Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH ION TIOSULFAT TERHADAP PENGUKURAN KADAR KLORIDA METODE

ARGENTOMETRI
THE EFFECT OF THIOSULFATE IONS ON THE MEASUREMENT CHLORIDE LEVELS
ARGENTOMETRI METHOD
Ni Putu Yuli Purnama Sari1, I Made Oka Adi Parwatha2, Ida Ayu Manik Parthasutema1
1Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali
2Program Studi KIMIA FMIPA Universitas Udayana
ABSTRAK
Pengukuran kadar klorida dapat dilakukan dengan titrasi yaitu titrasi Argentometri. Titrasi Argentometri memiliki 3 jenis
metode yang berbeda. Metode yang umum dipakai adalah metode Mohr. Titrasi Argentometri tidak dapat dilakukan jika
dalam sampel terkandung ion-ion sejenis yang bersifat mengganggu. Salah satu ion tersebut adalah ion tiosulfat.
Pengukuran dilakukan dengan penambahan ion tiosulfat pada larutan natrium klorida. Konsentrasi ion tiosulfat yang
ditambahkan yaitu : 0%; 2%; 4%; 6%; 8%; dan 10%. Selanjutnya ditambahkan indikator kalium kromat dan dititrasi
dengan larutan perak nitrat sampai terbentuk endapan warna merah bata. Hasil pengukuran kadar klorida dengan
penambahan ion tiosulfat konsentrasi 0%; 2%; 4%; 6%; 8%; 10% berturut-turut adalah : 0,354mg/L; 0,221mg/L;
0,110mg/L; 0,102mg/L; 0,085mg/L; 0,036mg/L. Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ion tiosulfat semakin
rendah kadar klorida. Titik akhir titrasi menunjukkan perbedaan warna endapan yaitu semakin menghitam di setiap
kenaikan konsentrasi ion tiosulfat yang ditambahkan.Hasil analisis statistik didapatkan ion tiosulfat berpengaruh dengan
nyata terhadap penurunan kadar klorida. Hal ini ditunjukkan dengan output nilai p adalah 0,009 sehingga H1 diterima
dan H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan adanya pengaruh ion tiosulfat terhadap pengukuran kadar
klorida metode Argentometri.
Kata kunci : Ion Tiosulfat, Klorida, Metode Mohr, Titrasi Argentometri
ABSTRACT
Measurement of chloride levels can be done with titration namely titration Argentometri. Titration Argentometri has 3
differences type method. A common method that used is the Mohr method. Titration cant be done if within a product
there are disruptive. One of them is thiosulfate ion. Measurement can be performed with additional of thiosulfate ion to
measurement natrium chloride. Concentrate of thiosulfate ion are added : 0%; 2%; 4%; 6%; 8%; and 10%. Further,
added indicator calium chromate and titrated with silver nitrate solution up to sediment sorrel form. Measurement result
chloride levels with the additional thiosulfate of concentrate ion 0%; 2%; 4%; 6%; 8%; 10% continuously are : 0,354mg/L;
0,221mg/L; 0,110mg/L; 0,102mg/L; 0,085mg/L; 0,036mg/L. Discussion : This shown that the higher thiosulfate ion
concentrate than the lower chloride levels. The end point is titration shows a difference deposition color namely
increasingly blackened in each raising concentrate thiosulfate ion which added. Statistically analysis result obtained with
the real effect of thiosulfate ion to decrease chlorine levels this has showed with output mark p is 0,009 so that H1 can be
receive and H0 rejected. Based on these result shown that, there are thiosulfate ion influence the measurement of
chloride levels Argentometri method.
Keywords : Thiosulfate ion, Chloride, Mohr Method, Titration Argentometri
Alamat Korespondensi

: Jln. Pulau Saelus II Gg. Aggrek No.2 Kec. Pedungan, Denpasar Selatan - Bali

Email

: yulipurnama95@yahoo.com

PENDAHULUAN
dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat
toksik. Tetapi kelebihan garam klorida dapat
menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena
itu sangat penting dilakukan analisa terhadap
klorida, karena kelebihan klorida dalam air akan
menyebabkan noda berwarna putih di pinggiran
badan air (Rukaesih, 2004).Kebanyakan klorida
larut dalam air. Merkurium (I) klorida (HgCl2), perak
klorida (AgCl), timbal klorida (PbCl2) merupakan
senyawa yang sedikit larut dalam air dingin tetapi
mudah larut dalam air mendidih. Sedangkan
tembaga (I) klorida (CuCl), bismuth oksiklorida

Klor di dalam air berbentuk ion klorida (Cl). Klorida(Cl-) adalah salah satu senyawa umum
yang terdapat pada perairan alam. Senyawasenyawa klorida tersebut mengalami proses
disosiasi dalam air membentuk ion. Ion klorida
pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil
terhadap sifat-sifat kimia dan biologi perairan.
Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat
dalam keadaan mudah larut. Ion klorida secara
umum tidak membentuk senyawa kompleks yang
kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga tidak dapat

