Anda di halaman 1dari 6

[Bangsa

t]

October 23

2008

Naskah monolog ini dipublkasikan sebagai sumbangsih


pekerja seni teater AnonimuS bagi perteateran Indonesia.
Kepada pencipta semua hak karya terpelihara. [non profit
oriented publication]

1|Monolog

BA NGS AT

Karya

Ta u f a n

S.

[Karya
Taufan S.
Chandranegara
]

Chandranegara

Dipublikasikan oleh Tim Kreatif Teater AnonimuS 13 Oktober 2008 e-mail: teateranonimus@yahoo.com
[ Publikasi naskah ini diperuntukan bagi kemajuan perteateran Indonesia.[Non Profit Oriented]]

BANGSAT

Karya Taufan S. Chandranegara


Dramawan
Catatan

: Aktor (Lelaki/Perempuan)
: Dalam memainkan naskah ini, diperlukan imajinasi tanpa batas,
kontektusal dalam term of moralisme.

Jakarta, Maret 2004

2|Monolog

BA NGS AT

Karya

Ta u f a n

S.

Chandranegara

Dipublikasikan oleh Tim Kreatif Teater AnonimuS 13 Oktober 2008 e-mail: teateranonimus@yahoo.com
[ Publikasi naskah ini diperuntukan bagi kemajuan perteateran Indonesia.[Non Profit Oriented]]

SCENE #1
(Seseorang berwajah batu, terkurung dalam image-image)
Bangsat. Bangsat, bangsat, bangsat, bangsat! Bangsat! Bangsat? Bangsat!?
Bangsat. Bang! Bang! Bang! Bangsat! Sat! sat! sat! sate! Bangsat! Bangsat!
Sate! Bangsat! Bangsat! Itu! Bangsat! Itu!! Bangsat! Itu. Celaka. Bangsat.
Celaka. Bangsat. Celaka. Cela ka ka ka kaki ka ka bangsat. Ku ku ku kunyukku
bangsatku, kunyukku bangsatku. O, amboi! Kalau bangsat tak berdaya maka
ku maki maki ku maki kaki kaki lalu ku maki lu lu lu. Lumer di makan bangsat
yang ada di bawah pantat-pantat feodal dal dal dalih anti rayap yap yap.
Merayap dalam ku ke kuas kuas kuasa kuasa kuasa melahap bangsat yang
diakronimkan menjadi sejadi-jadinya kumakan bangsat pun karena ku
dimakan bangsat feodal.
Jadi alih-alih kembang melati. Menata diri dengan duri pelindung bangsat.
Bangsat, bangsat yang ada dalam akronim-akronim yang dicetak bangsat
untuk bangsat. Karena bangsaat bias membeli bangsat untuk dibangsatkan.
Oleh karena itu, jika bangsat yang bangsat itu, tampak seperti bangsaat yang
ada di bawah guling atau tempat duduk Anda maka itulah bangsat yang
selama ini menghisap darah Anda dan saya karena bangsat-bangsat itu
sudah demikian sebab kursi Anda atau saya sudah diduduki oleh bangsat
yang memang bangsat. Dus, bangsat tak kecuali yang biasa Anda lihat
adalah bagian kecil dari para bangsat yang menggerogoti animo suara dalam
nurani jika nurani itu masih dimiliki oleh para individu, kalau masih Anda
miliki nurani itu. Nah, dus, bangsat tak bernurani seringkali dipilih oleh para
bangsat yang menduduki kursi-kursi yang selama ini dibuat oleh Anda dan
untuk Anda.
Oleh sebab karena itu. Tanpa kecuali. Para bangsat dapat mengakses saya
atau lewat bangsat lain dengan perangkat sistem computer yang mengglobal
info ineraktif. Jadi, lho? Bangsat itu ada. Dekat sekali dengan Anda. Lho! Itu!.
Wah! lihatlah. Lihat. Si bangsat yang sejak Anda lahir memang sudah eksis.
Bahkan dialah penghisap darah murni dan tak konsekuen, karena memang
bangsat. Di kepalanya hanya ada darah darah darah darah darah darah,
beringas dan kejam. Darah! Darah! Darah! Tumpahkan darah. Darah. Darah.
Darah. Revolusi dan kudeta adalah takdirnya, karena bangsat kan memang
suka darah, kan!? Lho? Iya, kan? Lho. Kok pada melongo. Bingung. Saya juga
bingung. Kenapa bangsat harus ada, ya sudah demikian. Memang bangsat
harus ada dimana pun kapan pun dia si bangsat itu selalu ada.
SCENE #2
(Seorang berwajah Arjuna, terkurung dalam image-image)
Ada. Ada. Yes. Yes! Yes! Yes! Bangsat emmang tetap bangsat. Jadi tak perlu
risaukan si bangsat itu. Jika Anda risau dia senang. Senang sekali dia. Tentu
saja dia senang. Kenapa? Karena bangsat selalu berbangsat dan selalu
menyebarkan hal hal hal hal hal hal, hal, hal kebangsatan. Jadi bangsat alias
kepinding, alias si penghisap darah di pantat atau apa pun di mana pun
bagian-bagian tubuh Anda bias digigit dan dihisap darahnya oleh bangsat
3|Monolog

