LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
: Syaipul Bahri
: 61 tahun
: Laki-laki
: Jln. Anggrek Karang Asam Rt. 07 Rw. 03 Tanjung
Agama
Bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Ruangan
MRS
ANAMNESA
a. Keluhan Utama: Pasien dikonsulkan dari bagian atau Departemen
Penyakit Dalam RSMH untuk dilakukan pemeriksaan gigi dan
mulut untuk mengevaluasi dan tatalaksana bengkak pada gusi
pasien.
b. Keluhan Tambahan : Pasien mengeluhkan sulit untuk membuka
mulutnya.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien dirawat di bagian atau
departemen penyakit dalam RSMH dengan diagnosis Adeno Ca
Prostat + melena e.c gastric erosive e.c NSAID. Pasien
mengeluhkan bengkak pada gusi dan nyeri sehingga pasien sulit
untuk membuka mulutnya pada saat akan dilakukan tindakan
endoscopic
Ada
Disangkal
III.
sendiri.
Kebiasaan merokok (+)
Kebiasaan mengonsumsi permen atau coklat (-)
Mukosa bukal
Mukosa labial
Palatum
Lidah
Dasar mulut
Ginggiva
Malposisi
: (-)
Maloklusi
: (-)
Debris
Plak
Kalkulus
Missing teeth
: (+), 2 7, 2 8, 4 7, 4 8
d. Status lokalis
Gigi
Lesi
Sondase
CE
Perkusi
Palpasi
Diagnosis
Tindakan
16
D4
Tidak
Karies Dentin
Pro
disertai
Ekstraksi
dilakukan
periodontitis
grade II
46
D4
Tidak
dilakukan
Karies Dentin
Pro
disertai
Ekstraksi
periodontitis
grade II
35
D6
Tidak
dilakukan
Gangren
Pro
Radiks
Ekstraksi
36
D4
Tidak
Karies dentin
dilakukan
Pro
Ekstraksi
disertai
periodontitis
grade II
37
D6
Tidak
Gangren
Pro
Radiks
Ekstraksi
Gangren
Pro
Radiks
Ekstraksi
dilakukan
44
D6
Tidak
dilakukan
D4
D4
IV
III
II
II
III
IV
IV
III
II
II
III
IV
D6
D6
D4
D6
ODONTOGRAM
IV.
TEMUAN MASALAH
o Abses periapikal pada gingival 3.7
o Plak di semua kuadran atau regio
o Calculus pada gigi posterior semua regio/ kuadran
RENCANA TERAPI
o Abses periapikal
: Insisi abses + Ab
: Pro ekstraksi
VII.
PROGNOSIS
o Gigi 1 6 Quo ad Vitam & fungsionam
o Gigi 3 5 Quo ad Vitam & fungsionam
o Gigi 3 6 Quo ad Vitam & fungsionam
o Gigi 3 7 Quo ad Vitam & fungsionam
o Gigi 4 4 Quo ad Vitam & fungsionam
o Gigi 4 6 Quo ad Vitam & fungsionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
HASIL KONSUL
Terdapat fokal infeksi pada gigi pasien ditemukan abses e.c sisa
akar pada gigi 3.7 dengan diagnosis Gangren radix- pro ekstraksi,
ditemukan sisa akar pada gigi 3.5 pro ekstraksi, ditemukan sisa akar
pada gigi 4.4 pro ekstraksi, ditemukan karies dentin disertai
periodontitis grade II pada gigi 1.6, 3.6 dan gigi 4.6 pro ekstraksi+
konservatif.
Saran
o Sebaiknya dilakukan ekstraksi gigi 3 7 jika
keadaan umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI GIGI
Gigi merupakan bagian terkeras dari tubuh, gigi tersusun atas
beberapa bagian. Berikut bagian-bagian yang menyusun gigi:
a. Akar gigi adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang
dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat menonjol di atas gusi
sehingga dapat dilihat.
c. Leher gigi adalah tempat bertemunya mahkota dan akar gigi
10
c) Pulpa
Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi.
Pulpa berisi pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Tugas dari
pulpa adalah mengatur nutrisi/makanan agar gigi tetap hidup,
menerima rangsang, membentuk dentin baru bila ada rangsangan
panas, kimia, tekanan, atau bakteri yang dikenal dengan dentin
sekunder. Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
a. Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada
bagian tengah korona gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan
pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk mengendapkan dentin
sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa.
b. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.
c. Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat
pada bagian akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar
sesuai dengan jumlah akar, tetapi sebuah akar mungkin mempunyai
lebih dari sebuah saluran.
