Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

BIMBINGAN TEKNIS
2 Agustus 2008
Surakarta
PubliConsult - ARSADA

REMUNERATION SISTEM
RSUD KOTA YOGYAKARTA
BEBHU
P E S E R TA
K E PA L A I N S TA L A S I PAT O L O G I K L I N I K
R U M A H S A K I T U M U M D A E R A H K O TA Y O G YA K A R TA

RANCANGAN
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA
NOMOR .........................
TENTANG
SISTEM REMUNERASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA
Menimbang

Mengingat
1. Undang-undang Nonor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara

3. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 42 Tahun 2000 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi,
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta


Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10 / PMK. 02 / 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi
Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun

10.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN WALIKOTA TENTANG SISTEM REMUNERASI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KOTA YOGYAKARTA
BAB I.
KETENTUAN UMUM

Pasal 1.
1. Daerah adalah Kota Yogyakarta.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Yogyakarta
3. Walikota adalah Walikota Yogyakarta.
4. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Yogyakarta yang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum
Daerah berkedudukan di Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Badan Pengawas Rumah Sakit adalah Badan Pengawas pada RSUD
6. Direksi adalah Direktur, dan Wakil - wakil Direktur pada RSUD
7. Direktur adalah Direktur pada RSUD
8. Wakil Direktur adalah Wakil Direktur pada RSUD
9. Dokter adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter spesialis konsultan, dokter gigi,
dokter gigi spesialis yang merupakan pegawai tetap atau dokter yang sudah
menerima Surat Keputusan Direktur RSUD, termasuk dokter tamu.
10. Dokter tamu adalah dokter yang bukan pegawai RSUD, tetapi diperkenankan merawat
atau melakukan tindakan di RSUD
11. Residen adalah dokter peserta program pendidikan spesialis 1 dan spesialis 2 pada
RSUD
12. Pegawai adalah pegawai RSUD yang berstatus pegawai Rumah Sakit PPK-BLU
13. Sistem Remunerasi adalah sistem yang mengatur imbalan pegawai yang diberlakukan
di lingkungan RSUD
14. Pos Remunerasi adalah pos penerima distribusi jasa pelayanan sebagai sumber dana
insentif pegawai pada sistem remunerasi
15. Gaji adalah imbalan (upah) dasar yang bersumber dari pemerintah bagi pegawai
negeri sipil dan bersumber dari biaya operasional RSUD bagi pegawai non pegawai
negeri sipil.
16. Insentif adalah tambahan pendapatan bagi seluruh pegawai RSUD

Pasal 2.
AZAS
Sistem remunerasi berazaskan:
1. Proporsionalitas yang diukur dengan besarnya beban aset yang dikelola dan besaran
pendapatan RSUD
2. Kesetaraan yang memperhatikan industri pelayanan sejenis
3. Kepatutan yang melihat kemampuan RSUD dalam memberikan imbalan kepada
pegawai
Pasal 3.
HAK DAN KEWAJIBAN
1. Manajemen RSUD berkewajiban menyediakan alokasi dana untuk remunerasi
pegawai RSUD yang dianggarkan melalui Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
2. Setiap pegawai RSUD berhak mendapat imbalan dasar atau gaji
3. Setiap pegawai RSUD yang menghasilkan jasa pelayanan, berkewajiban
memberikan kontribusi ke Pos Remunerasi yang besaran persentasenya ditentukan
dalam sistem remunerasi.
4. Setiap pegawai RSUD yang memangku jabatan pada pusat pendapatan atau
revenue center berkewajiban untuk menyusun rencana bisnis atau business plan
unit yang dilengkapi dengan sistem akuntabilitas.
5. Yang tergolong kepada kelompok pusat pendapatan atau revenue center,
sebagaimana tercantum pada ayat 4 Pasal 3 diatas adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat

b. Instalasi Rawat Jalan


c. Instalasi Rawat Inap
d. Instalasi Rawat Intensif / Jantung Intensif
e. Instalasi Hemodialisis
f. Instalasi Bedah Sentral
g. Instalasi Farmasi
h. Instalasi Radiologi dan Pencitraan
i. Instalasi Patologi Klinik
j. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomik
k. Instalasi Mikrobiologi Klinik
l. Instalasi Bank Darah
m. Instalasi Gizi Klinik
n. Instalasi Rehabilitasi Medik
o. Instalasi Pemulasaraan Jenazah / Kedokteran Forensik
p. Ambulan
q. Instalasi Sanitasi dan Laundry
r. Instalasi lain yang menghasilkan jasa
6. Setiap pegawai yang memangku jabatan struktural atau pada cost center atau pada
pusat pengeluaran berkewajiban menyusun rencana aksi strategis atau Strategic
Action Plan yang dilengkapi dengan sistem akuntabilitas
7. Pegawai yang dimaksud pada ayat 6 Pasal III diatas adalah :
a. Direktur
b. Ketua Komite Medis
c. Ketua Komite Paramedis
d. Ketua Komite Etik dan Hukum
e. Ketua Komite Mutu
f. Kepala Satuan Pemeriksaan Intern
g. Kepala Bagian atau Kepala Bidang

h. Kepala Sub Bidang atau sub Bagian atau Kepala Seksi


i. Kepala Instalasi atau Kepala Ruang atau Departemen
8. Dokter adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter spesialis konsultan, dokter gigi,
dokter gigi spesialis yang merupakan pegawai tetap atau dokter yang sudah
menerima Surat Keputusan Direktur RSUD, termasuk dokter tamu berkewajiban
memberikan pelayanan yang optimal sesuai standar pelayanan minimal dan
produktif
9. Setiap pegawai RSUD berhak mendapatkan gaji, insentif atau merit, berlandaskan
proporsionalitas, kesetaraan dan kepatutan yang besarannya diatur dalam sistem
remunerasi
Pasal 4.
PENGERTIAN REMUNERASI
1. Sistem Remunerasi adalah sistem pembagian atau distribusi imbalan yang meliputi
gaji, insentif, merit atau bonus dan tunjangan
2. Gaji adalah imbalan dasar bagi seluruh karyawan, yang besarannya tetap sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Insentif adalah tambahan pendapatan bagi pegawai yang besarannya bisa berubah
sesuai dengan kinerja pegawai yang bersangkutan
4. Merit atau bonus adalah pendapatan tambahan pegawai yang ditentukan
berdasarkan sisa hasil usaha RSUD
5. Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan oleh RSUD kepada pejabat
dilingkungan RSUD.
Pasal 5
SUMBER PEMBIAYAAN
1. Gaji pegawai RSUD bersumber dari Pemerintah dan operasional RSUD

2. Sumber biaya sebagaimana tercantum dalam pasal 5 ayat 1, dari Pemerintah adalah
untuk pegawai negeri sipil dan biaya operasional RSUD untuk pegawai non pegawai
negeri sipil.
3. Insentif pegawai RSUD bersumber dari komponen jasa pelayanan dan atau
keuntungan usaha - usaha lain serta biaya operasional RSUD.
4. Merit / bonus bersumber dari keuntungan RSUD dan atau biaya operasional RSUD
yang khusus dianggarkan
5. Tunjangan bersumber dari Pemerintah dan atau biaya operasional RSUD sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6.
GAJI
1. Seluruh pegawai RSUD berhak menerima gaji sesuai dengan sistem remunerasi
yang diatur dalam ketentuan Sistem Remunerasi RSUD sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku
2. Besaran gaji disesuaikan dengan kepatutan dan kemampuan keuangan RSUD yang
berdasar kepada peraturan dan perundang undangan yang berlaku.
3. Gaji Direksi yang terdiri atas Direktur, Wakil Direktur Wakil Direktur, Dewan
Pengawas yang terdiri atas Ketua, Sekretaris, dan Anggota, besarannya ditentukan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2006 atau Permenkes Nomor .............
Pasal 7.
JASA PELAYANAN
1. Jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif rumah sakit terdiri atas Jasa Sarana /
Prasarana atau akomodasi dan jasa pelayanan / jasa operator / jasa lainnya.

