen

Pendidikan,

Pengampu

Dr.

H.

Samino,

(http://askarinote.tk/?p=92)
KBK. (2002). Penilaian berbasis kelas.Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbangepdiknas
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2192862-penilaian-proses-belajar
mengajar/#ixzz1aLSIBH4udiakses pada Senin, 10 Oktober 2011
http://blog.tp.ac.id/penilaian-hasil-pembelajarangentur1971.blogspot.com//penilaianproses-belajar-mengajar.html
www.docstoc.com//PEDOMAN-PENILAIAN-PROSES-PEMBELA
file.upi.edu/Direktori//asesmen_proses_dan_hasil_belajar.pdf
http://karim71.blogspot.com/2009/12/pengertian-peserta-didik.html
Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasilbelajar.html#ixzz3Rhnktfm0
Follow us: @aby_farhan on Twitter
http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasilbelajar.html#.VN79mWd_RQc

HAKIKAT ASESMEN OTENTIK


SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN
PRODUK DALAM PEMBELAJARAN
YANG BERBASIS KOMPETENSI
Posted by Prof. Nyoman Dantes September 29, 2009 Tinggalkan komentar

M.M

HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN PRODUK


DALAM PEMBELAJARAN YANG BERBASIS KOMPETENSI
OLEH
PROF Dr NYOMAN DANTES
1. Pendahuluan
Abad Melinium yang dicirikan dengan era global telah menuntut peningkatakan daya saing
dan kompetisi yang terbuka. Hal itu, telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan,
yaitu sangat perlunya diciptakan dan ditekankan adanya pendidikan yang bermakna, karena
dengan pendidikan yang bermakna akan dapat menolong kita, sedangkan pendidikan yang
tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu pembelajaran yang bermakna
menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah dilaporkan oleh the International
Commission on Education for the Twenty-first Century (Delors, 1995), suatu komisi yang
dibentuk oleh UNESCO dan bertugas mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21.
Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan
tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan.
Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang
hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat
menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan.
Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu (1)
learning to know, yakni peserta didik mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni
peserta didik menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3)
learning to be, yakni peserta didik belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya
untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni peserta didik belajar untuk menyadari
bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara
sesama manusia. Dengan demikian, pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap
peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses
belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi
mencerminkan keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk
kompetensi.
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dimiliki dan dikuasai
peserta didik yang dapat tertampilkan secara nyata dalam memecahkan /menyelesaikan
tugas-tugas dalam kehidupan. Jadi seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk
suatu kemampuan yang dapat diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan
kata lain, kompetensi dibangun agar setiap individu dapat survived dalam menghadapi
kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini.
Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat komprehensif,
dalam arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar. Bila pada masa yang
lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa sekarang proses dan produk
mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa suatu produk
yang baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu
dilakukan pemantauan terhadap proses. Di samping itu, dengan dilakukannya pemantauan
selama proses, terbuka peluang bagi peserta didik untuk mendapatkan umpan balik yang
dapat digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik.

