Anda di halaman 1dari 11

Keterujian (Verifiability)

Sebagai unsur keterandalan, keterujian adalah kemampuan informasi untuk


memberi keyakinan yang tinggi kepada para pemakai karena tersedianya sarana
bagi para pemakai untuk menguji secara independen ketepatan penyimbolan
(kebenaran/validasi informasi). Misalnya, penyimbolan sediaan Rp 400.000 akan
memberi keyakinan yang tinggi kalau para pemakai (atau pihak lain atas nama
pemakai) dapat memverifikasi :
Apakah sediaan barang secara fisis memang ada.
Apakah Rp 400.000 merupakan hasil perhitungan yang benar secara aritmetis
(tidak mengandung kesalahan hitung).
Apakah Rp 400.000 merupakan angka yang objektif (tidak bias).
Apakah Rp 400.000 benar-benar merupakan kos (sesuai PABU).
Apakah beberapa orang pengukur independen akan menghasilkan jumlah rupiah
yang sama yang mendekati jumlah yang disajikan.
Apakah semua sediaan barang telah dimasukkan dalam sediaan.
Apakah tidak ada sediaan barang yang belum dimasukkan.
Perlu diingat bahwa proses verifikasi dalam akuntansi tidak dengan
sendirinya selalu menjamin bahwa suatu informasi mempunyai kualitas ketepatan
penyimbolan yang tinggi karena ketepatan penyimbolan yang tinggi karena
ketepatan penyimbolan sebenarnya merupakan konsensus atau ketentuan yang
dihasilkan dari proses perekayasaan pelaporan keuangan. Verifikator tidak
berkepentingan dengan apakah aset Rp300.000 merupakan simbol yang tepat
untuk merepresentasi kekayaan fisis perusahaan. Bagi verifikator, yang penting
adalah apakah kekayaan yang dimasukkan sebagai aset memenuhi definisi dan
apakah Rp 300.000 telah ditentukan sesuai dengan PABU serta tidak mendukung
kesalahan atau bias. Oleh karena itu, hasil pengukuran dengan tingkat keterujian
yang tinggi tidak selalu berpaut atau relevan dengan keputusan yang dituju
sehingga pengukuran tersebut bermanfaat. Sebagai analogi, korektor ujian tidak
berkepentingan dengan apakah soal ujian valid sebagai pengukur kemampuan
peserta yang diuji tetapi lebih berkepentingan dengan apakah peserta telah
menjawab dengan benar sesuai petunjuk sehingga skor yang diperoleh dapat
diandalkan (tidak mengandung kesalahn dan bias).
Secara ringkas, keterujian (verifiabilitas) adalah kemampuan untuk
meyakinkan bahwa informasi merepresentasi apa yang dimaksudkan untuk
direpresentasi sesuai dengan konsensus atau bahwa cara pengukuran yang dipih
telah diaplikasi tanpa kesalahan atau bias. Verifikasi lebih berkaitan dengan
meminimkan bias dalam proses pengukuran (measurer bias) daripada dengan

