Anda di halaman 1dari 46

PENANGANAN PASIEN

LUKA BAKAR / BURN

Rumah Sakit

PERMATA
MADINA
Jl. Merdeka No. 155 Panyabungan
Telp (0636)-20279, Fax (0636)-20712
Kabupaten Mandailing Natal SUMUT

No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Pasien luka bakar adalah pasien yang mengalami trauma termal yang
menimbulkan gangguan hemostatik baik lokal maupun sistemik.

II. Tujuan

Sebagai acuan penanganan pasien luka bakar dengan cepat dan tepat.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina mengenai triase di


Instalasi Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

IV. Prosedur

1. Perbaikan keadaan umum, awasi tensi, nadi, suhu, respirasi


2. Tentukan luas derajat, derajat luka bakar untuk menentukan indikasi
rawat atau tidak
3. Berikan antibiotik dan analgesik
4. Berikan toxoid 0,5 cc intramucular ; apabila luka kotor berikan juga ATS
5. Luka bakar dengan indikasi rawat :
a.
Pasang infus Ringer Laktat 4 cc / Kg BB / % luas luka bakar / 24
jam
50 % dihabiskan dalam 8 jam I
50 % dihabiskan dalam 16 jam II
b.
Pasang urine catheter untuk memonitor resusitasi cairan
c.
Periksa laboratorium Darah : Hb, Ht, Leukosit, Elektrolit, Ureum
dan Creatinine, AGDA sesuai indikasi
d.
Pasang NGT untuk mencegah muntah dan aspirasi
Perawatan Luka :
Bulla yang masih utuh jangan dipecahkan karena merupakan
penutup luka yang biologis
Bulla yang besar diaspirasi secara steril
Luka bakar dicuci dengan NaCl 0,9 % steril, diolesi dengan
cream silver sulfadiazine ( Dermazine R/ ) dan ditutup kassa absorbent
1.
2.

V. Unit Terkait

IGD
Laboratorium

PENANGGULANGAN PENANGANAN
PASIEN KASUS KERACUNAN
Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Pasien kasus keracunan adalah pasien yang menunjukkan tanda-tanda dan


gejala berbahaya bagi tubuh setelah terexpose dengan substansi tertentu baik
melalui inhalasi, makanan / minuman, suntikan atau paparan melalui kulit
atau mucosa.

II. Tujuan

Sebagai acuan langkah-langkah penanggulangan penanganan pasien dengan


kasus keracunan agar dapat teratasi dengan sebaik-baiknya.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina tentang triase di Instalasi


Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

IV. Prosedur

V. Unit Terkait

1.

Penilaian Umum :
a.
Anamnese teratur
b.
Pemeriksaan fisik teratur
c.
Mengidentifikasi bahan penyebab keracunan yang diambil
dari ekskresi pasien
2.
Penatalaksanaan :
a.
Stabilisasi hemodinamik / perbaikan keadaan umum, maximal
b.
Pelihara jalan nafas, tetap dalam keadaan terbuka serta berikan
O2
c.
Decontaminasi :
Decontaminasi saluran cerna dengan emesis atau lavage
lambung sesuai jenis penyebab keracunan. Activate charcaol (1 gr
/ kg BB) dapat diberi untuk mengurangi absorpsi racun oleh usus
Decontaminasi permukaan kulit dengan melepaskan pakaian
dan membersihkan kulit dengan air yang cukup
d.
Peningkatan eliminasi racun (baik dengan hemodialisis,
diuretik, alkalinisasi urine) sesuai bahan keracunan
e.
Pemberian bahan antidotum
f.
Pengobatan suportif dan rehabilitatif
g.
Pengambilan sampel muntahan dan urine untuk pemeriksaan
toxicologi
3.
Evaluasi Hasil Pengobatan :
a.
Derajat penyakit dan komplikasi yang terjadi
b.
Kerjasama dengan disiplin lain
4.
Hal-hal lain yang belum tercakup dalam prosedur ini mengacu pada
buku petunjuk
1.
2.
3.

IGD
Laboratorium
Rekam Medik

PENANGANAN GASTRO ENTERITIS /


DIARE AKUT
Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Gastro Enteritis akut adalah proses radang akut yang mengenai usus yang
ditandai oleh diare disertai atau tidak dengan mual dan muntah.

II. Tujuan

Acuan dalam langkah-langkah penanganan diare akut pada pasien yang


datang ke Instalasi Gawat darurat.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina tentang triase di Instalasi


Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

IV. Prosedur

1.

V. Unit Terkait

Untuk dehidrasi ringan dan sedang dilakukan rehidrasi per oral,


sedang untuk dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi parental
dengan infus cairan isotonik. Pemberian cairan harus diperhatikan pada
pasien malnutrisi, gemuk, anemia dan kelainan jantung
2.
Terapi antimikroba :
Untuk choleriform diarrhea, dapat diberikan :
Tetrasiklin capsul 500 mg, 4 x 1 kapsul per hari
Kotrimoxazol 2 x 2 tablet per hari
Ampisilin tablet 4 x 1 kapsul per hari
Untuk dysentriform diarrhea :
Metronidazole tablet 500 mg 3 x 1 tablet per hari
Tetrasiklin kapsul 500 mg 4 x 1 kapsul per hari
Ampisilin tablet 500 mg 4 x 1 tablet per hari
3.
Rawat ke ruangan
-

IGD

PENANGANAN
TRAUMA KEPALA
Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Penanganan trauma kepala yaitu pasien dengan trauma (benturan) kepala


yang dapat menyebabkan terjadinya :
Comotio Cerebri
Contusio Cerebri
Laserasi Cerebri (perdarahan cerebri)
Fraktur Cervical

II. Tujuan

Sebagai acuan langkah-langkah penanganan pasien dengan trauma kepala


lebih efisien, efektif dan tidak terjadi faktor pemberat.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina mengenai triase di


Instalasi Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

IV. Prosedur

Prosedur penatalaksanaan :
1. Perhatikan kepala dan leher pasien pada waktu mengangkatnya (bila
perlu pasang neck collar)
2. Dokter melakukan triase dengan menilai :
a. Tanda Vital
b. Tingkat Kesadaran
c. Neurologis : pupil, reflek patologis, motorik
d. Lakukan BHD dan atasi perdarahan (bila diperlukan)
e. Berikan O2 infus, ringer solution, Nootropil drips atau bokis
perlahan-lahan
f. Konsultasi kepada dokter spesialis Neurologis
g. Selalu dipantau tingkat kesadaran pasien (sebaiknya dirawat)
h. Bila keadaan umum pasien dianggap perlu ditindaklanjuti ke
dokter ahli

V. Unit Terkait

1. IGD
2. Konsulen
PENANGGULANGAN
KEJANG DEMAM

Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

No. Revisi
B

Halaman
1/1

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang ditimbulkan oleh panas tubuh
dengan penyebab di luar susunan syaraf pusat (otak).

