Laporan Sizing and Grinding
Laporan Sizing and Grinding
Kelompok / Kelas
: I / 2A D3 Teknik Kimia
Nama
: 1. Ayu Nurpitriani
NIM. 141411005
2. Dida Anggiana
NIM. 141411007
3. Mohammad Arilga P.
NIM. 141411018
4. Nadya Rimadanti
NIM. 141411020
Tanggal Praktikum
: 30 Oktober 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Alat dan mesin dalam industri merupakan faktor fisik yang mendukung peningkatan
produktivitas kerja dalam industri. Bahan baku mentah yang akan diproses secara industri
tentunya perlu melalui beberapa tahapan untuk memenuhi standar ukuran alat atau mesin
produksi. Beberapa teknik dan metode dapat dilakukan untuk melakukan perubahan bentuk
pada bahan baku. Alat-alat pengecil ukuran ini biasanya dikenal dengan Size Reduction.
Alat pengecil ukuran ini merupakan unit mesin yang digunakan untuk mengubah ukuran
suatu bahan baku supaya lebih mudah dilakukan proses produksi.
Sizing terutaman ditujukan untuk pemisahan campuran padat-padat. Sistem
pemisahan ini berdasar atas perbedaan ukuran. Ukuran besar lubang ayak (atau lubang kasa)
dari medium ayak dipilih sedemikian rupa sehingga bagian yang kasar tertinggal di atas
ayakan dan bagian-bagian yang lebih halus jatuh melalui lubang. Diusahakan untuk dapat
melakukan pemisahan yang diinginkan secepat mungkin. Untuk mencapai hal ini, bahan yang
diayak digerakkan terhadap permukaan ayakan. Pada umumnya, gerakan diperoleh dengan
gerakan berputar, bolak-balik, atau turun naik.
1.2.
Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan mahasiswa mampu:
a.
b.
kasar/besar
menjadi
bentuk
yang
lebih
d.
halus/kecil
dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan olahan dari bentuk
besar/kasar di ubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Untuk itu yg namanya grinding adalah
proses pemecahan atau penggilingan. Sizing adalah proses penyamarataan ukuran dalam
ayakan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki sehingga ukuran partikel menjadi homogen.
Proses grinding dan sizing banyak digunakan dalam industri diantaranya proses
penghancuran batu-batuan, bijih, pembuatan tepung, pembuatan obat-obatan dll.
A. Pemeriksaan Bahan Olahan
Bentuk penanganan bahan olahan yaitu pengecilan ukuran bahan olahan yang dapat
dilakukan dengan proses basah dan kering
Macam Karakteristik Bahan Olahan :
1. Tingkat kekerasan bahan olahan (tekstur bahan), dalam hal ini yang digunakan
istilah : tekstur lembut, tekstur sedang dan tekstur keras.
2. Tingkat frioble bahan (tingkat kemudahan pecah) dari bahan
Kondisi bahan dilihat dari stuktur pembentuk (stuktur kristal) bahan.
olahan.
a. Tingkat kandungan serat dan golongan serat dalam bahan, kondisi ini ditunjukan dengan
golongan serat dalam bahan misalnya seratnya mudah sobek, seratnya mudah patah/putus
atau seratnya kenyal.
b. Kadar cairan bahan
Proses pemecahan/penggilingan ada 4 cara yaitu:
1. Potongan ( cutting ), bahan olahan di grinding dengan menggunakan benda tajam.
2. Pukulan ( impact ), bahan olahan di grinding dengan menggunakan benda tumpul.
3. Tekanan ( compression ), bahan olahan di grinding dgn di tekan arah tegak lurus dr
landasan.
4. Gesekan ( attrition ), bahan olahan di grinding dgn di gesek arah sejajar dr landasan.
Pemecah kasar pada umumnya bahan olahan untuk di pecah langsung dari alam
mengambil langsung dari alam.
Untuk pemecah kasar meliputi :
a. Pemecah rahang / Jaw crusher.
Alat pemecah rahang ini terutama dipakai untuk memecah bahan olahan berupa
bijih-bijih atau batu-batu. Bahan olahan ini ini dipecah diantara dua rahang besi
atau baja.
Konstruksinya mempunyai sepasang rahang yang satu diam dan yang satunya
bergerak maju mundur ( bolak-balik ). Proses pemecahan bahan olahan dari
pemecah rahang ini berlangsung berkala dengan cara tekanan & potongan.
Pemecah rahang mempunyai 2 sistem :
1. Sistem Blake dgn ciri-ciri titik engsel di atas, bagian bawah bergerak
mundur maju.