menentukan ketepatan dasar pengukuran (measurement bias). Dengan demikian,


verifikasi tidak dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa dasar pengukuran relevan
dengan keputusan yang dituju.
Kenetralan (Neutrality)
Sebagai unsur sekunder keterandalan, kenetralan adalah ketidakberpihakan
pada group tertentu atau ketakberbiasan (unbiasedness) dalam perlakuan
akuntansi. Ketakberbiasan berarti bahwa informasi disajikan tidak untuk
mengarahkan group pemakai tertentu agar bertindak sesuai dengan keinginan
penyedia informasi atau untuk menguntungkan/merugikan group pemakai tertentu
atau untuk menghindari akibat/konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai.
Sebenarnya, kebijakan akuntansi tidak hanya terjadi di tataran penyusun
standar dan manajemen (badan usaha) tetapi di tataran yang lebih tinggi yaitu
perekayasa laporan yang menghasilkan kerangka konseptual. Kenetralan lebih
mempunyai arti penting bagi penyusun standar dari pada bagi pelaksana standar
(penyusun statemen keuangan). Akan tetapi, makna kenetralan dan sikap netral
adalah sama untuk kedua pihak tersebut. Kenetralan berarti bahwa baik dalam
merumuskan atau mengimplementasi standar, perhatian utama adalah relevansi
dan reabilitas informasi yang dihasilkan bukan pengaruh (efek) standar tersebut
terhadap pihak pemakai tertentu.
Netral tidak berarti tanpa tujuan dan tidak berarti bahwa informasi akuntansi
tidak mempengaruhi perilaku. Tanpa tujuan dan pengaruh terhadap perilaku,
informasi akuntansi tidak akan mempunyai nilai atau relevansi sehingga
penyediaannya menjadi percuma (sia-sia) yang menjadi masalah adalah
membelokkan tujuan atau perilaku dengan mengorbankan reabilitas dan relevansi.
Misalnya, secara teoritis penyusun standar menegtahui bahwa selisih kurs harus
dibiayakan apapun konsekuensinya. Akan tetapi, karena penyusun standar tahu
dimuka bahwa akan banyak perusahaan yang bankrut (predetermined result), lalu
standar disusun agar kebangkrutan tidak terjadi walaupun nyatanya beberapa
perusahaan harus bangkrut.
Kenetralan dikaitkan dengan keinginan untuk memuasi sekelompok pemakai
yang mempunyai kepentingan tertentu (vested interest). Di tataran perekayasa
akuntansi, kenetralan harus diartikan dalam konteks akuntansi sebagai kegiatan
sosial yang mempunyai tujuan fungsional.
Akuntansi tidak dapat steril terhadap lingkuangan ekonomik, hukum, politis
dan sosial tempat akuntansi diterapkan. Pada tataran perekayasan akuntansi,
perekayasa akan terhalangi untuk bekerja demi kepentingan yang lebih luas yaitu
untuk membantu pencapaian tujuan Negara. bila akuntansi harus netral terhadap
tujuan nasional, hilangkanlah peran akuntansi seagai kegiatan sosial yang harus
mengandung tujuan fungsional guna membantu tercapainya tujuan sosial dan
ekonomik Negara. Kalau akuntansi dapat memicu terjadinya alokasi sumber

ekonomik Negara secara efisien, masalahnya bukan lagi netral atau tidak melainkan
relevan atau tidak.
Keterbandingan (Comparability)
Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan informasi
bermanfaat. Keterbandingan adalah kemampuan informasi untuk membantu para
pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan anatara dua perangkat
fenomena ekonomik (misalnya dua perangkat statemen keuangan yang
merepresentasi kegiatan dua badan usaha ). Informasi tentang suatu badan usaha
akan bertambah tingkat kebermanfaatannya bila dapat dibandingkan dengan
informasi serupa tentang beberapa badan usaha yang sama untuk suatu perioda
yang lain atau suatu saat yang lain.
Dua hal atau lebih dapat dibandingkan kalau mempunyai beberapa
karakteristik bersama (characteristics common) sebagai basis perbandingan.
Comtoh karakteristik bersama dua perusahaan misalnya asset, pertumbuhan
( growth), ukuran (size), cacah pegawai, likuiditas dan laba. perbandingan dilakukan
biasanya dengan menilai/mengukur karakteristik bersama tersebut secara
kuantitatif. asset, kewajiban dan laba, misalnya biasanya sudah terukur secara
kuantitatif sebagaimana terefleksi dalam statemen keuangan. Perbandingan akan
bermakna (meaningful) hanya jika kuantitas (magnitude) karakteristik bersama
dihasilkan dengan dasar, standar, prosedur atau metoda yang sama.
Standar akuntansi dimaksudkan dengan menjamin bahwa kualitas
keterbandingan antarbadan usaha tinggi. Sementara itu, standar akuntansi juga
memberi keleluasaan (discretion) bagi badan usaha untuk memilih perlakuan
akuntansi yang paling sesuai dengan kondisi badan usaha. Karena itulah terjadi
tarik-menarik antara perlunya keseragaman (infirmity) dan keseragaman (diversity)
perlakuan akuntansi. Hendrikansen dan van breda (1992, hlm. 142) menunjukkan
argumen para pendukung masing-masing pendekatan.
Pendukung keseragaman
1. Adanya berbagai metoda akuntansi yang diperbolehkan menjadikan
perbadingan antar perusahaan sulit bahkan tidak mungkin dilakukan.
2. Keleluasaan untuk memilih metoda yang cocok dapat membuka kesempatan
bagi manajemen untuk memanipulasi informasi untuk kepentingannya.
3. Keseragaman yang ditentukan sendiri oleh profesi atau sektor swasta akan
lebih bermanfaat dibandingakan keseragaman yang dipaksakan oleh
autoritas (SEC/BAPEPMatau pemerintah).
Pendukung keragaman
1. Keseragaman akan membatasi kebebasan manajemen untuk menentukan
metoda terbaik dalam konteks kegiatan perusahaannya.