83

Chemistry Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014


yang digunakan dalam pengukuran kadar klorida
dan bromida dalam suasana netral dengan larutan
standar perak nitrat (AgNO3) dan penambahan
kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Titrasi
dalam suasana asam menyebabkan perak kromat
larut karena terbentuk dikromat dan dalam
suasana basa akan terbentuk endapan perak
hidroksida. Apabila ion klorida atau bromida telah
habis diendapkan oleh ion perak (Ag+), maka ion
kromat akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih
membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang
berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir
titrasi (Khopkhar, 2008).
Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan
dengan harga pH dari kira-kira 6-10 (Utami, 2009).
Perak tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan natrium klorida (NaCl) sebagai titran
karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan
klorida dan bromida dalam suasana netral atau
agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak
nitrat (AgNO3) menggunakan indikator kalium
kromat (K2CrO4). Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion
kromat akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih
membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang
berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir
titrasi. Kelebihan indikator yang berwarna kuning
akan mengganggu warna, ini dapat diatasi dengan
melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat
uji dengan penambahan kalsium karbonat sebagai
pengganti endapan perak klorida (AgCl)
(Khopkhar, 2008).

(BiOCl), stibium oksiklorida (SbOCl) bersifat tidak


larut dalam air.
Klorida berdampak buruk bagi kesehatan
jika melebihi dari batas maksimum. Permenkes RI
No.46/MENKES/PER/IX/1990 menetapkan untuk
air minum batas maksimum klorida adalah 250
mg/L. Terkena kontak dengan kulit menyebabkan
iritasi dan terkena kontak dengan mata
menyebabkan pandangan kabur (Badan POM RI,
2010). Menurut Aimjaya (2009), individu yang
meminum air mengandung klorida berlebih
beresiko lebih besar terkena kanker kandung
kemih, dubur, dan usus besar. Sedangkan wanita
hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat
dengan kelainan otak atau urat syaraf tulang
belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran
prematur atau bahkan mengalami keguguran.
Selain itu studi efek klorin pada binatang
ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan
hati.
Pengukuran kadar klorida penting
Dilakukan untuk mengetahui kadar klorida di dalam
air dan menjaga agar tidak melampaui dari
ambang batas. Pengukuran kadar klorida salah
satunya titrasi Argentometri. Titrasi Argentometri
merupakan
titrasi
pengendapan.
Titrasi
pengendapan merupakan reaksi titran dengan titrat
membentuk endapan yang sukar larut seperti
misalnya ion klorida dititrasi dengan larutan perak
nitrat (AgNO3) membentuk endapan perak klorida
(AgCl) berwarna putih. Pengendapan dalam titrasi
pengendapan dipengaruhi oleh pH maupun adanya
komplekson (Parwatha,2012). Setyo (2010)
beragumen bahwa titrasi Argentometri adalah
titrasi pengendapan yang menggunakan reagen
pengendap perak nitrat untuk analisis halogen,
anion-anion mirip halogen (SCN-, CN-, CNO-),
asam lemak, dan beberapa anion anorganik
divalen. Adam (2007) menegaskan bahwa titrasi
Argentometri juga dapat diartikan titrasi yang
melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau
anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+
(argentum) dari perak nitrat dan membentuk
endapan perak halida.
Dasar titrasi Argentometri adalah reaksi
pengendapan dimana zat yang hendak ditentukan
kadarnya di endapkan oleh larutan baku perak
nitrat (AgNO3) dan indikator kromat. Zat tersebut
misalnya garam-garam halogenida (Cl, Br, I),
sianida, tiosianida dan fosfat. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna
(Utami, 2009).
Titrasi Argentometri memiliki 3 metode
umum yaitu : metode Mohr; metode Fajans; dan
metode Volhard. Metode Mohr adalah metode

Gambar 1. Titik Akhir Titrasi Argentometri metode


Mohr

Metode Volhard didasarkan pada


pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam
nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk
meneliti ion tiosianat berlebih. Metode ini dapat
dipergunakan untuk cara titrasi langsung dari

84

Ni Putu Yuli Purnama Sari, dkk : Pengaruh Ion Tiosulfat terhadap Pengukuran ...
perak, larutan tiosianat standar atau untuk titrasi
tak langsung dari ion klorida. Indikator yang dipakai
adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk
menentralkan kadar garam perak dengan titrasi
kembali setelah ditambah larutan standar berlebih.
Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan KCNS,
dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh
ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari
Fe(SCN)3 (Khopkhar, 2008)
Titrasi Argentometri dengan metode
Fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator
yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam
cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine
atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3
hingga suspensi violet menjadi merah. Indikator
absorpsi adalah zat yang dapat diserap oleh
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya
warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum
titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam
lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka
kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan
digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada
pada lapisan sekunder (Khopkhar, 2008).
Titrasi Argentometri dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan endapan. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
1. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan
naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu
maka pembentukan endapan akan berkurang
disebabkan banyak endapan yang berada pada
larutannya.
2. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air
dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan
suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara
dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas yang
berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga
dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang
berbeda pada pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika
dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion
sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai
contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika
kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding
dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini
disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat

ion sejenis yaitu OH- sehingga akan mengurangi


konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini
biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam
metode gravimetri.
4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang
mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi
oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan
proton dengan anion endapannya. Misalnya
endapan AgI akan semakin larut dengan adanya
kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung
dengan I- membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan
dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan
kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal
ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut
akan semakin meningkat kelarutannya dengan
adanya pembentukan kompleks antara ligan
dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh
AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan
larutan NH3, hal ini disebabkan karena
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl (Khopkhar,
2008).
Titrasi Argentometri pada pengukuran
klorida dapat dipengaruhi oleh ion-ion pengganggu.
Yurman (2009) berargumen dengan mengatakan
ion-ion yang dapat mengganggu dalam penetapan
kadar klorida metode Argentometri atau
pengendapan adalah bahan-bahan yang terdapat
dalam air minum dalam jumlah yang normal yang
tidak mengganggu. Ion pengganggu tersebut
antara lain:
1. Bromida,
iodida,
dan
sianida
yang
menyebabkan ekivalen dengan konsentrasi klorida.
2. Ion sulfida, tiosulfat dan sulfit menggaggu.
3. Ortofosfat yang lebih dari 25 mg/L mengganggu
dengan membentuk endapan perak fosfat.
4. Besi yang lebih dari 10 mg/L mengaburkan titik
akhir.
Ion pengganggu tersebut salah satunya
ion tiosulfat (S2O3-). Awalan tio dalam tiosulfat
berarti bahwa satu atom sulfur telah ditambahkan
untuk menggantikan satu atom oksigen. Jadi, ion
tiosulfat memiliki atom S dan 3 atom O (S2O3).
Kebanyakan tiosulfat yang pernah dibuat larut
dalam air. Banyak dari larutan tiosulfat larut dalam
natrium tiosulfat berlebih, membentuk garam
kompleks. Ion-ion tiosulfat dapat membentuk
kompleks dengan perak dan juga dapat sebagai
recovery perak dari limbahnya.
85

Chemistry Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014


resminya, produk mereka terdapat kandungan nitrit
dan nitrat non-toxic

Mulyono (2005) menyebutkan bahwa ion


tiosulfat dapat dijumpai dalam bentuk garam yaitu
natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat terdapat dalam
air karena adanya pembuangan limbah fotografi
dan juga sengaja ditambahkan sebagai anti klor.
Badan POM RI (2012) menyatakan natrium
tiosulfat berupa padatan, serbuk kristalin, serbuk
solid, dan kristal solid. Berwarna putih kecoklatan,
tidak berbau atau berbau sulfur. Rasa sulfur, salin,
rasa garam. Berat Molekul 126,04 g/mol. Titik didih
> 212oF (> 100oC). Titik lebur : terdekomposisi
pada pemanasan tinggi, pada > 500oC (932oF).
Kerapatan relatif (air =1): 2,633 setiap 15oC. pH :
sekitar 9. Rumus molekul Na2-S2-O3. Kelarutan
dalam air 12,5% setiap 0oC. Kelarutan: larut dalam
air dingin, air panas, gliserol, dan hampir tidak larut
dalam alkohol. Tidak larut dalam ammonia .
Larutannya netral atau basa lemah terhadap
lakmus.
Oslon (eds 2007) menyebutkan sodium
tiosulfat merupakan donor sulfur yang
mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih
nontoksik,
tiosianat,
dengan
enzyme
sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti
nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan
dapat diberikan secara empiris pada keracunan
sianida. Penelitian dengan hewan uji menunjukkan
kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila
dikombinasikan dengan hidroksokobalamin .
Meridth dalam Tintus (2008), natrium
tiosulfat diasumsikan secara intrinsik nontoksik
tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari
sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas
pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian
natrium tiosulfat 12,5 gr. biasanya diberikan secara
empirik jika diagnosis tidak jelas. Natrium tiosulfat
merupakan komponen kedua dari antidot sianida.
Antidot ini diberikan sebanyak 50 mL dalam 25 %
larutan. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan
oleh tiosulfat, namun tiosianat memberikan efek
samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual,
kemerahan dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk
anak-anak didasarkan pada berat badan.
Menghindari efek kronis dari bahan
tersebut maka residu klorin dalam air harus dijaga
agar tidak lebih. Salah satu cara menjaganya yaitu
dinetralisir dengan anti-klor/deklorinator. Pada
umumnya anti klor mengandung natrium tiosulfat
yang dapat mengikat klor (Purwakusuma, 2012).
Tim Lentera (eds 2007) mengatakan air
mengandung klorida dinetralkan dengan natrium
tiosulfat 10% dengan dosis 1-2 tetes untuk 10 liter
air. Selain kandungan natrium tiosulfat, terdapat
anti klor lainnya. Contoh pada produk anti klor dari
Seachem yang menyebutkan dari website