BA NGS AT

Karya

Ta u f a n

S.

Chandranegara

Dipublikasikan oleh Tim Kreatif Teater AnonimuS 13 Oktober 2008 e-mail: teateranonimus@yahoo.com
[ Publikasi naskah ini diperuntukan bagi kemajuan perteateran Indonesia.[Non Profit Oriented]]

kemudian dia menyebarkan bau badannya yang aduhai, itulah bangsat yang
amat bangsat sekali. Bahkan anuku, anu kita, anu siapa saja kalau dia
menghendaki akan terus dihisap si bangsat itu. Anda paham yang saya
maksud dengan anu, ya anu, anu, a-n-u, paham? Paham? Pahami saja.
Bangsat tak peduli Anda paham atau tidak, dia akan terus menggigit dan
menghisap anu sampai hahhh, hahhhh, paham maksud saya? Haaahhhhh.
Paham. Wah. Duh duh duh sekali kalau Anda tak paham juga.
Oke! Andaikan Anda paham. Apakah Anda akan menghindar. Tak mungkin,
tak mungkin, karena si bangsat sangat menikmati setiap gigitan dan
hisapannya, dan Anda hanya menggaruk-garuk bagian yang digigit atau
dihisap tanpa beban. Siapa yang bodoh? Entah. Yang jelas saya pun sering
menggaruk-garuk bagian yang terasa gatal tanpa saya tahu kapan si bangsat
itu menggigit dan menghisap darah saya. Darah! Darah? Darah! Bayangkan!
Darah? Darah saya atau Anda dihisap begitu saja oleh bangsat itu, tapi kok,
tapi kok, kita diam saja. Bahkan terkesan kita menikmatinya. Iya, kan? Pasti
iya.
Lha wong buktinya kita sekalian turut memelihara para bangsat itu dan
tumbuh subur, berkembang biak di bawah pantat kita, jangan salah lho.
Meski para bangsat itu hidup di bawah pantat kita, tapi dia eksis terus di
segala cuaca. Lho! Ini nyata, nyata, nyata. Kalau tak nyata, pasti kita tak
terasa gatal-gatal. Semua pasti sudah lupa bahwa bangsat itu tak punya
pesaing, kala pun ada pasti sesama bangsat.
SCENE #3
()
(bernyanyi sambil memainkan sebuah alat music) Da a da du du du sesama
bangsat selalu bersatu. Da da du du du du bangsat-bangsat penghisap madu.
Da da du du du sakuku isinya lintah. Da du du du si bangsat sekutu lintah,
come on everybody, sing! Sing with me! Da da du du du di bangsat sekutu
lintah, singing! Da dad a du du si bangsat sekutu lintah. Yeah. Thanks!.
People! The last song for u: I love everybody. Da da du du du si bangsat
sekutu lintah (nafas terengah-engah, senyum, melambaikan tangan, tepauk
tangan di atas kepala, melempar sebuah benda kenangan pada penonton,
member kecup tangan di bibir, show usai, menuju exit sambil melambaikan
tangan, bergaya superstar, riuh gegap gempita).
(hening) melupakan bangsat tak mudah. Dia eksis karena kita memilihnya.
Kita makan, kencing berak, dalam aroma bau busuknya. Kita terus hidup
dalam bau busuknya. Kita menerima. Aklamasi. Bangsat tetap bangsat meski
berkedok menjadi bangsat lain. Bau busuknya menghipnotis kita menerkam
anak cucu kita. Siapa berani memberangus bangsat, karena kita memilihnya
menjadi bangsat. Kita diam, bisu, bodoh meski bau busuk racun tubuhnya
menggelayut di cuaca. Kita adalah bangsat lain yang emmilih bangsat, kita
sama busuknya (memainkan sebuah alat music dengan lunglai, pedih,
kosong, seperti keledai dungu dan bodoh).