2. Keseragaman prosedur yang kaku justru akan merugikan perbandingan


karena informasi tidak lagi berpaut dan terandalkan untuk kegiatan nyata
tiap perusahaan.
3. Keseragaman menghalangi perubahan yang memang diperlukan untuk
menuju ke perbaikan.
Keseragaman menjamin keterbandingan yang tinggi tetapi dapat mengurangi
relevansi dan reabilitas informasi badan usaha secara individual. Oleh karena itu,
perlu dicapai suatu keseimbangan antara kebutuhan untuk mencapai
keterbandingan yang tinggi tanpa harus mengorbankan relevansi dan reabilitas.
FASB sendiri menyatakan bahwa diantara berbagai metoda alternative yang
tersedia, tidak ada satupun yang paling cocok untuk berbagai perusahaan, FASB
termasuk mendukung adanya keragaman dalam batas-batas wajar sehingga
keterbandingan yang cukup bermakna tetap dapat dicapai.
Kualitas informasi yang sangat erat kaitannya dengan keterbandingan adalah
ketaatasasan atau konsistensi. Ketaatasasan adalah mengikuti standar dari perioda
ke perioda tanpa perubahan kebijakan atau prosedur. Dengan kata lain, mengikuti
metoda yang sama dari perioda ke perioda berikutnya.
Kalau perbandingan berkaitan dengan ketaatasasan antarperusahaan
ketaatasasan berkaitan dengan ketaatasasan di dalam perusahaan. Ketaatasasan
memang meningkatkan keterbandingan didalam perusahaan. Akan tetapi,
mempertahankan ketaatasasan secara berlebihan dapat mengurangi kualitas
keberpautan informasi. Kalau perubahan memang membawa informasi menjadi
lebih baik kualitasnya, menjaga konsistensi dapat menghalangi kemajuan.
Kemajuan dapat diartikan sebagai perubahan yang meningkatkan keberpautan
informasi walaupun keterbandingan akan berpengaruh. Tidak perlu ada
kekhawatiran mengenai hal ini Karena keterbandingan antara perioda sebelum dan
sesudah perubahan masih dapat dipertahankan jika pengaruh perubahan pada
perioda transisi diungkapkan. Jadi, pengungkapan (disclosure) mengatasi masalah
ketaatasasan dalam hal terjadi perubahan. Namun, perubahan harus
dipertimbangkan dengan masak atas dasar kos-benefit sehingga saling-korban atau
saling tukar (trade off) antara ketaatasasan dan berpautan informasi memang
benar-benar dapat dijustifikasi.
Materialitas (Materiality)
Suatu informasi kemungkinan memenuhi semua kualitas yang telah
disebutkan diatas. Persoalannya adalah apakah informasi tersebut akan dilaporkan
via statemen keuangan. Untuk dilaporkan melalui statemen keuangan, informasi
harus di akui dalam sistem pembukuan sehingga pengaruhnya terefleksi dalam
statemen keuangan. Bila tidak diakui, apakah informasi tersebut cukup penting
untuk dilaporkan melalui media pelaporan yang lain. Namun, karena perumusan
karakteristik kualitatif lebih ditunjukan kepada penyusun standar, masalah yang

