Anda di halaman 1dari 6

Om Swastyastu

Om avighnam astu namo siddham


Om siddhir astu tat astu svaha
Om ano badrah krta vyantu visvatah

Pinandita yang telah disucikan,


Jajaran Panitia Pujawali yang saya hormati, dan
Umat Sedharma yang saya banggakan.
Sembah sujud syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas

asung kerta wara nugraha-Nya pada kesempatan yang bahagia ini kita dapat
berkumpul dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani.
Umat Sedharma yang berbahagia,
Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan pesan dharma dengan tema yang
sudah tidak asing lagi dan sangat familiar ditelinga kita yaitu etika. Dalam tema
tersebut saya menyimpulkan sebuah judul yaitu Merencanakan Kebahagiaan
Berdasarkan Tri Hita Karana.
Umat Sedharma yang saya banggakan,
Kita sering mendengar atau mengatakan tentang ajaran Tri Hita Karana, tetapi
mungkin masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui arti Tri Hita
Karana, atau bagaimana bentuk realiasasi nyata yang harus kita lakukan untuk
dapat melaksanakan ajaran Tri Hita Karana tersebut ?
Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata tri yang
berarti tiga, hita yang berarti kebahagiaan dan karana yang artinya penyebab.
Maka Tri Hita Karana berarti tiga macam hal yang menyebabkan kebahagiaan.
Yang pertama adalah hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), kemudian
yang kedua adalah hubungan manusia dengan sesamanya (Pawongan), dan yang
ketiga adalah hubungan manusia dengan alam sekitar (Palemahan).
Ketiganya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Lalu dengan cara apa,
agar dari ketiga hubungan tersebut tercipta suatu kehidupan yang selaras dan
harmonis ? Tri Hita Karana merupakan jawaban yang sangat penting untuk
menjawab pertanyaan tersebut.

Umat Sedharma yang berbahagia,


Bagian dari Tri Hita Karana yang pertama adalah hubungan manusia dengan
Tuhan yang disebut dengan Parahyangan. Dimana hubungan ini merupakan
hubungan yang mendasar dan utama, kenapa begitu ? Karena kita dapat hidup dan
lahir ke dunia karena Tuhan Yang Maha Esa, dan hanya Tuhan yang mampu
menciptkan alam semesta dengan segala isinya.
Tuhan memberi apa yang kita butuhkan yang disebutkan dalam kitab
Bhagawadgita XI.22 sebagai berikut:
Ananyas cintayanto mam,
Ye janah paryupasate,
Tesam nityabhiyuktanam,
Yoga-ksemam vahamy aham
Artinya:
Mereka yang memuja Aku sendiri, mengingat Aku selalu, kepada mereka Aku
bawakan apa yang mereka perlukan dan Aku lindungi apa yang mereka miliki.
Berdasarkan sloka tersebut maka sudah seharusnya kita mengucapkan rasa terima
kasih kepada Tuhan agar diberikan keselamatan dan kebahagiaan yang harmonis
diantara sesama makhluk lainnya, dengan cara melakukan sembahyang, berdoa,
berjapa dan beryajna.
Umat Sedharma yang saya banggakan,
Ketika berdoa, Tuhan menginginkan hatimu, bahkan beberapa patah kata dari jiwa
murni yang sederhana, sekalipun orang itu buta huruf, semua itu akan lebih
berkenan bagi Tuhan, daripada aliran kata-kata faseh dari seorang orator atau
seorang manusia terpelajar. Semua itu karena Tuhan mengerti bahasa hatimu.
Umat Sedharma yang berbahagia,
Dengan cara sembahyang, berdoa dan berjapa apakah sudah cukup untuk
berterima kasih pada Tuhan? Bukankah Tuhan menciptakan alam ini dengan alan
beryajna? Maka kita hendaknya dapat menjalankan ajaran Tri Rna, yaitu tiga
hutang yang harus dibayar.
Penting sekali untuk melakukan yajna karena ditegaskan juga dalam
Bhagawadgita bahwa siapa yang memakan sisa yajna ia akan terlepas dari segala
dosa, tetapi bagi siapa yang memasak makanan hanya untuk dirinya sendiri
sesungguhnya adalah memakan dosanya sendiri. Maka setialah pada apa yang
benar, lalu perhatikan apa yang terjadi.
Umat Sedharma yang saya banggakan,