4|Monolog

BA NGS AT

Karya

Ta u f a n

S.

Chandranegara

Dipublikasikan oleh Tim Kreatif Teater AnonimuS 13 Oktober 2008 e-mail: teateranonimus@yahoo.com
[ Publikasi naskah ini diperuntukan bagi kemajuan perteateran Indonesia.[Non Profit Oriented]]

Da a da du du du sesama bangsat selalu bersatu. Da da du du du du bangsatbangsat penghisap madu. Da da du du du sakuku isinya lintah. Da du du du si
bangsat sekutu lintah, Da du du du si bangsat sekutu lintah, Da du du du si
bangsat sekutu lintah, dad a da du du du du du.
SCENE #4
(seseorang berwajah dusta, terkurung dalam image-image)
Da du da du. Bodoh sekali. Anda lihat kan, bagaimana bangsat memainkan
dirinya sebagai bangsat. Yak! Tepat. Karena bangsat adalah bilangan dan
angka-angkka yang dapat dihitung dibagi dan dikalikan bahkan dijungkir
balikan, kemudian dikomunikasikaan lewat sarana multi-image, dalam
kemasan yang dimassalkan agar saudara atau saya terperangkap dalam
music pop yang mendayu dan merayu-rayu, merancu image, menghujamkan
belati makna-makna, menjadi khatam orasi oral dalam the rhytme of soul.
Birahi menggelegak, menggetar pori-pori, hipotesis kosa kata dimainkan
dengan melodi yang melengkingkan nafsu kuda menyetubuhi babi betina.
Aduhai. Ahoi! Ahoi! Ahoi! Layarkan kapalmu, bentangkan angin darat, aku
melaju dalam birahi dan kebodohan berlayar dalam bahtera bangsat ini. Aku
tak bisa menolak, Karena saya dan Anda telah memilih. Kita hanya bias
memilih tanpa tahu siapa kita karena hipotesis kosa kata telah menghipnotis
kita menjadi bangsat. (dia mengalungkan tali besar ke lehernya).
SCENE #5
(Seseorang berwajah invalid, terkurung dalam image-image)
(tali dalam keadaaan terikat di lehernya) siang dan malam sama saja.
Kencing dan berak sama saja. Mati dan hidup sama saja. Jadi bangsat atau
tidak sama saja. Kekasihku, aku pergi dulu, capek jadi bangsat. Sebetulnya
aku tak mau pergi sekarang. Tapi situasi dan kondisi menghendaki aku pergi.
Aku pergi kekasihku. Pergi ke tempat yang damai. Semoga aku sebagai
bangsat mendapat surge kelas satu. Sebab meski aku bangsat aku cukup
beramal dari pajak kaum bangsat. Kusumbang lembaga-lembaga swadaya,
yayasan-yayasan. Aku selalu baik kepada sesama. Dan men-debt collector-I
kaum feodal or capital or bossy-bossy pussy cat ach ach ach!
Ya, inilah wajahku bangsat yang mulia hati, karena telah banyak berderma.
Inilah wajahku. Wajah seorang bangsat yang menjual syair kemiskinan
kepada para foundation lalu kuteriakkan hak-hak para bangsat, lewat karya
rupa sosial, musik humanis, dramaturgi sosial, hot news, head line news,
news-news yang get capital, pariwara, berswakarya menjual slogan, yel-yel,
swa swissss sssst, sis sass us, khusus, kasus-kasus, mati tak ada suara us as
is karena sudah di ssst. Dengar, dengarlah khotbahku tentang neraka dan
surge dengan bayaran dolar, akh aii aii kadang aku memang menjelma
menjadi apa saja deh yauuuu! Huh hah hah, seperti legenda dalam kata,
bilangan, angka-angka.
Akulah pencuri hati nurani. Akulah pencuri hak-hak sesama bangsat.
Kekasihku engkau dengan naluri birahiku. Kugigit daun kupingmu yang coklat
5|Monolog