Gambar 2.1 Pemecah rahang sistem blake ( The blake jaw crusher )
2. Sistem Dodge dgn ciri-ciri titik engsel di bawah, bagian atas bergerak
mundur maju.
Gambar 2.2 Pemecah rahang sistem Dodge (The dodge jaw crusher)
Kebaikan pemecah menurut sistem Dodge ialah pada titik engselnya terletak
dibagian bawah. Pada waktu pemecahan berlangsung lubang pembuang
hanya sedikit terbuka (seolah-olah tetap). Oleh karena itu hasil olahannya
akan lebih rata. Keburukannya ialah lubang pembuang itu mudah tersumbat.
Pemecah menurut sistem Blake paling banyak di pakai karena tidak mempunyai
keburukan seperti Dodge. Keburukan sistem Blake hasil olahan kurang rata.
Supaya mulut kedua rahang itu tidak mudah rusak, biasanya dilapis dengan plat baja yg
dikeraskan dan mudah diganti. Pada bidang penekan dari plat baja itu di bentuk rusukrusuk bergerigi untuk mempercepat proses pemecahannya.
Untuk mendapatkan usaha penekanan yg besar & pergerakan yg teratur, dipasang roda
penerus. Biasanya di buata dari besi tuang pejal. Untuk mempercepat membukanya
kembali rahang bagian bawah digunakan sebuah pegas sekrup.
Yang mungkin terjadinya ialah bahwa selama alat pemecah tersebut bekerja ada suatu
bahan olahan yg keras dan hampir tidak dapa dipecahkan masuk diantara kedua
rahang/mulut rahang sehingga mengakibatkan kerusakan-kerusakan yg besar pada mesin
ini. Maka untuk memperkecil kerusakan-kerusakan itu, diusahakan supaya bagian yg
rusak itu harganya murah dan mudah di pasang. Dalam pemecah rahang itu terdapatlah
apa yg dinamakan Baut Pecah. Pada baut ini akan terjadi gaya geser yg besar bila ada
benda yg besar masuk ke dalam mulut rahang dan mengakibatkan patahnya baut pecah
tersebut, sedangkan pada bagian lain tidak akan terdapat kerusakan lagi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
Bahan
1. Zeolit 1 kg
3.2.
Skema Kerja
ayak
BAB IV
- 2 + 1,4
120
- 1,4 + 1
140
- 1 + 0,2
380
- 0,2 + 0,112
120
- 0,112
80
Jumlah
920
b. Run kedua
Tabel 4.2 Data hasil analisis ayak percobaan 1 pada run kedua
Ukuran (mm)
+2
- 2 + 1,4
120
- 1,4 + 1
140
- 1 + 0,2
360
- 0,2 + 0,112
140
- 0,112
160
Jumlah
1000
c. Run ketiga
Tabel 4.3 Data hasil analisis ayak percobaan 1 pada run ketiga
Ukuran (mm)
+2
- 2 + 1,4
20
- 1,4 + 1
150
- 1 + 0,2
375
- 0,2 + 0,112
145
- 0,112
205
Jumlah
915
4.2.
Pengolahan Data
a. Tabel data analisa ayak pada percobaan 1
Run pertama
Tabel 4.4 Data hasil analisis ayak percobaan 1 pada run pertama
Berat
%Lolos
Ukuran (mm)
(gram
Individ
u
+2
)
80
- 2 + 1,4
120
- 1,4 + 1
140
- 1 + 0,2
380
- 0,2 + 0,112
120
- 0,112
80
%Lolos
%Tertahan %Tertahan
Kumulatif
Individu
Kumulatif
8,7
8,7
13
91,3
13
21,7
15,2
78,3
15,2
36,9
41,3
63,1
41,3
78,2
13
31,8
13
91,2
8,7
8,8
8,7
Run kedua
Tabel 4.5 Data hasil analisis ayak percobaan 1 pada run kedua
Ukuran (mm)
+2
- 2 + 1,4
- 1,4 + 1
- 1 + 0,2
- 0,2 + 0,112
- 0,112
Berat
%Lolos
(gram
Individ
80
%Lolos
%Tertahan %Tertahan
Kumulatif
Individu
Kumulatif
120
12
92
12
20
140
14
80
14
34
360
36
66
36
70
140
