PENDAHULUAN
Emas ditemukan di bumi dalam bentuk logam yang terdapat di dalam retakanretakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral. Kelimpahan relatif emas didalam
kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton, termasuk sekitar 0,001 g/ton terdapat
didalam perairan laut .
Emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas. Metode
isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk eksploitasi emas skala industri
adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Steele dkk, 2000). Metode sianida
memiliki keunggulan antara lain proses ekstraksi yang sederhana dan memiliki
kemurnian emas 80% (Supriyadijaja, 2009). Metode sianida juga memiliki beberapa
kelemahan, antara lain proses berjalan sangat lambat dan menggunakan natrium
sianida yang sangat beracun. Sianida merupakan racun pembunuh yang paling ampuh
untuk semua jenis makhluk hidup. Sianida bisa larut dalam air, sedimen dan biota
laut, akibatnya terjadi kontaminasi pada biota laut, sehingga dikhawatirkan
keanekaragaman hayati mengalami kepunahan (Mukaddis, 2008). Penelitian Lutvi
1
(2009) menyatakan bahwa kegiatan pengolahan emas dengan metode amalgamasi dan
proses sianidasi memberikan dampak negatif terhadap kualitas air dan sedimen
disekitar lokasi pengolahannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk
menciptakan metode pemisahan emas alternatif yang ramah lingkungan..
Penelitian tentang pemisahan emas menggunakan pelarut air raja pada waste
printed circuit board (WPCB) telah dilakukan Park (2008) yang memiliki persen
massa emas 93 %. Penelitian tentang natrium bisulfit juga dilakukan oleh Pitoi dkk
(2008) yang menyatakan bahwa natrium bisulfit dapat menurunkan sianida bebas
yang berasal dari proses pengolahan emas menggunakan proses sianidasi.
Penambahan natrium bisulfit dengan katalis Cu pada limbah proses sianidasi dapat
menurunkan kadar sianida bebas pada limbah tersebut.
Kegunaan natrium bisulfit yang lain adalah sebagai metode alternatif
pemisahan emas dengan sampel batuan alam. Prinsip metode ini adalah pengendapan.
Natrium bisulfit diperoleh dari pelarutan natrium metabisulfit dengan air. Bijih emas
dilarutkan dengan air raja sehingga dihasilkan senyawa kompleks tetrakloroaurat
(III). Cara mendapatkan emas murni dari larutan emas yaitu dengan cara mereduksi
larutan emas tersebut dengan natrium bisulfit. Pemilihan natrium bisulfit disebabkan
harganya yang terjangkau. Alasan yang paling penting menggunakan natrium bisulfit
yaitu tidak adanya zat berbahaya yang dihasilkan saat mereduksi emas dari senyawa
kompleks tetrakloroaurat (III).
Batuan yang berasal dari salah satu wilayah di Jawa Timur (selanjutnya
disebut batuan alam Jawa Timur) diindikasikan mengandung emas. Studi awal
melalui uji XRF menunjukkan persentase emas dalam batuan alam Jawa Timur
sebesar 6,12%. Kandungan emas dalam sampel batuan alam Jawa Timur relatif lebih
besar dibandingkan unsur-unsur lain seperti tembaga, besi dan silika. Kalsium
memiliki kandungan yang paling besar yaitu 88 %, Silika 1,2%, belerang 0,06 % besi
1,41 % sisanya yaitu Mn, In, Eu dan Cu. Metode natrium bisulfit dicoba untuk
memisahkan emas pada batuan alam Jawa Timur tersebut.
METODOLOGI
Penelitian merupakan penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan dalam dua
tahap yaitu 1) penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit pada larutan
standar emas, 2) penerapan metode natrium bisulfit pada batuan alam Jawa Timur.
Karakterisasi emas yang dihasilkan dianalisis dengan XRF dan EDX.
1. Penetapan Kondisi Optimum Metode Natrium Bisulfit pada Larutan Standar
Emas
Penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit menggunakan larutan
standar emas meliputi pembuatan larutan standar emas menggunakan emas murni, uji
konsentrasi minimum metode natrium bisulfit dan pemisahan emas pada larutan
standar menggunakan metode sianida dan metode natrium bisulfit
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 (ppm)
Tidak ada
endapan
Ada endapan
Tabel 1 Tahapan Penelitian dan Pengamatan Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas
dengan Metode Sianida dan natrium Bisulfit
Tahapan Penelitian
1. Metode Sianidasi
a) 5mL larutan standar emas ditambah NaOH
2 M sampai pH 11.
b) Ditambahkan natrium sianida 1% 15 mL
dan diaduk 24 jam
c) Ditambahkan 0,5 gram seng foil dan
didekantasi
d) Seng foil dibakar.
e) Emas yang terbentuk dicuci dengan HNO3
2 M.
f) Ditimbang emas yang terbentuk.
