Anda di halaman 1dari 9

HIDRO-ELEKTROMETALURGI

LAPORAN PRAKTIKUM HIDRO-ELEKTROMETALURGI


Acara 3 – Sianidasi Emas-Perak Dan Titrasi Argentometri

Dewa Gde Yoga S1, Abdullah2, Aulia3, Errandy4, Firmansyah5, Nabil6, Syahwanul7, dan Syifa8
1
Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknologi Mineral,
UPN Veteran Yogyakarta, Kampus 2 UPN Babarsari 55281, Indonesia

Abstrak. Sianidasi merupakan suatu metode pelarutan emas dan perak dengan menggunakan pelarut sianida
sehingga didapatkan emas dengan kadar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Reagen pelarut yang biasanya
digunakan dalam proses sianidasi ini yaitu NaCN. Penggunaan sianidasi dalam mengambil emas dan perak dari
bijihnya dikarenakan efektifitas dari segi biaya dan teknologi. Dari perhitungan % ekstraksi yang telah
dilakukan didapatkan perolehan pada 0 menit sebesar 0% ; 10 menit sebesar 84,59% ; 25 menit sebesar
85,63% ; 45 menit sebesar 89,73% ; 60 menit sebesar 93,77% ; dan 90 menit sebesar 96,74%. Selain itu
dilakukan uji titrasi argentometri yang merupakan titrasi presipitasi dengan reagen pemisah perak nitrat. Hasil
yang perolehan yaitu kadar NaCN pada larutan hasil sianidasi pada 0 menit sebesar 290,57 ppm, 10 menit
sebesar 265,09 ppm, 25 menit sebesar 239,12 ppm, 45 menit sebesar 174,44 ppm, 60 menit sebesar 135,73 ppm,
dan 90 menit sebesar 103,39 ppm.