lebih penting adalah apakah suatu informasi yang telah memenuhi batas atas
(benefit > kos) dan kriteria berpautan dan keterujian kemudian harus dilaporkan
dalam seperangkat statemen keuangan.
Secara praktis dan teoritis, akan banyak informasi yang memenuhi kriteria
tersebut. Kalau informasi yang memenuhi kriteria tersebut harus dimasukkan dalam
statemen keuangan akan terlau banyak memuat informasi sehingga akan menjadi
sangat tebal. Para pemakai belum tentu menggunakan semua informasi karena
informasi yang berpaut dengan keputusan dan teruji belum tentu penting bagi
mereka. Keputusan untuk tidak mencantumkan suatu informasi dalam statemen
keuangan dapat disebabkan oleh pertimbangan bahwa investor tidak tertarik
dengan informasi tersebut (masalah keterpautan) atau karena jumlah rupiah
informasi akuntansi terlalu kecil untuk mempengaruhi keputusan (masalah penting
atau tidak).
Oleh karena itu, diperlukan atas bawah untuk menyaring informasi mana
yang dianggap penting dan tidak sehingga perlu diakui atau tidak. Penting tidaknya
informasi biasanya dievaluasi atas dasar besar kecilnya jumlah rupiah (magnitude)
objek informasi dibandingkan dengan besar kecilnya jumlah rupiah objek
keputusan. Pada umumnya, penting tidaknya suatu informasi diukur secara
kuantitatif. Ambang batas (threshold) kuantitatif untuk menyaring informasi untuk
diakui adalah materialitas.
Materialitas adalah besar kecilnya atau magnituda suatu penghilangan
(omission) atau penyalahsajian (misstatement) informasi akuntansi yang
menjadikan besar kemungkinan bahwa pertimbangn seorang bijaksana (reasonable
person) yang mengandalkan diri pada informasi tersebut berubah atau terpengaruh
oleh penghilangan/pengabaian atau penyalahsajiaan tersebut. Untuk menjadi
material, magnituda informasi harus dievaluasi bersamaan dengan kondisi-kondisi
yang melingkupi informasi tersebut. Artinya, magnituda (jumlah rupiah) itu sendiri
tidak cukup untuk basis pertimbangan materialitas tanpa memperhatiakan sifat
objek atau pos dan kondisi-kondisi yang melatarbelakangi suatu keputusan.
Pertimbangan materialitas lebih banyak dihadapi oleh manajemen dan
auditor ditataran badan usaha (penyajian statemen keuangan ) daripada oleh
perekayasa atau penyusun standar. Auditor sangat berkepentingan dengan
materialitas karena kewajaran dalam laporan auditor dinyatakan dalam batas-batas
dalam semua hal yang material (in all material respect). Oleh karena itu, ada
kebutuhan akan adanya pedoman materialitas kuantitatif (quantitative materiality
guidelines) yang diterbitkan oleh perekayasa atau penyusun standar. Dalam hal ini,
FASB berpendapat bahwa tidak ada standar umum materialitas yang dapat di
formulasi dengan memasukkan semua faktor atau variabel yang masuk dalam
suatu pertimbangan orang berpengalaman. Materialitas merupakan pertimbangan
individual dan hanya dapat dibuat oleh mereka yang mempunyai semua fakta
tentang kondisi-kondisi yang melingkupi suatu keputusan. Pedoman umum yang

