Anda di halaman 1dari 16

DIAGNOSIS BANDING DEMAM KURANG DARI TUJUH HARI

1. Demam Dengue
Spektrum klinis infeksi virus dengue
Infeksi virus dengue

Simptomatik

Asimptomatik

Demam dengan gejala


tidak khas

Tanpa
perdarahan

Demam dengue

Dengan
perdarahan

Demam berdarah
dengue

Tanpa
syok

Dengan
syok

Pendekatan diagnosis klinis


a. Demam dengue
- Panas tinggi mendadak menghilang hari ke-3 atau 4 lalu timbul lagi setelah 1-3
hari (saddle back), total lama demam 5-7 hari.
- Sakit kepala, sakit retroorbital.
- Nyeri sendi, tulang punggung (Backborne fever).
- Lemah, malaise.
- Flushing: muka dan leher.
- Fotofobi, hiperestesi.
- Ruam primer makulopapular biasanya pada toraks dan lipat sendi yang hilang dalam
2-3 hari.
- Perdarahan tidak biasa: ptekiae, epistaksis, gusi, saluran cerna, hematuri mikroskopis,
menorrhagi.
- Hepatomegali (kadang-kadang).
- Ruam sekunder muncul setelah hari ke-4 (paling sering hari ke 6-7) yang berupa
makulopapular/ptekiae/purpura/campuran, konfluen, biasanya kaki dan tangan,
kadang-kadang gatal.
- Leukopeni dan trombositopeni sering ditemukan.

b. Demam berdarah dengue


- Demam akut 2-7 hari yang pada umumnya bifasik.

Minimal 1 tanda perdarahan.


Tes torniket (+).
Ptekiae, purpura, ekimosis.
Perdarahan mukosa, saluran GI atau tempat lain.
Hematemesis atau melena.
- Trombositopenia 100.000/mm3.
- Tanda kebocoran plasma.
Peningkatan Ht 20%.
Penurunan Ht setelah pemberian cairan 20% dari baseline.
Efusi pleura, ascites, hipoproteinemia.
Diagnosis DBD secara klinis dapat ditetapkan jika ditemukan 2 atau lebih tanda klinis
disertai 2 kelainan laboratorium.

DBD menurut beratnya penyakit dibagi menjadi 4 derajat:


Grade 1 : demam dan gejala non-spesifik, manifestasi perdarahan hanya
torniket test positif.
Grade 2 : Grade 1+perdarahan spontan.
Grade 3: tanda kegagalan sirkulasi (nadi cepat lemah, pulse pressure
menyempit, hipotensi, kulit lembab dan dingin).
Grade 4 : Syok berat (nadi dan tekanan darah tidak dapat terdeteksi).
DSS = DBD grade 3 dan 4
c. Dengue Shock Syndrome
- Semua tanda DHF ditambah tanda kegagalan sirkulasi:
Nadi lemah dan cepat sampai tidak teraba
Tekanan nadi menurun < 20 mmHg
Hipotensi (sesuai umur) sampai tidak terukur
Kulit dingin dan lembab
Pasien tampak gelisah
Diuresis berkurang
- Pasien biasanya berkembang menjadi DSS setelah hari ke-3 sampai 6 gejala.
d. Initial Warning Signals
1. Menghilangnya demam
2. Penurunan trombosit
3. Peningkatan Ht
e. Alarm Signals
1. Nyeri perut hebat
2. Muntah berkelanjutan
3. Perubahan dari demam menjadi hipotermia
4. Penurunan kesadaran

Diagnosis konfirmasi
-

Pemeriksaan serologis :
IgG pada infeksi primer meningkat setelah hari ke-14, sedangkan pada infeksi
sekunder meningkat pada hari ke-2.
IgM meningkat pada hari ke-5 gejala, mencapai puncak pada minggu ke-2 dan
menghilang setelah 60-90 hari.
Hemaglutinin Inhibition Test (HI test) (+) jika 1280 atau peningkatan 4x
pada pemeriksaan serum akut dan konvalesen (kurang lebih selang 7 hari).
Pemeriksaan Virologis isolasi virus dan PCR.