Keyword : Sianidasi, Sianida, Titrasi

1. Pendahuluan yaitu titrasi. Titrasi merupakan perubahan secara


perlahan suatu larutan yang konsentrasinya sudah
Emas (Au) merupakan unsur kimia yang memiliki diketahui ke larutan lain yang belum diketahui
kestabilan kimia yang tinggi, konduktivitas listrik yang konsentrasinya. Larutan yang belum diketahui
baik, dan ketahanan terhadap korosi. Bijih emas yang konsentrasinya ini akan diketahui konsentrasinya
terdapat di alam, dibedakan menjadi tiga, yaitu free setelah reaksi kimia antar kedua larutan tersebut
gold, free milling, dan refractory. Pada bijih emas free selesai. Metode titrasi digunakan karena cukup
gold, biasanya jenis bijih ini lebih mudah untuk menghemat biaya sebab penerapan yang sederhana,
dipisahkan dari mineral atau logam yang berasosiasi cepat, dan akurat. Titrasi yang bisa digunakan salah
dengan emas dan mempunyai ukuran yang relatif satunya yaitu titrasi argentometri. Reaksi agrentometri
besar. Bijih emas free milling merupakan bijih emas ini pada dasarnya merupakan reaksi pengendapan
yang biasanya memiliki hasil recovery sekitar lebih dimana zat yang ingin diketahui kadarnya diendapkan
dari 90% dan dapat diolah dengan metode perendaman oleh larutan perak nitrat (AgNO3) dan indikator
sianida konvensional. Sedangkan untuk bijih emas kromat. Zat tersebut misalnya garam halogenida (Cl,
refractory biasanya memiliki hasil recovery sekitar Br, I), sianida, tiosianida, dan fosfat. Titik akhir dari
kurang dari 50% dan memerlukan proses pre- titrasi akan ditunjukkan dengan adanya endapan warna
treatment terlebih dahulu sebelum dilakukan proses [1].
pelindian [2].
Emas yang terdapat di alam sering berasosiasi
dengan perak, sehingga perlu dilakukan proses 2. Landasan Teori
pemurnian terlebih dahulu untuk mengambil emas dan
Pengambilan logam dengan menggunakan larutan atau
perak yang terdapat di dalam bijih. Bijih emas perlu
reagen agar logam dapat terlarut merupakan proses
melalui tahapan pemurnian dengan tujuan memisahkan
pemisahan secara hidrometalurgi. Metode pemisahan
emas dan perak dari mineral atau logam pengotor yang
ini biasanya digunakan untuk pemisahan emas dari
terkandung di dalam bijih emas sehingga didapatkan
bijih emas yang berkadar rendah. Hidrometalurgi
logam murni. Salah satu metode pemurnian yang dapat
dilakukan karena bijih emas yang berkadar tinggi
digunakan yaitu proses pemurnian dengan metode
semakin sulit untuk ditemukan. Salah satu metode
leaching dengan menggunakan sianida. Pelindian atau
yang ada dalam hidrometalurgi yaitu sianidasi.
leaching dengan sianida sering disebut dengan
Sianidasi dalam hal ini merupakan suatu proses
sianidasi. Metode sianidasi sering digunakan karena
pelindian atau leaching menggunakan reagen sianida.
perolehan emas dan perak yang dihasilkan pada
Dibandingkan dengan amalgamasi, metode pelindian
metode ini dapat dikatakan tinggi. Konsentrasi sianida
sianidasi memiliki nilai perolehan (recovery) emas dan
yang ditambahkan ke dalam proses leaching sangat
perak yang lebih tinggi. Semakin kompleks mineral
berpengaruh pada perolehan emas dan perak yang
pembawa emas dan halusnya partikel emas dalam bijih
didapatkan [5].
menyebabkan proses sianidasi bijih emas
Dalam mengetahui konsumsi sianida yang akan
membutuhkan konsumsi reagen sianida yang semakin
digunakan dalam sianidasi, dilakukan suatu analisis
tinggi agar mendapatkan perolehan emas yang relatif dapat mendukung berjalannya proses pengujian pada
tinggi [4]. praktikum ini, antara lain :
Pelarut yang biasa digunakan untuk proses sianidasi
ini yaitu NaCN, KCN, Ca(CN)2 ataupun dari campuran
3.1.1 Magnetic Stirrer
ketiganya. Akan tetapi, yang umum untuk digunakan
yaitu NaCN karena mampu melarutkan emas jauh lebih Magnetic Stirrer merupakan alat yang digunakan untuk
baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi proses pengadukan antara sampel dengan larutan.
pelarutan Au yang terjadi yaitu ; Dapat dilihat pada Gambar 1.
4Au + 8CN- + O2 + 2H2O = 4Au(CN)2- + 4OH
Kelebihan dari penggunaan sianida sebagai reagen
pelarutan yaitu bisa mendapatkan persen ekstraksi
yang tinggi, kemudahan dalam pengontrolan, investasi
yang murah, dan instalasi yang lebih mudah sehingga
prosesnya efektif dalam memperoleh hasil recovery.
Akan tetapi, dibalik kemudahan tersebut terdapat
beberapa permasalahan yang serius seperti, kinetika
reaksi yang lambat dan potensi terhadap masalah
lingkungan yang ditimbulkan dari penggunaan sianida
Gambar 1. Magnetic stirrer.
ini. Walaupun sudah dikembangkan reagen lain seperti
tiosulfat, tiourea dan lainnya, tetapi keefektifan dan
keekonomisan yang dihasilkan tidak sebanding dengan 3.1.2 Timbangan
penggunaan sianida [3].
Dalam mengetahui seberapa banyak konsumsi Timbangan merupakan alat untuk menimbang berat
sianida yang digunakan dalam proses sianidasi, perlu sampel yang akan digunakan pada saat praktikum
dilakukan proses titrasi. Titrasi memungkinkan dilakukan. Timbangan dapat dilihat pada Gambar 2.
penentuan konsentrasi sianida yang optimal untuk
mencapai hasil pelindian yang maksimal. Dengan
melakukan pengukuran secara cermat terhadap jumlah
sianida yang diperlukan untuk mencapai titik akhir
reaksi, maka dapat menentukan konsentrasi yang
paling efektif untuk proses pelindian tersebut. Titrasi
merupakan metode analisis di mana sejumlah volume
larutan standar ditambahkan ke larutan yang
mengandung komponen tak dikenal, dengan tujuan Gambar 2. Timbangan.
untuk mengidentifikasi komponen tersebut. Larutan
standar adalah larutan yang memiliki konsentrasi yang
diketahui secara pasti [1]. 3.1.3 Gelas Beker
Salah satu metode titrasi yang dapat digunakan
Gelas beker digunakan sebagai tempat larutan maupun
yaitu titrasi argentometri. Titrasi argentometri ini
sampel yang akan digunakan. Gelas beker dapat dilihat
merupakan reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat
pada Gambar 3.
yang ingin dicari ditentukan kadarnya dengan cara
diendapkan oleh larutan baku AgNO 3 dengan bantuan
indikator kromat. Jenis zat yang dapat diukur dengan
metode ini termasuk garam-garam halogenida (seperti
Cl, Br, I), sianida, tiosianida, dan fosfat. Disebut
dengan metode pengendapan karena pada argentometri
memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan. Titik akhir titrasi ditunjukkan
dengan adanya endapan berwarna [1].
Gambar 3. Gelas beker.
3. Metode Penelitian
3.1.4 Erlenmeyer
Pada praktikum acara ketiga yaitu sianidasi emas-perak
dan titrasi argentometri terdapat beberapa peralatan Erlenmeyer digunakan pada saat proses titrasi sebagai
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini tempat pereaksian PLS dan rhodanine. Erlenmeyer
sehingga nantinya dapat ditentukan % ekstraksi dan dapat dilihat pada Gambar 4.
kadar NaCN yang digunakan, yaitu :