bersifat rata-rata tidak dapat mengganti pertimbangan individual yang bersifat


khusus atau situasional walaupun badan autoritatif dapat saja menentukan batas
bawah materialitas sebagai standar.
Bobot keterpautan dan keteerandalan
Keberpautan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu informasi agar
informasi tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan hilang kalu salah satu
karakteristik tidak ada. Karakteristik keberpautan dan keterandalan juga menjadi
kriteria keduanya harus dipenuhi dalam pengakuan informasi untuk disajikan dalam
statemen keuangan.
Karena para pemakai yang berbeda mempunyai kepentingan dan kebutuhan
yang berbeda, dalam kondisi tertentu bobot (relative importance) yang diletakkan
pada tiap karakteristik juga berbeda-beda. Dalam kenyataannya, keberpautan
maksimum (100%) dan keterandalan maksimum (100%) untuk suatu objek
informasi jarang bahkan tidak mungkin tercapai. Dalam kondisi tertentu, hanya
tingkat optimal dapat dicapai oleh kedua karakteristik. Dalam kondisi tertentu,
hanya salah satu karakteristik yang dapat ditekankan dengan mengorabnkan
karakteristik yang lain (tentu saja sampai batas tidak meniadakan yang lain) untuk
mencapai kebermanfaatan optimal. Jadi, saling korban (trade off) antara
keberpautan dan keterandalan.
Mendasarkan pengukuran suatu objek atas dasar kos historis sebenarnya
merupakan salah satu bentuk pengorbanan keberpautan untuk mengingkatkan
keterandalan data akuntansi. Bersamaan dengan materialitas, penekanan pada
salah satu kriteria mempunyai implikasi terhadap pengakuan dan penyajian
informasi. Terdapat pandangan yang dapat menyesatkan yaitu bahwa keterandalan
harus merupakan kualitas yang harus ditekankan (dengan mengorbankan
keberpautan) bila suatu informasi harus disajikan melalui statemen keuangan dan
sebaliknya, bila keberpautan yang ditekankan maka suatu informasi sebaiknya
disajikan melalui media selain statemen keuangan.
Memang dapat diterima argumen bahwa ambang keterandalan minimal
untuk penyajian suatu informasi melalui statemen keuangan lebih tinggi daripada
ambang keterandalan minimal untuk penyajian diluar statemen keuangan. Akan
tetapi, bila ambang keterandalan penyajian melalui statemen keuangan dipasang
terlalu tinggi dapat terjadi bahwa informasi yang benar-benar bermanfaat akan
banyak disampaikan melalui media selain statemen keuangan. Akibanya statemen
keuangan akan berisi informasi yang sangat terandalkan tetapi tidak berpaut dan
karenanya tidak bermanfaat sama sekali.
Jadi setelah batas atas (benefit > kos) dilewati dan informasi cukup material,
ambang keterandalan minimal harus ditetapkan dengan cukup wajar sehingga
statemen keuangan tetap berisi informasi yang cukup layak berpaut dengan
keputusan para pemakai. Dengan demikian, statemen keuangan tetap bermanfaat.

Jadi, keberpautan juga merupakan kriteria pengakuan suatu pos (objek) untuk
masuk sebagai elemen statemen keuangan.
Elemen-elemen statemen keuangan
Elemen statemen keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk (construct)
yang sengaja ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau
merepresentasi realitas kegiatan usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat
membayangkan realitas kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus
menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut. Kegiatan badan usaha disini
meliputi kondisi fisis dan non fisis serta proses ekonomik badan usaha.
Bila statemen keuangan dianalogi dengan peta jalan (road map), gambar
jalan, lebar gambar jalan, panjang gambar jalan, arah , nama jalan, kelas jalan
(raya, provinsi, atau gang) dan jembatan yang tercetak dalam dalam peta
merupakan elemen-elemen fenomena atau realitas fisis jalan dalam wilayah yang
dipetakan. Dengan hanya melihat peta, diharapkan orang yang melakukan
pejalanan kesuatu tempat dapat membayangkan kondisi fisis dan arah jalan
meskipun dia belum pernah melewati jalan tersebut. Agar orang tersebut tidak
tersesat, informasi jalan dalam peta harus terandalkan (reliable) yaitu dapat diuji
kebenarannya. Artinya, apa yang termuat dalam peta benar-benar menggambarkan
keadaan senyatanya jalan-jalan yang disimbolkan dalam peta. Inilah yang disebut
ketepatan penyimbolan (representational faithfulness). apa yang dimuat dalam peta
tentu saja harus berpaut (relevant) dengen tujuan pembuatan peta. Peta pariwisata,
peta demografi, atau peta geologi jelas akan berbeda dengan peta jalan.
Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi
semantik yang dikandung statemen keuangan. Informasi semantik terdiri atas
elemen (object), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Jadi, elemen-elemen
statemen keuangan harus ditentukan atas dasar informasi semantik yang ingin
disampaikan dalam pelaporan keuangan. Dengan kata lain, tujuan pelaporan
keuangan menentukan informasi semantik yang harus disajikan dan akhirnya
menentukan banyaknya elemen statemen keuangan.
Telah disebutkan sebelum ini bahwa keputusan investasi dan kredit yang
menjadi fokus pelaporan, informasi semantik yang harus dicukupi adalah: posisi
keuangan, kemampuan melaba, kinerja manajemen, dan pertanggungjawaban
manajemen. Elemen-elemen umum dalam tujuan tersebut adalah :
1. Aliran kas bersih masa datang ke badan usaha
2. Sumber daya ekonomik badan usaha
3. Klaim terhadap sumber ekonomik tersebut terdiri dari :
a. Entitas atau badan usaha lain
b. Pemilik
4. Perubahan elemen di atas akibat transaksi, kejadian, atau keadaan