2. Jasa Pelayanan terdiri atas jasa dokter, jasa paramedis perawat, jasa paramedis
non perawat, jasa kefarmasian, dan jasa pelaksana teknis (sesuai dengan keadaan
RSUD)
3. Jasa Pelayanan yang tercantum didalam komponen tarif bukanlah insentif
4. Selanjutnya jasa dokter, jasa paramedis perawat, jasa paramedis non perawat, jasa
kefarmasian, dan jasa tenaga teknis yang tercantum di dalam tarif RSUD, disebut
sebagai Insentif setelah diatur distribusinya dalam Sistem Remunerasi
5. Jasa Dokter adalah pendapatan individu yang dihasilkan akibat pelayanan dokter
umum, dokter spesialis, dokter spesialis konsultan, dokter gigi, dokter gigi spesialis,
dokter tamu dan bagian dari jasa pelayanan RSUD yang tercantum dalam
komponen tarif RSUD bersifat inidividual.
6. Jasa Perawat adalah pendapatan kelompok yang dihasilkan akibat pelayanan
keperawatan merupakan bagian dari jasa pelayanan RSUD yang tercantum dalam
komponen tarif RSUD. Meliputi pendapatan perawat medis umum, perawat
anestesi, perawat gawat darurat, perawat bedah, dan bidan yang bersifat kelompok.
7. Jasa Paramedis Non Perawat adalah pendapatan kelompok Radiografer, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Fisioterapis, Ahli Gizi, dan Kelompok Fungsional lainnya
yang dihasilkan akibat pelayanan non keperawatan yang merupakan bagian dari
jasa pelayanan RSUD yang tercantum dalam komponen tarif RSUD, yang bersifat
kelompok.rumah sakit.
8. Jasa Kefarmasian adalah pendapatan kelompok Farmasis / Apoteker, Asisten
Apoteker, dan pelaksanan farmasi yang dihasilkan akibat pelayanan kefarmasian
yang merupakan bagian dari jasa pelayanan RSUD yang tercantum dalam
komponen tarif

penjualan obat dan bahan habis pakai RSUD, yang bersifat

kelompok.
9. Jasa Pelaksana Teknis adalah pendapatan kelompok yang dihasilkan akibat dari
pelayanan tenaga pelaksana teknis non dokter, non paramedis, dan non
kefarmasian yang merupakan bagian dari jasa pelayanan RSUD dan tercantum

dalam komponen tarif rumah sakit, yang meliputi sopir ambulance, pelaksana kamar
jenazah, pelaksana laundry, dan pelaksana teknis lannya sesuai keadaan RSUD.
Pasal 8.
PROPORSI JASA DALAM TARIF RSUD
1. Proporsi Jasa Pelayanan Medis
Proporsi Jasa Pelayanan dalam komponen tarif rumah sakit berdasarkan ketentuan
sebagai berikut jika komponen Jasa Pelayanan tidak dipilah pilah sesuai dengan
jenis profesinya atau jika komponen tarif hanya mencantumkan Jasa Sarana /
Prasarana dan Jasa Pelayanan
a. Proporsi jasa pemeriksaan Dokter dan Perawat di Instalasi Rawat Jalan
Proporsi insentif jasa dokter di poliklinik adalah 90% dari total jasa pelayanan
yang tercantum dalam tarif, 10% adalah jasa pelayanan kelompok perawat
Instalasi Rawat Jalan (Klinik).
b. Proporsi jasa Tindakan dokter dan perawat di Instalasi Rawat Jalan
Proporsi insentif jasa dokter pada tindakan medis di Instalasi Rawat Jalan
adalah 80% dari total jasa dokter yang tercantum dalam tarif, 20% adalah jasa
pelayanan kelompok perawat di Instalasi Rawat Jalan.
c. Proporsi jasa visite dokter dan perawat di Instalasi Rawat Inap
Proporsi insentif jasa dokter pada visite di Instalasi Rawat Inap adalah 70% dari
total jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif, 30% adalah jasa pelayanan
kelompok perawat di Instalasi Rawat Inap.
d. Proporsi jasa pemeriksaan diagnostik dokter dan perawat di Instalasi Gawat
Darurat
Proporsi insentif jasa dokter pada pemeriksaan diagnostik di Instalasi Gawat
Darurat adalah 90% dari total jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif, 10%
adalah jasa pelayanan kelompok perawat Instalasi Gawat Darurat
e. Proporsi jasa Tindakan dokter dan perawat di Instalasi Gawat Darurat.