2. Terminologi dalam Khasanah Asesmen


Dalam konteks pendidikan dewasa ini, istilah asesmen lebih banyak digunakan dibandingkan
dengan pada masa-masa yang lalu. Penggunaan istilah asesmen digunakan bersama-sama
dengan istilah evaluasi dan pengukuran. Memang, menurut Popham (1975), pengertian
pengukuran dan evaluasi berbeda. Pengukuran adalah suatu tindakan menentukan
sejauhmana (the degree to which) seseorang memiliki suatu atribut tertentu. Penentuan itu
dilakukan dengan memberikan angka (disebut skor) terhadap atribut tersebut. Evaluasi adalah
keseluruhan proses untuk memutuskan apakah sesuatu baik atau tidak, bermanfaat atau tidak,
dan seterusnya. Jadi, pengukuran adalah status determination, sedangkan evaluasi adalah
worth determination.
Dalam kaitannya dengan asesmen, Popham mengatakan bahwa asesmen seringkali
dimaksudkan sama dengan evaluasi. Kata asesmen dianggap lebih ramah dibandingkan
dengan evaluasi. Setelah dua puluh tahun, Popham (1995) lebih menekankan lagi bahwa pada
hakikatnya kata asesmen maupun evaluasi secara prinsip tidaklah berbeda, dan
menggunakannya dengan makna yang sama.
Menurut Salvia dan Ysseldike (1994) asesmen adalah suatu proses mengumpulkan data
dengan tujuan agar dapat dilakukan keputusan mengenai suatu objek. Popham (1975)
mengatakan bahwa asesmen adalah suatu upaya formal untuk menentukan status objek dalam
berbagai aspek yang dinilai. Nitko (1996) mengatakan bahwa asesmen merupakan suatu
proses mendapatkan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai pebelajar,
program pendidikan, dan kebijakan pendidikan. Jika dikatakan mengases kompetensi
pebelajar, maka itu berarti pengumpulan informasi untuk dapat ditentukan sejauhmana
seorang pebelajar telah mencapai suatu target belajar.
3. Asesmen Berbasis Kompetensi
Pendidikan adalah proses pemenusiaan manusia, maka dari itu dalam tataran yang lebih
operasioanal dapat dikatakan bahwa tuntutan pendidikan adalah terbentuknya kompetensi
pada peserta didik (terlepas dari apakah kurikulum yang sekarang tetap digunakan atau
diganti, tetapi pembentukan kompetensi adalah merupakan suatu keharusan). Untuk itu, perlu
dilakukan pembenahan dalam praktik pembelajaran di sekolah, termasuk praktek
asesmennya. Asesmen berbasis kompetensi merupakan asesmen yang dilakukan untuk
mengetahui kompetensi seseorang. Kompetensi adalah atribut individu peserta didik, oleh
karena itu asesmen berbasis kompetensi bersifat individual; sehingga ia disebut asesmen
berbasis kelas. Untuk memastikan bahwa yang diases tersebut benar-benar adalah
kompetensi riil individu (peserta didik) tersebut, maka asesmen harus dilakukan secara
otentik (nyata, riil seperti kehidupan sehari-hari). Asesmen otentik bersifat on-going atau
berkelanjutan, oleh karena itu asesmen harus dilakukan kepada proses dan produk belajar.
Dengan demikian, asesmen berbasis kompetensi memiliki sifat otentik, berkelanjutan, dan
individual.
Sifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif
(seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan lain-lain) yang dimasa lalu mendominasi penilaian
di sekolah tidak lagi relevan saat ini. Sudah saatnya (dan secepat mungkin) proses
pembelajaran ditopang secara kukuh dengan penggunaan asesmen otentik seperti asesmen
kinerja, evaluasi diri, esai, asesmen portofolio, dan projek.

4. Implementasi Asesmen Otentik


a. Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas
untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu
program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh
merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut.
Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang
ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan
suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance
task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas
kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi
penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponenkomponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara
penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan
impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu
pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3)
primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu
performansi.
b. Evaluasi Diri
Menurut Rolheiser dan Ross (2005) evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam
diri sendiri. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun
kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement
goal). Dengan demikian, peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses dan
pencapaian tujuan belajarnya.
Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara
untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa
apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang
berguna bagi diri dan kehidupannya.
Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi
evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa, ketika
mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang
lebih tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort).
Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi
ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti
pertanyaan, Apakah tujuanku telah tercapai? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti
Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?
Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk membentuk
kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa

sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction
dalam model di atas. Model tersebut digambarkan dalam bagan berikut.

Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh
karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar
peserta didik dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam
berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua komponen dalam menentukan
kriteria penilaian, (2) pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan
kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan
hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan
rencana kerja berikutnya.
Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Guru mengajak peserta didik
bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan
pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan
bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya,
sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi
diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian
dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan
tersebut dan bagaimana mencapainya.
c. Esai
(Tes) esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan
mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih jawaban, akan
tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas.
Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka (extendedresponse) dan jawaban terbatas (restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan
yang diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan
menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban terbuka atau jawaban luas, peserta
didik mendemonstrasikan kecakapannya untuk: (1) menyebutkan pengetahuan faktual, (2)

menilai pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-idenya, dan (4) mengemukakan idenya
secara logis dan koheren. Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta
didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara khusus
dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka/tak
terstruktur merupakan bentuk asesmen otentik.
Tes esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks. Butir tes esai memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun,
menganalisis, dan mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri
buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi.
Kelemahan esai adalah berkaitan dengan penskoran. Ketidakkonsistenan pembaca merupakan
penyebab kurang objektifnya dalam memberikan skor dan terbatasnya reliabilitas tes. Namun
hal ini dapat diminimalkan melalui penggunaan rubrik penilaian, dan penilai ganda (interrater).
d. Asesmen Portofolio
Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence)
yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Penggunaan portofolio
dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan, terutama dalam pendidikan
bahasa. Belakangan ini, dengan adanya orientasi kurikulum yang berbasis kompetensi,
asesmen portofolio menjadi primadona dalam asesmen berbasis kelas.
Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh dalam folder) bukan semata-mata
kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio harus disusun berdasarkan tujuannya. Wyatt
dan Looper (2002) menyebutkan, berdasarkan tujuannya sebuah portofolio dapat berupa
developmental
portfolio,
bestwork
portfolio,
dan
showcase
portfolio.
Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan langkah-langkah kronologis
perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu, pencatatan mengenai kapan suatu artefak
dihasilkan menjadi sangat penting, sehingga perkembangan program tersebut dapat dilihat
dengan jelas. Bestwork portfolio adalah portofolio karya terbaik. Karya terbaik diseleksi
sendiri oleh pemilik portofolio dan diberikan alasannya. Karya terbaik dapat lebih dari satu.
Showcase portfolio adalah portofolio yang lebih digunakan untuk tujuan pajangan, sebagai
hasil dari suatu kinerja tertentu.
Bagaimanakah asesmen portofolio membantu memantau pencapaian target kompetensi?
Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif karena: (1) dapat
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama, (2) berorientasi baik
pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan
peserta didik secara individual. Dengan demikian, asesmen portofolio merupakan suatu
pendekatan asesmen yang sangat tepat untuk menjawab tantangan KBK.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu: (1) sampel karya peserta didik, (2)
evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka.
(1) Sampel Karya Peserta didik
Sampel karya peserta didik menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu.
Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem
matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis

tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi peserta didik.
Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama
pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan
porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensional yang hanya menilai
hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang
dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan peserta didik mencapai produk yang
sebaik-baiknya.
Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh peserta didik, baik yang berupa
bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat
diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes
antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan
perkembangan peserta didik sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga
merupakan bagian dalam folder.
(2) Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio
OMalley dan Valdez Pierce (1994) bahkan mengatakan bahwa self-assessment is the key to
portfolio. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri peserta didik dapat membangun
pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang
ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun
kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement
goal). Dengan demikian peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses belajarnya dan
pencapaian tujuan belajarnya.
Evaluasi diri dalam asesmen portofolio persis sama dengan evaluasi diri yang dibahas dalam
bagian b. di atas. Memang, asesmen portofolio adalah asesmen otentik yang paling
komprehensif dalam khasanah asesmen otentik karena melibatkan jenis-jenis asesmen yang
lain seperti asesmen kinerja dan esai.
(3) Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka
Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi rahasia guru atau pun
tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada peserta didik secara
jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli
menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan
peserta didik, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Rubrik penilaian yang digunakan
guru untuk menilai kinerja peserta didik (misalnya, kriteria penilaian kemampuan menulis)
(4) Model Asesmen Portofolio
Untuk memperoleh gambaran komprehensif melalui asesmen portofolio, diperlukan suatu
pendekatan yang dapat mewakili keseluruhan proses asesmen. Wyaatt III dan Looper (1999)
mengembangkan suatu model portofolio yang diakronimkan menjadi CORP, yang meliputi
(1) collecting, yaitu pengumpulan data seperti karya-karya serta dokumen-dokumen lain
termasuk draft, (2) organizing, yaitu proses penyusunan dan pemilihan data-data itu menurut
aturan yang diinginkan, seperti secara kronologi, berdasarkan focus, atau karya terbaik (3)
reflecting, yaitu refleksi terhadap proses belajar yang telah dilalui serta evaluasi atas karya
sendiri, dan (4) presenting, yaitu menampilkan semua hasil seleksi dan refleksi tersebut
dalam suatu dokumen yang seringkali disebut folder.