Gambar 2. Padatan Natrium Tiosulfat

Badan POM RI (2012) menetapkan


natrium tiosulfat digunakan dalam pengolahan air
sebagai agen penyedia oksigen. Pada industri
fotografi digunakan untuk melindungi larutan
pengembang dari oksidasi. Industri tekstil
digunakan sebagai pemutih (bleaching), sebagai
agen desulfurizing dan deklorinasi. Digunakan
sebagai ekstrak penyamakan pada industri kulit.
Natrium tiosulfat juga digunakan di manufaktur
kimia sebagai agen sulfonasi dan sulfometilasi.
Penggunaan lainnya yaitu dalam flotasi bijih,
pemulihan
minyak,
pengawet
makanan,
pembuatan pewarna, dan detergen. Natrium
tiosulfat membentuk adisi bisulfit dengan aldehida,
serta membentuk asam sulfonik dengan keton,
digunakan untuk memurnikan atau mengisolasi
aldehida dan keton.
Standar Nasional Indonesia (2004)
menetapkan ion tiosulfat tersebut dapat
dihilangkan dengan penambahan hidrogen
peroksida (H2O2). Penambahan H2O2 sebanyak 1
ml dengan konsentrasi 30% dan diaduk selama 1
menit.
Ion tiosulfat (S2O3-) dan ion klorida (Cl-)
sama-sama memiliki muatan negatif dan termasuk
ke dalam golongan anion. Kedua ion ini dapat
berpengaruh pada titrasi Argentometri yang
termasuk dalam pengaruh ion sejenis. Khopkhar
(2008) mengemukakan ion sejenis dapat
mengakibatkan kelarutan endapan akan berkurang
dan akan mengurangi konsentrasi larutan yang
akan terlarut.
Penelitian Linda et al pada tahun 2004
dengan judul Pengambilan Kembali Perak
Buangan Berdasarkan Metode Reduksi Kimiawi,
menyatakan pada proses elektrolisis ion-ion
tiosulfat bertindak sebagai ligan pengompleks

86

Ni Putu Yuli Purnama Sari, dkk : Pengaruh Ion Tiosulfat terhadap Pengukuran ...
dengan menimbang 6 gr padatan natrium tiosulfat
dan dilarutkan dalam 100 ml aquades bebas
klorida. Kemudian disimpan pada botol berwarna
gelap. Natrium tiosulfat 8% dengan menimbang 8
gr padatan natrium tiosulfat dan dilarutkan dalam
100 ml aquades bebas klorida. Kemudian disimpan
pada botol berwarna gelap. Natrium tiosulfat 10%
dengan menimbang 10 gr padatan natrium tiosulfat
dan dilarutkan dalam 100 ml aquades bebas
klorida. Kemudian disimpan pada botol berwarna
gelap.
Proses analitik terdiri dari proses
standarisasi larutan perak nitrat 0,01 N dengan
larutan natrium klorida 0,01 N. Untuk standarisasi
dipipet 10,0 ml natrium klorida dan aquades bebas
klorida (blanko) ke dalam erlenmeyer. Indikator
kalium kromat ditambahkan masing-masing 5-6
tetes kemudian dititrasi dengan larutan perak nitrat
pada buret sampai terbentuk endapan berwarna
merah bata. Standarisasi dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan dengan 1 kali standarisasi blanko.
Dicatat penurunan volume perak nitrat
pada buret. Kemudian dihitung normalitas dari
larutan perak nitrat dengan rumus:

perak, mengakibatkan terjadinya dekomposisi


tiosulfat. Hasil dekomposisi bereaksi dengan ion
perak menghasilkan campuran oksida, hidroksida,
dan sulfida perak yang memburamkan warna
endapan.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
pra eksperimen dengan pendekatan post only test
without control design. Saryono (2009)
menyebutkan penelitian post only test without
control design merupakan penelitian yang
menggunakan satu kelompok subjek, pengukuran
dilakukan secara pararel setelah perlakuan
diberikan. Perbedaan hasil pengukuran dianggap
sebagai efek perlakuan. Penelitian ini memerlukan
waktu 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2014 dan
dilakukan di Laboratorium Kimia jurusan D3 Analis
Kesehatan STIKes Wira Medika Bali. Penelitian ini
tidak memerlukan populasi dan hanya
menggunakan sampel. Sampel penelitian adalah
larutan natrium klorida 0,01 N dengan
penambahan natrium tiosulfat variasi konsentrasi :
0%;2%;4%;6%;8%; dan 10%.
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian
ini yaitu : buret 50ml; statip; klem; Erlenmeyer
250ml; corong; gelas beaker; pipet volume 10.0ml;
labu ukur 1000ml dan 500ml; gelas ukur;
timbangan analitik; pipet tetes; pipet ukur 1ml; dan
batang pengaduk. Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu : aquades bebas klorida;
natrium klorida 0,01N; kalium kromat 5%; perak
nitrat 0,01N; dan natrium tiosulfat konsentrasi
2%;4%;6%;8%;dan 10%.
Prosedur kerja dalam penelitian ini dibagi
dalam 3 tahapan yaitu : pre analitik; analitik; dan
post analitik. Pre analitik terdiri dari pembuatan
larutan yang diperlukan. Natrium klorida 0,01N
dengan menimbang 0,5844gr padatan natrium
klorida dan dilarutkan pada labu ukur 1000 ml,
kemudian disimpan pada botol berwarna gelap.
Perak nitrat 0,01N dengan menimbang 0,8494 gr
padatan perak nitrat pada timbangan analitik dan
dilarutkan dalam labu ukur 500 ml. Kemudian
disimpan pada botol berwarna gelap. Kalium
kromat ditimbang 5 gram dan dilarutkan dalam
100ml aquades bebas klorida. Kemudian disimpan
pada botol berwarna gelap. Natrium tiosulfat 2%
dengan menimbang 2 gr padatan natrium tiosulfat
dan dilarutkan dalam 100 ml aquades bebas
klorida. Kemudian disimpan pada botol berwarna
gelap. Natrium tiosulfat 4% dengan menimbang 4
gr natrium tiosulfat padatan dan dilarutkan dalam
100 ml aquades bebas klorida. Kemudian disimpan
pada botol berwarna gelap. Natrium tiosulfat 6%