II. Tujuan

Sebagai acuan dalam penanggulangan kejang demam di Instalasi Gawat


darurat.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina tentang triase di Instalasi


Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

IV. Prosedur

1.
2.
3.
4.
5.

V. Unit Terkait

Bebaskan jalan nafas


Pasang Oksigen 1 2 liter / menit
Pasang infus
Turunkan panas dengan antipiretik
Penanggulangan kejang :
Valium 0,25 mg / Kg BB iV pelan (maximal 10 mg)
Bila 10 menit belum ada respon : Valium 0,4 mg / Kg BB iV
pelan (maximal 15 mg)
Bila 20 30 menit belum ada respon : Valium 0,5 mg / Kg BB
iV pelan (maximal 20 mg)
Atau Valium per rektal :
Berat badan 10 kg : 5 mg
Berat badan 10 kg : 10 mg
6.
Perawatan antara kejang :
Tidak diberikan anti konvulsan hanya observasi suhu dan
keadaan umum
Untuk profilaksis intermitent :

Luminal 1 mg / Kg BB / hari

Diazepam 0,5 mg / Kg BB / hari


IGD

PENANGANAN EPILEPSI
Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

No. Revisi
B

Halaman
1/2

Prosedur Tetap
IGD
I. Pengertian

II. Tujuan
III. Kebijakan

IV. Persiapan Alat

V. Prosedur

Tanggal terbit

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS
Epilepsi adalah suatu kedaruratan sistem saraf pusat dan ditandai dengan bangkitan
kejang yang berlangsung cukup lama atau berulang dengan antara cukup pendek,
tanpa diselingi keadaan sadar, serta bersifat umum atau lokal.
Supaya dokter dapat memberikan tindakan segera sebab bila berlangsung lama
berakibat kerusakan neuron dan kematian.
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina mengenai triase di Instalasi
Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1. Tabung Oksigen
2. Karet Pengganjal
3. Obat obatan anti kejang (anti konvulsef)
3.1. Diazepam / Valium : injeksi I.V
3.2. Golongan Fenobarbital
Luminal : injeksi I.M
3.3. Cairan Infus : 2A KCl, Dextrose 5%
3.4. Antibiotik
3.5. Kortikosteroid
4. Seperangkat alat infus
5. Kompres es atau alkohol
6. Obat obatan Hibernasi
1. Untuk Anak anak :
1.1. Jalan nafas harus terjaga bebas.
1.2. Letakkan karet pengganjal diantara ke dua rahang agar lidah tidak tergigit.
1.3. Pakaian ketat harus dilonggarkan.
1.4. Letakkan tubuh penderita pada posisi dan tempat yang aman.
1.5. Pasang Oksigen.
1.6. Beri obat anti kejang secepatnya dengan dosis :
1.1. Diazepam (Valium) injeksi I.V. selama 2 3 menit dosis 0,5 mg / kg
BB.
1.7. Observasi selama 20 menit, bila masih kejang suntikkan lagi dengan dosis
yang sama secara I.V.
1.8. Bila masih kejang lagi dalam observasi 20 menit, suntikkan lagi secara
I.M. dengan dosis yang sama.
1.9. Bila penderita sudah sadar, hentikan suntikkan.
1.10. Beri obat fenobarbital (Luminal) injeksi secara I.M. (Intra Musculer)
supaya masa kerja obat lebih lama, dengan dosis awal :
Neonatus
: 30 mg
1 bln 1 thn : 50 mg
1 thn keatas : 75 mg

PENANGANAN
ASMA BRONCHIALE

Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Asma Bronchiale adalah suatu proses penyempitan jalan pernafasan


diseluruh lapangan paru yang bersifat reversibel dan ditandai dengan mengi
(wheezing).

II. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan asma di


Instalasi Gawat darurat.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina mengenai triase di


Instalasi Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

IV. Prosedur

1.
2.

Pasien dibaringkan setengah duduk dengan tenang dan nyaman


Pasien diberikan oksigenasi dosis tinggi melalui sungkup muka dan
dipasang infus cairan
Pengobatan :
1. Beta 2 agonist :
a.
Per inhaler dengan inhaler 2 agonist atau
nebulizer 2 agonist
b.
Dengan suntikan subkutan terbutalin 0,25 mg
0,50 mg (3 4 kali / hari)
2. Aminofilin 240 mg drips dalam dextrosa 5 % 10 20 gtt / menit
3. Obat steroid parenteral : Dexametasone dosis : 0,1 mg / BB
4. Obat mukolitik
Jika dijumpai tanda-tanda gagal nafas, pasien dirujuk ke ICU untuk
mendapat perawatan lebih lanjut
IGD
ICU

V. Unit Terkait
PENANGANAN
SHOCK
Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

No. Revisi
B

Halaman
1/2

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Shock adalah keadaan dimana sirkulasi darah arterial tidak adekuat untuk
menerima kebutuhan metabolisme jaringan.

II. Tujuan

Sebagai acuan dan penanganan tindakan pada penderita shock di Instalasi


Gawat darurat Rumah Sakit Permata Madina Medan.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Permata Madina mengenai triase di


Instalasi Gawat darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

IV. Prosedur
-

1. Shock Anafilaktik
Pengobatan :
Injeksi Adrenalin 1/1000 0,3 cc im / iv
Injeksi Hidrocortison 100 mg / 6 jam im
Injeksi Dexametasone 5 mg / 6 jam iv
Tindakan :
Stop pemberian obat, torniquet dipasang daerah proximal tempat
masuk obat, posisi trandelenberg, pasang oksigen
2. Shock Hipovolemik
Pengobatan :
- Tergantung penyebab untuk diare dengan dehidrasi hebat cairan infus
diguyur (20 cc / BB)
- Untuk perdarahan stop penyebabnya, bila perlu transfusi dan setelah 2
bag, beri Calsium glukonas, 1 ampul
Tindakan :
- Perdarahan : infus darah / whole blood, plasma darah, plasma
expander
- Diare : infus cairan kristaloid (RL atau NaCl 0,9 %) volume sesuai
cairan yang hilang
- Oksigenasi
- Cateterisasi
- Stop Perdarahan
- Pasang CVP
- Rawat ICU

3. Shock Neurogenik
Pengobatan / Tindakan :
Posisi terlentang
- Infus cairan kristaloid (ringer laktat) atau NaCl 0,9 % 1 liter
20 40 menit
Oksigenasi
Kateterisasi untuk monitor diuresis
Rawat ICU

dalam

PENANGANAN
SHOCK
Rumah Sakit
PE R M AT A
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp
(0636)-20279,
Fax
(0636)-20712
Kabupaten
Mandailing
Natal SUMUT
No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

4.
V. Unit Terkait

1.
2.
3.