Folder portofolio merupakan bahan yang akan diases oleh guru. Pada umumnya, beberapa hal
yang harus ada dalam folder portofolio adalah (1) cover letter, yaitu rangkuman dari apa yang
telah dibuat peserta didik sebagai bukti hasil belajarnya, (2) daftar isi portofolio, (3) entri
(dengan tanggal pada setiap entri). Entri dibedakan menjadi dua, yaitu entri wajib dan entri
pilihan; (4) draf setiap entri (untuk pemantauan proses yang dilalui), dan (5) refleksi dan
evaluasi diri.
Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan OMalley
(1994). Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen
pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis.
a). Perencanaan
1. Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria
keberhasilan)
2. Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan
isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.
3. Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau
kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber,
dan menetapkan waktu analisis.
4. Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian
umpan balik.
5. Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara
mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian.
b). Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran)
(1) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada peserta didik.
(2) Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya.
(3) Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.
(4) Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri)
(4) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri
c). Analisis portofolio peserta didik
(1) Mengumpulkan folder
(2) Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi
(3) Memadukan berbagai informasi yang ada
(4) Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati

(5) Melaporkan hasil asesmen


e. Projek
Projek, atau seringkali disebut pendekatan projek (project approach) adalah investigasi
mendalam mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, peserta didik mendapat kesempatan
mengaplikasikan keterampilannya. Pelaksanaan projek dapat dianalogikan dengan sebuah
cerita, yaitu memiliki awal, pertengahan, dan akhir projek. Karena itu, projek biasanya
memiliki tiga fase utama, yaitu:
(1) Fase Perencanaan; dalam fase ini guru menyusun suatu Tugas Projek yang berisi: tema
atau topik projek, dan petunjuk tentang apa yang mesti dilakukan oleh peserta didik.
Biasanya, sebelumnya hal-hal tersebut di atas didiskusikan dulu oleh guru dengan peserta
didik.
Tugas projek dapat berbentuk pertunjukan (misalnya, drama), konstruksi (misalnya,
membangun sebuah kolam ikan), karya tulis (misalnya, KIR). Contoh tugas projek:
1. Tema : Pertunjukan Drama
2. Petunjuk :
Pilihlah salahsatu drama karya Putu Wijaya
Setiap kelompok terdiri dari 5 10 orang peserta didik
Pertunjukan akan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2006 di auditorium sekolah
Lama waktu pertunjukan adalah satu jam untuk setiap kelompok, karena itu naskah dapat
dimodifikasi tanpa meninggalkan pesan aslinya
(2) Fase Pengembangan; dalam fase ini peserta didik mencari bahan, memodifikasi naskah,
berdiskusi dengan ahli, berlatih secara terbimbing maupun mandiri.
(3) Fase Akhir; dalam fase ini peserta didik menampilkan hasil kerja mereka, yaitu berupa
petunjukan drama.
5. Penutup
Setiap inovasi dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan institusional
baik yang bersifat lokal, regional, maupun nasional. Dalam kaitannya dengan penggunaan
asesmen otentik dalam pembelajaran, perlu ditentukan/disepakati paling tidak dalam lingkup
sekolah (peserta didik, guru, dan administratur sekolah) bagaimana asesmen dapat dilakukan.
Misalnya, untuk menilai ketiga domain belajar melalui asesmen portofolio, guru dapat
berdiskusi dengan sesama guru mengenai bobot setiap domain. Demikian pula untuk
penilaian dalam rapor, perlu dibicarakan dengan administratur sekolah (disamping
pertimbangan profesional guru itu sendiri) sejauhmanakah hasil penilaian portofolio dapat
digunakan untuk menentukan nilai rapor. Ini juga tergantung pada kebijakan terhadap
portofolio itu sendiri, apakah hanya dihargai sebagai tugas, atau sebagai bahan penilaian
formatif, dan bahkan sumatif (penulis sendiri tidak setuju jika portofolio dihargai hanya