12
d. Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada
apeks akar berupa suatu lubang kecil.
e. Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih
dari satu foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2
atau lebih cabang dekat apikalnya yang disebut multiple foramina /
supplementary canal.
f. Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa
dihhubngkan dengan ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu
akar mempunyai lebih dari satu saluranpulpa, misalnya akar mesiobukal dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah mempunyai 2
saluran pulpa yang berakhir pada sebuah foramen apikal.
13
ii.
iii.
c) Ligamentum Periodontal
Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan konektif
yang
mengelilingi
akar
gigi
dan
mengikatnya
ke
tulang
14
d) Tulang alveolar
Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup
tulang rahang secara keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg
berfungsi membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi.
15
Aspek incisal
Aspek oklusal
: Permukaan gigit.
Aspek labial
Aspek radix
Aspek palatal
Aspek bukal
Aspek mesial
Aspek distal
Aspek lingual
Aspek proksimal
16
B. ABSES PERIODONTAL
1) Definisi
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir
pada jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses
periodontal lateral atau abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai
lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan periodonsium terjadi
selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui gejala klinis
dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan terletak di dalam saku
periodontal.
2) Klasifikasi
Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria, yaitu:
1. Berdasarkan lokasi abses
a) Abses gingival
Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada
marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi
inflamasi akut yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk
infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran
klinisnya
merah,
licin,
kadang-kadang
sangat
sakit
dan
lunak
karena
17
adanya
eksudat
purulen
dan
bengkak,
memungkinkan
lesi
yang
terbentuknya
18
sakit
eksudat
jika
disentuh
purulen,
dan
trismus,
19
Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak
terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan
periodontitis tidak terawat setelah terapi antibiotik sistemik untuk
masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien multipel
eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada
beberapa gigi.
3) Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:
a) Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis. Hal-hal yang
berhubungan dengan periodontitis adalah:
Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
Penutupan marginal saku periodontal yang
dapat
tidak diketahui.
Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.
Infeksi lateral kista.
Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat
menjadi predisposisi pembentukan abses periodontal. Adanya
cervical cemental tears dapat memicu pekembangan yang cepat
dari periodontitis dan perkembangan abses.
4) Manifestasi Klinis
20
Gejala utama abses gingiva adalah nyeri pada gigi yang terinfeksi,
yang dapat berdenyut dan keras. Pada umumnya nyeri dengan tiba-tiba,
dan secara berangsur-angsur bertambah buruk dalam beberapa jam dan
beberapa hari. Dapat juga ditemukan nyeri menjalar sampai ketelinga,
turun ke rahang dan leher pada sisi gigi yang sakit.
Pembentukan abses ini melalui beberapa stadium dengan masingmasing stadium mempunyai gejala-gejala tersendiri, yaitu:
1. Stadium subperiostal dan periostal
Pembengkakan belum terlihat jelas
Warna mukosa masih normal
Perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat
Palpasi sakit dengan konsistensi keras
2. Stadium serosa
Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika
serosa dari tulang dan pembengkakan sudah ada
Mukosa mengalami hiperemi dan merah
Rasa sakit yang mendalam
Palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi
3. Stadium sub mukous
Pembengkakan jelas tampak
Rasa sakit mulai berkurang
Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat
Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit
Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi
4. Stadium subkutan
Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit
Warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat
Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah
Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata
Gejala-gejala umum dari abses gingiva adalah :
21
5) Patogenesis
Abses gingival sebenarnya adalah komplikasi daripada karies gigi.
Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah atau
hancur). Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan
menginfeksi bagian tengah (pulpa) gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke
akar gigi dan tulang yang menyokong gigi. Infeksi menyebabkan
terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari jaringan tubuh yang mati,
bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih) dan
pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit gigi. Jika
struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan
meluas terus menerus sehingga menjalar ke jaringan yang lain.
Penyebaran abses selanjutnya adalah:
1. Periostitis
Perjalanan pus ini mengalami beberapa kondisi, karena sesuai
perjalanannya, dari dalam tulang melalui cancelous bone, pus bergerak
menuju ke arah tepian tulang atau lapisan tulang terluar yang kita
kenal dengan sebutan korteks tulang. Tulang yang dalam kondisi hidup
dan normal, selalu dilapisi oleh lapisan tipis yang tervaskularisasi
dengan baik guna menutrisi tulang dari luar, yang disebut periosteum.