*2. Metode Natrium Bisulfit
a) 5 mL larutan standar emas ditambah 5 mL
NaHSO3 1 M. (dilakukan secara duplo)
b) Endapan dicuci dengan HCl 32% dan
diuapkan
c) Endapan dicuci dengan aquades dan
diuapkan
d) Ditimbang endapan kering
e)
f)
Pengamatan
a)
a)
,
,
X 100% = 51,38%
Hasil emas yang diperoleh dari metode natrium bisulfit sebesar 0,0534 g, yang
berasal dari 5 mL hasil pelarutan emas murni seberat 1,04 g dengan 80 mL air raja.
Rendemen emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:
Rendemen
emas
,
,
X 100% = 82,15%
Tabel 2. Perbandingan unsur-unsur pemisahan emas dengan metode sianida dan metode
natrium bisulfit dapat dilihat pada
Unsur
Au
Ag
C
Metode sianida
Wt(%)
78.36
16.63
05.00
Unsur
At(%)
41.07
15.92
43.01
Au
Cl
C
O
At(%)
25.72
01.52
49.17
23.58
Tahapan Penelitian
1. Batu Jawa Timur 6,0081 g
a) Dihaluskan dengan mortar
b) Dibakar pada suhu 1000 C
c) Ditambah 10 mL larutan HCl 32% dan
diaduk selama 2 jam
d) Didekantasi
e) Residu hasil dekantasi ditambah 20 mL air
raja dan diaduk selama 3 jam lalu
didekantasi
f) Ditambah 5 mL NaHSO3 1 M dan dibiarkan
sampai terendap sempurna lalu didekantasi
g) Endapan dicuci dengan HCl 32% kemudian
diuapkan dan dicuci ulang dengan aquades
kemudian diuapkan
h) Endapan kering ditimbang
Pengamatan
a) Batuan menjadi serbuk.
b) Serbuk merah kecoklatan
c) Terbentuk filtrat dan residu
d) Filtrat berwarna oranye dan endapan
berwarna coklat kemerahan
e) Terbentuk residu dan filtrat. Filtrat dan
endapan berwarna kuning
Massa residu sebesar 5,2 g
f) Terbentuk endapan hitam dan filtrat
tidak berwarna.
g) Endapan berwarna coklat muda
i)
j)
Analisis pendahuluan dengan XRF batuan alam yang diperoleh dari suatu
wilayah di Jawa Timur memiliki kandungan emas sebesar 6,10%. Kandungan unsurunsur
unsur dalam batuan alam Jawa Timur pada analisis XRF bisa dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan Unsur--unsur dalam Batuan Alam Jawa Timur pada
ada Analisis XRF
Compound
Conc unit
(%)
Compound
Conc unit
(%)
Au
6.10
Si
1.2
S
0.06
In
1.7
Ca
88.28
Eu
0.3
Ti
0.065
Fe
1.41
Cu
0.42
Mn
0.82
Kandungan unsur yang paling dominan adalah Ca yaitu 88,28 % dan masih
ada unsur-unsur
unsur lain seperti Fe, S, Cu yang dapat menggaggu ketika dilakukan
ekstraksi dengan air raja. Air raja dapat melarutkan semua senyawa yang terdapat
dalam pasir tersebut termasuk emas. Kandungan yang ada di pasir bukan dalam
bentuk unsur
sur melainkan dalam bentuk senyawa.Senyawa yang terkandung dalam
batuan tersebut adalah senyawa sulfida, oleh karena itu perlu dilakukan pemekatan
atau penghilangan kandungan senyawa yang dominan untuk meningkatkan
kandungan emasnya (Wijayanti, 2012). Berdasarkan
asarkan analisis XRF, Konsentrasi emas
pada batuan alam Jawa Timur dapat di
dihitung dengan cara:
Massa Au dalam batuan = %Au dalam batuan x massa batuan
= 6,10% x 6,0081 g
= 0,36 g
= 360 mg
%
Konsentrasi Au dalam batuan =
=
= 18000 ppm
! "# #$
,&
Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas pada konsentrasi minimum
sebesar 400 ppm sehingga emas dalam batuan alam Jawa Timur dapat dipisahkan
dengan metode natrium bisulfit.