Proporsi insentif jasa dokter pada tindakan medis di Instalasi Gawat Darurat
adalah 50% dari total jasa dokter yang tercantum dalam tarif, 50% adalah jasa
pelayanan kelompok perawat di Instalasi Rawat Jalan.
f. Jasa Operasi / Pembedahan
Proporsi insentif jasa dokter bedah adalah dari jasa pelayanan tindakan operasi
yang tercantum dalam tarif, dengan jasa dokter anestesi 40 % dari jasa dokter
bedah, kelompok perawat bedah 15% dari jasa dokter bedah, perawat anestesi
10% dari jasa dokter anestesi.
g. Dokter spesialis pendamping operasi
Dokter spesialis pendamping dalam operasi mendapat insentif jasa yang
besarannya ditentukan dalam tarif rumah sakit, sesuai dengan jasa visite,
kecuali ada tindakan.
2.

Proporsi Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis


a. Jasa pelayanan pada Instalasi Radiologi dan Pencitraan.
Proporsi insentif jasa pelayanan dokter radiologi adalah 60% dari total jasa
pelayanan yang tercantum dalam tarif, 40% adalah jasa pelayanan kelompok
radiografer.
b. Jasa Pelayanan pada Instalasi Patologi Klinik
Proporsi insentif jasa dokter patologi klinik adalah 50% dari total jasa pelayanan
yang tercantum dalam tarif, 50% adalah jasa pelayanan kelompok pranata
laboratorium kesehatan, perawat laboratorium dan tenaga fungsional
laboratorium laninnya.
c. Jasa Pelayanan pada Instalasi Mikrobiologi Klinik
Proporsi insentif jasa dokter mikrobiologi klinik adalah 50% dari total jasa
pelayanan yang tercantum dalam tarif, 50% adalah jasa pelayanan kelompok
pranata laboratorium kesehatan dan tenaga fungsional mikrobiologi klinik
lainnya.
d. Jasa Pelayanan pada Instalasi Patologi Anatomik

10

Proporsi insentif jasa pelayanan dokter patologi anatomi adalah 70% dari total
jasa jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif, 30% adalah jasa kelompok
pranata laboratorium kesehatan dan tenaga fungsional patologi anatomik
lainnya.
e. Jasa Pelayanan pada Instalasi Bank Darah Rumah Sakit
Proporsi insentif jasa dokter patologi klinik / bank darah adalah 50% dari total
jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif, 50% adalah jasa pelayanan
kelompok pranata laboratorium kesehatan dan tenaga fungsional bank darah
lainnya.
f. Jasa Pelayanan Pada Rehabilitasi Medik
Proporsi insentif jasa pelayanan dokter Rehabilitasi Medik adalah 50% dari total
jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif , 50% adalah jasa kelompok
fisioterapis dan tenaga fungsional rehabilitasi medik lainnya.
g. Jasa Pelayanan Farmasi
Ditetapkan 6,25% dari omset penjualan apotik, proporsi kelompok Apoteker
adalah 60% dari total jasa pelayanan farmasi, 40% adalah jasa pelayanan
kelompok asisten apoteker dan tenaga fungsional farmasi lainnya, Dokter
h. Jasa Pelayanan Gizi
Proporsi jasa pelayanan dokter gizi klinik / nutrisionis adalah 70% dari total jasa
pelayanan konsultasi gizi, 30% adalah jasa pelayanan kelompok pegawai Instalasi
Gizi.
i. Jasa Pelayanan Pemulasaraan Jenazah / Kedokteran Forensik
Proporsi jasa pelayanan dokter forensik adalah 80% dari total jasa pelayanan
yang tercantum dalam tarif, 20% adalah jasa pelayanan tenaga lain pada
lingkungan forensik.
j.

Jasa pelayananan Instalasi Sanitasi dan Laundry adalah total dari jasa pelayanan
yang tercantum dalam tarif.

11

Pasal 9
KETENTUAN DISTRIBUSI INSENTIF
1. Setiap penghasil jasa diwajibkan memberikan kontribusi
2. Distribusi insentif terdiri atas insentif langsung dan insentif tidak langsung
3. Insentif langsung diberikan kepada individu atau kelompok yang menghasilkan jasa
pelayanan sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan dalam sistem remunerasi ini,
sebesar 50% dari proporsi jasa.
4. Sisanya sebesar 50% didistribusikan dengan rincian sebagai berikut::
a. Pos Remunerasi sebesar 35%
b. Insentif Direksi 5%
c. Insentif langsung pejabat pada staf direksi sebesar 5% secara kelompok
d. Dana taktis RS sebesar 5%
5. Insentif tidak langsung diberikan kepada seluruh karyawan berdasarkan indexing,
yang sumbernya berasal dari Pos Remunerasi
6. Direksi hanya mendapat insentif langsung dan tidak mendapat insentif tidak langsung
Pasal 10.
Distribusi Insentif Direksi
1. Insentif Direksi 5% dari total jasa pelayanan RSUD
2. Distribusi insentif direktur, 2 (dua) kali insentif wakil direktur