Karena memiliki vaskularisasi yang baik ini, maka respon keradangan
juga terjadi ketika pus mulai mencapai korteks, dan melakukan
eksudasinya dengan melepas komponen keradangan dan sel plasma ke
rongga subperiosteal (antara korteks dan periosteum) dengan tujuan
menghambat laju pus yang kandungannya berpotensi destruktif
tersebut. Peristiwa ini alih-alih tanpa gejala, tapi cenderung
menimbulkan rasa sakit, terasa hangat pada regio yang terlibat, bisa
22
timbul
pembengkakan,
peristiwa
ini
disebut
peiostitis/serous
produk-produknya,
dan
menjalar
hingga
pulpa.
yang
dibatasi/ditutupi/dilapisi
oleh
lapisan
jaringan
c. Sublingual spaces
d. Submandibular spaces
Canine spaces
Berisi muskulus levator anguli oris, dan m. labii superior.
Infeksi daerah ini disebabkan periapikal abses dari gigi
caninus maksila. Gejala klinisnya yaitu pembengkakan pipi
bagian depan dan hilangnya lekukan nasolabial. Penyebaran
lanjut dari infeksi canine spaces dapat menyerang daerah
infraorbital dan sinus kavernosus.
Buccal spaces
Terletak sebelah lateral dari m. buccinator dan berisi kelenjar
parotis dan n. fascialis. Infeksi berasal dari gigi premolar dan
molar yang ujung akarnya berada di atas perlekatan m.
25
Infratemporal spaces
Terletak
di
posterior
dari
maksila,
lateral
dari proc.
Submental space
Infeksi berasal dari gigi incisivus mandibula. Gejala infeksi
berupa bengkak pada garis midline yang jelas di bawah dagu.
Sublingual space
Terletak di dasar mulut, superior dari m. mylohyoid, dan
sebelah medial dari mandibula. Infeksi berasal dari gigi
anterior mandibula dengan ujung akar di atas m. mylohyoid.
Gejala
infeksi
berupa
pembengkakan
dasar
mulut,
Submandibular space
Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m.
platysma. Infeksi berasal dari gigi molar mandibula dengan
ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari pericoronitis.
Gejala infeksi berupa pembengkakan pada daerah segitiga
submandibula leher disekitar sudut mandibula, perabaan terasa
lunak dan adanya trismus ringan.
Masticator space
Berisi m. masseter, m. pterygoid medial dan lateral, insersi
dari m. temporalis. Infeksi berasal dari gigi molar III
mandibula. Gejala infeksi berupa trismus dan jika abses besar
26
hot
potato
spaces yang
voice
dan
serius
stridor.
karena
Merupakan
infeksi
dapat
meliputi rasa nyeri (mulai dari rasa ketidaknyamanan yang ringan sampai
rasa nyeri hebat), gingiva yang lunak, membengkak dan sensitif terhadap
perkusi pada gigi yang bersangkutan. Gejala lain yang berkaitan adalah
gigi yang ekstrusi dan meningkatnya kegoyangan gigi.
Selama
berlangsungnya
pemeriksaan
periodontal,
abses
kegoyangan
gigi.
Pemeriksaan
radiografi
dapat
Analgesik
Abses gingiva sangat nyeri, tetapi dapat digunakan analgesik
b) Dental procedures
Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses
gingiva adalah incisi (dibuka) absesnya, dan didrainase nanah yang
berisi bakteri. Prosedur ini pada umumnya dilakukan apabila sudah
di anaestesi lokal terlebih dahulu, sehingga area yang sakit akan
mati rasa. Pada abses gingival, dokter gigi akan mengeluarkan
nanah (pus), dan secara menyeluruh membersihkan periodontal
pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi dengan scaling
28
c) Surgery
Jika terjadi infeksi berulang, harus dilakukan pembedahan yang
dapat membentuk kembali jaringan gusi dan memindahkan
periodontal pocket. Dalam beberapa kasus, infeksi abses gingiva
dapat terulang bahkan setelah prosedur pembedahan. Jika ini
terjadi, atau jika gigi telah pecah, mungkin perlu dipindahkan
semuanya.
Berikut adalah penatalaksanaan berdasarkan stadium terjadinya
abses :
Stadium
submukosa
dan
subkutan Dilakukan
insisi
dan
diberikan
obat-obatan
antibiotika,
antiinflamasi,
karena
manipulasi
ekstraksi
yang
dilakukan
29
dapat
8) Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul karena abses periodontal meliputi
kehilangan gigi dan penyebaran infeksi, dibawah ini akan dijelaskan
secara rinci:
a. Kehilangan Gigi
Abses periodontal yang dikaitkan dengan kehilangan gigi biasanya
dijumpai pada kasus-kasus periodontitis sedang sampai parah. Abses
periodontal merupakan penyebab utama dilakukan ekstraksi gigi pada fase
pemeliharaan dimana terjadi pembentukan abses yang berulang dan gigi
mempunyai prognosis buruk.
b. Penyebaran Infeksi
Sejumlah literatur menyatakan bahwa infeksi sistemik dapat berasal dari
abses periodontal. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu: penyebaran
bakteri dalam jaringan selama perawatan atau penyebaran bakteri melalui
aliran darah karena bakteremia dari abses yang tidak dirawat.