BA NGS AT

Karya

Ta u f a n

S.

Chandranegara

Dipublikasikan oleh Tim Kreatif Teater AnonimuS 13 Oktober 2008 e-mail: teateranonimus@yahoo.com
[ Publikasi naskah ini diperuntukan bagi kemajuan perteateran Indonesia.[Non Profit Oriented]]

sebagai tanda cinta yang pongah antagonistikus, rakus, pada anu mu yang
merekah ranum bagai bunga matahari. Semarak desahmu amuk api, api, api
api membakar ragawi dunia haaahhhh. Peperangan. Chaos, matilah
humanistis karena kubangsatkan. Sayonara. Goodbye, see you later, honey.
Madu cinta sembelih birahi di awan-awan.
SCENE #6
(Seseorang berwajah setan, terkurung dalam image-image)
Senjakala tiba (menghunus senjata tajam ke segala arah sambil merayap
kian kemari laiknya mengejar mangsa, buas) (Sambil bergulingan) amok.
Amok. Amok.amok.
Akulah sang penyair darah. Raja bangsat yang mulia dan bijak dipilih oleh
bangsat untuk menjadi bangsat. Kenapa aku yang terpilih untuk memimpin
generasi bangsat. Aku tidak mau, aku tidak mau, aku tidak mau. Karena aku
bukan bangsat seperti lazimnya. Aku bangsat yang tak menghisap darah
sesama. Aku bangsat yang baik, mulia hati dan suka menolong. Aku bangsat
yang berbeda, berbeda, berbeda sangat berbeda. Sangat. Aku serius lho.
Serius. Kenapa kalian semua tak bereaksi apa-apa?
Kalian bingung melihat kebodohanku yang mendayu-dayu, mengais belas
kasih, mohon pengakuan bahwa aku bukan bangsat seperti lazimnya?
Memang. Benar. Akulah bangsat yang mulia hati. Aku ulang kalimat itu
supaya kalian dengar nuraniku yang berteriak. Aku tak acting. Aku
menyatakan bahwa akulah bangsat itu. Bangsat yang selama ini melakukan
tipu daya, hipotesa, rekayasa, strategi, keculasan berfikir. (pedih) akulah.
Akulah. Bianglala chaos moral. Akulah pemburu kultus. Akulah mahluk tanpa
hati, tapi aku berdaging seperti Anda sekalian, akulah si bangsat yang kalian
pilih. Akulah bangsat itu, bangsat yang sembunyi di balik ketiak sistemsistem.
TAMAT

6|Monolog

BA NGS AT

Karya

Ta u f a n

S.

Chandranegara

Anda mungkin juga menyukai