Pasal 11
Distribusi Insentif langsung Non Eksekutif
1. Insentif Pelayanan Non Eksekutif merupakan pelayanan terhadap pasien yang datang
ke rumah sakit dan tidak memilih dokter atau tidak memilih pelayanan eksekutif,
berlaku untuk semua kelas perawatan. Jasa pelayanan yang timbul akibat pelayanan
non eksekutif merupakan jasa pelayanan non eksekutif.

12

2. Setiap penghasil jasa pelayanan non eksekutif, berhak mendapatkan insentif langsung
50% dari jasa pelayanan yang dihasilkannya, kecuali kedokteran forensik sebesar
80%, sisanya masuk kedalam Pos Remunerasi RSUD dengan pembagian menurut
pola indexing.
a) Dokter berhak mendapat insentif langsung dengan 50% dari proporsi jasa
pelayanan dokter dan menjadi penghasilan individu dokter yang
bersangkutan.
b) Kelompok non dokter berhak mendapat insentif langsung kelompok sebesar
50% dari proporsi jasa pelayanan, termasuk di dalamnya tenaga fungsional
lain yang terlibat atau berkontribusi langsung dalam unit kerja yang
bersangkutan dengan distribusi berdasarkan indeksing yang telah ditetapkan
dalam sistem remunerasi
c) Indexing bagi tenaga fungsional lain seperti yang dimaksud dalam poin b)
pada Pasal 11 ayat 2 ini, hanya dihitung 25% dari total index yang mereka
miliki.
Pasal 12
DISTRIBUSI INSENTIF LANGSUNG PELAYANAN EKSEKUTIF
3. Insentif Pelayanan Eksekutif adalah jasa yang timbul akibat dari pelayanan eksekutif,
dibedakan dari pasien Non Eksekutif karena pasien yang dilayani adalah pasien yang
dibawa oleh masing masing dokter atau pasien yang berobat ke Instalasi Rawat Jalan
Eksekutif baik pagi maupun sore, pasien yang dengan sengaja datang ke RSUDi dan
meminta pelayanan melalui jalur pelayanan eksekutif, dengan
Ketentuannya adalah :
a. Dokter berhak mendapat insentif langsung pada Instalasi Rawat Jalan Eksekutif
secara individu sebesar 80% dari proporsi jasa pelayanan.
b. Insentif langsung pelayanan Eksekutif pada Instalasi Rawat Inap: Dokter
mendapat insentif langsung sebesar 80% dari proporsi jasa visite

13

c. Insentif langsung tindakan medis pada pelayanan Eksekutif, dokter berhak


mendapat insentif langsung individu sebesar 80% dari proporsi jasa pelayanan
d. Insentif langsung tindakan parawat eksekutif, kelompok perawat tetap
mendapat insentif langsung sebesar 50% dari jasa tindakan perawat sama
seperti insentif langsung pelayanan non eksekutif
4. Insentif Pelayanan Bedah Eksekutif adalah sebagai berikut :
a. dokter bedah berhak mendapat insentif langsung pada pelayanan bedah
eksekutif adalah 80% dari proporsi jasa pelayanan dokter bedah.
b. Insentif dokter anestesi langsung pada pelayanan bedah eksekutif adalah 80%
dari proporsi jasa pelayanan.
c. Insentif kelompok perawat bedah pada pelayanan bedah eksekutif adalah
tetap 50% sama dengan insentif langsung pelayanan non eksekutif
d. Insentif kelompok perawat anestesi pada pelayanan bedah eksekutif adalah
tetap 50% sama dengan insesntif langsung pelayanan non eksekutif.
Pasal 13.
INSENTIF TIDAK LANGSUNG
1. Dana dalam Pos Remunerasi merupakan kontribusi dari setiap penghasil jasa
yang berada pada revenue center RSUD, dari komponen jasa dan keuntungan
usaha-usaha lain dari RSUD
2. Distribusi berdasarkan scoring yang ditentukan dengan perhitungan indexing yang
ditetapkan dalam sistem remunerasi
3. Seluruh pegawai dapat menerima insentif tidak langsung sesuai dengan besaran
total

score

individu

pegawai

yang

bersangkutan

dengan

rumus

INSENTIF = ( Score individu : Total Score RSUD) X Total Dana Pos Remunerasi.
4. Insentif tidak langsung dikaitkan dengan sistem Akuntabilitas Kinerja Pegawai