Atas dasar karakteristik kualitatif informasi (keterandalan, khususnya ketepatan


penyimbolan, dan keberpautan), tujuan pelaporan keuangan (informasi semantik
yang harus disajikan), dan elemen-elemen umum sebagaimana dibahas di atas,
FASB mengidentifikasi elemen-elemen spesifik penting sebagai berikut :
Untuk entitas bisnis
Aset (asset)
Kewajiban (liabilities)
Ekuitas (equities) atau aset bersih (net assets) untuk entitas non bisnis
Investasi oleh pemilik (investments by owners)
Distribusi ke pemilik (distributions to owners)
Laba komprehensif (comprehensive income)
Pendapatan (revenues)
Biaya (expenses)
Untung (gain)
Rugi (losses)
Aliran kas dari kegiatan operasi (cash flow from operating activities)
Aliran kas dari kegiatan investasi (cash flow from investing activities)
Aliran kas dari kegiatan pendanaan (cash flow from financing activities)
Elemen aset bersih untuk entitas non bisnis :
Aset bersih terbatas permanen (permanently restricted net asset)
Aset bersih terbatas sementara (temporarily restricted net asset)
Aset bersih takterbatas/bebas (unrestricted net asset)
Aset merupakan elemen spesifik dari sumber daya ekonomik badan usaha (elemen
umum). Kewajiabn dan ekuitas merupakan elemen spesifik dari klaim terhadap
sumber daya dari entitas lain dan pemilik. Aset, kewajiban dan ekuitas
merepresentasi posisi keuangan sebagai informasi semantik . aliran kas dari
kegiatan operasi, investasi dan pendanaan merupakan elemen spesifik aliran kas
bersih (elemen umum). Investasi, distribusi, laba komprehensif, pendapatan, biaya,
untung dan rugi merepresentasi perubahan ketiga elemen posisi keuangan akibat
transaksi, kejadian, atau keadaan yang dibarengi dengan perubahan dalam ekuitas.
Ada tiga jenis perubahan akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yaitu perubahan
yang tidak mempengaruhi ekuitas, yang mempengaruhi ekuitas dan elemen lain,
dan yang hanya mempengaruhi ekuitas.

Definisi elemen
Makna atau definisi elemen mengacu pada kelas objek luas (misalnya aset datau
biaya). Rincian elemen berupa objek atau kejadian ekonomik tertentu (misalnya kas
atau penjualan barang dagangan) yang memenuhi definisi elemen tidak disebut
sebagai elemen tetapi sebagai pos (item). Pos-pos yang secara formal termuat
dalam statemen keuangan merupakan representasi (penyimbolan dalam kata dan