Batuan alam Jawa Timur yang dilarutkan dengan air raja menghasilkan
senyawa kompleks tetrakloroaurat (III). Natrium bisulfit berfungsi untuk mereduksi
emas dari senyawa kompleks tetrakloroaurat (III) seperti pada persamaan reaksi
berikut:
3NaHSO3 (aq)) + 2HAuCl4 (aq) + 3H2O (l)
3NaHSO4 (aq) + 8 HCl (aq) + 2Au (s) (Alicia, 2012)
Massa emas yang diperoleh dari batuan alam Jawa Timur sebesar 0,0613
gram. Rendemen emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:
Rendemen
emas
Unsur
Au
Ca
Cl
O
At(%)
46.42
12.54
03.81
37.23
Kemurnian emas tidak jauh berbeda dengan kemurnian emas pada pemisahan
larutan standar karena konsentrasi emas pada batuan alam tinggi, yaitu sebesar 18000
ppm. Konsentrasi 18000 ppm melebihi konsentrasi minimum pada metode natrium
bisulfit, yaitu sebesar 400 ppm.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Metode natrium bisulfit lebih efektif dibandingkan dengan metode sianida. Hal ini
dapat dibuktikan dari nilai massa emas yang diperoleh, rendemen emas yang
dihasilkan dan kemurnian emas pada metode natrium bisulfit lebih tinggi daripada
metode sianida.Rendemen emas yang diperoleh dari metode natrium bisulfit
sebesar 82,15% sedangkan pada metode sianida menghasilkan rendemen sebesar
51,38%. Emas yang diperoleh pada metode natrium bisulfit memiliki kemurnian
sebesar 83,21% lebih tinggi daripada metode sianida yang memiliki kemurnian
78,36%. Metode natrium bisulfit dapat digunakan pada konsentrasi larutan emas
lebih dari 400 ppm.
2. Rendemen yang diperoleh dari pemisahan emas batuan Alam Jawa Timur dengan
metode natrium bisulfit sebesar 1,020 %.
Saran
Luas permukaan batuan yang telah dihaluskan seharusnya berukuran 200mesh
atau lebih untuk memaksimalkan pelarutan emas ketika penambahan air raja. Proses
pembakaran harus dilakukan pada wadah yang tahan pada suhu tinggi untuk
memaksimalkan emas yang didapat pada proses pembakaran. Proses pemekatan
dilakukan lebih dari sekali supaya senyawa-senyawa lain, selain emas dapat
dihilangkan. Metode natrium bisulfit dapat digunakan pada konsentrasi larutan emas
lebih dari 400 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Alicia. 2012. What is exactly chemical process and why gold drops. Gold Refining
Forum (online), (http://goldrefiningforum.com).diakses 10 Juni 2013.
Deschenes. G. 1998. Leaching of Gold from Chalcopyrite Concentrate by Thiourea.
Hydrometalurgy, 20: 180 202.
Housecroft, C. E & Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2nd ed. England:
Ashford Colour Press Ltd., Gosport.
Lutvi M. & Damayanti R. 2009. Karakterisasi Merkuri dalam Sedimen dan Air
Pada Pengolahan Tailing Amalgamasi di Kegiatan Pertambangan Emas
Rakyat Secara Sianidasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral: Prosiding Pertambangan.
Kasongo, K. 2008. Enhanced Leaching of Gold and Silver from A Zinc Refinery
Residue in Cyanide Media: Effect of Alkaline Pre-treatment of Jarosite
Minerals. South Africa: Tshwan University Of Technology.
Kurnia, A. 2011. Peningkatan Kualitas Bijih Emas Kadar Rendah dengan Metode
Hidrometallurgi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Park, Y. J & Fray, D. J. 2008. Recovery of High Purity Precious Metals from Printed
Circuit Boards. Journal of Hazardous Materials. 164: 1152-1158.
Pitoy, M. M., Wuntu, A. D., & Koleangan, H. S. J. 2008. Detoksifikasi Sianida pa
Tailing Tambang Emas dengan Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) dan
Hidrogen Peroksida (H2O2). Manado: UNSRAT Manado
Rusli, A. M. 2009. Pengembangan Metode Ekstraksi Emas terhadap Batuan
Berkadar Emas Rendah. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Simanjuntak, FN. 2010. Penentuan Kandungan Bijih Emas dari Batuan
Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh dengan Metode Sianidasi
dan Pemurnian secara Elaktrolisis. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Steele, I. M., L. J., Gaspar, J. C., McMahon, G., Marquez, M. A. & Vasconcellos,
M. A. Z. 2000. Comparative Analysis of Sulfides for Gold using SXRF and
SIMS. The Canadian Mineralogist, 38: 1 10.
Supriyadijaja, A & Widodo. 2009. Studi Penggunaan H2O2 pada Pelarutan Bijih
Emas Sukabumi Selatan dengan Larutan Sianida. Sukabumi selatan: LIPI.
Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.
Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.
Ucar. G. 2009. Kinetics of spahlerite dissolution by sodium chlorate in hydrochloric
acid. Hydrometallurgy, 96: 39-43.
10
11