sebagai tugas mengingat informasi dari portofolio sangat otentik). Sebagai perbandingan,
beberapa distrik di Amerika Serikat menggunakan portofolio sebagai bahan asesmen secara
menyeluruh (formatif dan sumatif); bahkan belakangan ini santer dibicarakan agar asesmen
portofolio digunakan sebagai standar penilaian nasional.
Referensi
Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.
Marhaeni, A. A. I. N. (2006). Menggunakan Pembelajaran Kontekstual di SMP.
Makalah disampaikan dalam workshop tentang pembelajaran di SMP Negeri 1
Negara, tanggal 31 Juli 2006. Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of
Students, 2nd Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall.
OMalley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English
Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know.
Boston: Allyn and Bacon.
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta
Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton
Mifflin Company.
Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says
and What Practice Shows. Internet download.
Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a
Teachers Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.
LAMPIRAN : Contoh-Contoh Implementasi Asesmen Otentik
Contoh Implementasi Asesmen Portofolio
Berikut ini diberikan contoh penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran Bidang Studi Bahasa
Indonesia. Kemampuan bahasa yang terlibat secara terpadu adalah membaca, menulis, dan apresiasi (sastra).
(1) Skenario Pembelajaran Bahasa

1. Indikator Kompetensi :
1. mampu membuat ringkasan sepanjang 3 5 kalimat tentang isi bacaan
2. mampu menjawab sejumlah pertanyaan tentang isi bacaan secara keseluruhan
3. menunjukkan minat untuk membaca wacana naratif

4. mampu melakukan perbaikan terhadap draf karangan yang dibuat


5. mampu membuat sebuah karangan pendek dengan isi, organisasi, dan tata bahasa yang baik
6. menunjukkan minat terhadap aktivitas mengarang utamanya naratif
7. mampu menampilkan suatu drama pendek dalam kelompok (sepanjang 5-7 menit)
8. menunjukkan kerjasama dalam persiapan drama pendek
1. Materi : Wacana naratif dari kesusastraan Indonesia Modern dengan topik Kasih Sayang.
2. Kegiatan belajar Mengajar (sesuai dengan kompetensi dasar, seperti aktivitas belajar mandiri,
kelompok, dan klasikal):

3. Asesmen : Portofolio
4.1 Proses (kompetensi dasar 2.1, 2.3, 2.4, 2.6, dan 2.8)
4.2 Produk (kompetensi dasar 2.2, 2.5, dan 2.7)

9. 2. Pengembangan Instrumen Portofolio


10. a. Yang memfasilitasi proses
11. Kompetensi dasar 2.1 : membuat ringkasan (membaca mandiri)
12. Jurnal Membaca
13. Judul Buku: ..
14. Tanggal mulai : Tanggal selesai:
NO.

TGL.

HALAMAN

RINGKASAN

(misalnya, hal. 1
15)

(tentang
dibaca)

isi

KOMENTAR

yang

15. Kompetensi Dasar 2.3: Minat membaca


16. Inventori Minat Membaca

(perasaan/pendapat
alur/topik/tokoh, dll).

tentang

17. Nama Peserta didik:_____________________________


Ya/
No.

Deskripsi
Tidak

1.

Saya suka membaca cerita apapun, terutama kisah-kisah orang terkenal

2.

Saya lebih banyak membaca cerita untuk waktu luang saya

3.

Saya tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah yang saya baca

4.

Banyak hal yang menarik dalam cerita-cerita yang saya baca

5.

Saya sering melihat kehidupan dalam cerita-cerita

6.

Dst..

18. Kompetensi Dasar 2.4: Proses Menulis


19. Ceklis untuk Isi dan Organisasi Tulisan/Karangan
No.

Deskripsi

1.

Topik karangan cukup spesifik

2.

Ide-ide utamanya baik

3.

Setiap ide dikembangkan dengan detail cocok yang cukup

4.

Detail untuk setiap ide seimbang

5.

Ada paragraf pembuka dan penutup

6.

Ada keserasian antara ide-ide sehingga menjadi suatu kesatuan (unity)

Cek

7.

Ide-ide dikembangkan dengan lancar (koherensi/coherence)

20. Ceklis untuk Kosakata (termasuk gaya pengungkapan)


No.

Deskripsi

1.

Pemilihan kata tepat dan bervariasi

2.

Menggunakan sinonim, dan antonim untuk menghindari pengulangan

3.

Menggunakan kata-kata yang sesuai dengan audience

4.

Kalimat-kalimat yang digunakan cocok dengan registernya (misalnya, naratif)

5.

Ada variasi panjang-pendeknya kalimat

6.

Bentuk-bentuk kalimat bervariasi

7.

Menggunakan kalimat-kalimat efektif

8.

Meniru gaya bercerita dari apa yang telah dibaca

9.

Menggunakan kamus

Cek

21. Ceklis Untuk Mekanika (aturan-aturan penulisan)


No.

Deskripsi

1.

Menggunakan tanda-tanda baca dengan tepat

2.

Permulaan paragraf menjorok kedalam

Cek

3.

Menggunakan haruf besar untuk nama

4.

Menggunakan huruf pada setiap awal kalimat

5.

Menggunakan ejaan kata dengan baik

6.

Menggunakan prefiks, infiks, dan sufiks dangan tepat

7.

Ada jarak yang cukup antar kata

8.

Garis pinggir (margin) 2 cm keliling

9.

Menulis nama sendiri pada sudut kanan atas kertas

10.

Membaca ulang karangan sendiri

22. Catatan:
23. Guru dapat menggunakan ceklis-ceklis ini dalam proses menulis, dapat pula mengembangkan ceklis
baru sesuai keperluan. Guru juga perlu mempertimbangkan tingkat kelas peserta didik, untuk cocok
tidaknya ceklis ini digunakan. Berdasarkan pertimbangan tertentu, guru dapat juga hanya memberikan
umpan balik secara umum kepada tulisan peserta didik (pada saat konferensi peserta didik-guru), untuk
selanjutnya peserta didik melakukan perbaikan.

24. Berdasarkan pengalaman penulis, cukup sulit bagi peserta didik untuk membangun kebiasaan baru
menggunakan ceklis evaluasi-diri ini. Karena itu, pada awal-awal menggunakan asesmen portofolio,
guru harus berbicara dengan peserta didik tentang maksud asesmen tersebut, menjelaskan cara-cara
melakukan kegiatan asesmen, menolong mereka melakukannya, dan membangun rasa percaya diri
peserta didik untuk bisa menerima kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang pebelajar.