angka) sumber-sumber ekonomik tertentu suatu entitas, klaim terhadap sumber


tersebut, dan perubahannya akibat pengaruh transaksi, kejadian, atau keadaan.
Artinya, simbol-simbol (kata dan angka) melambangkan realitas operasi atau
fenomena badan usaha berupa uang tunai, bangunan, penjualan, gaji, kerusakan
bangunan akibat gempa, dan barang atau kejadian ekonomik lainnya.
Definisi berkaitan dengan beberapa karakteristik utama elemen-elemen
statemen keuangan. Definisi elemen merupakan penyaring atau kriteria penting
pertama untuk menentukan isi statemen keuangan. Berikut ini disajikan definisi
elemen-elemen yang diidentifikasi FASB
Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable) yang
diperoleh atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadian
masa lalu.
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
yang timbul dari keharusan (obligations) sekarang suatu entitas untuk mentransfer
aset atau menyerahkan jasa kepada entitas lain dimasa datang sebagai akibat dari
transaksi atau kejadian masa lalu.
Ekuitas atau aset bersih adalah hak residual terhadap aset suatu entitas yang
masih tersisa setelah mengurangi aset dengan kewajibannya. Dalam suatu badan
usaha, ekuitas adalah hal pemilikan. Dalam organisasi nonbisnis, yang tidak
terdapat hak pemilikan yang bermakna sama dengan pemilikan dalam badan
usaha, aset bersih dibagi kedalam tiga golongan atas dasar ada tidaknya
pembatasan tetapan-donor (donor imposed restrictions) aset bersih terbatas
permanen, terbatas sementara dan tak terbatas.
Investasi oleh pemilik adalah kenaikan dalam ekuitas suatu badan usaha sebagai
akibat dari transfer ke tia dari entitas lain sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan
atau menaikkan hak pemilikan (atau ekuitas) didalamnya aset yang diterima dari
investasi oleh pemilik pada umumnya berupa aset, tetapi apa yang diterima
meliputi pula berupa jasa atau pelunasan atau konversi kewajiaban badan usaha
bersangkutan.
Distribusi ke pemilik adalah penurunan dalam ekuitas suatu badan usaha
sebagai akibat pentransferan aset, penyerahan jasa, dan penimbunan kewajiban
oleh badan usaha tersebut kepada pemilik. Distribusi ke pemilik mengurangi hak
pemilikan atau ekuitas dalam suatu badan usaha.
Laba komprehensif adalah perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha selama
suatu perioda yang berasal dari transaksi dan kejadian lain dan kondisi dari sumbersumber non pemilik. Tia meliputi semua perubahan dalam ekuitas selama suatu
perioda kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi oleh pemilik dan
distribusi ke pemilik.

Pendapatan adalah aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu
entitas atau penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan
atau produksi berang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang
membentuk operasi sentral atau utama dan berlanjut dari entitas tersebut.
Biaya adalah aliran keluar aset atau penyerapan aset lainnya pada suatu entitas
atau penimbulan kewajiban entitas tersebut (atau kombinasi keduanya) dari
penyerahan atau produksi barang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain
yang membentuk operasi sentral atau utama dan berlanjut dari entitas tersebut.
Untung adalah kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi
periferal (ikutan) atau insidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi
atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali
kenaikan sebagai akibat dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Rugi adalah penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi
periferal (ikutan) atau insidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi
atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali
kenaikan sebagai akibat dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Sepuluh elemen diatas disebut secara eksplisit oleh FASB dalam SFAC No. 2
walaupun aliran kas bersih disebut secara eksplisit dalam tujuan 2 pelaporan
keuangan, elemen-elemen pembentuk aliran kas bersih tidak didefinisi dalam
kerangka konseptual. FASB mendefinisi elemen aliran kas dalam bentuk standar
yaitu statement of financial accounting standards No. 95, statement of cash flows
aliran kas bersih terdiri atas tiga aliran berikut ini.
Aliran kas dari kegiatan operasi adalah aliran kas (masuk dan keluar) yang
berkaitan dengan kegiatan yang meliputi semua transaksi dan kejadian yang bukan
termasuk dalam kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi biasanya
melibatkan produksi dan pengiriman barang dan penyerahan jasa. Aliran kas dari
kegiatan operasi biasanya merupakan pengaruh terhadap kas transaksi dan
kejadian lain yang dimasukkan dalam penentuan laba.
Aliran kas dari kegiatan investasi adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar)
yang berkaitan dengan kegiatan yang meliputi pemberian dan pelunasan pinjaman
dan perolehan dan penjualan instrumen utang atau ekuitas, gedung, pabrik,
perlengkapan, dan aset produktif lainnya yaitu aset yang dipeliharan atau
digunakan dalam produksi barang atau jasa oleh badan usaha (selain material yang
menjadi bagian dari sediaan badan usaha)
Aliran kas dari kegiatan pendanaan adalah aliran kas bersih (masuk dan keluar)
yang berkaitan dengan kegiatan yang meliputi pemerolehan dana dari pemilik dan
pemberian imbalan (return on), dan kembalian (return of) investasinya: peminjaman
uang dan pembayaran jumlah yang dipinjam, atau penyelesaian utang tersebuit

dengan cara lain; dan pemerolehan dan pembayaran sumber dana lain yang
diperoleh dari kreditor atas kredit jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai