Anda di halaman 1dari 8

Tuesday, July 22, 2008

Testis merupakan gonad jantan yaitu salah satu dari pasangan kelenjar berbentuk telur yang
normalnya terletak didalam skrotum. Masing-masing testis dibungkus oleh lapisan luar
mesotelial (tunika vaginalis) dan lapisan dalam (tunika albuginea) dan tersusun dari
kompartemen-kompartemen (lobuli testis) yang mengandung tubuli seminiferus, yang
didalamnya dihasilkan spermatozoa. Sel-sel interstisial khusus dan sel-sel leydig menskresikan
testosterone.
Tumor testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung
zakar). Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90%
berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat
sembuh bila diberikan penanganan yang adekuat.
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang erat
kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis antara lain : maldesensus testis, trauma
testis, atrofi atau infeksi testis dan hormonal. Diagnosis tumor testis ditegakkan berdasarkan
gejala klinik dan pemeriksaan penunjang meliputi penanda tumor, radiografi, ultrasonografi
(USG), computerised tomografi (CT-Scan).
USG merupakan salah satu imaging diagnostic (pencintraan diagnostik) untuk memeriksa alatalat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan
dengan jaringan sekitanya. Pemeriksaan ini bersifat noninvasif, tidak menimbulkan rasa sakit
pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak
memperburuk penyakit penderita. Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang
frekuensinya 1-10 MHz (1-10 juta Hz). Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan
dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut tranduser.
Cara kerja alat USG. Tranduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang
suara. Pulsasi listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh
tranduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari.
Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang
akan menimbulkan bermacam-macam eko sesuai dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan
eko yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentuk transduser dan kemudian
diubah menjadi pulsasi listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya
pada layar osiloskop (oscilloscops). Dengan demikian bila transduser digerakan seolah-olah
kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan dan gambaran irisan-irisan
tersebut akan dapat dilihat pada layar monitor.
TUMOR TESTIS

Definisi
Tumor testis merupakan pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel testis yang telah
mengalami transformasi (abnormal), yang bisa menyebabkan testis membesar atau
menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).
Pertumbuhan sel-sel tumor ini dapat cepat ataupun lambat. Tumor testis bisa berasal dari sel
germinal atau jaringan stroma testis.
Etiologi & Faktor Resiko
Penyebab jelas dari tumor testis tidak diketahui secara pasti. Faktor-faktor resiko terjadinya
tumor testis yaitu :
1. Cryptorchidisme atau Undensensus Testis. Hal ini meningkatkan resiko tumor
testis 3-5 kali lebih tinggi dari bayi normal walaupun setelah operasi.
2. Pemaparan Dietilstilbesterol (DES). Pada anak-anak yang lahir dari wanita dengan level
estrogen yang tinggi selama hamil sangat beresiko untuk terdapatnya tumor testis dan
kriptorkidisme.
3. Atrofi Testis. Kagagalan testis untuk bertumbuh menjadi matur atau mencapai ukuran normal.
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi mumps, torsi atau trauma.
4. Terpapar dengan bahan kimia dan polutan. Terpapar dengan substansi/zat toksin dapat
menyebabkan perkembangan yang abnormal dari testis. Hal ini meningkatkan frekuensi tumor
testis pada usia 30-40 tahun.
5. Penyebab lain seperti terpapar dengan obat-obatan, kurangnya aktivitas jasmani, aktivitas
seksual yang berlebihan, duduk dengan berpangku kaki dan infeksi HIV.
Epidemiologi
Tumor testis adalah suatu keganasan yang biasanya ditemukan pada pria usia 18-35 tahun.
Seminoma mencapai puncaknya pada dekade keempat atau kelima. Koriokarsinoma biasanya
dilaporkan pada mereka yang berusia 10-30 tahun. Yolk sac tumor biasanya pada pasien <3>
Paru > Ginjal > GI > Pembuluh darah > Tiroid > Melanoma
Anak-anak : Neuroblastoma
Limfoma/Leukemia
Mix Germ Sel Tumor meliputi :
Teratokarsinoma (teratoma + sel embrional)
Sel Embrional + Seminoma
Seminoma + Teratoma
Klasifikasi berdasarkan TMN pada karsinoma testis :
T = Tis : Prainvasif (intratubular)
T1 : Testis dan retetestis
T2 : Di luar tunika albuginea atau epididimis
T3 : Funikulus spermatikus
T4 : Skrotum
N = N0 : Tidak ditemukan pembesaran
N1 : Tunggal
N2 : Tunggal 2-5 cm ; multipel
N3 : Tunggal dan multipel > 5 cm
M = M0 : Tidak dapat ditemukan
M1 : Terdapat metastasis jauh
Patofisiologi
Patofisiologi spesifik mengenai mekanisme induksi neoplasma belum ditemukan, tetapi kanker