14
30
14
84
160
16
16
16
Run ketiga
Tabel 4.6 Data hasil analisis ayak percobaan 1 pada run ketiga
Ukuran (mm)
Berat
%Lolos
%Lolos
(gram
Individ
Kumulatif
%Tertahan %Tertahan
Individu
Kumulatif
+2
)
2
u
-
2,2
2,2
- 2 + 1,4
20
2,2
97,8
2,2
4,4
- 1,4 + 1
150
16,4
95,6
16,4
20,8
- 1 + 0,2
375
40,2
79,3
40,2
61
- 0,2 + 0,112
145
15,9
63,4
15,9
76,9
- 0,112
205
22,4
41
22,4
Run pertama
100
91.3
90
80
78.3
70
63.1
60
50
40
30
31.8
20
108.8
0
0.112
1.6
0.2
1.4
Run kedua
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
1.6
0
0.112
0.2
1.4
Xf
= 1,6 mm
Xp
= 1,4 mm
Run ketiga
120
100
80
60
40
20
0
0.112
0.2
1.4
= 1,4 mm
Xp
= 1 mm
c. Efisiensi ayakan
Run pertama
Efisiensi Ayakan=
840
x 100 =91,3
920
x 100%
720
x 100 =85,7
840
580
x 100 =80,5
720
200
x 100 =34,4
580
Ayakan ( 0,112 mm )=
80
x 100 =40
200
Run kedua
Efisiensi Ayakan=
920
x 100 =92
1000
x 100%
800
x 100 =86,9
920
660
x 100 =82,5
800
300
x 100 =45,4
660
Ayakan ( 0,112 mm )=
160
x 100 =53,3
300
Run ketiga
Efisiensi Ayakan=
x 100%
895
x 100 =97,8
915
875
x 100 =95,6
915
725
x 100 =82,9
875
350
x 100 =48,2
735
Ayakan ( 0,112 mm )=
205
x 100 =58,5
350
Run kedua
Xf = 1,6 mm = 1,6 x 103 m
Xp = 1,4 mm = 1,4 x 103 m
Run ketiga
Xf = 1,4 mm = 1,4 x 103 m
Xp = 1 mm = 1 x 103 m
e. Reduction ratio
Reduction RatioUkuran 80 lolos kumulatif =
Run kedua
R eduction Ratio Ukuran 80 lolos kumulatif =
1,6
=1.143
1.4
Run ketiga
R eduction Ratio Ukuran 80 lolos kumulatif =
1.4
=1.4
1
1
1 kWh
X P X F Ton
Run kedua
P
=E=10. 12,68
T
1
1
kWh
3
3 Ton
1,4 x 10 1,6 x 10
P
kWh
=E=126,8 [ 1,726 x 103 ]
T
Ton
P
kWh
=E=0,219
T
Ton
Run ketiga
P
=E=10. 12,68
T
1
1
kWh
3
3 Ton
1 x 10 1,4 x 10
P
kWh
=E=126,8 [ 4,897 x 103 ]
T
Ton
P
kWh
=E=0,621
T
Ton
kg
menit
kg
Ton
Ton
x 60
=5520
x
=5,52
10 menit
jam
jam 1000 kg
jam
Run kedua
1000
kg
menit
kg
Ton
Ton
x 60
=6000
x
=6
10 menit
jam
jam 1000 kg
jam
Run ketiga
915
kg
menit
kg
Ton
Ton
x 60
=5490
x
=5,49
10 menit
jam
jam 1000 kg
jam
1
1 kWh
X P X F Ton
P
kWh
=E
T
Ton
P=E
kWh
Ton
xT
Ton
Jam
Run kedua
P=0,219
kWh
Ton
x6
Ton
Jam
P=1,314
kWh
Jam
Run ketiga
P=0,621
kWh
Ton
x 5,49
Ton
Jam
P=3,409
kWh
Jam
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
Pembahasan
1. Oleh Ayu Nurpitriani (NIM. 141411005)
2. Oleh Dida Anggiana (NIM. 141411007)
5.2.
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada percobaan pertama dengan berat zeolit 920 gram, didapat ukuran % lolos
kumulatif yaitu 1,6 mm atau 1600
2. Pada percobaan kedua dengan berat zeolit 1000 gram didapat ukuran % lolos
kumulatif yaitu 1,4 mm atau 1400
3. Pada percobaan kedua dengan berat zeolit 915 gram didapat ukuran % lolos kumulatif
yaitu 1 mm atau 1000
DAFTAR PUSTAKA
Warren L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot, (1999), Operasi Teknik Kimia, Jilid
1, Cetakan ke-4, PT. Erlangga
Crristie J. Geankoplis, (1997), Transport Process and Unit Operation, 3rd Ed., PrenticeHall Of India
Stanley M. Walas, (1988), Chemical Process Equipment , 10th Butterworth Publisher USA