Kemudian bagian yang kedua dari Tri Hita Karana adalah Pawongan atau
hubungan manusia dengan sesamanya. Aristoteles mengatakan bahwa pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan ini manusia dari lahir
hingga mati tidak lepas dari pertolongan orang lain. Tanpa kedua orang tua kita
tidak mungkin ada di dunia ini, setelah kita dilahirkan punkita masih
membutuhkan seorang ibu untuk merawat dan membesarkan kiita hingga dewasa.
Maka sudah sepatutnya kita menjalin hubungan harmonis penuh kasih sayang
dengan orang tua, keluarga dan sahabat. Dalam Sastra Veda dikatakan Vasudaiva
Kutumbhakam (semua manusia adalah bersaudara). Sebagaimana ajaran Tat
Tvam Asi yang berarti aku adalah kamu. Jika menyakiti orang lain maka sama
halnya menyakiti diri sendiri. Orang-orang yang sulit berbahagia, biasanya ia
enggan untuk berbagi kebahagiaan dan biasanya orang yang mudah sedih hanya
fokus pada kepentingannya sendiri. Jadi tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak
berhubungan dengan yang lainnya.
Umat Sedharma,
Pada bagian yang ketiga adalah hubungan manusia dengan alam (Palemahan).
Sebagai manusia kita juga sangat bergantung pada alam, kenapa? Karena kita
bertempat tinggal membutuhkan lingkungan. Kita makan butuh bahan makanan
baik itu dari tumbuhan maupun hewan. Dengan alam kita memenuhi kebutuhan
hidup, maka sudah seharusnyalah kita menjaga lingkungan agar tetap lestari.
Ada sebuah cerita yang terdapat dalam Nitisastra I.10 yang dikisahkan bahwa,
singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa
dan hutan berselisih, mereka marah lalu singa itu meninggalkan hutan. Hutannya
dibinasakan orang, pohon-pohon ditebangi sampai menjadi terang. Singa yang
lari bersembunyi di dalam jurang, di tengah-tengah ladang diserbu orang-orang
dan dibinasakan.
Dari cerita tersebut adalah bahan renungan bahwa kita harus saling menjaga
terhadap alam lingkungan sekitar kita, karena tidak mungkin kita bahagia jika
tidak akur dengan kehidupan.
Umat Sedharma yang berbahagia,
Jagalah alam ini, jangan dirusak dan jagalah keindahannya, bukankah umat
sedharma menyukai tempat yang indah dan sejuk? Marilah mulai sekarang kita
bersama-sama saling merawat dan menjaga keindahan alam ini sehingga akan

tercipta keadaan alam yang harmonis, demi kebaikan kita bersama dan juga
keturunan kita kelak agar mereka pun dapat merasakan betapa indahnya alam ini
yang disediakan oleh Tuhan untuik semua makhluk ciptaannya.
Umat sedharma yang saya banggakan,
Demikianlah ajaran Tri Hita Karana yang berarti tiga hubungan yang
menyebabkan kebahagiaan, bahwa kita diciptakan oleh Tuhan untuk saling
melengkapi dengan yang lainnya, oleh karena itu agar tercipta kebahagiaan maka
tiga hubungan ini hendaknya jangan dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Hubungan baik manusia dengan Tuhan karena Tuhan sumber dari segala yang
ada, hubungan manusia dengan sesamanya karena manusia adalah makhluk sosial,
serta hubungan manusia dengan alam dimana kita tinggal dan hidup karena materi
yang dihasilkan oleh alam.
Oleh karena itu kita harus dapat berusaha Merencanakan Kebahagiaan
Berdasarkan Tri Hita Karana sebagai landasan kehidupan yang harmonis baik
hubungan secara horizontal maupun vertikal agar tercipta suatu keseimbangan
dari ketiganya yang dapat membawa kita pada kebahagiaan yaitu Moksartham
Jagadita Ya Ca Iti Dharma.
Demikian uraian yang dapat saya sampaikan mengenai Merencanakan
Kebahagiaan Berdasarkan Tri Hita Karana, semoga kita semua berusaha
menjalin keharmonisan dengan Tuhan, sesama dan lingkungan. Saya menyadari
akan keterbatasan dan kekurangan saya karena saya hanyalah manusia biasa yang
tidak bisa lepas dari khilaf dan kesalahan. Karena Ida Sang Hyang Widhi Wasa
menciptakan umatnya tidak ada yang sempurna.
Apabila ada kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja yang saya
lakukan dihadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa saya mohon ampun dan maaf
dihadapan umat sedharma.
Om Santih, Santih, Santih Om

NASKAH DHARMA WACANA


MERENCANAKAN KEBAHAGIAAN
BERDASARKAN TRI HITA KARANA

OLEH:
Nama

: Kadek Dwi Septiana

Semester : IV (empat)
NIM

: 10.10.11.00147

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU LAMPUNG


TAHUN AJARAN 2012

Anda mungkin juga menyukai