testis sepertinya berasal dari diferensiasi totipotental germ cells. Penelitian pada familial grup
menunjukkan bahwa kejanggalan histologi tumor terjadi hanya pada 20% dari pasangan
kembar identik, sebaliknya rata-rata 67% terjadi pada pasangan saudara kandung. Demikianlah
fakta memperkuat suatu tendensi familial terhadap keganasan testis.
Suatu model molekuler terbaru (Looijenga et al, 1999) mengusulkan bahwa mutasi pada
kromosom segmen 12p pada rangkaian sel maligna diasosiasikan dengan peningkatan tumor.
Pasien dengan alat kelamin ganda memiliki resiko tertinggi terhadap keganasan testis. Diantara
pasien dengan kanker testis, resiko metakronus pada testis kontralateral adalah 5%. Resiko
keganasan pada pria dengan kriptorkidisme adalah 2-4%, dan resiko pada pasien dengan
subfertilitas adalah 1% atau lebih kurang.
Resiko keganasan yang diasosiasikan dengan mikrolitiasis testis (5 mikrokalsifikasi di dalam
testis) belum jelas. Studi retrospektif (Bach et al, 2001) pada pasien yang diketahui dengan
keganasan atau USG untuk suatu temuan klinis menunjukkan suatu keterkaitan antara
mikrolitiasis dan keganasan, tetapi hasil analisis retrospektif (Peterson et al, 2001)
menunjukkan bahwa hanya 5-10% resiko dari tumor-tumor yang berdekatan.Teratoma testis
matur dipikirkan sebagai suatu keganasan pada dewasa namun jinak pada anak-anak.
Gambaran Patologi
Seminoma
Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.
Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan dan besar
dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.
Nonseminoma
Makroskopik : Warna abu-abu pucat, lunak.
Mikroskopik : - Ukuran sel kecil (6-8 m).
Sitoplasma eosinofilik dengan tepi tipis mirip spermatosit sekunder.
- Ukuran sel sedang (15-18 m).
Mengandung banyak inti bulat dan sitoplasma eosinofilik
- Ukuran sel besar (50-100 m).
Sel-sel tumor menunjukan gambaran sitoplasma eosinofilik dengan inti spermatositik matur.
Gambaran klinis
Penderita biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun
30% mengeluhkan nyeri dan terasa berat pada skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada
skrotum yang biasanya terjadi pada perdarahan intraskrotum. Tidak jarang pasien mengeluhkan
adanya masa dalam perut sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta,
benjolan pada kelenjar leher, dan 5% penderita mengeluhkan adanya ginekomastia.
Tumor testis undescendent keberadaanya bisa disertai dengan gejala pembengkakan pada
suprapubik, keluhan pada traktus urinaria, atau keluhan pada saluran pencernaan. Kadang
tumor testis bisa disertai dengan pembengkakan pada abdomen, batuk kronik atau nodus pada
leher dengan lesi primer yang tidak diketahui.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik testis, terdapat benjolan dengan konsistensi padat keras, tidak nyeri
pada palpasi, konturnya bisa sangat ireguler atau sedikit ireguler dan tidak menunjukkan tanda
transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari
kemungkinan adanya masa di abdomen, benjolan kelenjar supraklavikular, ataupun
ginekomastia.

Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan penunjang berupa penanda tumor,
radiografi, USG, CT-Scan.
Ultrasonografi (USG)
Gelombang ultrasound terdiri dari suatu pengubah mekanik dari suatu medium seperti udara.
Pengubah mekanik itu melewati medium pada suatu kecepatan tertentu menyebabkan getaran.
Kecepatan partikel-pertikel tersebut bergetar disebut frekuensi, diukur dalam putaran per menit
atau hertz (Hz). Suara menjadi tidak kedengaran oleh telinga manusia kira-kira di atas 20 kHz,
atau 20 ribu Hertz, dan itulah yang dikenal dengan ultrasound. Diagnostik imaging
menggunakan frekuensi yang jauh lebih tinggi, yaitu megahertz (MHz), atau jutaan Hertz.
Frekuensi yang semakin tinggi menggunakan resolusi yang lebih baik. Yang terakhir adalah
kemampuan untuk membedakan dua objek yang berdekatan. Meskipun demikian, dengan
peningkatan frekuensi, lebih banyak sorotan ultrasound yang terikat oleh target dan sorotan
tersebut tidak dapat dipenetrasi lebih jauh. Untuk alasan ini, frekuensi yang lebih tinggi (7,5
MHz) digunakan untuk memberikan gambaran yang baik dan terperinci dari organ-organ
superfisial seperti prostat, testis, tiroid dan dada., dan frekuensi yang lebih rendah (3,5 MHz)
untuk pemeriksaan abdomen.
Ultrasonografi atau sonografi adalah penggunaan gelombang suara untuk kepentingan
radiologik, tidak menggunakan sinar-X atau radiasi yang lain, aman, dan digunakan tanpa
anestesi. Pada urologi pria, prostat dan testis dekat dengan permukaan tubuh dan dapat
dicitrakan dengan ultrasonografi untuk membantu diagnosis dan untuk melakukan biopsi
terhadap temuan abnormal.
Cairan atau suatu massa di sekitar skrotum (jaringan di sekitar testis) tidak mungkin ditemukan
dengan pemeriksaan fisik testis. Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel),
vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor. Pada penyakit prostat,
ultrasonografi dapat digunakan lewat suatu pemeriksaan rektal.
Ultrasonografi transrektal secara rutin digunakan untuk biopsi prostat pada pasien dengan level
PSA abnormal untuk melihat adanya abnormalitas dan untuk membantu dalam penempatan
jarum untuk biopsi secara tepat. Ultrasonografi prostat juga dapat digunakan untuk
menunjukkan blok pada peri-prostatik (sebelum biopsi atau prosedur) dan menghasilkan
penilaian ukuran prostat yang akurat untuk pembesaran prostat atau penanganan kanker
prostat. Pasien harus diberikan antibiotik terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur ini.
Ketika suatu pemerikasaan transrektal digunakan untuk sonografi pelvis, kanker ditunjukkan
dengan densitas asimetris dalam prostat. Prosedur ini bukanlah yang paling memberikan arti
sensitif dalam menegakkan diagnosis, tapi penting untuk mendokumentasikan derajat dari
perluasan tumor ke vesikel seminal.
Ultrasonografi pada testis digunakan untuk menentukan penempatan suatu massa yang dapat
teraba ketika dicurigai adanya tumor pada testis. Biasanya, lesi ekstra-testikular yang dapat
diraba bersifat jinak. Pada sisi lain, massa intratestikular, terutama jika teraba, bersifat ganas
dan harus segera dioperasi. Oleh karena itu, ultrasonografi bermanfaat untuk melokalisir
kelainan yang dapat diraba dan untuk menentukan tindakan pembedahan apa yang akan
dilakukan.
Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan suatu transduser
frekuensi tinggi yang linier untuk membandingkan echotekstur testis pada area yang heterogen.
Tumor testis bersifat hypoechoic terhadap jaringan parenkim di sekitarnya pada kira-kira 95%
kasus. Carmignani et al, 2005; Schwerk et al, 1987 menyatakan bahwa lesi seminoma lebih
sering bersifat hypoechoic homogen dan lesi nonseminoma sering bersifat kistik, dengan
diselang-selingi oleh proses kalsifikasi.