2. Infeksi Saluran Nafas


a. Rhinitis (common cold) penyakit infeksi saluran nafas atas yang dapat sembuh sendiri
karena sebagian besar disebakan oleh virus (paling banyak rhinovirus), sering
melibatkan mukosa sinus sehingga disebut rhinosinusitis.
Kriteria diagnosis:
- Anamnesis:
1. Gejala pertama sering berupa nyeri tenggorokan, diikuti pilek, hidung tersumbat,
bersin-bersin.
2. Batuk.
3. Demam ringan/tanpa demam.
4. Nyeri kepala.
5. Pada bayi gejala yang menonjol adalah demam tinggi, rewel/iritabel, lesu.
- Pemeriksaan fisis:
Hidung : sekret hidung meningkat, mukosa edema, hiperemis.
b. Faringitis akut peradangan akut membrane mukosa saluran respiratorik atas yang
meliputi faring dan tonsil yang secara klinis dibedakan atas 2 kategori yaitu penyakit
yang disertai gejala pada hidung (nasofaringitis atau tonsilofaringitis) dan tanpa
keterlibatan hidung (faringitis atau tonsilofaringitis).
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Awitan gejala tiba-tiba dengan gejala yang menonjol nyeri tenggorokan dan panas
badan, seringkali disertai sakit kepala dan gejala gastrointestinal faringitis
streptokokal.
- Awitan gejala bersifat bertahap, terutama rinore, batuk, dan diare faringitis
viral.
2. Pemeriksaan fisik
- Faringitis streptokokal:
Faring hiperemis dan tonsil membesar, kadang-kadang disertai eksudat
kuning, blood-tinged.
Palatum mole dan faring posterior petekia.
Uvula hiperemis dan membengkak.
Pembesaran kelenjar getah bening servikal anterioe yang nyeri pada
penekanan.

Faringitis viral:
Konjungtivitis dan demam pharyngoconjunctival fever (adenovirus).
Nodul kecil putih kekuningan di faring posterior acute lymphanodular
pharyngitis (coxsackie virus).
Demam tinggi dan ginggivostomatitis Herpes simplex virus.
c. Laringotrakeobronkitis penyakit infeksi saluran respiratorik akut disebabkan oleh
virus dengan gejala tanda stridor, batuk menggonggong, suara parau, disertai demam
akibat peradangan hanya pada laring saja (laryngitis), laring dan trakea (laringotrakeitis),
atau
laring,
trakea,
bronki
(laringotrakeobronkitis)
bahkan
laringotrakeobronkopneumoniter.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Biasanya terjadi pada anak 0-5 tahun (tersering 1-2 tahun).
- Mulai timbul gejala penyakit bertahap, biasanya didahului batuk, pilek, dan panas
badan. Setelah 3-4 hari timbul batuk menggonggong, stridor inspirasi, sesak dapat
bertambah tetapi tidak begitu progresif.
2. Pemeriksaan fisik:
- Bervariasi tergantung derajat tanda/gejala distress pernafasan, yaitu dispnea,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal sampai timbul
megap-megap, perubahan tingkat kesadaran, dan sianosis.
3. Laringoskopi tampak mukosa laring berwarna merah dengan pembengkakan
subglotis.
4. Radiologi foto soft tissue leher AP bagian atas trakeas di daerah subglotis runcing
seperti menara (steeple sign), sedangkan pada posisi lateral tampak penyempitan
subglotis.
d. Bronkitis akut proses peradangan sementara pada trakea dan bronkus yang
menimbulkan batuk-batuk dan biasanya tanpa pengobatan akan sembuh dalam waktu 2
minggu.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Batuk: mula-mula kering, non-produktif, beberapa hari kemudian batuk produktif
mengeluarkan mucus yang purulen, bisa disertai muntah berisi mukus, gejala
batuk ini hilang setelah 10-14 hari.
- Gejala penyakit sistemik.
2. Pemeriksaan fisik: biasanya tidak ditemukan kelainan, kadang-kadang ditemukan
ronki kering, coarse crackles atau suara lender dan wheezing.
e. Bronkiolitis penyakit infeksi saluran respiratori bawah akut dengan gejala utama
akibat peradangan bronkioli yang terutama disebabkan oleh virus, biasa disertai
superinfeksi bakteri.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Biasanya terjadi pada usia 2 bulan- 2 tahun (terutama 2-6 bulan).