3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum
sianidasi emas-perak dan titrasi argentometri sehingga
Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046
Gambar 4. Erlenmeyer. Gambar 8. Tabung ukur.

3.1.5 Corong 3.1.9 Botol Uji


Digunakan pada saat memasukkan sampel kedalam Botol ini merupakan alat yang digunakan untuk
botol untuk dilakukannya proses pelindian. Corong melakukan uji bottle roll test dimana slurry akan
dapat dilihat pada Gambar 5. dimasukkan ke dalam botol ini. Dapat dilihat pada
Gambar 9.

Gambar 5. Corong

Gambar 9. Botol
3.1.6 Pengaduk
Pengaduk merupakan alat untuk mencampurkan 3.1.10 Bottle Roll Test
larutan dengan sampel yang akan dilakukan proses
reaksi. Pengaduk dapat dilihat pada Gambar 6. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk
memutar botol sehingga reaksi sianidasi dapat terjadi
karena adanya kontak antara reagen dengan sampel.
Dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 6. Pengaduk

3.1.7 pH Meter
Alat ini digunakan untuk mengecek pH pada campuran Gambar 10. Bottle roll test
larutan yang sedang dilakukan proses pengadukan. pH
meter dapat dilihat ada Gambar 7.
3.1.11 Buret Statif
Buret statif merupakan alat yang digunakan untuk uji
titrasi dimana PLS dan rhodanine akan direaksikan.
Dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 7. pH meter.

3.1.8 Tabung Ukur


Tabung ukur digunakan sebagai alat untuk mengukur
sebuah larutan. Dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 11. Buret statif

3.2 Bahan
Adapun beberapa bahan penting yang digunakan dalam
praktikum sianidasi perak-emas dan titrasi
argentometri agar proses pengujian pada praktikum

Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046


sianidasi perak-emas dan titrasi argentometri dapat
berjalan sesuai yang direncanakan, antara lain :

3.2.1 Bijih Emas


Bijih emas ini digunakan untuk melihat perolehan
emas yang didapatkan pada setiap larutan atau reagen
yang dipakai. Contoh dari bijih emas dapat diihat pada
Gambar 12.
Gambar 15. Rhodanine

3.2.5 Pregnant Leach Solution (PLS)


Pregnant leach solution (PLS) merupakan bahan hasil
dari proses sianidasi yang sudah disaring. Dapat dilihat
pada Gambar 16.

Gambar 12. Bijih emas.

3.2.2 Aquades
Aquades merupakan bahan yang digunakan untuk
membuat campuran dengan NaCN. Dapat dilihat pada
Gambar 13.
Gambar 16. Pregnant leach solution (PLS)

3.2.6 Larutan AgNO3


Larutan AgNO3 digunakan sebagai titrat pada proses
titrasi argentometri. Larutan ini dapat dilihat pada
Gambar 17.
Gambar 13. Aquades

3.2.3 NaCN
NaCN merupakan larutan yang digunakan sebagai
bahan pelarut untuk bijih emas sebagai pengikat Au atau
Ag pada pengujian. NaCN dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 17. Larutan AgNO3

3.2.7 CaO
CaO digunakan pada saat pH yang diperoleh kurang
dari 10,5. Cara penambahan CaO yaitu dengan
perlahan hingga pH yang diinginkan tercapai. CaO
Gambar 14. NaCN
dapat dilihat pada Gambar 18.