N AgNO3 =
Dengan keterangan:
N AgNO3 adalah normalitas larutan baku AgNO3
(grek/L);
VA adalah volume larutan baku AgNO3 untuk
titrasi larutan NaCl
VB adalah volume larutan baku AgNO3 untuk
titrasi blanko (mL);
N1 adalah normalitas larutan NaCl yang
digunakan (grek/L);
V1 adalah volume larutan NaCl yang digunakan
(mL)
Selanjutnya dilakukan pengukuran sampel
untuk mengetahui adanya pengaruh ion tiosulfat
terhadap pengukuran kadar klorida. Disediakan 6
buah Erlenmeyer 250 ml diisi dengan label I, II, III,
IV, V, VI kemudian masing-masing diisi dengan
10,0 ml NaCl. Erlenmeyer I, II, III, IV, V
ditambahkan natrium tiosulfat dengan ketentuan:
a.Erlenmeyer I diisi 5-6 tetes natrium
tiosulfat 2%
b.Erlenmeyer II diisi 5-6 tetes natrium
tiosulfat 4%
c. Erlenmeyer III diisi 5-6 tetes natrium
tiosulfat 6%
d.Erlenmeyer IV diisi 5-6 tetes natrium
tiosulfat 8%

87

Chemistry Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014


e.Erlenmeyer V diisi 5-6 tetes natrium
tiosulfat 10%
Sedangkan Erlenmeyer VI sebagai control tidak
ditambahkan natrium tiosulfat
Kemudian dari sampel yang ditambahkan dan tidak
ditambahkan natrium tiosulfat diukur kadar klorida
menggunakan metode titrasi Argentometri. Masingmasing sampel diulang sebanyak 4 kali (sesuai
dengan perhitungan menurut rumus Frederer).
Kemudian dicatat masing-masing volume
penurunan larutan perak nitrat pada buret.
Tahap terakhir adalah post analitik
dimana proses ini merupakan tahap perhitungan
untuk mencari kadar klorida pada sampel dengan
rumus :

artinya tidak ada pengaruh penambahan ion


tiosulfat terhadap pengukuran kadar klorida
metode Argentometri. Jika nilai p yang didapatkan
kurang dari 0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima.
H0 ditolak yang artinya ada pengaruh penambahan
ion tiosulfat terhadap pengukuran kadar klorida
metode Argentometri. Output hasil dapat
menunjukkan persamaan linier dan nilai R2.
HASIL
Tabel 1. Tabel Hasil Pengukuran Kadar Klorida
dengan Penambahan Natrium Tiosulfat
dengan variasi Konsentrasi
Kadar
Klorida
ratarata
(mg/L)

Warna
endapan

10,40
10,40
10,40
10,40

0,354

Merah bata

7,40
6,20
7,00
7,00

0,221

Merah
kehitaman

3,70
3,60
3,30
3,00

0,110

Merah
kehitaman

3,00
3,20
3,20
3,20

0,102

Merah hitam

0,085

Kehitaman

0,036

Kehitaman

Konsentr
asi Ion
Tiosulfat
(%)