14

5. Jika pegawai mencapai kinerja 100% sesuai dengan target / standard, maka
pegawai yang bersangkutan mendapat insentif 100% sesuai dengan nilai total
index perorangan.
6. Jika pegawai hanya memiliki kinerja 80%, maka insentif pegawai yang
bersangkutan adalah 80% dikali insentif yang seharusnya diterima
Pasal 14
MERIT / BONUS, TUNJANGAN
1. Merit / Bonus adalah penghargaan dari RSUD atau Pemerintah Daerah atas dasar
prestasi kinerja pegawai.
2. Merit / Bonus bisa dalam bentuk Tunjangan Hari Raya, Bonus atau penghargaan
lain dalam bentuk reward
3. Reward dapat diberikan kepada pegawai yang berprestasi
4. Tunjangan berdasarkan ketentuan yang berlaku di lingkungan Pemerintah Daerah.

Pasal 15
DISTRIBUSI INSENTIF
1. Falsafah dasar insentif adalah motivasi kerja berdasarkan fee for performance .
2. Insentif langsung maupun tidak langsung dibayarkan pada bulan berikutnya
paling lambat pada setiap tanggal 10, setelah pelayanan dalam bulan berjalan
selesai.
3. Score individu dihitung oleh atasan yang bersangkutan dan perhitungan total
score individu yang menjadi score RSUD ditetapkan oleh Kepala Sub Bagian
SDM .
4. Besaran tidak langsung bagi setiap pegawai bisa berbeda setiap bulan
bergantung kepada besar kecilnya Pos Remunerasi

15

5. Yang berwenang membayarkan insentif adalah Wakil Direktur Administrasi dan


Keuangan RSUD.
6. Score individu bisa berubah setiap bulan bergantung kepada perubahan basic
index, perubahan pendidikan, perubahan posisi / jabatan, dan kinerja.
7. Insentif langsung hanya berlaku kepada pegawai yang menghasilkan jasa
pelayanan
8. Pegawai yang bukan penghasil jasa pelayanan hanya mendapat insentif tidak
langsung.
Pasal 16
INDEXING
1. Indexing adalah cara atau perangkat untuk rnenentukan besaran score individu
pegawai sesuai dengan beban kerjanya
2. Indexing berdasarkan
a. Basic index atau index dasar untuk penghargaan sebagai insentif dasar
bagi seluruh pegawai yang standarnya diadopsi dari gaji pokok pegawai
yang bersangkutan dengan ketentuan setiap Rp 100.000,- (Seratus Ribu
Rupiah) gaji pokok sama dengan 1 (satu) nilai index, pegawai honor RSUD
gaji pokoknya disetarakan dengan gaji pokok terendah PNS sesuai
dengan pendidikannya.
b. Kualifikasi / capacity index adalah untuk memberikan penghargaan nilai
kualifikasi / capacity berdasarkan pendidikan pegawai atau keterampilan
yang bersertifikat dengan ketentuan sebagai berikut:
SD

SMP

SMA /SAA

D-1

D-3

16

D-4

S1

S2 / Dokter Umum /Dokter Gigi / Apoteker/ Ners

Dokter Spesialis / Dokter Gigi Spesialis

S3 / Subspesialis / Sp. Konsultan

10

Tingkat pendidikan atau keterampilan yang tidak sesuai dengan posisi


kerja pegawai tidak diakui dalam sistem ini.
Misal: seorang Sarjana Keperawatan bekerja sebagai Kepala Tata Usaha
maka Kesarjanaannya tidak berlaku.
Kursus / pelatihan bersertifikat (minimal 24 jam)sesuai dengan posisi kerja
pegawai, diberi penghargaan dengan tambahan nilai 1 (satu) dan hanya
berlaku 1 (satu) tahun atau sesuai dengan masa berlaku sertifikat.
c. Risk Index adalah nilai untuk resiko yang diterima pegawai akibat
pekerjaannya. Nilai resiko terbagi menjadi 4 grade yaitu
-

Resiko grade I dengan nilai index 1 adalah kemungkinan terjadi resiko


kerja yang bersifat fisik apabila pegawai yang bersangkutan bekerja
sesuai prosedur tetap dan prosedur kerja.