Shock Kardiogenik
Pengobatan :
Dopamin 5 10 mikrogram / kg BB / menit atau 200 milligram dalam
100 cc Dextrose 5 % atau NaCl 0,9 % 10 20 tetes mikro / menit
(dewasa)
Pethidin : 50 100 mg im
Sedatif : Diazepam 3 x (2 10 mg) im / iv
Tindakan :
Oksigenasi 8 15 L / menit
Infus dan intravenous fluid
Pasang CVP
Pasang kateter urine
Rawat ICU
IGD
ICU
Rekam Medik

PENANGANAN HENTI NAFAS


DAN HENTI JANTUNG
Rumah Sakit
P E R M ATA
M AD I N A
Jl. Merdeka No. 155
Panyabungan
Telp (0636)-20279, Fax
(0636)-20712
Kabupaten Mandailing Natal
SUMUT
No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
1/2

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Penanganan henti nafas dan henti jantung adalah suatu tindakan disaat pasien tibatiba tidak bernafas oleh karena kehilangan suplai O 2 dijaringan otak, jantung dan
organ lainnya dan ditandai dengan tidak terabanya nadi besar (carotis dan femoralis)
yang disebabkan tidak adanya ventilasi fungsional dan tidak adanya curah jantung
yang efektif.

II. Tujuan

Sebagai acuan langkah-langkah dalam penanganan henti nafas dan henti jantung
dengan cepat.

III. Kebijakan

Kebijakan Direktur Utama tentang pelaksanaan triase medis.

IV. Prosedur

Dilakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) yang mencakup :


1.
Pengendalian jalan nafas (Air Way Support)
2.
Memberikan nafas buatan (Breathing Support)
3.
Memberikan sirkulasi buatan (Circulation Support)
1.

Pengendalian jalan nafas (Air Way Support)


Nilai tingkat kesadaran dengan memanggilnya
Respon (-) lakukan tindakan kode ABC bersama teman
Amati tanda-tanda nafas spontan, buka mulut pasien dengan posisi
menyilang (Cross Finger) dan pastikan tidak ada sumbatan benda asing
Berikan posisi hirup (Sruffing Position) tekniknya :

Manuver tengadah kepala / topang dagu dengan jalan nafas terbuka

Manuver mendorong mandibula kedepan dengan cara memegang


sudut-sudut rahang bawah penderita lalu diangkat dengan kedua tangan
keatas
Pastikan ada nafas spontan dengan cara mendekatkan telinga pada mulut
dan hidung pasien untuk melihat :

Suara nafas pasien

Aliran udara dirasakan dipipi

Gerakan turun-naiknya rongga dada


Nafas spontan (-) maka lakukan tindakan Breathing Support
ETT / Alat gudel dipakai untuk mengendalikan jalan nafas
Penilaian nafas spontan atau tidak hanya dibutuhkan waktu 35 detik
2.
Pemberian nafas buatan (Breathing Support)
Bila nafas spontan (-) segera beri ventilasi awal kali dengan laju inspirasi
yang lambat (1 - 2 detik)
Teknik pemberian nafas buatan :
Mulut ke mulut atau mulut ke hidung (Pc O 2 yang masuk
ke pasien hanya 16-17 %)
Ambubag ke mulut atau hidung atau ETT dengan volume
bagi 800-1200 CC (Pc O2 100 %)

PENANGANAN HENTI NAFAS


DAN HENTI JANTUNG
Rumah Sakit
PE R M ATA
M AD I N A
Jl.
Merdeka
No.
155
Panyabungan
Telp (0636)-20279, Fax (0636)20712
Kabupaten Mandailing Natal
SUMUT
No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
A

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

Frekwensi 12 kali / menit (1 kali tiap 5 detik)


3.
Pemberian sirkulasi buatan (Circulation Support)

Setelah ventilasi awal 2 kali, langsung nilai sirkulasi darah


dengan cara meraba arteri carotis (5 10 detik)

Jika tidak teraba langsung berikan massage jantung luar agar


efektif dalam kompressi jantung dan pasien dalam posisi datar dengan
alas yang keras (pakai papan resusitasi)
Tekniknya :

Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri


tulang iga kanan / kiri sehingga bertemu dengan tulang dada
(sternum).

Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang


lebih dua atau tiga jari keatas dari procesus xiphoideus. Daerah
tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi.

Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara


menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan lainnya,
hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban atau
pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.

Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding


dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur
sebanyak lima belas kali dengan kedalaman penekanan berkisar
antara 1,5 2 inci.

Tekanan dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada


dibiarkan kembali mengembang ke posisi semula setiap kali
melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan
untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat
melakukan kompresi

Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau


merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi

Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 15 : 2


dilakukan baik oleh satu atau dua penolong.

Frekwensi 100 x / menit

Gerakan kompresi / massage harus beraturan, berirama dan


bukan disentak atau mendadak

Fase kompresi dan relaksasi harus mempunyai jangka waktu


yang sama, ini bertujuan untuk menimbulkan pengisian dan
pengosongan jantung secara optimal

Meraba denyut arteri carotis setelah menit pertama RJP (4


siklus kompresi ventilasi)

Kompresi dada luar menghasilkan aliran darah arteri carotis


1. IGD
V. Unit Terkait

Rumah Sakit

PERMATA
MADINA

PENANGANAN MCI
(MYO CARD INFARK )

Jl. Merdeka No. 155 Panyabungan


Telp (0636)-20279, Fax (0636)-20712
Kabupaten Mandailing Natal SUMUT

No. Dokumen

Prosedur Tetap
IGD

Tanggal terbit

No. Revisi
B

Halaman
1/3

Ditetapkan
Direktur RS. Permata Madina
Panyabungan

15 / 09 / 09
Roslenni Sitepu, S.Kp.MARS

I. Pengertian

Myo Card Infark ( MCI ) adalah : suatu penyakit dimana terjadinya


necrosis disebagian otot jantung oleh karena kurangnya suplai darah
kebagian otot tersebut yang disebabkan oklusi atau trombosis, arteri
coronaria sehingga menyebabkan angina akut atau syok kardiogenik yang
bila tidak segera ditolong akan menimbulkan kematian.