25. Kompetensi Dasar 2.6: Minat Menulis/Mengarang


26. Minat Menulis
27. Nama Peserta didik: ____________________________________
28. Saya

suka/tidaksuka*)
membuat
karangan
karena

29. Bagi

saya,
pelajaran
menulis/mengarang
penting/tidakpenting*)
karena

30. *) pilih salahsatu


31. Komentar Guru:__________________________________________________
32. _______________________________________________________________
33. _______________________________________________________________
34. Kompetensi Dasar 2.8: Kerjasama dalam Kelompok
35. Kerjasama dalam Kelompok
36. Kelompok:
37. Tugas:
Nama Peserta didik

Inisiatif

Saling menghargai

Disiplin

Ayu Tika Handayani

Gede Damar Sastra

Indra Wirabrata

Dst..

38. Catatan: Berikan tanda cek untuk setiap aspek yang muncul.
39. b. Yang memfasilitasi produk: Kriteria Penilaian
40. Kompetensi Dasar 2.2: Kemampuan Membaca
41. Kisi-kisi jawaban atas pertanyaan yang diberikan tentang isi bacaan (esai)

Penilaian guru (deskriptif)

No. Soal

Poin yang harus ada

Kriteria Penilaian

1.

5 poin (,,,..,)

Setiap poin nilai 20

2.

4 poin (.,..,,..)

Setiap poin nilai 25

Dst.

42. Rekap Nilai Kemampuan Membaca


Nilai untuk Soal No. :
No.

Nama Peserta didik

1.

Ayu Tika H

2.

G. Damar Sastra.

3.

Indra Wirabrata

60

75

Dst.

Dst

43. Kompetensi Dasar 2.5: Kemampuan Menulis


44. Asesmen Kinerja
45. Contoh dalam Bidang Studi Bahasa
46. Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis
NO.

Jumlah

Komponen

Bobot

skor
(1

Indikator

Rerata

5)

1.

Isi Karangan

Relevansi topik dengan substansi tugas, Pengembangan


thesis statement, Wawasan tentang topik

2.

Organisasi Ide

Susunan ide-ide, Pengungkapan ide-ide

3.

Penggunaan Kosakata

Kompleksitas dan efektivitas


penggunaan tatabahasa

4.

Penggunaan Tatabahasa

Keluasan kosakata, Ketepatan penggunaan kata dan


idiom, Ketepatan bentuk-bentuk kata

5.

Penggunaan Mekanika
(ejaan dan tandabaca)

Kepatuhan pada konvensi/aturan-aturan penulisan,


Ketepatan penggunaan tanda-tanda baca dan huruf besar,
Kebenaran ejaan

kalimat,

Akurasi

47. Rekap Nilai Kemampuan Menulis


No.

Nama Peserta didik

Komponen Kemampuan Menulis

1.

Ayu Tika H.

Isi

2.

Damar S.

3.

Dst.

Org.

Kskt.

Ttbhs.

Jml

Mknk.

48. Kompetensi Dasar 2.7: Penampilan dalam Drama Pendek


49. Performansi dalam Drama Pendek
50. Kelompok:
51. Anggota kelompok: 1.
52. 2. dst.
NO.

KOMPONEN

RATING (1-5)

Rerata

1.

Topik

2.

Alur

3.

Akurasi Bahasa

4.

Kelancaran

5.

Improvisasi

6.

Kerjasama (kekompakan)

Jumlah

Rerata (jumlah : 6)

53. Folder Portofolio


54. Folder portofolio adalah sekumpulan bukti proses dan hasil belajar yang disimpan dalam suatu folder
yang terbuat dari kantong plastik, amplop besar atau yang lain. Instrumen-instrumen portofolio di atas
mengumpulkan informasi dari berbagai kegiatan kebahasaan yang telah dilakukan, dan disimpan dalam
folder portofolio peserta didik. Informasi itu mencakup domain kognitif (menjawab pertanyaan bacaan
secara esai, membuat ringkasan dari apa yang dibaca, dan lain-lain), domain afektif (minat, kerjasama),
dan psikomotor (karangan dan drama pendek).