(A B) X N X 35,450
V

dengan pengertian :
- A adalah volume larutan baku AgNO3 untuk
titrasi contoh uji
- B adalah volume larutan baku AgNO3 untuk
titrasi blanko (mL)
- N adalah normalitas larutan baku AgNO3
(grek/L)
- V adalah volume contoh uji (mL)
Untuk memastikan kebenaran titrasi dapat
digunakan rumus perhitungan kadar NaCl yang
ditimbang yaitu :
mg/L NaCl = (mg/L Cl-) x 1,65
Rumus ini digunakan setelah mendapatkan hasil
kadar klorida dan untuk mencocokkan berat NaCl
yang ditimbang.
Kadar klorida yang didapat pada masingmasing konsentrasi tiosulfat yang ditambahkan
pada larutan NaCl 0,01 N, ditentukan rata-rata
kadar klorida untuk mewakili di setiap konsentrasi
tiosulfat.
Data yang diperoleh dari penelitian ini
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan
program SPSS 16.0 yang selanjutnya dilakukan uji
normalitas untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak dengan
menggunakan
Saphiro-Wilk.Uji
Saphiro-Wilk
digunakan pada jumlah data kurang dari 50. Jika
nilai p yang didapatkan lebih dari 0,05 maka, data
tersebut terdistribusi normal dan jika nilai p <0,05
maka, data tersebut tidak terdistribusi normal
(Saryono, 2009).
Data selanjutnya diuji dengan Regression
Linier untuk mengetahui pengaruh penambahan
ion tiosulfat terhadap pengukuran kadar klorida.
Jika nilai p yang didapatkan lebih dari 0,05 maka,
H0 diterima dan H1 ditolak. H0 diterima yang

10

Volume
titrasi
diulang 4
kali (mL)

2,80
2,70
2,60
2,60
1,40
1,20
1,20
1,30

Tabel diatas menunjukkan konsentrasi ion


tiosulfat yang meningkat menyebabkan volume
titrasi semakin menurun. Volume titrasi yang
menurun berakibat pada hasil pengukuran kadar
klorida yang menurun. Semakin tinggi konsentrasi
ion tiosulfat yang ditambahkan semakin susah
untuk menentukan titik akhir titrasi. Warna endapan
penetapan titik akhir titrasi yang terjadi mengalami
perubahan yaitu semakin menghitam dan bukan
merah bata. Hal ini berpengaruh pada pengukuran

88

Ni Putu Yuli Purnama Sari, dkk : Pengaruh Ion Tiosulfat terhadap Pengukuran ...
juga menunjukkan penurunan volume titran yang
semakin sedikit dari volume titran sampel tanpa
penambahan ion tiosulfat.
Hasil
analisa
juga
menunjukkan
perbedaan warna dari endapan titik akhir titrasi.
Warna endapan yang terbentuk pada sampel yang
tidak ditambahkan natrium tiosulfat (0%) adalah
merah bata. Sampel dengan konsentrasi ion
tiosulfat 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% warna
endapan pada titik akhir titrasi menjadi lebih merah
kehitaman sampai menghitam yang konstan.
Penurunan volume titran karena ion
tiosulfat dan perbedaan warna endapan titik akhir
titrasi dari teori yang disebutkan memiliki hubungan
yang erat. Natrium tiosulfat yang mengandung ion
tiosulfat ditambahkan pada larutan sampel yaitu
natrium klorida dan dititrasi dengan larutan AgNO3.
Ion tiosulfat dan ion klorida akan berlomba
berikatan dengan ion perak (Ag+) dari larutan
AgNO3 karena kedua ion tersebut memiliki muatan
yang sama yaitu muatan negatif. Ion tiosulfat
membuat ion klorida yang diikat semakin sedikit
dan hal tersebut melibatkan proses elektrolisis.
Penelitian Linda et al pada tahun 2004 dengan
judul Pengambilan Kembali Perak Buangan
Berdasarkan
Metode
Reduksi
Kimiawi,
menyatakan pada proses elektrolisis ion-ion
tiosulfat bertindak sebagai ligan pengompleks
perak, mengakibatkan terjadinya dekomposisi
tiosulfat. Hasil dekomposisi bereaksi dengan ion
perak menghasilkan campuran oksida, hidroksida,
dan sulfida perak yang memburamkan warna
endapan.
Warna
endapan
yang
buaram
menyebabkan seolah-olah telah terjadi titik akhir
titrasi pada sampel. Keadaan ini menimbulkan
volume titran yang habis pada titrasi kurang tepat
dan akurat pada penetapannya, karena hasil yang
didapat bukan pada titik akhir titrasi yang
sebenarnya. Volume titran yang habis pada hasil
analisa seolah-olah mengalami penurunan.
Penetapan volume titran yang keliru berpengaruh
pada pengukuran kadar klorida. Hasil pengukuran
kadar klorida seolah-olah mengalami penurunan
dari kadar klorida sebenarnya (tanpa penambahan
natrium tiosulfat).
Penelitian ini memakai konsentrasi ion
tiosulfat yang terlalu besar dan kurang relevan jika
sampel dengan kadar klorida yang sebenarnya
hanya 0,01 N. Hal ini membuat hasil titrasi bukan
mengukur kadar klorida melainkan mengukur kadar
ion tiosulfat yang terkandung karena besarnya
variasi konsentrasi yang digunakan.