Selama 2-4 hari terjadi batuk, pilek, hidung tersumbat, panas badan yang diikuti
sesak nafas dan bisa disertai wheezing.
- Gejala lain: muntah, gelisah, tidak mau makan/minum.
2. Pemeriksaan fisik
- Dapat ditemukan merintih (grunting), sianosis.
- Suhu tubuh bisa normal, subfebris, atau demam tinggi.
- Frekuensi pernafasan meningkat, pernafasan cuping hidung, retraksi subkostal,
interkostal, dan suprasternal.
- Perkusi: hipersonans.
- Auskultasi: suara pernafasan mungkin normal, ekspirasi memanjang, dapat
terdengar wheezing dan crackles atau wheezing saja.
- Hepar dan lien teraba akibat hiperinflasi thoraks.
3. Laboratorium
- Pulse oximetry : saturasi O2 menurun.
- Analisis gas: hipoksemia, jika berat bisa menyebabkan asidosis dan hiperkapnia
- Antigen RSV (+) dari sekret hidung dengan pemeriksaan ELISA atau
imunofluorosens.
- Isolasi virus dari biakan sel.
4. Foto toraks
- Normal atau tampak hiperinflasi dengan depresi/pendataran diafragma,
atelektasis, atau konsolidasi.
- Gambaran khas: Depresi diafragma dan hiperinflasi.
f. Pneumonia penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyakit non-infeksi.
Kriteria diagnosis:
1. Anamnesis:
- Non-respiratorik: demam, sakit kepala, kaku kuduk terutama bila lobus kanan atas
yang terkena, anoreksia, letargi, muntah, diare, sakit perut, dan distensi abdomen
terutama pada bayi.
- Respiratorik: batuk, sakit dada, sesak.
2. Pemeriksaan fisik:
- Takipnea, grunting, pernafasan cuping hidung, retraksi subkostal, sianosis,
auskultasi paru crackles.
- Hepatomegali akibat perubahan letak diafragma yang tertekan ke bawah oleh
hiperinflasi paru atau sekunder akibat gagal jantung kongestif.
3. Radiologis:
- Pneumonia interstitialis kelainan perivaskulas dan interalveolar.
- Pneumonia lobaris konsolidasi pada satu lobus penuh.
- Bronkopneumonia infiltrate diffuse.
4. Laboratorium
- Hitung leukosit bakteri (15.000-40.000/mm3, neutrofil dominan) virus
(<20.000/mm3, limfosit predominan).
- Diagnosis definitive: isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura, darah
sulit dilakukan.

3. Infeksi saluran kemih


Definisi : adanya pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, paling
banyak disebabkan oleh E.coli.
Kriteria diagnosis:
1. Gejala klinis
- Asimtomatik
- Simtomatik
Neonatus: gambaran sepsis dengan gejala tidak khas seperti panas, ikterus, malas
minum, muntah, mencret, berat badan tidak naik, penurunan kesadaran.
Anak: disuria, frekuensi meningkat, urgensi, polakisuria, nyeri perut/pinggang,
gangguan pertumbuhan, muntah, panas yang tidak diketahui penyebabnya dan
eneuresis.
2. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan untuk meningkatkan kewaspadaan kemungkinan ISK:
- Adanya mikroorganisme pada air kemih yang tidak disentrifugasi dengan atau tanpa
pewarnaan: bila ditemukan 2 kuman/10LPB atau 5 kuman/LPB.
- Adanya piuria atau leukosituria:
Sedimen air kemih: leukosit 5/LPB.
Jumlah leukosit dalam air kemih tidak disentrifugasi:
- Laki-laki: 10/mm3
- Wanita: 50/mm3
- Tes kimiawi: nitrit, reduktase biru metilen.