Beberapa keuntungan dari ultrasonografi


Tidak ada kerusakan jaringan akibat radiasi
Tidak diketahui adanya efek samping
Murah
Mudah dibawa (portable)
Persiapan minimal dari pasien
Tanpa rasa sakit
Non invasive
Penglihatan langsung untuk biopsi
Diferensial diagnosis
Kista epidermoid
Dilatasi rete testis
Abses testis
Hematoma testis
Diagnosis
Diagnosis cepat pada tumor testis penting karena waktu penggandaan pada tumor testis adalah
10-30 hari. Laki-laki sering segan melaporkan suatu pembengkakan pada testis,
menyebabkan suatu keterlambatan datang ke dokter. Umumnya tumor testis sering didiagnosis
keliru sebagai epididymitis dan terapinya tidak sesuai dengan antibiotik atau dibiarkan untuk
berbulan-bulan. Lamanya suatu gejala sebelum diagnosis pasti berkisar antara 17-87 minggu.
Presentase klasik pada tumor testis adalah suatu pembengkakan tanpa rasa sakit pada testis,
perubahan yang terjadi biasanya ditemukan pada pemeriksaan sendiri, setelah trauma testis
atau oleh pasangan seksual. Tanda metastasis meliputi bengkak pada ekstremitas bawah, nyeri
belakang, batuk, hemoptisis atau dispnu. 10 % pada laki-laki hadir bersamaan dengan
ginekomastia. Pada pasien dengan suatu massa testis, atau nyeri skrotum tanpa sebab atau
bengkak dapat dilakukan USG. USG skrotum hampir 100% akurat dalam membedakan
intrarestikuler dan ekstratestikuler patologi. Semua massa intratestikuler dipertimbangkan
sebagai kanker sampai terbukti sebaliknya. Sesudah suatu neoplasma intratestikuler
teridentifikasi radiografi, CT-Scan pada abdomen dan serum penanda tumor dapat dilakukan
untuk menentukan stadium.
Stadium I : Lesi terbatas pada testis.
Stadium II : Menyebar nodus regional.
II A : Massa nodus <> 5 cm.
Stadium III : Menyebar ke organ lain di luar retroperitonium.
Serum penanda tumor
Serum penanda tumor rutin digunakan untuk diagnosis, penentuan stadium dan follow up
penderita. Penanda tumor (tabel.1) yang umumnya diidentifikasi dalam serum adalah
1. Sub unit pada Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
2. Alfa-Fetoprotein (AFP)
3. Laktat Dehidrogenase (LDH)
HCG tidak ditemukan pada laki-laki sehat. HCG biasanya disekresikan oleh tumor
nonseminoma daripada seminoma. Waktu paru HCG 24-36 jam dan level seharusnya kembali
normal dalam 5-8 hari sesudah tumor dikeluarkan. AFP ditemukan hanya pada sejumlah kecil
laki-laki sehat (<25> 5 cm.
Stadium III : Menyebar ke organ lain di luar retroperitonium.
Terapi
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:

1. Pembedahan : pengangkatan testis (orkiektomi)dan pengangkatan kelenjar getah bening


(limfadenektomi/RPLND)
2. Radiasi : digunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya.
3. Kemoterapi : digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker misalnya BEP
(bleomycin , etoposide, dan cisplastinum). Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker
testis sebelumnya, diberikan kemoterapi VIP (vinblastin, fosfamide, cisplastinum). Pada
tersangka tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi testis, karena itu untuk
menegakkan diagnosis patologi anatomi, bahan jaringan harus diambil dari orkiektomi.
Orkiektomi dilakukan melalui pendekatan inguinal setelah mengangkat testis dan funikulus
spermatikus sampai anulus inguinalis internus. Biopsi atau pendekatan trans-skrotal tidak
diperbolehkan karena ditakutkan akan membuka peluang sel-sel tumor mengadakan
penyebaran. Dari hasil pemeriksaan patologi anatomi dapat dikategorikan antara seminoma
dan non seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang cukup baik terhadap radiasi
sedangkan jenis non-seminoma tidak sensitif terhadap radiasi. Oleh karena itu radiasi eksterna
dipakai sebagai ajuvan terapi pada seminoma testis. Pada non-seminoma yang belum melewati
stadium III dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau retroperitoneal lymphnode
disection (RPLND). Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran aorta yang sangat besar
didahului dengan pemberian sitostatika dengan harapan akan terjadi penurunan stadium dan
ukuran tumor akan mengecil.
4. Pencangkokan sumsum tulang : dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan
pada sumsum tulang penderita.
PROGNOSIS
PROGNOSIS BAIK
Nonseminoma Seminoma
Tumor hanya pada testis atau retroperitoneal dan tidak bermetastasis ke paru Tumor hanya
pada testis dan tidak bermetastasis ke paru
metastasis ke viscera Metastasis ke viscera
Penanda tumor :
AFP <> 10,000 ng/ml
hCG > 50,000 IU/L
LDH meningkat > 10 kali dari normal
16% of nonseminomas
Harapan hidup 5 tahun 48%
PENUTUP
Tumor testis merupakan pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel testis yang telah
mengalami transformasi (abnormal), yang bisa menyebabkan testis membesar atau
menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar). Pertumbuhan sel-sel tumor
ini dapat cepat ataupun lambat. Tumor testis bisa berasal dari sel germinal atau jaringan stroma
testis. Penyebab jelas dari tumor testis tidak diketahui secara pasti. Faktor-faktor resiko
terjadinya tumor testis yaitu : Cryptorchidisme atau Undensensus Testis, Pemaparan
Dietilstilbesterol (DES), Atrofi Testis, Terpapar dengan bahan kimia dan polutan, Penyebab lain
seperti terpapar dengan obat-obatan, kurangnya aktivitas jasmani, aktivitas seksual yang
berlebihan, duduk dengan berpangku kaki dan infeksi HIV.
Diagnosis tumor testis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah serum penanda tumor, USG,
CT-scan dan MRI. Pada anamsesis Penderita biasanya mengeluh adanya pembesaran testis
yang seringkali tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik testis, terdapat benjolan dengan konsistensi
padat keras, tidak nyeri pada palpasi, konturnya bisa sangat ireguler atau sedikit ireguler dan

tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Pada pemeriksaan penunjang khususnya USG dapat
mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu melihat adanya hernia,
kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan
adanya tumor. Ultrasonografi pada tumor testis digunakan untuk menentukan penempatan
suatu massa yang dapat teraba ketika dicurigai adanya tumor pada testis. Tumor testis bersifat
hypoechoic terhadap jaringan parenkim di sekitarnya pada kira-kira 95% kasus. lesi seminoma
lebih sering bersifat hypoechoic homogen dan lesi nonseminoma sering bersifat kistik, dengan
diselang-selingi oleh proses kalsifikasi.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan pembedahan, radiasi, kemoterapi dan
pencangkokan sumsum tulang. Prognosis dari tumor testis adalah berdasarkan stadium.

Abstrak
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal dari sel
germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberikan
penanganan yang adekuat. Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis antara lain
:Maldesensus testis, Trauma testis, Atrofi atau infeksi testis, Hormonal.

Keyword : Tumor Testis, Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Laboratorium

Isi
Bapak. B, berumur 63 tahun, datang ke rumah sakit tanggal 13 Mei 2011 dengan keluhan ada
benjolan di buah zakarnya kirinya. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu terasa nyeri (+),
panas(+), dan disertai penonjolan kenyal letaknya kira-kira 1 cm diatas lutut kaki kirnya. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kesan umum pasien tampak berbaring di atas ranjang dengan terpasang
infus pada tangan kiri, dengan badan yang tampak kurus, kesadaran kompos mentis, kesan gizi baik,
tanda vital tekanan darah : 140/800 mmHg, Nadi : 78 kpm, , RR : 21 kpm, t : 36,6 oC, Suara paru:
Suara dasar vesikuler, Abdomen : dalam batas normal, ektremitas atas dan bawah : edema (-/-).
Status Lokalisata : Tampak Benjolan di buah zakar kiri sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal,
mobile, permukaan licin, pada perabaan terasa hangat, kadang jika ditekan terasa nyeri dan menjalar
ke paha kiri. Data Laboratorium : AL : 6,8 , U/C : 25/0,8, GSD : 114, Ro : Cor dan Pulmo dalam
batas normal
Diagnosis
Pasien ini didiagnosis awal Tumor Testis Sinistra
Terapi
Asam Mefenamat 500 mg 3x1
Cek Lab -HCG dan AFP
Diskusi
Penderita biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30%
mengeluhkan nyeri dan terasa berat pada skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum.
Tidak jarang pasien mengeluhkan adanya masa dalam perut sebelah atas (10%) karena pembesaran

kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher, dan 5% penderita mngeluhkan adanya
ginekomastia.
Pada pemeriksaan fisik testis, terdapat benjolan dengan konsistensi padat keras, tidak nyeri pada
palpasi, dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada
funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya masa di abdomen, benjolan kelenjar
supraklavikular, ataupun ginekomastia.
Diagnosis banding meliputi setiap benjolan di dalam skrotum yang berhubungan dengan testis, seperti
hidrokel, epididimis, orkitis, infark testis, atau cedera. Transiluminasi, ultrasonografi, dan pemeriksaan
endapan kemih sangat berguna untuk membedakan tumor dari keadaan lain. Kadar tumor testis
disertai hidrokel. Oleh karena itu, ultrasonografi sangat berguna. Pemeriksaan tumor marker (petanda
tumor) sangat berguna, yaitu beta-human chorionic gonadotropin (beta-HCG), alfa-feto protein (AFP),
dan laktat dehidrogenase (LDH). Foto paru dibuat untuk diagnosis metastasis paru. Diagnosis
ditentukan dengan pemeriksaan histologik sedian biopsi. Setiap benjolan testis yang tidak menyurut
dan hilang setelah pengobatan adekuat dalam waktu dua minggu harus dicurigai dan biopsi. Untuk
menentukan luas penyebaran limfogen biasanya dilakukan deseksi kelenjar limfe retroperitoneal
secara transabdominen.
Kesimpulan
Pada Kasus ini, Bpk. B, didiagnosis sementara Tumor Testis Sinistra. Pasien ini didiagnosis awal Tumor
Testis Sinistra, karena dari anamnesis sementara pasien mengeluh adanya nyeri pada buah zakar
kirinya yang disertai panas, pada pemeriksaan fisik pasien tampak tubuhnya kurus dan adanya nyeri
tekan pada daerah testis kirinya yang menjalar ke paha kiri. Dibutuhkan pemeriksaan Lab tumor
marker seperti -HCG dan AFP untuk memastikan nya sebelum dioperasi (Orchidektomi).
Referensi
1. Davey P. Tumor Testis. At a glance medicine. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2005.
2. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of ModernSurgical Practice. Edisi 16.USA:
W.B Saunders companies.2002
3. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hillcompany.2005
4. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Edisi ke-3. Jakarta : Media Aesculapius FK UI;
2000.

Penulis
Dhyas Munandar AS, Bagian Ilmu Bedah, RS Jogja, Yogyakarta. 2012

Anda mungkin juga menyukai