Pada abses dentoalveolar yang berasal dari endodontik lebih sering
menyebabkan komplikasi penyebaran infeksi daripada abses periodontal.
Cellulitis, infeksi subkutaneus, phlegmone dan mediastinitis dapat berasal
dari infeksi odontogenik tetapi jarang berasal dari abses periodontal.
Namun, abses periodontal dapat berperan sebagai pusat infeksi non oral.
Abses periodontal bisa menjadi pusat dari penyebaran bakteri dan produk
bakteri dari rongga mulut ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan
keadaan infeksi yang berbeda. Pada perawatan mekanikal abses
periodontal bisa menyebabkan bakteremia seperti pasien dengan
endoprotesa atau imunokompromise dapat menyebabkan infeksi non oral.
Paru-paru bisa bertindak sebagai barier makanikal dimana bakteri
periodontal dapat terjebak dan dapat menyebabkan penyakit. Adakalanya
penyebaran bakteri periodontal dapat berakibat menjadi abses otak.
Sejumlah laporan kasus dari periodontal patogen bahwa pada abses otak
30
BAB III
ANALISIS MASALAH
Tn. SB, 61 tahun dirawat di Bagian Penyakit Dalam RSMH Palembang
dengan diagnosis AdenoCarcinoma prostat + melena e.c gastric erosive e.c
NSAID dan sekarang sedang menjalani kemoterapi siklus ke 6. Pasien
dikonsulkan dari bagian atau Departemen Penyakit Dalam RSMH untuk
dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk mengevaluasi dan tatalaksana
bengkak pada gusi pasien. Pasien memiliki keluhan tambahan berupa sulit
membuka mulut akibat bengkak tersebut.
Riwayat perjalanan penyakit pada pasien yaitu sejak 10 tahun yang lalu
penderita sering merasakan nyeri pada gigi nya, nyeri tersebut dirasakan penderita
berdenyut-denyut dan hilang timbul. Os mengatakan tidak merasakan ngilu saat
makan panas atau dingin. Pasien selama ini tidak pernah memeriksaan gigi ke
dokter gigi. Penderita juga mengeluhkan giginya sering goyang, lalu penderita
sering menggoyangkan giginya tersebut hingga patah. Sejak 1 bulan yang lalu
penderita mengalami bengkak pada gusi dan berobat ke dokter gigi di tanjung
enim, penderita diberikan obat kemudian bengkak tersebut hilang perlahan. Saat
ini Os kembali mengalami bengkak dan nyeri pada gusi, nyeri dirasakan Os
berdenyut-denyut dan terus menerus. Os mengatakan gigi kiri belakang bawahnya
ada yang goyang.
Adanya keluhan bengkak pada gusi, nyeri disertai pipi yang juga ikut
membengkak merupakan pertanda telah terjadinya penjalaran abses. Untuk
memastikan penyebab dari terbentuknya abses tersebut maka diperlukan
pemeriksaan intraoral yang meliputi pemeriksaan inspeksi, sondase, chlor etil,
31
perkusi dan palpasi. Pasien mengeluhkan bengkak ini dialaminya untuk yang
kedua kali, sebelumnya penderita telah mengalami bengkak 1 bulan yang lalu, dan
sembuh setelah diberikan obat oleh dokter. Hal ini menunjukkan bahwa, fokus
infeksi dari penyebab abses ini belum hilang sehingga bengkak ini dapat berulang
kembali.
Pasien mengeluhkan adanya rasa sakit saat ia menggosok gigi, terkadang
juga gusi berdarah ketika menggosok gigi. Hal ini menandakan adanya proses
inflamasi pada jaringan lunak disekitar gigi baik itu dapat berupa gingivitis dan
periodontitis atau menggosok gigi ini memberikan stimulasi yang merangsang
serabut saraf sehingga rasa nyeri timbul seketika dan menghilang saat stimulasi
(menggosok gigi) tidak ada atau terus menerus ada walaupun stimulus telah
dihilangkan tergantung dari derajat inflamasi (mencakup luasnya jaringan
periodontal yang terlibat) dan kedalaman caries pada pasien. Adanya dugaan
keterlibatan inflamasi jaringan periodontal dikarenakan adanya kebiasaan oral
hygiene pasien yang buruk berupa kebiasaan gosok gigi 2 kali sehari, namun
setiap mandi pagi dan sore saja, pasien tidak pernah menggosok gigi sebelum
tidur, tidak pernah sama sekali memeriksakan gigi ke dokter gigi dan juga adanya
kebiasaan menggoyangkan giginya yang goyang hingga patah menggunakan
tangan. Faktor- faktor tersebut sangat berhubungan dengan mudahnya terbentuk
plak, calculus dan juga memberikan port dentry untuk mikroorganisme yang
nantinya akan menyebabkan caries dental dan inflamasi pada jaringan periodontal.