3.2.4 Rhodanine
Rhodanine merupakan suatu reagen yang digunakan
dalam proses titrasi dimana reagen ini akan dicampur
dengan pregnant leach solution (PLS) sehingga dapat
terjadi perubahan warna. Dapat dilihat pada Gambar
15.

Gambar 18. CaO

3.3 Prosedur Praktikum

Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046


Praktikum sianidasi emas-perak dan titrasi
argentometri kali ini bertujuan untuk melihat ke-
efektifan proses sianidasi menggunakan magnetic
stirrer dan bottle roller serta melakukan pengujian
titrasi pada PLS yang dihasilkan. Pada pengujian
sianidasi magnetic stirrer dan bottle roller memiliki
mekanisme yang hampir sama, hanya saja berbeda
pada saat proses pelindian dilakukan.
Langkah pertama yaitu mempersiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Selanjutnya mengambil
sampel bijih emas dan menimbangnya seberat 200 Gambar 21. Proses agitasi.
gram dan membuat larutan sianida dengan campuran
aquades. Pada saat pembuatan larutan sianida gunakan Sebelum dan sesudah proses agitasi dengan
magnetic stirrer, perlu dilakukan pengecekan pH pada
larutan agar pH berada pada rentang 10,5-11. Apabila
kurang dari 10,5 maka penggunaan reagen asam
sianida dapat membentuk gas HCN yang berbahaya
karena penguapan dari kandungan CN- dan ketika lebih
dari pH 11 maka dapat mengakibatkan terjadinya
perlambatan dalam pembentukan ikatan senyawa
AuCN2- saat dilakukan sianidasi.. Proses pengecekan
pH menggunakan alat yang Bernama pH meter dapat
dilihat pada Gambar 22.

gelas beker yang telah diletakkan diatas timbangan


kemudian dilarutkan dengan menggunakan aquades.
Proses pelarutan dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Proses pelarutan NaCN

Setelah itu, larutan sianida yang sudah dibuat tadi


kemudian di masukkan ke dalam sampel bijih emas
yang sudah disiapkan. Proses percampuran dilakukan
dengan cara memasukkan larutan ke sampel agar tidak
Gambar 22. Pengecekan pH pada gelas beker.
banyak debu yang bertebaran dan aduk sampel agar
tercampur rata. Proses pencampuran dapat dilihat pada
Selain sianidasi menggunakan magnetic stirrer,
Gambar 20.
dilakukan juga proses sianidasi menggunakan bottle
roller. Langkah pertama yaitu menyiapkan sampel
seberat 200 gram dan membuat larutan sianida
dicampur dengan aquades. Setelah itu, larutan tersebut
dicampurkan dengan sampel bijih pada gelas beker dan
dimasukkan ke dalam botol. Campuran sampel dan
larutan dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 20. Proses pengadukan sampel dengan larutan

Setelah pengadukan selesai, sampel dilakukan


proses agitasi dengan menggunakan magnetic stirrer.
Sehingga sampel bijih dan larutan dapat bereaksi.
Dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 23. Campuran sampel dan larutan

Setelah itu, campuran tersebut dilakukan


pengecekan terhadap pH seperti yang dilakukan pada
percobaan menggunakan magnetic stirrer. Pengecekan
pH ini dilakukan pada saat sebelum dan sesudah
dilakukan proses bottle roller. Proses tersebut dapat
dilihat pada Gambar 24.

Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046


Gambar 24. Pengecekan pH pada botol.

Setelah larutan dimasukkan kedalam bottle, maka Gambar 28. Proses titrasi
proses sianidasi menggunakan bottle roller dilakukan.
Proses sianidasi dengan bottle roller dapat dilihat pada Ketika sudah mencapai titik ekuivalen, akan
Gambar 25. ditandai dengan perubahan warna menjadi pink ke
ungu-unguan. Hasil perubahan warna dapat dilihat
pada Gambar 29.

Gambar 25. Pengadukan dengan bottle roller


Selain proses sianidasi, dilakukan juga proses titrasi
menggunakan PLS dari proses sianidasi. Analisis yang
dilakukan yaitu dengan metode titrasi argentometri,
Gambar 29. Hasil perubahan warna dari proses titrasi
Langkah pertama yaitu mengukur PLS seberat 10 mL
kemudian ditambahkan dengan indikator rhodanine
sebanyak 4 tetes. Proses tersebut dapat dilihat pada 4. Hasil Pengamatan
Gambar 26.
Hasil dari proses sianidasi emas dan titrasi pada
praktikum ini berupa perhitungan dari data sekunder
yang telah diberikan.