55. Pada akhir masa pembelajaran ini, peserta didik akan menyetorkan foldernya kepada guru. Isi folder
portofolio tersusun berturut-turut dari atas ke bawah adalah:

1. Kata pengantar yang isinya penilaian peserta didik terhadap kelebihan dan kekurangan
dari portofolionya, dan dirinya sebagai pebelajar bahasa.

2. Daftar isi Portofolio


3. Entri/karya (termasuk karya terbaik hasil pilihan peserta didik dengan temannya, dan atau
dengan guru), baik berupa naskah, rekaman, foto, dll.

4. Draf-draf untuk mencapai karya-karya tersebut di atas


5. lembar evaluasi diri (misalnya, ceklis minat membaca)

6. Catatan-catatan guru (termasuk penilaian guru terhadap portofolio tersebut).


Analisis dan Pelaporan
Contoh-contoh instrumen di atas menunjukkan bahwa penilaian guru terhadap perkembangan dan
prestasi peserta didik diberikan berupa skor (angka) maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua
penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari
komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas (dalam instrumen di atas ditunjukkan hanya
komponennya saja). Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor dalam tes objektif (misalnya,
jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah disekor 0).
Untuk menilai suatu portofolio, Tierney, Carter, dan Desai (1991) menyarankan agar portofolio dinilai
secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif.
Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan
saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai
raport, guru akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila tetap diadakan, baik
ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan banyaknya informasi (nilai) yang dimiliki oleh
guru. Oleh karena itu, perlu ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder
portofolio dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Di dalam portofolio itu
sendiri, perlu ditetapkan porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot
tersebut harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Contoh Asesmen projek
Asesmen Projek
Bidang Studi Sejarah
Tema : Peninggalan Purbakala di Bali
Tugas Projek : Buatlah sebuah laporan tentang salahsatu peninggalan sejarah di Bali.
Kriteria :
Laporan harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini

7. Ada artefak tiruan dari peninggalan tersebut (berupa foto, gambar, miniatur, tiga
dimensi)

8. Ada deskripsi dari artefak tersebut


9. Ada laporan kunjungan ke museum atau lokasi penyimpanan artefak
10. Ada materi sumber/referensi tertulis seperti buku teks, lontar, majalah, dsb.
Kondisi :

11. Projek ini merupakan tugas kelompok 5-8 orang untuk setiap kelompok.
12. Lama waktu pengerjaan projek adalah satu bulan. Laporan akan ditampilkan dalam
seminar kelas pada tanggal 27 Agutus 2006.

13. Laporan berupa makalah meliputi pendahuluan, laporan kunjungan, deskripsi artefak,
pembahasan, dan penutup/simpulan.

14. Panjang laporan 8-12 halaman tidak termasuk artefak gambar atau foto bila ada.
Penilaian :
Rubrik Penilaian Projek Peninggalan Purbakala

No.

Dimensi

Bobot

Skor

Deskriptor

Jelas dan sangat mendekati artefak aslinya meskipun


berupa miniaturnya

1.

Artefak

2.

Deskripsi
artefak

Deskripsi jelas dan mudah ditelusuri sesuai dengan


artefak yang diamati

3.

Isi Laporan

Laporan kunjungan detail dan nyata, deskripsi ada,


pendahuluan, pembahasan, dan penutup tersusun secara
sistematis dan tepat

4.

Penggunaan
Bahasa

Penggunaan tatabahasa, ejaan, dan tanda baca tepat,


tulisan rapi, bersih, dan sesuai dengan format makalah

HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN


PROSES DAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN
YANG BERBASIS KOMPETENSI
Makalah disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta
Utara

OLEH
PROF. DR. NYOMAN DANTES

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

22 Mei 2008
https://profdantes.wordpress.com/2009/09/29/hakikat-asesmen-otentik-sebagaipenilaian-proses-dan-produk-dalam-pembelajaran-yang-berbasis-kompetensi/

Anda mungkin juga menyukai