kadar klorida yang menunjukkan seolah-olah


mengalami penurunan.
PEMBAHASAN
Titrasi Argentometri metode Mohr dapat
digunakan untuk menetapkan kadar klorida dalam
suasana netral dengan larutan standar perak nitrat
(AgNO3) dan penambahan kalium kromat (K2CrO4)
sebagai indikator. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak (Ag+), maka
ion kromat akan bereaksi dengan perak (Ag)
berlebih
membentuk
endapan
perak
kromat(Ag2CrO4) yang berwarna coklat/merah bata
sebagai titik akhir titrasi (Khopkhar, 2008).
Penetapan klorida dengan titrasi argentometri
dapat dipengaruhi oleh adanya ion-ion
pengganggu. Yurman (2009) menyatakan bahwa
salah satu ion pengganggu pada titrasi
Argentometri adalah ion tiosulfat.
Ion tiosulfat dapat dijumpai dalam bentuk
garam yaitu natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat
terdapat dalam air karena adanya pembuangan
limbah fotografi dan juga sengaja ditambahkan
sebagai anti klor (Mulyono, 2005).
Analisa pengaruh ion tiosulfat terhadap
pengukuran kadar klorida metode Argentometri
dapat dilakukan dengan menambahkan natrium
tiosulfat yang konsentrasinya semakin meningkat
pada larutan baku primer natrium klorida (NaCl).
Natrium tiosulfat dibuat dengan konsentrasi 2%,
4%, 6%, 8%, dan 10% yang akan ditambahkan
dalam larutan natrium klorida bertindak sebagai
sampel. Larutan natrium klorida dipakai sebagai
sampel karena kandungan klorida didalamnya
telah diketahui kadarnya.
Pengaruh pengukuran kadar klorida
dilakukan pada sampel yang ditambahkan natrium
tiosulfat dengan variasi konsentrasi sebanyak 5-6
tetes kemudian ditambahkan indikator kalium
kromat (K2CrO4) sebanyak 5 tetes dan dititrasi
dengan larutan perak nitrat (AgNO3) sampai
terbentuk endapan berwarna merah bata. Satu
sampel tidak ditambahkan natrium tiosulfat
ditunjukkan sebagai pembanding. Titrasi masingmasing sampel diulang sebanyak 4 kali untuk
mendapatkan kadar klorida rata-rata di masingmasing konsentrasi ion tiosulfat yang ditambahkan.
Hasil analisa pengukuran kadar klorida
yang diperoleh pada konsentrasi ion tiosulfat yang
berbeda 0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% secara
berturut-turut adalah 0,354mg/L; 0,221mg/L;
0,110mg/L; 0,102mg/L; 0,085mg/L; 0,036mg/L.
Hasil ini menunjukkan pengukuran kadar klorida
yang semakin menurun pada konsentrasi ion
tiosulfat yang semakin meningkat. Hasil analisa
89

Chemistry Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014


Data yang diperoleh diuji dengan SPSS
16.0 yakni menggunakan regresi dengan hasil
sebagai berikut:

pengaruh ion tiosulfat terhadap pengukuran kadar


klorida metode Argentometri.
SIMPULAN DAN SARAN

Gambar 3. Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap Kadar


Klorida

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan secara langsung pengaruh ion tiosulfat
terhadap pengukuran kadar klorida dengan metode
Argentometri dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsentrasi ion tiosulfat yang digunakan terlalu
tinggi dan kurang relevan, karena konsentrasi
dari larutan natrium klorida hanya 0,01 N.
2. Volume titran mengalami penurunan sehingga
hasil pengukuran kadar klorida mengalami
penurunan pada konsentrasi ion tiosulfat yang
semakin meningkat. Hal ini disebabkan adanya
ion tiosulfat berperan aktif dalam mengikat ion
perak (Ag+) selain ion klorida yang juga
mengikat ion perak, sehingga hasil pengukuran
bukan merupakan kadar klorida yang
sebenarnya.
3. Ion tiosulfat berpengaruh juga terhadap titik
akhir titrasi yaitu memburamkan titik akhir titrasi
dengan warna endapan yang semakin
menghitam. Hal ini disebabkan adanya
elektrolisis antara ion tiosulfat dan ion perak.
Hasil elektrolisis adalah campuran oksida,
hidroksida, dan sulfida perak yang
memburamkan warna endapan. Maka dari itu,
titik akhir titrasi sukar atau tidak dapat
dipastikan.

Gambar di atas menunjukkan bahwa


terjadi penurunan hasil pengukuran kadar klorida di
setiap peningkatan konsentrasi ion tiosulfat yang
ditambahkan. Grafik di atas juga menunjukkan
hubungan antara konsentrasi ion tiosulfat dengan
kadar klorida dalam bentuk garis dengan
persamaan linier yaitu y = 0,295 0,029x.
Keterangan
Y = kadar klorida (mg/L)
X = variasi konsentrasi natrium tiosulfat (%)
Artinya : Setiap pengurangan konsentrasi natrium
tiosulfat sebanyak 1% dapat meningkatkan kadar
klorida sebanyak 0.029 mg/L.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Pengukuran kadar klorida dengan metode
Argentometri hendaknya dilakukan persiapan
sampel yang lebih baik agar ion-ion pengganggu
yang kemungkinan terdapat pada sampel dapat
dihilangkan sehingga hasil pengukuran yang
didapatkan tepat dan teliti.
2. Penelitian ini memakai konsentrasi natrium
tiosulfat yang kurang relevan karena terlalu
tinggi. Untuk selanjutnya, mungkin dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh ion tiosulfat terhadap pengukuran
kadar klorida metode Argentometri dengan
memakai konsentrasi yang lebih kecil dapat
dimulai dari 0,01 %.