II. Tujuan

Supaya dokter dan perawat IGD dapat lebih mengenal gejala-gejala MCI
serta memberi tindakan yang cepat dan tepat, sehingga pasien dapat
tertolong.

III. Kebijakan
IV. Persiapan Peralatan

Direktur Rumah Sakit Permata Madina mengenai triase di Instalasi Gawat


darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1
2
3
4
5
6
1

V. Prosedur

Infus set
Cairan Dextrose 5 % atau Nacl 0,9 %
Obat-obat analgesik yang memiliki efek
menghilangkan nyeri ( morfin atau petidin )
Oksigen (O2)
EKG
Pemeriksaan Laboratorium darah

yang

kuat

untuk

Meringankan kerja jantung, mengurangi atau


menghilangkan rasa nyeri dan mengatasi komplikasi ( aritmia, payah
jantung, syok kardiogenik ), meliputi :
a.
Bila nyeri :

Morvin 5 10 mg SC / 30, sampai dosis


maksimum 60 mg dan nyeri teratasi.

( Petidin ) 50 100 mg IM, tetapi tidak boleh


diberikan bila frekuensi nafas < 12 x / menit.
b.
IV line dengan Dext 5 % atau Nacl 0,9 %
c.
O2 4 6 l / i
d.
Istirahat fisik dan mental 2 3 minggu, bila
perlu beri diazepam 5 10 mg IV
e.
Diet cukup sayur dan defikasi teratur, bila
perlu beri laxantia.

PENANGANAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
RSUD
EMBUNG FATIMAH

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp.0778-364446
Fax.0778361363

1/2
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam

SPO

Tujuan

Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita muntah-muntah
berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
mengganggu kesehatan
.
Agar pasien hiperemesis gravidarum mendapat penanganan yang optimal

Kebijakan

Pengertian

Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD EF.
Kasus Hiperemesis Gravidarum dapat di tangani oleh Dokter
Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang
terkait

Prosedur

1.

2.
3.

4.
5.

Kriteria diagnosis
o
Hamil muda
o
Muntah-muntah hebat setiap yang dimakan dan
minum segera dimuntahkan kembali
o
Keadaan umum lemah, dengan tanda-tanda
dehidrasi seperti suara yang serak, turgor kulit yang menurun,
mata cekung.
o
Pemeriksaan obstetri menunjukkan tanda-tanda
hamil muda
Diagnosis banding
a. Hepatitis dalam kehamilan
Pemeriksaan penunjang
3.1.
Urin
3.2.
Fungsi hati
3.3.
Ultrasonografi
Konsultasi
4.1. Penyakit dalam
4.2. Penyakit
Terapi
5.1 Pengobatan medikal
Pemberian cairan perinfus, larutan ringer dextrose, ditambah obat
anti emetik atau diberikan 6-8 jam perbotol selama masih muntah
pasien dipuaskan kemudian realimentasi bertahap dimulai
dengan minum, makan cair, lunak sampai makan biasa

PENANGANAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
RSUD
EMBUNG FATIMAH
Sekretariat
Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp.0778-364446 Fax.0778361363
No.
Dokumen

No. Revisi

Halaman

2/2

Prosedur

6.

Perawatan Rumah Sakit :


6.1. Pasien perlu dirawat agar dapat diberi pengobatan dengan
infus dan agar dapat beristirahat baik fisik maupun psikis.
7. Penyulit :
4.2. Dehidrasi.
4.3. Gangguan fungsi heper
4.4. Febris
8. Informed consents : Perlu
9. Lama perawatan : tergantung penyulit yang ada, antara 2 sampai
10 hari
10. Masa pemulihan
Sampai usia kehamilan mencapai 4 bulan
11. Out Put
12. Pada umumnya baik.
13. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. UGD
4. SMF Bedah

Unit Terkait

PENANGANAN KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU
RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

1/2
Tanggal Terbit

SPO

Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam


Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006

Pengertian

Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi


berinplantasi dan tumbuh diluar endometrium cavum uteri, seperti
dirongga abdomen tiba fallopin, ovarium, komu, cervix.

Tujuan

Agar pasien kehamilan ektopik terganggu mendapat penanganan yang


optimal

Kebijakan

Prosedur

Penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu berdasarkan


standar pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD EF.

Kasus kehamilan ektopik terganggu dapat di tangani oleh Dokter


Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain
yang terkait.
1. Kriteria diagnosis :
1.1.
Terlambat haid
1.2.
Sakit hebat tiba-tiba, kadang-kadang sampai pingsan
(sinkop)
1.3.
Sakit perut bisa di daerah tertentu saja bisa menyeluruh
1.4.
Sakit pada waktu flatus
1.5.
Perdarahan bercak pervagina yang tidak biasa
1.6.
Pucat, sesuai dengan banyaknya perdarahan intra
abdomial.
1.7.
Tekanan darah bisa normal bisa turun bahkan sampai syok
1.8.
Abdomen tegang, nyeri tekan, nyeri lepas dan nyeri ketok
1.9.
Pemeriksaan ginekologi :
1.9.1. Porsio biru (livide), lunak, nyeri goyang korpus
1.9.2. Uterus normal atau sedikit membesar kadang-kadang sulit
diketahui karena nyeri perut yang hebat.
2. Diagnosis banding :
2.1. Methroragia akibat kelainan ginekologi ataupun hormonal.
2.2. .Penyakit radang panggul
2.3. Tumor ovarium (putaran tangkal, pecah atau terinfeksi) dengan
atau tanpa kehamilan muda
2.4. Appendicitis
2.5. Abortus imminens
3. Pemeriksaan penunjang :
3.1. Laboratorium : Hb, Ht, Trombosit
3.2. Pemeriksaan USG :
3.2.1. Cairan di cavum douglasi
3.2.2. Tidak terdapat kantong gestasi didalam rahim
3.2.3. Ditemukan kantong gestasi diluar rahim

PENANGANAN KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU
RSUD
EMBUNG FATIMAH
Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

2/2

4.1.
4.2.

Pemeriksaan Kuldosentesis :
4.1.1. Untuk membuktikan adanya darah di cavum douglasi.
Pemeriksaan laproskopi
4.2.1. Dapat melihat dengan jelas genitalia apakah ada infeksi
tumor atau KET.

4. Terapi
4.1. Perbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan infus dan
transfusi
4.2 Laparotomi segera setelah diagnosa dipastikan.
4.3 Dilakukan salpingektomi, overektomi atau reparasi korna
tergantung lokasi kehamilan
4.4 Pada kehamilan abnormal apabila plasenta sulit diangkat,
ditinggal saja dirongga abdomen dan dipasang drain pada
dinding perut.
5. Perawatan Rumah Sakit : Pasien perlu segera dirawat
6. Konsultasi : Dokter ahli kebidanan
7. Penyulit : syok yang irreversible
8. Informed Consent : diperlukan untuk tindakan operasi
9. Lama perawatan : Bila tidak ada penyakit lain, pasien dipulangkan
sesudah hari keempat pasca operasi
10. Masa pemulihan : masa pemulihan optimal 6 minggu
11. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Bedah
4. UGD

Unit Terkait

PENANGANAN PRE-EKLAMPSI/
EKLAMPSI
RSUD
EMBUNG FATIMAH
Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No.
Dokumen

No. Revisi

Halaman

1/4
Tanggal terbit

SPO

Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam


Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006

Pengertian

1.
2.

Pre-eklampsi adalah timbulnya hipertensi, protenuria dan edem akibat


kehamilan,
setelah
kehamilan
>
20
minggu
atau
segerasetelahpersalinan.
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelum
wanita hamil tadi menunjukkan tanda-tanda preklampsi.

Tujuan

Agar pasien Pre-eklampsi/ eklampsi mendapat penanganan yang optimal

Kebijakan

Prosedur

Penatalaksanaan Pre-eklampsi/Eklampsi berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD EF.

Kasus kehamilan ektopik terganggu dapat di tangani oleh Dokter


Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang
terkait.
1. Kriteria diagnosis
1.1. Hamil lima bulan atau lebih
1.2. Kaki terasa bengkak
1.3. Tekanan darah diatas normal
1.4. Pemeriksaan obstetri : besar rahim sesuai dengan usia kehamilan,
atau lebih kecil apabila ada PJT (pertumbuhan
janin terlambat)
1.5. Edem, proteimuria dan hipertensi.
1.6. Pada eklampsi ditambah dengan kejang dan atau koma.
1.7. Pre-eklampsi ringan : didasarkan atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan atau edem setelah kehamilan 20 minggu.
1.8. Pre-eklampsi berat : apabila ditemukan satu atau beberapa
gejala dibawah ini :
1.8.1 Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih atau sana dengan 110 mmHg.
1.9. Pre-eklampsi ringan : didasarkan atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan atau edem setelah kehamilan 20 minggu
1.10. Oliguria, yaitu produk urine kurang dari 500 ml/ 24 jam yang
disertai kenaikan kadar kreatinin plasma
1.11. Gangguan visus atau cerebral
1.12. Nyeri pada epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen
1.13 Pertumbuhan janin intra uterine terlambat
1.14. Ada sindrom HELLP (H : hemolysia, EL : Elevated) liver enzyne,
LP : Low platelet count)

1.15. Eklampsi : Kejang dan atau koma tanpa kelainan neurologik,


pada wanita dalam kehamilan, persalinan atau nifas dengan
tanda-tanda preklampsi berat lainnya.

PENANGANAN PRE-EKLAMPSI/
EKLAMPSI
RSUD
EMBUNG FATIMAH

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

2/4

2. Pemeriksaan penunjang :
2.1. Laboratorium : Protein urin, Hb, Ht Trombosit, asam urat, fungsi
ginjal dan fungsi hati.
3. Diagnosa banding :
3.1. Hipertensi menahun, kelainan ginjal dan epilepsi.
4. Terapi :
4.1.
Pre-eklampsi ringan
4.1.1. Rawat jalan
4.1.1.1Banyak istirahat dengan tidur miring
4.1.1.2Diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah
lemak
dan garam
4.1.1.3Sedativa ringan seperti luminal 3 X 30 mg atau
valium 3
X 2 mg Kunjungan ulang setiap minggu
4.1.2. Rawat Inap
4.2.1.1Pada kehamilan pre-term (37 minggu) Bila tekanan darah
normal selama perawatan, persalinan ditunggu sampai
aterm
4.2.1.2Bila tekanan darah turun tidak sampai normal,
kehamilan diterminasi pada usia kehamilan 37
minggu
4.2.1.3Pada kehamilan aterm (37 minggu) persalinan
ditunggu
spontan atau dipersalinan pada
tanggal
taksiran
persalinan. Persalinan dapat
dilakukan spontan atau
kalau perlu memperpendek partus kala II dengan ektraksi
vakum.
4.2. Pre-eklampsi berat
4.3.1 Segera dirawat dan ditentukan jenis perawatan tindakan
yang akan diambil, aktif atau konservatif.
4.3.2 Tindakan aktif : kehamilan diakhiri bersama dengan
pengobatan medisina.
4.3.3
Tindakan konservatif : kehamilan tetap dipertahankan
bersama dengan pengobatan medika mentosa.
5. Perawatan :
5.1.
Perawatan aktif
Indikasi : bila didapatkan satu atau lebih keadaan dibawah ini.
5.1.1. Pada ibu :
5.1.1.1. Kehamilan lebih dari 37 minggu
5.1.1.2. Adanya tanda-tanda/ gejala impending eklampsi
5.1.1.3. Kegagalan perawatan konservatif
5.1.1.3.1. Dalam waktu 6 jam setelah pengobatan
tekanan darah naik
5.1.1.3.2. Setelah 24 jam pengobatan tidak ada
perbaikan

PENANGANAN PRE-EKLAMPSI/
EKLAMPSI

RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

3/4

7. Terapi
7.1. Terapi medikamentosa :
7.1.1. Infus dekstrose 5 %, tiap 500 ml ditambah valium 40 mg 20
tetes/ menit.
7.1.2 Anti hipertensi diberikan hanya bila tekanan darah diastolik >
110 mmHg, berupa tablet nifedipin 10 mg digerus dibawah lidah.
7.3.1 Anti hipertensi diberikan hanya bila tekanan darah
diastolik >
110 mmHg, berupa tablet nifedipin 10 mg digerus dibawah lidah.
7.3.2 Diuretika hanya diberikan bila ditemukan :
7.3.2.1
Edem paru-paru
7.3.2.2 Payah jantung kongesti
7.3.2.3 Edem anasarka
7.3.3 Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
7.2. Terapi Obstetrik : terminasi kehamilan dengan cara yang sesuai
7.2.1. Bila belum infartu :
7.2.1.1.
Induksi persalinan,
7.2.1.2. Kateter foley
7.2.1.3. Infus oksitosin
7.2.1.4. Amniotomi.
7.2.2 Seksio Caesarea bila induksi persalinan gagal yaitu 12
jam sejak dimulai infus oksitosin belum masuk fase aktif
7.2.3. Bila sudah inpartu :
7.2.3.1 Kala 1 : fase laten : Seksio Caesarea
7.2.3.2 Fase aktif : Amniotomi, bila kemudian pembukaan
belum lengkap, seksio caesarea.
7.2.3.3 Kala II : Persalinan pervaginam, dibantu ekstrak vakum.
7.3
Perawatan konservatif :
7.3.1 Indikasi : kehamilan preterm (< 37 minggu)
tanpadisertai tanda-tanda impending eklampsi dengan
keadaan janin baik
7.3.2 Pengobatan medikamentosa : sama dengan
pengobatan pada perawatan aktif
7.4 Pengobatan obstetri :
7.4.1 Selama perawatan konservatif dilakukan observasi dan
evaluasi sama dengan perawatan aktif, hanya disini tidak
dilakukan terminasi
7.4.2 Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan dianggap
pengobatan gagal dan dilakukan terminasi
7.5
Perawatan Eklampsi :
Pengobatan medikamentosa :
7.5.1. Obat anti kejang infus dextrose 5 % ditambah
dengan 40 mg Valium 20 tetes/ mnt, bila kejang
diberikan injeksi valium secara bolus.
1. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti piratik,
anti biotika, kardiotonik, diberikan apabila ada

PENANGANAN DISTOSIA
RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

1/1
Tanggal Terbit

SPO
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam

Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006
Dictosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau
tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam ukuran satuan waktu
tertentu.
Agar pasien distosia mendapat pelayanan yang optimal
.

Penatalaksanaan Distosia berdasarkan standar pelayanan medis


yang disusun oleh SMF RSUD EF.

Kasus Distosia dapat di tangani oleh Dokter Kandungan bila


diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang terkait.

Prosedur

Unit Terkait

1.

Kriteria Diagnosis
1.1. Persalinan sudah berlangsung selama beberapa waktu, bayi
baru lahir.
1.2. Kontraksi rahim bisa dirasakan kuat dan sering bisa juga
tidak
1.3 Pemeriksaan obstetri, meliputi tinggi fundus uteri, letak dan
presentasi janin, denyut jantung janin, kualitas his/ kontraksi
rahim dan taksiran berat janin.
1.4 Periksa dalam vagina : keadaan serviks besarnya pembukaan
keadaan selaput ketuban, turunnya bagian terbasah janin, posisi
denominator.
2. Pemeriksaan Penunjang
2.1 Ultrasonografi
2.2 Kardiotokografi
3. Diagnosis banding
3.1. Kelainan tenaga yaitu kurang kuatnya his.
3.2. Kelainan janin : besar, bentuk, jumlah, letak, presentasi.
3.3. Kelainan jalan lahir : kelainan tulang panggul atau jaringan
lunak panggul
4. Terapi
4.1 Disesuaikan dengan penyeban distosia, dengan memperhatikan
indikasi, kontra indikasi dan komplikasi misalnya
dengan
melakukan :
1.3.
Akselerasi persalinan dengan memperbaiki his dengan oksitosin
1.4. Mempercepat kala dua dengan ekstraksi pakum atau forsep
1.5. Seksio Caesarea
5. Konsultasi : tidak ada
6. Perawatan rumah sakit ; diperlukan untuk pemulihan setelah dilakukan
persalinan
7. Penyulit
7.1 Partus lama
7.2 Infeksi Intra partun
7.3 Ruptura uteri
7.4 Perlukaan jalan lahir
8. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
1. Rekam Medik
2. Komite Medik
3. SMF Bedah

PENANGANAN PERDARAHAN ANTE PARTUM


RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446
Fax.0778-36136

No. Dokumen

Halaman
1/2

Tanggal Terbit

SPO

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam
Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006

Pengertian

Definisi :
Adalah terjadinya pengeluaran darah pervagina pada kehamilan lebih dari
20 minggu.

Tujuan
Kebijakan

Agar penderita perdarahan Ante Partum mendapat pelayan yang optimal.

Penatalaksanaan Perdarahan ante partum berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD EF.

Kasus kehamilan ektopik terganggu dapat di tangani oleh Dokter


Kandungan bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang
terkait.

Prosedur

1. Kriteria diagnosis :
a. Hamil 20 minggu atau lebih
b. Perdarahan pervagina secara spontan disertai nyeri atau
tanpa nyeri akibat kontraksi rahim
c. Faktor-faktor predisposisi seperti :
i. Riwayat solusi plasenta
ii. Perokok
iii. Hipertensi
iv. Multi paritas
1.4. Pemeriksaan obstretrik :
Periksa luar, tinggi fundus uteri, letak dan presentasi janin,
masuknya bagian terbawah janin ke pintu atas panggul,
konstraksi rahim, denyut jantung janin.
Inspeculo : darah keluar dari osteum.
2. Pemeriksaan penunjang :
2.1 Ultrasonografi : terutama untuk melihat letak, implementasi
plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
a. Laboratorium : Hb, Ht, Trombosit, waktu pembekuan darah
b. Kardiotokografi : untuk menilai staus (kesejahteraan) janin
3. Diagnosa banding :
3.1. Solutio plasenta : terlepasnya plasenta yang letaknya normal
sebagian atau seluruhnya sebelum janin lahir.
3.2 Plasenta previa : plasenta yang letaknya tidak tidak normal
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
3.3 Vasa previa : tali pusat berisensi pada selaput ketuban dimana
pembuluh darahnya berjalan diantara lapisan amnio dan korion
melalui pembukaan cervix

PENANGANAN PERDARAHAN ANTE PARTUM


RSUD
EMBUNG FATIMAH
Sekretariat
Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446
Fax.0778-36136

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman
2/2

Tanggal Terbit

SPO

Ditetapkan
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam
Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006

Prosedur

Unit terkait

4. Terapi :
4.1. Tidak terdapat renjatan (syok) usia gestasi < 30 minggu
atau taksiran berat janin < 250 gram
4.1.1. Solutio plasenta
Ringan :
Ekspesktatif bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, kontraksi uterus tidak ada dan janin hidup) :
tirah baring, pemeriksaan USG dan KTG. Tunggu
persalinan spontan.
Aktif bila ada perburukan (perdarahan berlangsung
terus, konstraksi uterus berlangsung terus dan dapat
mengancam ibu dan janin) dicoba partus pervagina
dengan infus oksitosin dan amaiosintesis Bila
perdarahan banyak dan skor pelvik <5 atau persalinan
masih lama > 6 jam dilakukan seksiocaesare.
Sedang berat :
Resustasi cairan dan transfusi darah.
Partus pervagina bila diperkirakan dapat berlangsung
dalam 6 jam dengan amniotomi dan infus oksitosin.
Partus perabdominan dipertimbangkan bila partus
pervagina tak dapat berlangsung dalam 6 jam.
i. Plasenta previa
1. Perdarahan sedikit, dirawat sampai 36 minggu,
mobilisasi bertahap. Bila ada kontaksi dilakukan
tokolisis.
2. Perdarahan banyak
Resusitasi cairan dan atasi anemia (tranfusi
darah) Seksio Caesarea
ii. Vasa previa :
Janin mati : partus pervaginam
Janin hidup : dipertimbangkan partus per abdominan
5. Perawatan Rumah Sakit : Pasien perlu segera dirawat
6 Konsultasi : dokter ahli bedah
7. Penyulit : Syok yang irreversible
8. Informed Consent : diperlukan untuk tindakan operasi
9. Lama perawatan : Bila tidak ada penyulit pasien dipulangkan sesudah
hari ke-empat pasca operasi.
10. Masa pemulihan : masa pemulihan optimal 6 minggu
11. Out put : Komplikasi diharapkan minimal
Kesembuhan diharapkan sempurna
12. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.

1.
2.
3.
4.

Rekam Medik
Komite Medik
SMF Bedah
UGD

PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI


RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

Tanggal Terbit

SPO

No. Revisi

Halaman

1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam
Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006

Pengertian

Ketuban pecah dini adalah keadaan dimana selaput ketuban pecah


sebelum waktunya.

Tujuan

Agar Pasien dengan ketuban pecah dini mendapat penaganan yang


optimal.

Penatalaksanaan Ketuban pecah dini berdasarkan standar


pelayanan medis yang disusun oleh SMF RSUD EF.

Kasus ketuban pecah dini dapat di tangani oleh Dokter Kandungan


bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang terkait.

Kebijakan

Prosedur

1. Kriteria diagnosis :
1.1. Umur kehamilan lebih dari 20 minggu
1.2. Keluar air ketuban dari rahim
a.
Kontraksi mungkin ada mungkin tidak
d. Pemeriksaan obstetri :
1. Tinggi fundus uteri, letak dan presentasi janin, turunnya bagian
terbawah janin, kontraksi rahim denyut jantung janin.
2. Inspekulo (tampak cairan keluar dari ostium uteri eksternum).
2 Pemeriksaan penunjang
2.1. Laboratorium : lekosit > 15.000/cu.mm menunjukkan infeksi
a. USG : membantu menentukan usia kehamilan, letak janin,
berat janin, letak dan gradasi plasenta dan jumlah air ketuban.
b. CTG : untuk mendeteksi adanya gawat janin.
3. Terapi
3..1. Konservatif
3.1.1. Rawat di Rumah Sakit
i. Antibiotika kalau ketuban pecah > 6 jam
i. Bila umum kehamilan < 32 minggu, dirawat selama
air ketuban tidak keluar lagi. Diberikan steroid
selama 7 hari untuk mematangkan pertumbuhan
janin.
ii. Bila pada usia kehamilan 34 minggu masih keluar air
ketuban maka pada usia kehamilan 35 minggu
dipertimbangkan untuk terminasi
iii. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit)

PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI


RSUD
EMBUNG FATIMAH
Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

2/2

3.2.

Aktif

i. Kehamilan > 36 minggu, induksi dengan oksitosin, bila


gagal seksio caesarea.
ii. Bila ada indikasi seperti CPD atau letak lintang, seksio
caesarea
i. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis
tinggi dan kehamilan/ persalinan diakhiri :
1. Bila skor pelvik < 3 diakhiri dengan seksio caesarea
2. Bila skor pervik > 5 induksi dan partus pervaginam
3. Bila infeksi berat seksio caesarea.
4.
Konsultasi : tidak ada
5.
Perawatan Rumah Sakit :
Harus dirawat di Rumah Sakit sampai setelah perawatan dari
tindakan terminasi kehamilan selesai
6.
Penyulit : infeksi sampai sepsis
7.
Informed Consent : Perlu bila akan diadakan tindakan operatif
8.
Lama perawatan :
a. Konservatif : sangat tergantung dari usia kehamilan, lamanya
air tuban keluar dan keadaan umum penderita
b. Aktif : partus pervaginam 3-4 hari, seksio caesarea 4-5 hari
9.
Out Put : Sembuh total
10. Patologi antomi : tidak ada
11. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.
Unit terkait

1.
2.
3.
4.

Rekam Medik
Komite Medik
SMF Bedah
UGD

PENANGANAN RETENSIO PLASENTAE


RSUD
EMBUNG FATIMAH
Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

1/1
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam

SPO
Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006

Pengertian

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam 30


menit setelah bayi lahir.

Tujuan

Agar penderita Retensio Plasenta mendapat pelayanan yang optimal.

Kebijakan

Prosedur

Penatalaksanaan Retensio placenta berdasarkan standar pelayanan


medis yang disusun oleh SMF RSUD EF.
Kasus retensio placenta dapat di tangani oleh Dokter Kandungan
bila diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang terkait.

1.

Kriteria diagnosis
1.1. Plasenta belum lahir
1.2. Biasanya disertai perdarahan
a. Obstetri :
1. Fundus uteri masih tinggi
2. Inspekulo (tanpak tali pusat, darah keluar dari ostium uteri
eksternum)
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium : Hemoglobin, masa perdarahan dan masa
Pembekuan
3. Diagnosis banding
a. Atonia uteri
b. Luka jalan lahir
4.
Terapi :
4.1. Beri oksitosin drip 20 u
4.2. Setelah kontraksi rahim baik lakukan pelepasan plasenta secara
manual
4.3. Setelah plasenta lepas seluruhnya, plasenta dilahirkan
4.4. Berikan Ergometri 0,2 mg im atau iv
4.5. Obat-obatan : Antibiotika, uterotonika, analgetik dan roburansia
5.
Informed Consent : Perlu bila akan diadakan tindakan plasenta
manual
6. Konsultasi : 7. Perawatan Rumah Sakit harus segera dirawat
8. Penyulit : Syok hipovolemik
9. Informed Consent : perlu untuk operasi
10. Lama perawatan 5 7 hari
11. Out Put : baik
12. Patologi anatomi : 13.Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat melakukan
pengobatan sesuai dengan pengalamannya.

Unit Terkait

1.
2.
3.
4.

Rekam Medik
Komite Medik
SMF Bedah
UGD

PENANGANAN ABORTUS
RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

1/2
Tanggal Terbit

SPO

Pengertian

Ditetapkan
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam

Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006
Definisi
:Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum
minggu ke 20 atau bila berat fetus : 500 gr
Jenis-jenis abortus :
2.1. Abortus imminens
Abortus Incipiens
Abortus inkomplit
Abortus komplit
Miss abortion
Abortus habitualis

Tujuan

Agar penderita dengan abortus mendapat penanganan yang optimal

Kebijakan

1.

Penatalaksanaan Abortus berdasarkan standar pelayanan medis


yang disusun oleh SMF RSUD EF.
2.
Kasus Abortus dapat di tangani oleh Dokter Kandungan bila
diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang terkait.

Prosedur

1.

Kriteria Diagnosa :
1.1 Riwayat terlambat haid
1.2 Perdarahan pervaginam
1.3 Nyeri supra public dan uterine cramping
1.4 Hasil konsep dapat masih bertahan atau sudah keluar
1.5 Hilangnya tanda-tanda kehamilan
1.6 Abortus immenens
1.6.1 Besarnya rahim sesuai dengan umur kehamilan
1.6.2 Ostium uteri tertutup
1.7. Abortus incipiens
1.7.1. Besarnya uterus sesuai dengan umur kehamilan
1.7.2 Ostium uteri terbuka, teraba selaput ketuban
1.8.
Abortus inkomplit
1.8.1. Rahim sedikit lebih kecil dari usia kehamilan
1.8.2. Ostium uteri terbuka dan teraba jaringan konspsi
1.9.
Abortus komplit
1.9.1. Besarnya uterus lebih kecil dari usia kehamilan
1.9.2. Ostium uteri tertutup

PENANGANAN ABORTUS
RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

2/2

Prosedur

2.

Pemeriksaan penunjang :
2.1. Laboratorium
Urine : test kehamilan
Darah : Hb, Lekosit, BT, CT
2.2. Ultrasonografi
3. Diagnosa banding : KET
4. Penatalaksanaan :
4.1.
Pada abertus incipiens dan atau abortus inkomplit
Pasang infus
Berikan Ab
Kuretase
4.2.
Pada abortus imminens
Istirahat tempat tidur
Medikamentosa
4.3.
Pada abortus komplit, cukup dengan simptomatis saja.
5.
Konsultasi : 6.
Perawatan rumah sakit
Untuk abostus imminens pasien perlu dirawat
Abortus incipies dan inkomplit pasien dirawat untuk pemulihan
post kuretage
Abortus komplit pasien tidak perlu dirawat
7.
Penyulit : Anemia, Infeksi dan pertorasi
8.
Informed consent : Perlu bila akan dilakukan kuretase
9.
Lama perawatan : tergantung jenis abortus dan keadaan pasien
10. Out put : Pada umumnya baik
11. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.

Unit Terkait

1.
2.
3.
4.

Rekam Medik
Komite Medik
SMF Bedah
UGD

PENANGANAN MOLAHIDATIDOSA
RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam

SPO

Pengertian

Drg.Fadilla R.D Mallarangan, M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP : 19580912 198703 2 006
Molahidatidosa adalah keadaan patologi dari khorion dengan sifat
degenerasi, kistik, tidak ada pembuluh darah janin dan proliferasi trofoblas

Tujuan

Agar penderita molahisatidosa mendapat penaganan yang optimal.

Kebijakan

1.

Prosedur

1.

Penatalaksanaan Molahidatidosa berdasarkan standar pelayanan


medis yang disusun oleh SMF RSUD EF.
2.
Kasus molahidatidosa dapat di tangani oleh Dokter Kandungan bila
diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis lain yang terkait.
Kriteria diagnosis :
o Perdarahan pervaginam/ gelembung mola
o Gejala toksemia pada trimester I-II
o Hyperemesis gravidarum
o Mungkin juga ditemukan gejala tirotoksis
o Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
o Kista lutein
o Balotemen negatif
o Denyut jantung janin negatif
2.
Pemeriksaan penunjang
2.1. Laboratorium : urine untuk test kehamilan
darah : Hb, Lekosit, BT, CT
2.2. USG
2.3. T3 dan T4 bila ada gejala Tirotoksikosis
3.
Diagnosa banding
3.1 Abortus
3.2. Kehamilan normal
3.3. Kehamilan ganda
3.4. Kehamilan dengan Myoma
4.
Penatalaksanaan
4.1. Koreksi dehidrasi, anemia
4.2. Evakuasi dengan kuretase
4.3. Kuretase kedua dilakukan apabila kehamilan > 20 minggu
sesudah hari ke 7
4.4. Pemberian Uterotonika

PENANGANAN MOLAHIDATIDOSA
RSUD
EMBUNG FATIMAH

Sekretariat

Jln.R.Soeprapto Blok D 1 - 9
Batu Aji 29432
Telp. 0778-364446 Fax.0778361363

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

2/2
Prosedur

5.
6.

Konsultasi : penyakit dalam


Perawatan Rumah Sakit
Pasien perlu dirawat agar dapat diperbaiki keadaan umum dan
evakuasi segera dapat dilakukan bila semua persiapan sudah
selesai.
7.
Penyulit :
7.1
Karena penyakit :
Perdarahan hebat, krisis tiroid, infeksi, perforasi, uterus,
keganasan
7.2.
Karena tindakan : Perforasi usus
8.
Inforned consent : Perlu
9.
Lama perawatan : 3-5 hari post evakuasi
10. Masa pemulihan : 4-6 minggu dan pengawasan lanjut sampai
minimal 2 tahun
11. Out put : Pada umumnya baik
12. Bila dalam penatalaksanaan tidak ada perbaikan DPJP dapat
melakukan pengobatan sesuai dengan pengalamannya.

Unit Terkait

1.
2.
3.
4.

Rekam Medik
Komite Medik
SMF Bedah
UGD

Anda mungkin juga menyukai