Resiko grade II dengan nilai index 3 adalah kemungkinan terjadi resiko


kerja yang bersifat kimiawi apabila pegawai yang bersangkutan
bekerja sesuai prosedur tetap dan prosedur kerja

Resiko grade III dengan nilai index 6 adalah kemungkinan terjadi


resiko

kerja

yang

bersifat

radiasi

walaupun

pegawai

yang

bersangkutan bekerja sesuai prosedur tetap dan prosedur kerja


-

Resiko grade IV dengan nilai index 8 kemungkinan terjadi resiko kerja


yang bersifat infeksius walaupun pegawai yang bersangkutan bekerja
sesuai prosedur tetap dan prosedur kerja

Masing-masing bagian mempunyai pengelompokkan / daftar dari jenis


pekerjaan sesuai dengan gradenya.

17

d. Emergency index adalah penilaian terhadap beban emergency yang


harus disegerakan. Terdiri dari 4 (empat) grade yaitu grade I dengan nilai
1, grade II dengan nilai index 2 dan grade III dengan nilai index 3 dan
grade IV dengan nilai index 4.
Misalnya :
Pegawai shift malam > 8 X : grade IV
Pegawai shif malam minimal 8x : grade III
Pegawai shif malam minimal 5x : grade II
Pegawai shif malam minimal 2x : grade I
Atau
Pegawai shift sore > 15x : grade IV
Pegawai shift sore minimal 15x : grade III
Pegawai shift sore minimal 10x : grade II
Pegawai shift sore minimal 5x : grade I
Atau
Seorang pegawai yang bekerja di suatu bagian yang berkaitan langsung
dengan pasien yang selama bulan berjalan dipanggil di luar jam dinas
Lebih dari 8X : grade IV
Minimal 8x : grade III
Minimal 5x : grade II
Minimal 2x : grade I
e. Position index adalah untuk menilai beban jabatan yang disandang
pegawai yang bersangkutan. Dengan ketentuan kelompok jabatan sebagai
berik ut :
No

Kelompok Jabatan

1
2

Staf
Kepala Ruangan, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi,

Koordinator, Ketua Panitia,


Kepala Instalasi, Kepala Bidang, Kepala Bagian,

18

Index
1
2
4

Ketua SMF, Ketua Sub Komite


Wakil Direktur, Ketua Komite Medik, Ketua Komite

Paramedis, Ketua SPI, Badan Pengawas


Direktur

f. Performance index untuk mengukur hasil / pencapaian kerja dari


pegawai. Kinerja dikaitkan dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja (sistem
manajemen kinerja). Nilai index kinerja adalah dua kali basic index
Penilaian index kinerja berdasarkan :
Penilaian pejabat di RSUD adalah terhadap pencapaian target / standar
yang telah ditentukan dalam rencana kinerja individu.
g. Setelah dilakukan indexing, maka dilakukan Rating yaitu :
1. Basic Index

Rate 1

2. Kualifikasi index

Rate 3

3. Risk Index

Rate 3

4. Emergency Index =

Rate 3

5. Position Index

Rate 3

6. Performance index =

Rate 4

h. Score adalah nilai individu yang merupakan pengkalian dari index


terhadap rating atau bobot (rating)
i. Total score individu adalah penjumlahan dari score basic, kualifikasi /
capacity, risk, emergency, position dan performance index.
j. Total score individu seluruh pegawai dijumlahkan menjadi Total Score
RSUD
Pasal 17
Format Indexing
No
1