4. Morbilli (Campak, Rubeola, Measles)


Merupakan penyakit menular akut yang secara khas terdiri dari 3 stadium yaitu prodormal,
erupsi, dan akhir.
Etiologi morbilli adalah morbillivirus yang merupakan virus RNA dari family
paramyxoviridae.
Kriteria diagnosis : (Adanya riwayat kontak dengan penderita morbilli)
1. Stadium prodormal
Terdapat enantema (kopliks spot) yang muncul 2-4 hari setelah masa prodormal dan
bertahan selama 3-5 hari, 3C ( conjungtivitis, coryza, cough), demam ringan sanpai
sedang.
2. Stadium erupsi
Ruam makulopapular dari leher atau belakang telinga ke daerah muka, badan, anggota
badan, dan panas badan yang tingi.
3. Stadium akhir
Ruam menjadi hiperpigmentasi dan kadang-kadang terjai deskuamasi kemudian gejala
akan menghilang

5. Varisela (Cacar air, Chickenpox)


Merupakan penyakit infeksi virus dengan gambaran khas erupsi vesikel di seluruh tubuh
yang timbul berurutan dengan gejala umum yang ringan.
Etiologi varisela adalah varicella zoster virus.
Kriteria diagnosis :
1. Anamnesis
Adanya kontak dengan penderita varisela, prodormal (panas ringan, malaise, anoreksia),
sakit kepala, timbul ruam 24 jam setelah masa prodormal.
2. Pemeriksaan fisik
Terdapat papul merah vesikula (non umbilicated)24 jam isi vesikel
mengeruhmudah pecahkrusta, terdapat limfadenopathy generalisata, varisela bulosa
pada anak < 2 tahun, muncul di kulit kepala, wajah, badan, terasa gatal yang intense.
3. Lab
Leukositosis ringan, giant cell pada kerokan dasar vesikula yang baru muncul, ELISA.

6. OMA
Merupakan penyakit kedua tersering pada anak setelah penyakit infeksi saluran pernafasan
atas, dimana terjadi peradangan pada telinga tengah.
Etiologi dari oma adalah bakteri piogenik seperti streptokokus hemolitikus, stafilokokus
aureus, pneumokokus. Oma memiliki 5 stadium yaitu :
1. Stadium oklusi tuba eustachius retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
negative did lm telinga tengah akibat absorbs udara
2. Stadium hiperemispembuluh darah melebar di membran timpani
3. Stadium supurasiedema yg hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya epitel
superficial, terbentuknya eksudat purulent dikavum timpani yg menyebabkan bulging.
4. Stadium perforasiruptur membran timpani
5. Stadium resolusi
Kriteria diagnosis :
1. Anamnesis
Gejala klinis bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien, pada anak yg sudah
dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga (otalgia),demam,
otorrhea, anoreksia, mual, dan diare.
2. Pemeriksaan fisik
Ditemukannya abnormal membran tymphani pada pemeriksaan otoschope seperti
opacity, bulging, erythema, middle ear effusion

7. Demam tifoid
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi usus halus. Demam paratifoid
biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan
enteritis akut. Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid
fever, enteric fever, typhus dan parathypus abdominalis.

Epidemiologi
Insidens tertinggi didapatkan pada anak-anak dan dari 500/100,000 penduduk di negara
berkembang.
Etiologi
Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah Salmonella typhii, Salmonella
paratyphii A, Salmonella paratyphii B dan Salmonella paratyphii C. Kuman ini merupakan
salah satu spesies genus Salmonella, famili Enterobacteriaceae, bersifat invasive, berbentuk
batang gram negative, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak berspora dan motil. Ia dapat
tumbuh secara aerob dan anaerob, memfermentasi glukosa, dan dapat mereduksi nitrat
menjadi nitrit. S.typhii mempunyai antigen O, H dan K; endotoksin. jhnjhn Kuman ini dapat
hidup beberapa minggu dalam kotoran, makanan kering, tetapi mati pada pemanasan 54,4
C selama 1 hari atau 60o C selama 15 menit.
Faktor predisposisi infeksi Salmonella yaitu :
-

usia 5 tahun atau 70 tahun

gastrektomi atau gastroenterostomi

aklorhidria

penggunaan antasid yang regular

hambatan motilitas usus

anemia hemolitik, termasuk Sickle Cell

proses hemolitik akut seperti malaria dan bartonellosis

terapi imunosupresi

defisiensi imun kongenital atau didapat

keganasan seperti leukemia dan limfoma

schistosomiasis

penyakit kolagen vaskuler.

