Sholat toh sholat tujuannya untuk mengingat Allah. inilah kesalahan orang dalam
bermakrifat kepada Allah, pokoknya selama kita ada jasad dan masih bersatu
dengan Ruh maka kewajiban kewajiban yang dilakukan jasad harus di lakukan
seperti apa yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Nah Fungsi makrifat sebenarnya adalah untuk beribadah, bukan setelah
bermakrifat malah meninggalkan ibadah. kalau kita beribadah dengan
mengenal Allah atau bermakrifat kepada Allah maka ibadah kita akan khusyu. tapi
jika beribadah tidak bermakrifat pasti tidak akan khusyu.
ilmu ini memang sekarang tergolong langka, jarang sekali ada seorang guru yang
mau mengajarkan ilmu ini kepada khalayak umum. Selain juga sedikit orang yang
memiliki kelebihan ilmu ini. saking langkanya ilmu ini maka banyak orang mencari
dan akhirnya tersesat. Semula mengira bahwa ia akan mengajarkan ilmu hakikat
makrifat ternyata mengajarkan yang bukan itu dan bahkan mengajarkan kesyirikan.
Buku buku yang membahas ilmu tersebut memang sudah banyak beredar namun
hal itu tidak dapat digunakan untuk pegangan dalam mempelajari ilmu ini. ilmu ini
adalah wilayah pengalaman sehingga harus diajarkan oleh seorang guru yang
memiliki pengalaman tentang hal tersebut. jadi hati hati lah untuk memilih guru,
kyai, syech..dst, kalau perlu test guru tersebut benar benar sudah makrifat atau
tidak atau hanya sekedar berilmu saja belum mengamalkan.
Makrifat bukanlah sekedar ilmu namun suatu kesadaran dengan sebenar benar
sadar bahwa tidak ada illah selain allah.
Orang kalau sudah makrifat sama allah dia akan lebih banyak diam sebab
wilayahnya adalah wilayah pengalaman pribadi jadi tidak untuk didiskusikan.
Seorang gurupun tidak mampu untuk memberikan kemampuan ini hanya saja
sang guru tersebut memberikan suatu metode masalah makrifat atau tidak itu
sangat tergantung dari Allah.
Allah lah yang akan memperkenalkan dirinya kepada hambanya yang dikehendaki
untuk memakrifati Dia. semoga kita diberi kemudahan Allah untuk mengenal NYa
Amin ya rabbal alamin.
Ada sebagian orang yang berpura-pura mengaku pengamal tasawuf tapi tidak
mengamalkan syariat. Yang demikian ini adalah sesat, karena sangat bertentangan
dengan Al Qur'an dan Al Hadis dan sangat bertentangan dengan kenyataan yang
dilaksanakan oleh para tokoh sufi pengamal tarikat Al Muktabarah. Pengakuanpengakuan yang demikian ini umumnya datang dari orang yang berpura- pura
pengamal tasawuf.
Para sufi menekankan peramalannya harus didasarkan kepada at Taslim
(penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT), At Tafwidh (berserah diri
sepenuhnya kepada Allah SWT), At Tabarri Minan Nafsi (Pembebasan diri dari hawa
nafsu), dan At Tauhid bil Khalqi wal Masyi'ah (mengesakan hanya Allah sajalah yang
Maha Pencipta dan Maha Berkehendak).
Pengamal tasawuf yang telah memperoleh kesenangan, kemanisan dalam beriman
dan beribadat, ketentraman dan ketenangan adalah suatu bukti bahwa dia telah
menjalani atau menempuh jalan yang benar dan mengamalkan syariat yang haq.
Al Ghazali mengatakan, "Ketahuilah bahwa banyak orang yang mengaku, dia
adalah menempuh jalan (tarikat) kepada Allah, tapi yang sesungguhnya,
yang bersungguh-sungguh menempuh jalan itu adalah sedikit. Adapun
tanda orang yang menempuh jalan yang sungguh-sungguh dan benar,
diukur dari kesungguhannya melaksanakan syariat. Kalaupun ada orang
yang mengaku bertasawuf dan bertarikat dan telah menampakkan
semacam kekeramatan-kekeramatan, melalaikan atau tidak mengamalkan
syariat, ketahuilah bahwa itu adalah tipu muslihat, sebab orang yang
bijaksana (orang tasawuf) mengatakan : Jika kamu melihat seseorang
mampu terbang di angkasa dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka ketahuilah
bahwa sebenarnya ia itu adalah setan."
Abu Yazid Al Bustami, menyatakan : Andaikata kamu melihat seseorang yang
diberi kekeramatan hingga dapat naik ke udara, maka janganlah kamu
tertipu dengannya sehingga kamu dapat melihat dan meneliti bagaimana
dia melaksanakan perintah dan larangan agama serta memelihara
ketentuan-ketentuan hukum agama dan bagaimana dia melaksanakan
syariat agama.
Sahl at Tasturi At Tasturi mengungkapkan tentang pokok-pokok tasawuf yang
terdiri dari tujuh pokok jalan (tarikat), yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.