4.1 Hasil Data Pengamatan


Pada praktikum acara sianidasi emas-perak dan titrasi
argentometri, praktikan menggunakan data sekunder
yang diberikan oleh asisten laboratorium, yaitu :
Gambar 26. Memasukkan rhodanine kedalam larutan PLS

Setelah itu masukkan 25 mL larutan AgNO3 Tabel 1. Data Penambahan Berat Pada Pengujian Sianidasi
kedalam buret untuk dilakukannya proses titrasi. Additions
Proses tersebut dapat diihat pada Gambar 27. Time (Hours) Ore Water NaCN Lime
(g) (mls) (g) (g)
800,0 1624, 2
0 1624, 2 0,162 0,80
10 1599,2 0,023 0,00
25 1574,2 0,031 0,00
45 1549,2 0,039 0,00
60 1524,2 0,045 0,00
90 1499,2 0,160 0,00

Gambar 27. Memasukkan larutan AgNO3 kedalam buret TOTAL Solution Data 0,460Extraction0,80
(%)

Tabel 2. Data Kandungan


Oxygen pH Emas
NaCN Dalam
AuLarutan Sianidasi
Au
Setelah itu proses titrasi dilakukan dengan cara (ppm) (%) (ppm)
memutar erlenmeyer hingga mencapai titik ekuivalen 6,2 6,9
Proses titrasi dapat dilihat pada Gambar 28. 12,0 10,7 1,000 0,00 0,00
10,8 10,5 0,860 0,80 84,59
11,1 10,5 0,810 0,81 85,63
Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046
11,5 10,5 0,760 0,85 89,73
11,6 10,5 0,720 0,89 93,77
12,8 10,5 0,015 0,92 96,74
4,165 4,27 450,4692717
Tabel 7. Hasil Data Percobaan Titrasi