Manifestasi klinis
-

Onset insidious
Demam remitten, setelah 5-7 hari, suhu meningkat stepwise fashion
Malaise
Mialgia

Sakit kepala
Sakit abdomen
Keluhan BAB diawali diare dan kemudian konstipasi

Pada pemfis:
- bradikardia relative
- hepatosplenomegali
- abdomen kembung
- nyeri yang difuse di perut
- rose spots
Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal, dan mungkin disertai
perubahan atau gangguan kesadaran, maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka
demam tifoid.
Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S. typhii dari darah. Pada 2 minggu pertama sakit,
kemungkinan mengisolasi S. typhii dari dalam darah pasien lebih besar daripada minggu
berikutnya. Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak
menyingkirkan demam tifoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid.
Peningkatan titer Uji Widal empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis
demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau titer antibodi H 1/640
menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas. Pada
beberapa pasien Uji Widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif.

8. Meningitis
Definisi
Meningitis (radang selaput otak) adalahinfeksi pada cairan serebrospinal (CSF) di dalam sistem
ventrikel disertai radang pada piamater dan arakhnoid, ruang subaraknoid, jaringan superfisial
otak dan medula spinalis yang dapat terjadi secara akut maupun kronis.
Klasifikasi
a. Berdasarkan tampilan cairan serebrospinal
- Meningitis purulenta jika cairan serebrospinal berwarna keruh kehijauan atau
kekuningan, biasanya disebabkan oleh bakteri.

Meningitis serosa jika CSS jernih atau xanthochrom, biasanya disebabkan oleh

kuman tuberkulosis, jamur, atau virus.


b. Berdasarkan perjalanan penyakit
- Meningitis akut adalah meningitis yang perjalanan klinisnya hanya memakan waktu
pendek (kurang dari 3 hari sejak awitan panas badan hingga gejala penuh meningitis
seperti kaku kuduk dan penurunan kesadaran)
- Meningitis subakut/kronis jika perjalanannya lebih panjang dari itu.
c. Berdasarkan agen penyebab
- Meningitis bakterialis
- Meningitis tuberkulosis
- Meningitis virus
- Meningitis jamur
Manifestasi klinis
a. Trias klasik meningitis: demam, nyeri kepala, dan kaku kuduk
b. Iritasi dan kerusakan saraf kranial: (selubung saraf yang terinflamasi)
- N II

: papil edema, kebutaan

- N III, IV, VI : ptosis, defisit lapang pandang, diplopia


-NV

: fotofobia

- N VII

: paresis facial

- N VIII

: ketulian, tinnitus dan vertigo

c. Pusat muntah teriritasi: muntah yang proyektil


d. Kebingungan atau penurunan respons
e. TTIK : nyeri kepala, papil edema, delirium sampai dengan tidak sadar
Demam
Kaku kuduk

: Perubahan setting temperatur di hipothalamus akibat sel-sel inflamasi


: tanda iritasi meningen karena adanya refleks spasme dari otot-otot

Nyeri kepala

ekstensor leher
: akibat perangsangan nociceptor di subdural oleh meningen yang teriritasi
dan vasodilatasi pembuluh darah untuk mendatangkan banyaknya

komponen sel-sel darah


Kernig, Laseque dan Brudzinski sign: tanda iritasi meningen karena radiks yang
mempersarafi otot-otot yang dirangsang terinflamasi.
2. Klasifikasi