Objek
Basic Index

Index

Rating
1

Score

19

Setiap gaji pokok PNS Rp. 100.000 bernilai 1 index


Pegawai Non PNS disesuaikan dengan gaji Pokok
PNS
Kualifikasi/ Capacity Index
a. SD
1
b. SMP
2
c. SMA
3
d. D-1
4
e. D-3
5
f. D-4
6
7
g. S-1
8
h. S-2 / Dokter Umum / Dokter Gigi / Apoteker
9
i. Dokter / Dokter Gigi Spesialis
10
j. Dokter Subspesialis / Konsultan
Risk Index
a. Grade I
1
b. Grade II
3
6
c. Grade III
Emergency Index
a. Grade I
1
b. Grade II
3
c. Grade III
6
Position Index
a. Staf
1
b. Kepala Ruangan, Kasubid, Kasubag, Kasie, Ketua
2
Panitia
c. Kepala Instalasi, Kabag, Kabid, Ketua SMF, Ketua Sub
4
Komite
d. Wakil Direktur, Ketua Komite Medik, Ketua Komite
6
Paramedis, Ketua SPI, Badan Pengawas
8
e. Direktur
Performance Index
Pejabat berdasarkan capaian indikator, standar dan
2 x Basic
target dalam Business Plan atau SAP
Index
Tenaga teknis berdasarkan penilaian kinerja sesuai
Sistem Manajemen Kinerja
TOTAL SCORE INDIVIDU

Pasal 18
KRITERIA PENILAIAN KINERJA

20

1. Pegawai yang memegang jabatan atau memangku jabatan pada pusat


pendapatan (revenue center) diwajibkan menyusun Rencana Bisnis atau Business
Plan Unit, yang dilengkapi Sistem Akuntabilitas
2. Penilaian kinerja pejabat revenue center sebagaimana dimaksud pada Pasal 18
ayat (1) berdasarkan indikator kinerja, target dan atau standar yang telah
tercantum dalam Rencana Bisnis
3. Pegawai yang memegang jabatan atau memangku jabatan pada pusat
pengeluaran (cost center) diwajibkan menyusun Rencana Aksi Strategis atau
Strategic Action Plan, yang dilengkapi Sistem Akuntabilitas.
4. Penilaian kinerja pejabat pada cost center sebagaimana dimaksud pada Pasal 18
ayat (3) berdasarkan indikator kinerja, standar dan atau target yang telah
tercantum dalam Strategic Action Plan
5. Penilaian pegawai yang tidak memangku jabatan tertentu atau tenaga teknis
fungsional dilakukan oleh atasan yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam sistem manajemen kinerja.

Pasal 19
LAIN LAIN
1. Besaran jasa pelayanan dokter / dokter gigi, perawat, tindakan, operator dan
tenaga teknis ditetapkan dalam kebijakan tarif RSUD
2. Keuntungan apotek ditetapkan 25% dari harga pembelian, 10% masuk sebagai
pendapatan RSUD, 2% jasa pelayanan kefarmasian, 8% masuk Pos Remunerasi
dan 5% Dana Taktis RSUD.
Pasal 20
SANKSI

21

1. Pegawai RSUD yang memangku jabatan berkinerja buruk selama 2 (dua) tahun
berturut-turut, dapat diberhentikan dari jabatannya.
2. Pegawai RSUD yang berkinerja buruk selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
dipertimbangkan untuk diberhentikan sebagai pegawai RSUD, sesuai dengan
ketentuan dan ketetapan yang berlaku dilingkungan RSUD
3. Pegawai RSUD yang mengambil cuti besar selama 3 (tiga) bulan, secara otomatis
tidak mendapatkan insentif selama waktu cuti.
4. Jika sebagaimana dimaksud Pasal 20 ayat ( 3 ) diatas pegawai tersebut digantikan
oleh pegawai yang setara, maka insentif yang seharusnya diterima adalah menjadi
hak pegawai pengganti, atau insentif langsungnya adalah menjadi hak dari
pegawai pengganti.
5. Jika pegawai RSUD terbukti mencuri, maka insentif langsung maupun insentif
tidak langsungnya dipotong sebesar 50%
6. Pegawai RSUD yang membocorkan rahasia Badan Layanan Umum Daerah RSUD
kepada pihak luar, insentifnya dipotong sebesar 50%
7. Pegawai RSUD yang terbukti menggunakan narkoba, insentifnya dipotong 100%
8. Karyawan yang berkelahi, insentif langsung keduanya dipotong 50%

Pasal 21
PENUTUP
1. Sistem ini dapat diubah sesuai dengan kesepakatan Pemerintah Daerah.
2. Sistem Remunerasi merupakan acuan syah secara hukum yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Walikota.

22

23

Anda mungkin juga menyukai