Secara umum, perjalanan abses dapat melalui 3 jalur yaitu jalur periapikal,
periodontal dan perikoronal. Jalur periapikal terjadi sebagai hasil dari nekrosis
pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal. Jalur periodontal, sebagai hasil
dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan jalur perikoronal, yang terjadi
akibat terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini terjadi hanya
pada gigi yang tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Pada kasus ini, kemungkinan
abses terjadi melalui jalur periapikal karena adanya nekrosis pulpa berupa
gangrene radiks pada gigi 3.7, Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri
bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis
pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses
32
infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat
dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut sehingga dijumpai adanya
pembengkakan pada gingival seperti pada kasus. Ketika puncak akar ditemukan di
bawah otot mylohyoid (molar kedua dan ketiga) seperti pada kasus ini, pus
menyebar ke ruang submandibular dan terjadi pembengkakan ekstraoral.
Saat dikonsulkan ke Poli Gigi dan Mulut keadaan umum pasien tampak
kompos mentis, nadi 80 x/m, pernafasan 20 x/m, suhu 36,50 C dan tekanan darah
140/80 mmHg. Pada pemeriksaan ekstra oral dijumpai bentuk wajah yang
asimetris karena adanya bengkak pada pipi sebelah kiri pasien, pasien juga tidak
bisa membuka mulutnya secara lebar (trismus) hal ini kemungkinan dapat
diakibatkan oleh 2 hal yaitu akibat nyeri tersebut atau dapat diakibatkan oleh
penyebaran abses pada otot-otot di rongga mulut. Pada pemeriksaan intraoral
bagian mukosa bukal dijumpai adanya abses yang menyebar dari gingival.
Ditemukan Gingivitis marginalis generalisata yang berarti terdapat inflamasi pada
jaringan lunak disekitar gigi berupa gusi yang tampak merah, membengkak,
abrasi, dan mudah berdarah pada regio posterior gigi namun belum memberikan
kerusakan pada tulang. Pada pasien dijumpai plak (+) pada semua kuadran /
regio , didapatkan kalkulus pada gigi posterior atas dan bawah pada semua
kuadran, missing teeth (+) pada gigi 2.7, 2.8, 4.7, 4.8.
Pada status lokalis ditemukan adanya gangren radiks (+) pada gigi 3.5, 3.7,
4.4 yang berarti terdapat sisa akar pada gigi 3.5, 3.7 dan 4.4 yang merupakan
tempat subur bagi perkembangbiakan bakteri., Ditemukan adanya karies dentin
disertai periodontitis grade II gigi 1.6, 3.6, 4.6 hal tersebut didasarkan pada
pemeriksaan yang didapatkan hasil lesi mencapai D4 (dentin), pemeriksaan
sondase dan perkusi (+) pada gigi 1.6, 3.6, dan 4.6. Periodontitis Grade II
menandakan
33
semua regio, gingivitis marginalis, gangren radiks 3.5, 4.4, karies dentin disertai
periodontitis grade II pada gigi 1.6, 3.6, 4.6. Rencana terapi yang diberikan pada
pasien ini adalah pro ekstraksi gangren radiks dan karies dentin dilanjutkan
dengan pro konservasi seperti penambalan gigi, kemudian juga dilakukan pro
scalling untuk membersihkan plak dan calculus. Selain dilakukan beberapa
rencana tindakan juga dilakukan perawatan dengan menjaga oral hygiene pasien.
Mengedukasikan kepada pasien mengenai oral hygiene untuk mengatasi adanya
komplikasi yang lebih lanjut. Edukasi juga dilakukan pada pasien dalam
pemilihan makanan seperti menghindari makanan yang keras, terlalu panas dan
yang mengandung banyak gula seperti yang dikonsumsi dalam intensitas sering
dan jumlah yang banyak, pasien juga diajarkan cara menyikat gigi yang benar dan
teratur serta pentingnya memberitahu kepada pasien mengenai kunjungan ke
dokter gigi setiap 6 bulan.
34
DAFTAR PUSTAKA
35