British Medical Research Council (BMRC) pada tahun 1948 membuat klasifikasi
meningitis TB berdasarkan penampilan klinik.Pembagian ini masih secara luas dipergunakan
dalam penanganan klinis meningitis TB. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Stadium I
Gejala dan tanda meningitis tanpa penurunan kesadaran atau defisit neurologi yang lain. Gejala
yang sering didapatkan adalah nyeri kepala, fotofobia, dan kaku kuduk.
Stadium II
Didapatkan penurunan kesadaran ringan dan/atau defisit neurologi fokal
Stadium III
Stupor atau koma dengan hemiplegi atau paraplegi
3. Diagnosis Meningitis TB
a. Pasien meningitis TB biasanya mempunyai perjalanan penyakit yang lebih lama dari
meningitis bakterialis.
b. Pemeriksaan CT scan atau MRI menunjukkan adanya hidrosefalus dan penyangatan
meningeal, kadang disertai dengan tuberkuloma atau gambaran infark menyerupai infark karena
stroke.
c. Pemeriksaan CSS
- Jumlah leukosit 100-500/ul, biasanya predominan limfosit
- Protein 100-500 mg/dl
- Glukosa <40 mg/dl atau rasio glukosa CSS : glukosa darah sewaktu <50%
- Diagnosis definitif didapatkan dengan ditemukannya basil tahan asam (BTA), namun hasil
positifnya sangat sulit dan kultur memerlukan waktu yang lama. Pewarnaan Ziehl Nielssen
positif pada kurang lebih 25% pasien.
- Metode pemeriksaan bakteriologi lain seperti PCR.
d. Gambaran TB paru hanya didapatkan pada kurang lebih 50% pasien meningitis TB.
e. PPD test positif pada 50-80% kasus, namun pemeriksaan ini tidak sensitif pada daerah
endemis TB seperti di Indonesia.

9. Malaria
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh satu atau lebih dari 4 spesis plasmodium,
ditandai dengan panas tinggi bersifat intermittent serta anemia dan splenomegali.

Klasifikasi
1. malaria tertian benigna
2. malaria tertian maligna/subtertiana/tropikana
3. malaria kuartana
Etiologi
Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale dan P. malariae.

Criteria diagnosis
- Penderita berasal dari daerah endemik malaria atau riwayat berpergian ke daerah
endemis.
- Demam tinggi (intermitten) disertai menggigil, rasa kaku, berkeringat sakit kepala
- Mungkin adanya nausea, muntah, sakit punggung, atau sakit daerah perut.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan:
- Pucat, ikterus, atralgia, anemia dan splenomegali.
Hasil lab menunjukkan:
- Parasit malaria pada apusan darah tebal.
Pemeriksaan penunjang:
- Apus darah tepi tebal: ada tidaknya plasmodium
tipis: identifikasi spesis plasmodium/ tingkat parasitemia

10. TB
Penyakit infeksi sistemik yang disebabkan M. tuberculosis.
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis (MTB) tipe humanus
Tipe bovinus atau africanus (jarang)
Epidemiologi
Angka kejadian TB pada anak sulit ditentukan.Negara sedang berkembang angka ini lebih tinggi
dibandingkan Negara maju, angka kejadian TB anak sekitar 20-40% populasi.tB pada bayi
adalah 5000-6000/100.000 populasi, dan umumnya mengalami TB berat (milier dan meningitis)
Gejala umum TB

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1-3 bulan dengan penanganan
gizi yg baik
- Anoreksia
- Demam lama atau hilang timbul tanpa seba yang jelas
- Keringat malam
- Pembesaran kelanjar limfe superfisialis yang multiple dan tidal nyeri
- Batuk lama (>3 minggu)
Gejala spesifik (tergantung organ yang terkena), misalnya :
- Meningen : riwayat kejang atau penurunan kesadaran atau hidrosefalus akut
o Stadium 1 (1-2minggu)
Apatis, anoreksia, malaise, iritabel, sakit kepala, demam, disertai muntah dan
konstipasi
o Stadium 2
Kelainan neurologic, kaku kuduk, reflex kernig dan brudzinski (+), strabismus,
ptosis, reaksi pupil lambat, dan gangguan penglihatan
- Kelenjar :pembesarn kelenjar limfe di tonsilar, servikal anterior, submandibular, dan
supraklavikular yang tidak nyeri.
o Stadium 1
1 kelenjar limfe besar dikelilingi oleh beberapa kenlenjar kecil, teraba kenyal
o Stadium 2
Kelenjar limfe bersatu dan kulit di daerah pembesaran kelenjar terfiksasi. Kelenjar
melunakabses, bila kulit terbuka akan keluar pus
o Stadium 3
Kelenjar terus membesar, teraba kenyal, dan tidak menjadi lunak
- Tulang/sendi :tergantung tulang yang terkena:
o Vertebra
Abses leher daerah sternokleidomastoideus
Abses psoas
Gibus
Paresis/paralisis
o Kaput femur
Nyeri/kaku pada otot
Mulai terlihat sejak anak dapat berjalan
o Sendi lutut
o Nyeri/bengkak pada lutut
o Panggul
Penderita berjalan pincang atau sulit berdiri
- Pericardial : demam tidak begitu tinggi, malaise, bb turun, nyeri dada (jarang pada anak)
Terbagi menjadi 3 kelompok :
o Pericarditis kering
Nyeri akut didaerah belakang sternum yang berkurang bila duduk menopang
kedepan
o Pericarditis efusi
Sesak nafas

Demam
Asites
o Pericarditis konstriktiva
Sesak nafas
Asites
Edema tingkai
Pleura : nyeri dada saat bernafas, demam tinggi biasanya menetap 2-3 minggu, batuk, sesak
nafas, malaise, takikardia efusi yang masif
Abdomen :nyeri abdomen, diare kronik, distensi abdomen, konstipasi, muntah hematokesia,
teraba masa diabdomen, tenesmus, malaise, demam, pucat
Ginjal : dysuria, hematuria, piuria, nyeri local daerah ginjal (pinggang)
Saluran kemih :
o Laki-laki
Pada anak yang muda, lesi pada satu testis
Pada anak yang tua, lesi pada kedua testis, membesar, dan menempel pada kulit
Proses lambat, kronik, dan relative tidak nyeri
o Perempuan
Terjadi pada uterus, tuba fallopi akibat penyebaran hematogen dari infeksi primer
paru yang terjadi setelah pubertas, dapat juga pada TB abdomen akibat rupture
kgb mesenterial
Nyeri daerah abdomen bagian bawah
BB turun
Nafsu makan turun
Distensi abdomen
Amenore
Kulit : eritema nodosum, lesi miliar, verucous TB, ulkus di mulut hidung anus, skrofulderma,
lupus vulgaris, tuberulides
Mata : iritasi, nyeri, lakrimasi, fotofobia, pengeluaran secret mata, demam lama, berat badan
tidak naik.
Hati : demam, anoreksia, berat badan tidak naik, nyeri perut, icterus, hepatomegalysplenomegali.

Pemeriksaan penunjang
Tes tuberkulin
Foto toraks
Bilasan lambung

11. Hepatitis Virus Akut


Inflamasi akut pada hati dengan derajat nekrosis sel hati yang bervariasi
Etiologi
Virus hep A
Virus hep B

Virus hep E
Virus hep F

Virus hep C
Virus hep D

Virus hep G

Kriteria diagnosis
Anamnesis
- Fase pre ikterik
Anoreksia, nausea, muntah, lemah, rasa tidak enak pada abdomen, panas badan, nyeri
kepala, kadang diare. Pada hep b dapat timbul urtikaria, atralgia, atau artritis
- Fase ikterik
Ikterik, depresi mental, bradikardia, pruritus, urin berwarna gelap, feses pucat.Gejala
prodorman berkurang atau menghilang.
Pemeriksaan fisik
Hepatomegaly, splenomegaly, kadang limfadenopati

12.

Keganasan
Tanda-tanda keganasan :
- Demam
- Penurunan berat badan
- Anemia yang tidak bisa di jelaskan
- Pembesaran KGB
- Sakit kepala
- Fatigue
- Tidak enak badan dan lemah
- Nyeri pada lokasi keganasan
- Perubahan pada kulit

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention, and control.2 nd edition,
Geneva:World Health Organization, 1997.
2. Nelson Textbook of Pediatrics, edisi 17, 2004.
3. Kartasasmita C, Utomo A, Melinda H, Sudarwati S, Wulandari DA. Pulmonologi. In: Garna
H, Melinda H, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 3 ed. Bandung:
2005.
4. Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. Nefrologi. In: Garna H, Melinda H, editors.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 3 ed. Bandung: 2005.

Anda mungkin juga menyukai