Hasil pengujian mendapatkan nilai R =


0,921 yang artinya memiliki hubungan sangat kuat
antara konsentrasi ion tiosulfat terhadap kadar
klorida. Nilai R2 yang diperoleh adalah 0,848 (84,8
%) yang memiliki arti besar konstribusi pengaruh
ion tiosulfat terhadap kadar klorida pada
pengukuran metode Argentometri.
Nilai p yang diperoleh pada pengujian
data yaitu 0,009, yang menandakan nilai p lebih
besar dari 0,05. Nilai p tersebut memiliki arti bahwa
H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan ada

90

Ni Putu Yuli Purnama Sari, dkk : Pengaruh Ion Tiosulfat terhadap Pengukuran ...
KEPUSTAKAAN

Sutiawan,Kadek
(2011).
Pengaruh
Jarak
Reservoar Dengan Titik-Titik Distribusi
Air Terhadap Kadar Klor Pada Air PDAM
Kota Denpasar Yang Sumber Airnya
Dari Reservoar 1 Blusung. Program
Studi D3 Analis Kesehatan Stikes Wira
Medika Bali. Karya Tulis Ilmiah

Adam (2007). Kimia Analitik untuk Sekolah


Menengah Kejuruan. Malang: Direktorat
Pembinaan
Sekolah
Menengah
Kejuruan
Badan POM RI (2010). Pusat Info Obat dan
Makanan
Info
Kesehatan.
(http://ik.pom.go.id/v2013/katalog/clorine
20% .pdf- Diakses Oktober 2013.)

Standar Naional Indonesia (2004). Air dan Air


Limbah-Cara Uji Klorida Metode
Argentometri (Mohr). SNI 06-6989.192004, ICS 13.060.50

Hasan, A (2006). Dampak Penggunaan Klorin.


Deputi
Teknologi
Informasi,Energi,Material
dan
Lingkungan. P3TL-BPPT.7.(1): 90-96

Tim Lentera (eds) (2007). Pembesaran Ikan Mas


Di Air Deras. Jakarta: Argomedia
Tintus, Libertus (2008). Dosis Efektif Kombinasi
Natrium Tiosulfat Dan Natrium Nitrit
Sebagai Antidot Keracunan Sianida Akut
Pada Mencit Jantan Galur Swiss.
Program Studi Ilmu Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi

Khopkhar (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik.


Edisi ke 4. Jakarta: UI Press, pp 66-70
Linda, Gunawan, Rahmanto (2004). Pengambilan
Kembali Perak Buangan Berdasarkan
Metode Reduksi Kimiawi

Triatika Darmin, Adek (2010). Analisa Kuantitatif


Ion Klorida Dan Ion Sulfat Dalam Air
Input dan Output Pada PDAM Tirtasari
Binjai
Secara
Titrasi
Dan
Spektrofotometer.
Program
Studi
Diploma 3 Kimia Analis Universitas
Sumatera Utara. Karya Ilmiah

Mulyono (2005). Kamus Kimia. Bandung : Bumi


Aksara
Olson, K. R.(2007), Poisoning and Drug Overdose,
Edisi ke 2.USA : Prentice-Hall
International Inc
Parwatha , M.O.A (2010). Buku Kerja dan Petunjuk
Praktikum Analisa Air. Program Studi D3
Analis Kesehatan STIKES Wira Medika
PPNI Bali

Utami Agung, Titis (2009). Analisa Klorida Pada Air


Dan Air Limbah Dengan Metode
Argentometri. Program Studi Diploma 3
Kimia Analis Universitas Sumatera
Utara. Karya Ilmiah,pp 13-15

Permenkes 416/Menkes/Per/IX (1990). Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air.


Peraturan Menteri Kesehatan

Purwakusuma, Wahyu (2012). Klorin dan Kloramin.


(http://www.ofish.com/HamaPenyakit/klorin.phpDiakses Nopember 2013)

Rukaesih, Achmad (2004). Kimia Lingkungan.


Yogyakarta: ANDI

Yurman (2009). Pengaruh Kadar Klorida Pada Air


Sumur Gali . Pascasarjana Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Fakultas
Pertanian
Universitas
Bengkulu. Disertasi

Saryono (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan


Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Jogjakarta : Mitra Cendikia Press
Seachem.

2012.
Seachem
Prime.
(http://www.reefsforum.com/index.php?t
hreads /seachem-prime.6184/ Diakses
Desember 2013)

Setyo, Didik (2010). Kimia Analisis Kuantitatif Edisi


Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, p 89

91

Anda mungkin juga menyukai