Makalah Alkohol
Makalah Alkohol
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Diera modern saat ini, alkohol telah beredar luas di masyarakat dan dapat
dari agent toksik ataupun metabolitnya, begitupun hal ini bukan berarti bahwa
penumpukan yang tertinggi dari agent tokis itu berada di target organ, tetapi bisa
juga ditempat yang lain.
Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun
mekanisme kerjanya. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau
beberapa organ saja. Hal tersebut dapat disebabkan lebih pekanya suatu organ,
atau lebih tingginya kadar bahan kimia dan metabolitnya di organ. Toksisitas
merupakan sifat bawaan suatu zat, bentuk dan tingkat manifestasi toksiknya pada
suatu organisme bergantung pada berbagai jenis factor. Faktor yang nyata adalah
dosis dan lamanya pajanan. Faktor yang kurang nyata adalah species dan strain
hewan, jenis kelamin, umur, serta status gizi dan hormonal. Faktor lain yang turut
berperan yaitu faktor fisik, lingkungan dan sosial. Di samping itu, efek toksik
suatu zat dapat dipengaruhi oleh zat kimia lain yang diberikan bersamaan. Efek
toksik dapat berubah karena berbagai hal seperti perubahan absorpsi, distribusi,
dan ekskresi zat kimia, peningkatan atau pengurangan biotranformasi, serta
perubahahan kepekaan reseptor pada organ sasaran (Lu, 1995).
Toksisitas alkohol dapat terjadi karena pemakaian dalam jumlah yang
banyak dan jangka panjang dengan gejala tertentu yang sangat merugikan,
sehingga harus diketahui pencegahan dan penanggulangan yang harus dilakukan
untuk mengobati atau mengurangi efek toksisitas alkohol, sehingga penulis
menyusun makalah berjudul Toksisitas Alkohol.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud alkohol ?
2. Bagaimana klasifikasi alkohol ?
3. Apakah mafaat alkohol ?
4. Bagaimana toksisitas alkohol bagi tubuh manusia?
5. Bagaimana pengobatan toksisitas alkohol ?
1.3.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu alkohol.
2. Untuk mengetahui klasifikasi alkohol.
3. Untuk mengetahui manfaat alkohol bagi manusia.
4. Untuk mengetahui toksisitas pada alkohol.
5. Untuk mengetahui pengobatan alkohol.
1.4.
Manfaat
`BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Alkohol
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang
2.2.
Klasifikasi Alkohol
Alkohol dapat digolongkan atau diklasifikasikan berdasarkan:
a. Letak gugus -OH pada atom karbon
b. Banyaknya gugus -OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya)
c. Bentuk rantai karbonnya.
Berdasarkan letak gugus -OH pada atom C yang mengikat dibagi menjadi
3 jenis, yaitu:
1) Alkohol primer
Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada C primer
yang terikat langsung pada 1 atom karbon yang lain.
Contoh :
CH3sekunder
OH
CH3CH2OH
2) Alkohol
Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C
Metanol
Etanol
sekunder yang terikat pada 2 atom C yang lain.
Gugus OH selalu diikat oleh CH. Oleh karena itu, secara umum rumus
struktur dari alkohol sekunder adalah seperti berikut:
3) Alkohol tersier
Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus OH nya terletak pada atom C
tersier yang terikat pada tiga atom karbon yang lain.
Contoh:
Gugus OH selalu diikat oleh C. Oleh karena itu secara umum rumus
struktur dari alkohol tersier adalah seperti berikut:
akan mengalami serangkaian perubahan. Hal ini karena alkohol yang masuk ke
dalam tubuh akan langsung diserap dan menyebar melewati organ-organ tubuh
melalui aliran darah, dan sisanya masuk ke saluran pencernaan, mulai dari
kerongkongan, lambung, sampai ke usus untuk dialirkan ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Jantung akan memompa darah bercampur alkohol ini ke seluruh
bagian tubuh, sampai ke otak. Baru terakhir, hati (liver) akan membakar atau
menghancurkan alkohol dibantu dengan enzim khusus untuk dikeluarkan melalui
air seni dan keringat.
2.3.1. Etanol
Etanol adalah bahan cairan yang telah lama digunakan sebagai obat dan
merupakan bentuk alkohol yang terdapat dalam minuman keras seperti bir,
anggur, wiskey maupun minuman lainnya. Etanol merupakan cairan yang jernih
tidak berwarna, terasa membakar pada mulut maupun tenggorokan bila ditelan.
Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial untuk menghambat
sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas sistem retikular. Aktifitas dari etanol
sangat kuat dan setara dengan bahan anastetik umum. Tetapi toksisitas etanol
relatif lebih rendah daripada metanol ataupun isopropanol.
Mekanisme Toksisitas
Secara pasti mekanisme toksisitas etanol belum banyak diketahui.
Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh langsung pada
membran saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf). Pada
daerah membran
invitro menunjukkan bahwa ion Na+, K+- ATP ase dihambat oleh etanol. Pada
konsentrasi 5 10% etanol memblok kemampuan neuron dalam impuls listrik,
konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi etanol dalam sistem
saraf pusat secara invivo.
Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan
konsentrasi etanol dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah
sistem retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan
kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah
serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku. Gangguan
kelainan tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya
penderita turun daya ingatnya. Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat
bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke
bagian medula (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Gejala yang diakibatkan oleh toksisitas etanol
Gejala klinis
1.
-
Ringan.
Penglihatan menurun
Reaksi lambat
Kepercayaan diri
meningkat
2. Sedang
- Sempoyongan
- Berbicara tidak
menentu
- Fungsi saraf motorik
menurun
- Kurang perhatian
- Diplopia
- Gangguan persepsi
- Tidak tenang
3. Berat
Bagian otak
yang terkena
0,005 0,10
Lobus depan
Lobus parietal
0,15 0,30
Lobus ocipitalis
Serebellum
0,30 0,50
Gangguan
penglihatan
- Depresi
- Stupor
4. Koma
- Kegagalan pernafasan
Sumber: Gossel and Bricker, 1984
Lobus ocipitalis
Serebellum
Diencephalon
0,50
Medulla
Gambar 1. Lokasi otak yang terpengaruhi oleh toksisitas alkohol, dari pengaruh
ringan dan yang terberat
Sumber: Darmond, 2019
Absorpsi
Karena sifat etanol yang mudah larut dalam air dan lemak, penghantar
listrik yang lemah, ukuran molekul yang relatif kecil, maka etanol mudah sekali
masuk melalui membran sel dengan difusi. Alkohol mudah sekalit diabsorpsi
melalui dinding gastrointestinal, terutama bila kondisi lambung yang kosong.
Tetapi lokasi yang efisien dalam penyerapan etanol ialah didalam usus kecil dan
kurang efisien di dalam lambung dan usus besar. Walaupun etanol mempunyai
berat molekul yang kecil, agak lama etanol terlarut dalam lemak dan proses
pelarutannya adalah secara difusi pasif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses absorpsi ini yaitu:
-
Kondisi lambung dalam keadaan kosong atau berisi. Hal ini sangat penting
dalam pengaturan absorpsi alkohol. Pada lambung keadaan kosong, absorpsi
sempurna terjadi dalam waktu 1 atau 2 jam, tetapi pada lambung keadaan
berisi penuh makanan absorpsi terjadi sampai 6 jam.
Komposisi larutan etanol yang diminum. Minuman bir lebih lambat diabsorpsi
dari pada anggur (wine) dan anggur lebih lambat daripada spiritus. Pada
umumnya minuman keras yang mengandung karbon diabsorpsi lebih cepat,
karena senyawa karbon dioksida (CO2) dapat mengambil alih isi lambung.
Distribusi
Setelah diabsorpsi, alkohol kemudian didistribusikan kesemua jaringan
dan cairan tubuh serta cairan jaringan. Keseimbangan terjadi diantara cairan
jaringan, darah dan kompartemen jaringan itu sendiri. Disamping itu etanol sangat
mudah sekali menembus jaringan otak dan plasenta. Akhir-akhir ini yang
menjadikan perhatian adalah ibu hamil yang menjadi peminum minuman keras
yang mengandung alkohol dan pengaruhnya terhadap fetus yang dikandungnya.
Distribusi alkohol antara alveoler paru dengan darah sangat bergantung pada
kecepatan difusi, tekanan gas dan konsetrasi alkohol dalam kapiler paru. Rasio
distribusi antara alveoler paru dengan darah adalah 1:2100.
Seorang peneliti Swedia mengembangkan metoda untuk memperkirakan
jumlah alkohol yang diperlukan sehingga dapat terdeteksi dalam darah.
Formulanya adalah:
minuman keras sekitar 50%, maka KAD menjadi cukup proporsional. Dengan
formulasi dibawah ini akan dapat diperkirakan jumlah KAD maksimum.
150/bb X %EtOH/50 X Jumlah Alkohol yang diminum (ons) X 0,025% =
KADmaks
Pada kasus overdosis etanol akut, kadang formula tersebut diatas sangat
berguna untuk memperkirakan KAD dari si penderita, bilamana diketahui jumlah
minuman keras yang diminum. Sehingga jumlah ini dapat diperkirakan dengan
melihat gejala yang timbul dari si penderita (Walgreen, 1970).
Metabolisme
Mengetahui proses metabolisme etanol sangat berguna untuk meramalkan
atau menangani suatu kasus toksisitas etanol. Sekitar 90-98% etanol yang
diabsorpsi dalam tubuh akan mengalami oksidasi oleh enzim. Biasanya sekitar 210% diekskresikan tanpa mengalami perubahan, baik melalui paru maupun ginjal.
Sebagian kecil dikeluarkan melalui keringat, air mata, empedu, cairan lambung
dan air ludah. Tetapi perlu diingat bahwa konsentrasi alkohol selalu sama dengan
kandungan cairan jaringan atau disebut cairan tubuh.
Proses oksidasi enzimatik etanol pertama terjadi dalam hati kemudian
dalam ginjal. Proses metabolisme melibatkan tiga jenis enzim. Pada proses
pertama
etanol
dehydrogenase
dioksidasi
dan
menjadi
memerlukan
acetaldehyd
kovaktor
NAD
oleh
enzim
(nicotinamid
alkohol
adenin
dinucleotida). Enzim alkohol dehydrogenase dalam hati adalah enzim yang tidak
spesifik, enzim ini juga mengubah alkohol primer lainnya menjadi aldehyd, begitu
juga pada alkohol sekunder dan keton.
Pada tahap kedua acealdehyd diubah menjadi asam asetat oleh enzim
aldehyd dehydrogenase juga dibantu oleh kovaktor NAD. Tahap berikutnya
diubah lagi menjadi acetyl coenzim A (CoA), yang kemudian CoA masuk
kedalam siklus Krebs dan mengalami metabolisme menjadi CO2 dan H2O
(Gambar 2.1).
AsetylCoA
siklus Krebs
CO2 H2O
keracunan etanol
2.3.2 Metanol
Alkohol jenis ini mempunyai struktur paling sederhana, tetapi paling
toksik pada manusia dibanding dengan jenis alkohol lainnya. Metanol secara luas
digunakan pada industri, rumah tangga, pelarut cat, anti beku dan sebagai bahan
bakar. Terjadinya keracunan pada orang biasanya karena sengaja diminum, atau
antara total kation dan total anion). Pada kondisi normal selisih perbedaan tersebut
adalah 18 mmoles/L (dihitung dari [Na++K+]-[Cl-+HCO3-], selisih tersebut dapat
meningkat dua kali atau lebih diatas normal pada kondisi keracunan metanol.
Terjadinya kerusakan bola mata sering terjadi pada keracunan metanol.
Orang yang mengkonsumsi metanol sekitar 4 ml dapat menyebabkan kebutaan.
Dilaporkan bahwa terjadi peristiwa kebutaan karena keracunan metanol sampai
6% pada tentara Amerika waktu perng dunia ke II. Kerusakan mata adalah suatu
bentuk terjadinya kerusakan retina dan saraf optik yang mengalami degenerasi
yang disebabkan oleh akumulai formaldehyd dan berkembang menjadi asidosis.
Bila penderita dapat selamat, penderita akan mengalami buta total atau daya
penglihatannya dapat terganggu selama berbulan-bulan.
Pengobatan Toksisitas Metanol
Keracunan metanol berat biasanya dijumpai pada pecandu alkohol kronis
dan mungkin tidak dapat dikenal kecuali dijumpai gejala-gejala yang khas pada
sejumlah pasien. Karena metanol dan metabolit formatnya merupakan toksin yang
lebih kuat dari etanol, maka penting bahwa pasien yang keracunan metanol
dikenali dan diobati secepat mungkin.
Pengobatan pertama untuk keracunan metanol, seperti pada keadaan kritis
keracunan, ialah untuk menyelenggarakan pernafasan, dengan melakukan
trakeotomi bila perlu. Muntah dapat dibuat pada pasien yang tidak koma, tidak
mengalami kejang, dan tidak kehilangan reflex muntah. Bila salah satu dari
kontraindikasi ini ada, maka harus dilakukan intubasi endotrakeal dan bilasan
lambung dengan selang berdiameter besar setelah saluran nafas terlindungi.
C; Titik lebur - 79oC (-110,2F); Berat jenis (air=1): 0,8146; Tekanan Uap 1,5
mm/Hg pada 20oC; Sedikit larut dalam air (2,7 g/100 mL @ 27 oC); Agak larut
dalam air dingin, air hangat; Larut dalam aseton, eter, alkohol, dan kebanyakan
pelarut anorganik. Digunakan sebagai pelarut pada sintesis senyawa organik dan
sebagai bahan peningkat rasa dan aroma pada pangan.
Efek Klinis
1.
Keracunan akut
Terhirup
Iritasi saluran napas, sensasi pedih pada mata sehingga menimbulkan
Tertelan
Dapat menyebabkan iritasi saluran cerna disertai mual, muntah dan diare.
Dapat menyebabkan efek yang mirip seperti pada paparan secara inhalasi,
mempengaruhi
hati,
ginjal
(ketidaknormalan
fungsi
2.
Keracunan kronik
ginjal,
glisouria,
Terhirup
Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan edema paru,
cedera ginjal.
Kontak dengan kulit
Kontak berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis.
Pengobatan
Pertolongan Pertama
Terhirup Segera pindahkan dari tempat paparan ke tempat yang berudara segar.
Jika terjadi kesulitan bernapas dapat diberikan oksigen. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Terhirup bahan yang serius: Segera
pindahkan dari tempat paparan. Longgarkan bagaian pakaian yang kencang,
seperti kerah baju, dasi, ikat pinggang. Jika terjadi kesulitan bernapas dapat
diberikan oksigen. Jika korban tidak bernapas, dapat diberikan resusitasi jantung
paru (RJP). Peringatan: Kemungkinan timbul bahaya pada penolong jika
dilakukan RJP pada korban yang menghirup bahan beracun, menginfeksi, atau
korosif. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan kulit Segera siram kulit dengan banyak air. Dapat digunakan air
dingin. Tutup kulit yang teriritasi dengan emolien. Lepas pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu
sebelum digunakan kembali. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat. Kontak kulit yang serius: Cuci dengan sabun desinfektan dan tutupi kulit
yang terpapar dengan krim antibakteri. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
Kontak dengan mata Lepaskan lensa kontak jika menggunakannya. Segera cuci
mata dengan air yang banyak (dapat digunakan air dingin) atau dengan larutan
garam normal (NaCl 0,9%), selama 15 20 menit, atau sekurangnya satu liter
untuk setiap mata dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai
dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Tutup dengan kain kassa
steril. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Tertelan Dapat berpotensi aspirasi jika tertelan. Jangan merangsang muntah atau
memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Longgarkan bagian
pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat pinggang. Segera
bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Catatan untuk dokter:
Berikan pengobatan simptomatik dan penunjang.
Antidotum: Tidak terdapat antidotum spesifik
Penatalaksanaan
Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin
pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan
cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan
oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis: Dewasa: 10 20 mg IV dengan
kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang
1.3.5
T-butil alkohol
Nama lainnya Trimetylcarbinol; tert-Butyl alcohol;, t-Butanol; tert-
Butanol; 2-Methyl-2- propanol; 2-Methylpropan-2-ol: 1,1-Dimethylethanol; tertButyl hydroxide; Trimethyl methanol; Dimethylethanol; Methyl-2-propanol;
Tertiary-butyl alcohol.
Berbentuk cairan; cairan tidak berwarna pada suhu di atas 78F, yang
membentuk kristal rhombik putih; Berbau menyerupai kamfer; Rumus molekul
(CH3)3COH; Berat molekul 74,12 g/mol; Titik didih 82,41C (180,3F); Titik
leleh 25,7C (78,3F); Titik nyala 11,1oC (52F); Kerapatan relatif 2,55 (udara =
1); Tekanan uap 4,1 kPa (@ 20C); Kerapatan uap 2,55 (udara = 1); Kerapatan (g
cm-3): 0,78; Batas ledakan 2,48%; Berat jenis 0,78581 (air = 1); Larut dalam air
dingin, air panas, ester, hidrokarbon aromatik dan alifatik, alkohol, dan eter.
Kegunaan utama t-butil alkohol adalah untuk pembuatan zat flotasi,
penghilang cat, metakrilat, dan penyedap rasa; dapat pula digunakan sebagai
denaturan untuk etanol, penggerak oktan pada bensin tanpa timbal, dan sebagai
bahan pembersih dan pelarut untuk farmasetikal, lilin dan lak. Perlengkapan
rumah tangga yang bahan utamanya t-butil alkohol seperti furnitur dan berbagai
produk dari karet, plastik, dan kaca. T-Butil alkohol juga digunakan sebagai
pelarut non-reaktif pada reaksi kimia, sebagai kompatibiliser non-surfaktan untuk
berbagai campuran pelarut, dan sebagai pelarut non-korosif; digunakan pada
Terhirup
Menghirup bahan dalam konsentrasi tinggi dapat menimbulkan efek pada
sistem saraf pusat, yang ditandai dengan sakit kepala, pusing, dan iritasi saluran
napas. Menyebabkan iritasi pada saluran nafas, iritasi membran mukosa, dan
dispnea.
Tertelan
Iritasi saluran cerna, dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
2. Keracunan Kronik
Terhirup Dapat mengakibatkan efek pada sistem saraf pusat yang ditandai
dengan sakit kepala, pusing, dispnea, dan tidak sadarkan diri. Dapat
berefek pada tindakan yang dikontrol oleh sistem saraf pusat seperti
konvulsi, kejang (seizure), dan gejala putus obat (withdrawal syndrome).
Kontak dengan kulit Paparan berulang atau jangka panjang dapat
menyebabkan defatting, yaitu terjadinya pelarutan kimia dari lemak pada
kulit dan dermatitis.
Kontak dengan mata Sama seperti efek yang dilaporkan pada jangka
pendek. Paparan berulang dapat mengakibatkan abnormalitas penglihatan,
termasuk penglihatan buram dan fotosensitivitas.
Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
Antidotum: Tidak ada informasi mengenai antidotum spesifik untuk
keracunan t-butil alkohol.
2.3.5 Alil Alkohol
Nama lainnya 2 Propen 1 ol; 1 Propenol; Allylic Alcohol; 3
Hydroxypropene; 2 Propenol; 2 Propenyl Alcohol; Propenol 3; 2 Propenol
1 Vinyl carbinol;
Berupa cairan jernih dengan bau tajam; Berat molekul : 58; Rumus
molekul C3H6O; Titik didih : 96 97 oC; Titik beku : 129 oC; Titik lebur :< - 500
o
C; Tekanan uap : 17 mm Hg 20oC; Rapat uap (udara = 1) : 2,0; Berat jenis (air
Digunakan pada pembuatan alil glisidil eter, gliserol, akrolein, diallil ftalat
resin, farmaseutikal, parfum dan herbisida.
Efek Klinis
1. Keracunan akut
Terhirup: Iritasi, sakit kepala, sakit tenggorokan, mata berair, nafas pendek, batuk,
hemoptisis,
mengantuk,
mual,
muntah,
edema
paru
Kontak dengan kulit: Menyebabkan Iritasi, jika evaporasi dapat dicegah atau
dikurangi, terjadi luka bakar derajat pertama atau kedua yang diikuti dengan
blister/lepuh dan nekrosis superfisial. Absorbsi dalam jumlah kecil menyebabkan
tertundanya
nyeri
otot
yang
dalam
disekitar
area
yang
terpapar.
mata
kembali
normal
seperti
semula
setelah
seminggu.
Tertelan: Sakit tenggorokan, nyeri abdomen, mual, muntah, diare. Dosis tunggal
pada tikus menyebabkan depresi, sekresi yang tidak berwarna pada mata dan
scrawny appearance untuk beberapa hari setelah perlakuan. Kematian terjadi
dalam
waktu
jam
2. Keracunan kronik
sampai
hari
setelah
perlakuan.
tertinggal (minimal 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan
larutan garam fisiologis (NaCl 0,9% b/v), sesekali membuka kelopak mata bagian
atas dan bawah hingga tidak ada lagi bahan kimia yang tersisa. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Tertelan Cuci mulut dengan air. Jangan merangsang muntah atau memberikan
suatu cairan kepada pasien yang tidak sadar. Bila terjadi muntah, posisikan kepala
lebih rendah daripada pinggul untuk menghindari aspirasi. Bila korban tidak
sadarkan diri, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Penatalaksanaan
Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas: membebaskan jalan nafas untuk menjamin
pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan: ventilasi dan oksigenasi, yaitu memperbaiki
fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin
cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
d. Jika timbul kejang: beri diazepam dengan dosis sebagai berikut: Dewasa: 10
20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu
dosis ini dapat diulang setelah 30 60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu
sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200 300 g/kg BB.
Antidotum: -