Tabel 3. Data Kandungan Sampel Sianidasi Yang Diambil Waktu Interval Sampling Kadar NaCN Massa NaCN
0 290,57 136,57
Removed In Sample 10 265,09 124,59
Vol NaCN Au Au Au Vessel Au Total 25 239,12 112,39
45 174,44 81,99
(ml) (g) (mg) (mg) cum've (mg) (mg)
60 135,73 63,79
0,00 90 103,39 48,59
25 0,02150 20 20 1279 1299 Berat AgNO3 1,7 gr
25 0,02025 20 40 1275 1315
25 0,01900 21 62 1317 1378
25 0,01800 22 84 1357 1440 4.2 Perhitungan
25 0,00038 23 107 1379 1486
125 0,07913 107 312 6607 6920 4.2.1 Sianidasi Emas
 % Solid
Berat Solid
Tabel 4. Data Perhitungan Ekstraksi Dari Proses Sianidasi % solid= x 100 %
Berat Solid+ Berat Liquid
Gold  Volume Liquid
m
Product Quantity Assay Mass Dist'n V=
(ppm) (mg) (%) ρ
 Volume Air Tiap Interval
Solids (g) 800,0 0,10 80 5,21
V . air=V .liquid −V . Pengambilan Sampel
Solution (mls) 1499,2 0,9 1349 87,84  Berat NaCN Tiap Interval
Solution Samples * 107 6,95 M NaCN =B awal NaCN −(Kadar NaCN x B NaCN
Total Extraction 94,79  Massa Solid/Gold Mass
Total (Au) 1536 194,79  Solid = Quantity x Assay
Calculated Head 1,92
 Solution = Quantity x Assay
 Total = Solution + Solid
Assay Head 0,9
 % Extraction Au
Au Total removedisampel
% extraction= x 100 %
AuTotal
Tabel 5. Kesetimbangan Emas Dari Proses Sianidasi
 Calculate Head
total gold mass
GOLD BALACE calculate head =
quantity solid
Head Grade 1,7241288 gpt  Head Grade
Calculated Head Grade 3,5983415 gpt Au ( ppm ) x V . solution
Extraction (%) 96,74 % head grade= x 10−6
solid (ton)
 Calculate Head Grade
−6
Cal . Head x V . sol . ( mls ) x 10
Tabel 6. Data Sampel Percobaan Titrasi calculate HG=
Waktu Interval Sampling V AgNO3 V sampel
Solid
0 5,93 10
10 5,41 10 4.2.2 Titrasi Argentometri
25 4,88 10
Untuk mengetahui kadar dari sianida pada pregnant
45 3,56 10 leach solution emas dengan menggunakan rumus
60 2,77 10 sebagai berikut :
90 2,11 10 M AgNO3 =M
Mr NaCN 49 gr/mol Mr AgNO3 = gr/mol
M AgNO3 0,01 Mr NaCN = gr/mol
V larutan 470 mL Volume larutan pelindian = mL
V aquades 1000 mL Volume aquades = mL
Mr AgNO3 170 gr/mol  Menghitung Berat AgNO3
M AgNO 3 x Mr AgN x Vol aquades
Berat AgNO 3=
1000
 Kadar NaCN (tiap interval)
Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046
V AgNO 3 x M AgNO 3 x Mr NaCN
adalah AgNO3. Proses titrasi ini dilakukan kepada hasil
Kadar NaCN = x 1000
sianidasi yang disebut pregnant leach solution (PLS)
V sampel
pada masing-masing waktu tinggal sebanyak 25 mL
 Massa NaCN (tiap Interval)
setiap variasinya sehingga akan diketahui perolehan
Kadar NaCN x V larutan pelindiemasnya. Titrasi ditujukan untuk melihat seberapa
Massa NaCN =
1000 banyak konsumsi dari NaCN yang digunakan untuk
melakukan sianidasi pada saat AgNO3 bereaksi dengan
NaCN. Sampel dari PLS akan dimasukkan ke dalam
5. Pembahasan tempat dilakukannya titrasi dan ditambahkan dengan
Praktikum pada acara ketiga yaitu sianidasi emas-perak rodhanine pada endapan Ag(CN) sehingga akan
dan titrasi argentometri, dilakukan pengujian dan menunjukkan perubahan warna dari bening kekuningan
percobaan ekstraksi menggunakan larutan sianid yang menjadi merah muda sebagai titik akhir dari titrasi.
disebut sianidasi sesuai dengan tujuan yang ingin Titrasi ditujukan untuk melihat seberapa banyak
dicapai. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi dari NaCN yang digunakan untuk melakukan
proses yang terjadi pada sianidasi emas dan perak serta sianidasi pada saat AgNO3 bereaksi dengan NaCN.
pada titrasi argentometri. Dalam proses sianidasi ini Pada tahapan sianidasi digunakan reagen yang
akan ditentukan konsumsi reagen NaCN pada proses membantu proses sianidasi yaitu sianid (CN -). Reagen
pelindian dan dapat menentukan persen ekstraksi emas ini digunakan karena saat proses sianidasi pada bijih
dari sianidasi dengan metode bottle roll test. Selain emas dengan tipe oksida akan cenderung lebih efektif
sianidasi, dilakukan juga pengujian titrasi yang yang disebabkan oleh kemampuan dari sianida untuk
bertujuan untuk menetapkan kadar suatu larutan bisa larut dalam air serta selektivitas sianida bisa
dengan melakukan pereaksian dengan menggunkaan meminimalkan kerugian emas pada saat proses
zat lain yang mana konsentrasinya sudah diketahui. ekstraksi berlangsung. Akan tetapi, meski penggunaan
Selain itu, tujuan lainnya yaitu dapat mengetahui dari sianida sebegai reagen pelarut memiliki banyak
penerapan metode titrasi sianidasi pada bidang keuntungannya pada proses ini, penggunaan sianida
ekstraksi hidrometalurgi. juga memiliki resiko besar dikarenakan sianida
Dalam proses sianidasi emas terdapat beberapa memiliki sifat yang sangat beracun bagi manusia dan
faktor penting yang dapat mempengaruhi hasil dari juga mempengaruhi kerusakan pada lingkungan
sianidasi yaitu, ukuran partikel bijih, jenis bijih, persen sekitar. Selain itu, kelemahan sianida dapat dilihat
solid, konsentrasi sianida, konsentrasi oksigen, waktu ketika konsentrasi dari sianida terlalu asam, maka akan
tinggal, pengadukan, dan juga pH slurry yang optimal. terbentuk gas HCl yang dapat membahayakan. Reagen
Dalam pelaksanaannya, pengujian sianidasi ini sianida ini dapat digantikan dengan beberapa alternatif
dilakukan dengan menggunakan magnetic stirrer dan reagen lainnya yang bisa digunakan dalam proses
bottle roll test. Hal yang dilakukan pada kedua metode pelindian (leaching) tergantung pada sampel bijih yang
ini tidak jauh berbeda, dimana secara garis besar kedua digunakan. Contoh reagen yang dapat digunakan yaitu
metode ini dilakukan percampuran bijih emas dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) walaupun reagen ini tidak
larutan sianida. Yang membedakan terletak pada seefektif dari sianida, tetapi reagen ini jauh lebih aman
proses berlangsungnya reaksi sianidasi, dimana pada dari segi lingkungan dan kesehatan.
metode magnetic stirrer dilakukan dengan kecepatan Dari percobaan dan perhitungan yang telah
putar magnet yang lebih kencang sehingga reaksi akan dilakukan, maka didapatkan hasil dari proses sianidasi
berlangsung lebih optimal dibandingkan metode bottle dengan menggunakan larutan NaCN dan titrasi
roll test yang hanya memutar botol digagang putar argentometri menggunakan AgNO3 serta reagen
dengan kecepatan sedang. Dalam setiap 10 menit akan rhodanine. Dapat diketahui persen recovery emas dari
dilakukan pengecekan dissolve oxygen dan pH slurry sianidasi pada masing-masing interval waktu 0 menit,
agar perolehan pH dapat bertahan pada rentang 10,5- 10 menit, 25 menit, 45 menit, 60 menit, dan 90 menit.
11. Apabila dalam prosesnya pH dari larutan ini Hasilnya menunjukkan bahwa perolehan pada waktu 0
mengalami penurunan di bawah 10,5 maka akan menit sebesar 0%; 10 menit sebesar 84,59%; 25 menit
menyebabkan pembentukan gas HCN yang berbahaya sebesar 85,63%; 45 menit sebesar 89,73%; 60 menit
dan dapat dilakukan penambahan kapur tohor untuk sebesar 93,77%; dan 90 menit sebesar 96,74%. Dari
menaikan pH. Sedangkan ketika pH melebihi dari hasil sudah diperoleh, maka dapat dilakukan
batas pH 11 maka dapat mengakibatkan terjadinya perbandingan menggunakan grafik, dimana grafik ini
perlambatan dalam pembentukan ikatan senyawa menunjukkan perbandingan antara % ekstraksi dengan
2-
AuCN saat dilakukan sianidasi dan dapat diberikan variasi waktu tinggal. Grafik dapat dilihat pada
penambahan larutan asam agar pH dapat turun. Akan Gambar 30 sebagai berikut :
tetapi, hal ini tidak baik dilakukan karena dapat
melarutkan logam lain yang ada pada sampel.
Dari kedua metode tersebut yaitu magnetic stirrer
dan bottle roll test dilakukan pengukuran setiap variasi
waktu yang telah ditetapkan yaitu pada 0 jam, 10 jam,
25 jam, 45 jam, 60 jam, dan 90 jam. Setelah itu
dilanjutkan dengan pengujian titrasi. Titrasi yang
digunakan yaitu titrasi argentometri dengan titrannya

Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046


Dari praktikum yang telah dilakukan, maka
G r a fi k W a k t u T i ng g a l t e r ha da p % diperolehlah kesimpulan diantaranya ;
E x t r a c ti on A u
1. Metode sianidasi merupakan metode pengolahan
120.00 emas dan juga perak dengan menggunakan pelarut
96.74 sianida. Metode ini banyak digunakan sebab bisa
100.00 84.59 85.63 89.73 93.77
dikatakan paling efektif dari segi biaya dan
80.00 teknologi.
% Extraction

2. Perolehan % Ekstraksi tiap interval :


60.00
 0 menit = 0%,
40.00  10 menit = 84,59%
 25 menit = 85,63%
20.00
0.00  45 menit = 89,73%
0.00  60 menit = 93,77%
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100  90 menit = 96,74%
Waktu Tinggal (jam) 3. Titrasi argentometri merupakan reaksi pengendapan
(presipitasi) dimana zat yang ingin dicari
ditentukan kadarnya dengan cara diendapkan oleh
Gambar 30. Grafik antara % ekstraksi dengan waktu tinggal
larutan baku AgNO3.
4. Kadar NaCN pada tiap interval :
Dari grafik yang disajikan dapat dilihat bahwa
 0 menit = 290,57 ppm
semakin bertambahnya waktu tinggal maka %
 10 menit = 265,09 ppm
ekstraksi menunjukkan kenaikan. Hal ini menunjukkan
 25 menit = 239,12 ppm
kesesuaian dengan teori dimana dikatakan jika semakin
lama waktu tinggal bijih maka akan semakin optimal  45 menit = 174,44 ppm
pula bijih untuk melakukan kontak dengan reagen  60 menit = 135,73 ppm
sianida sehingga emas dapat terlarut oleh sianida.  90 menit = 103,39 ppm.
Setelah sianidasi dilakukan, dilanjutkan dengan 5. Hasil perhitungan praktikum yang diperoleh dari
titrasi argentometri yang menggunakan titran AgNO 3. data sekunder yaitu :
Untuk menghitung kadar sianida pada sampel. PLS  Head Grade = 1,7241288 gpt.
akan ditambahkan rhodanine sehingga dapat dilihat  Calculated Head Grade = 3,5983415 gpt.
perubahan warna yang terjadi. Hasil yang diperoleh  Persen ekstraksi emas = 96,74 %.
dari perhitungan titrasi yaitu berupa massa NaCN yang
bereaksi dengan titran pada setiap interval waktu
tinggal yang digunakan yaitu 0 jam, 10 jam, 25 jam, 45 Referensi
jam, 60 jam, dan 90 jam. Hasil urutannya yaitu 136,57 1. Agung, T. U. (2009). Analisis Kadar Khlorida
gram; 124,59 gram; 112,39 gram; 81,99 gram; 63,79 Pada Air dan Air Limbah dengan Metode
dan 48,59 gram. Dari hasil ini menunjukkan bahwa Argentometri. Universitas Sumatera Utara.
terjadi penurunan nilai yang berangsur-angsur semakin 2. Anggraini, A. G. (2020). Studi Karakterisasi Bijih
turun. Hal ini menunjukkan bahwa ketika waktu Emas Dari Kabupaten Tanggamus Dengan
tinggal semakin lama, maka emas yang terlarut dalam Menggunakan Metode Diagnostic Leaching.
sianida semakin banyak dan konsumsi dari NaCN juga Skripsi Jurusan Teknik Kimia, Universitas
semakin tinggi. Selain itu NaCN bebas yang tidak Lampung.
berkontak dengan padatan jika waktu tinggal semakin 3. Arham, L. O., Mufakhir, F.R., & Saputra, H.
lama makan akan semakin sedikit juga yang tidak (2020). Studi Ekstraksi Bijih Emas Asal Pesawaran
berkontak. dengan Metode Pelindian Agitasi dalam Larutan
Metode titrasi ini juga diaplikasikan dalam industri Sianida. Journal of Science and Applicative
perusahaan. Biasanya dalam suatu industri, penerapan Technology, 4(2), 103-109.
dari metode titrasi ini juga dilakukan dalam skala 4. Salajar, R. T. & Hutabarat, I. (2018). Pelindian
laboratorium untuk melakukan pengujian terhadap air Sianidasi Terhadap Bijih Emas Hasil Oksidasi
limbah sisa tambang sebelum dibuang ke lingkungan, Dengan Menggunakan Hidrogen Peroksida.
pengembangan metode baru sehingga dapat ditentukan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral,
konsumsi reagen pada metode baru tersebut, serta 3(2), 85-96.
kontrol kualitas dimana dilakukan pengawasan 5. Tangkuman, H. D., Abidjulu, J., & Mukuan, H.
terhadap larutan kimia yang digunakan sehingga dapat (2008). Pengaruh Konsentrasi Sianida Terhadap
memastikan bahan tersebut sudah sesuai dengan Produksi Emas. Jurusan Kimia Fakultas MIPA
spesifikasi yang diinginkan. Titrasi yang dilakukan UNSRAT Manado, 1(1).
juga bermacam-macam metode tidak hanya
argentometri tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dari
perusahaan.

6. Kesimpulan

Praktikum Hidro-Elektrometalurgi – Dewa Gde Y. S. / 116210046

Anda mungkin juga menyukai