Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi
Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan sebuah kurva pertumbuhan
standar yang menggambarkan pertumbuhan anak umur 0-59 bulan di
lingkungan yang diyakini dapat mendukung pertumbuhan optimal anak. Untuk
membuat kurva pertumbuhan ini, WHO melakukan penelitian multisenter pada
tahun 1997 sampai 2003 dengan tujuan untuk menggambarkan pertumbuhan anak
yang hidup di lingkungan yang tidak memiliki faktor penghambat pertumbuhan.
Data dikumpulkan dari 6 negara yaitu Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman dan
Amerika. Penelitian ini terdiri atas dua bagian; pertama adalah penelitian
longitudinal (subyek diikuti dari lahir sampai usia 2 tahun); dan kedua adalah
penelitian cross-sectional (pada anak usia 1,5 sampai 5 tahun). Panjang badan
diukur pada posisi tidur telentang untuk anak usia 0-2 tahun dan setelah usia 2
tahun tinggi badan diukur sebagai tinggi berdiri.
a. Penelitian longitudinal
Pada awal penelitian terdapat 1737 subyek yang memenuhi kriteria penelitian,
namun data yang digunakan adalah data 882 subyek yang menyelesaikan
penelitian ini. Subyek diberi makan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu
mendapat ASI sampai usia 12 bulan dan mendapat makanan tambahan setelah
berumur 6 bulan. Ibu subyek penelitian tidak merokok.
b. Penelitian cross-sectional
Subyek diambil dari strata demografik yang sama dengan subyek penelitian
longitudinal. Terdapat 6669 subyek usia 18-71 bulan yang masing-masing dinilai
dalam satu kali pengukuran.
IDAI telah menetapkan untuk skrining pertumbuhan anak dengan umur sampai 5
tahun dapat menggunakan kurva pertumbuhan WHO.
CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN WHO
1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak
di atas 2 tahun), berat badan.
2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva.
Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
umur dan panjang / tinggi badan.
3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis
vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat
badan, umur, dan IMT.
4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal
hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan
gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN WHO


1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau
rata-rata
2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO
garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu
yang berada jauh dari garis median menggambarkan masalah
pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah
-2.
4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan
WHO dapat menggunakan tabel berikut ini.

Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih
normal. Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan
tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi
lebih baik jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap
panjang / tinggi atau IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika
makin mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.

4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek


memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI
(Integrated Management of Childhood Illness in-service training. WHO,
Geneva, 1997).

Panjang Badan menurut Usia


A.Laki-laki

0-6 Bulan

6 Bulan 2 Tahun

0-2 Tahun

0-5 Tahun

2-5 Tahun

B.Perempuan

0-6 Bulan

6 Bulan 2 Tahun

0-2 Tahun

0-5 Tahun

2-5 Tahun

Berat Badan menurut Usia


A.Laki-laki

0-6 Bulan

6 Bulan 2 Tahun

0-2 Tahun

0-5 Tahun

2-5 Tahun

B.Perempuan

0-6 Bulan

6 Bulan 2 Tahun

0-2 Tahun

0-5 Tahun

2-5 Tahun

Berat Badan menurut Panjang Badan (0-2 Tahun)

Tahun Laki-laki

Tahun Perempuan

Berat Badan menurut Tinggi Badan (2-5 Tahun)

Tahun Laki-laki

Tahun Perempuan

Indeks Massa Tubuh untuk Usia


A.Laki-laki

0-2 Tahun Laki-laki

0-5 Tahun Laki-laki

2-5 Tahun Laki-laki

B.Perempuan

0-2 Tahun Perempuan

0-5 Tahun Perempuan

2-5 Tahun Perempuan

Lingkar Kepala menurut Usia


A.Laki-laki

0-13 Minggu

0-2 Tahun

0-5 Tahun

B.Perempuan

0-13 Minggu

0-2 Tahun

0-5 Tahun

Lingkar Lengan Atas

Laki-laki

Perempuan

Lipatan Kulit Subskapular Menurut Usia

Laki-laki

Perempuan

B. Standar Pertumbuhan Anak (WHO 2005)


Dimasa lalu, rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari
satu negara dengan mengukur contoh anak yang dianggap sehat, tanpa
memperhatikan cara hidup dan lingkungan mereka. Mengingat cara menghasilkan
rujukan tersebut, maka rujukan tersebut tidak dapat dipakai diseluruh dunia.
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan standar
pertumbuhan yang berasal dari sampel anak-anak dari enam negara yaitu Brazil,
Ghana, India, Noerwegia, Oman dan Amerika Serikat. WHO Multicentre Growth

Reference Study (MGRS) telah dirancang untuk menyediakan data yang


menggambarkan bagaimana anak-anak harus tumbuh, dengan cara memasukan
kriteria tertentu (misalnya: menyusui, pemeriksaan kesehatan, dan tidak
merokok). Penelitian tersebut mengikuti bayi normal dari lahir sampai usia 2
tahun, dengan pengukuran yang sering pada awal minggu pertama pada setiap
bulan, kelompok anak-anak lain umur 18 sampai 71 bulan diukur satu kali. Data
dari kedua kelompok umur tersebut disatukan untuk menciptakan standar
pertumbuhan anak umur 0 sampai 5 tahun.
MGRS menghasilkan Standar Pertumbuhan Normal (preskriptif), berbeda
dengan yang hanya deskriptif. Standar baru memperlihatkan bagaimana
pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu
misalnya pemberian makan, imunisasi dan asuhan selama sakit. Standar baru ini
dapat digunakan diseluruh dunia, karena penelitian menunjukan bahwa anak-anak
dari negara manapun akan tumbuh sama bila gizi, kesehatan dan kebutuhan
asuhannya dipenuhi.
Manfaat lain dari standar pertumbuhan baru meliputi hal-hal sebagai berikut :
Standar baru menetapkan bayi yang disusui sebagai model pertumbuhan dan
perkembangan bayi normal. Hasilnya kebijakan kesehatan dan dukungan publik
untuk menyusui harus diperkuat.
Standar baru lebih dini dan sensitif untuk mengidentifikasi anak pendek dan
anak gemuk/sangat gemuk.
Standar baru seperti IMT (Indeks Masa Tubuh) sangat berguna untuk mengukur
peningkatan kejadian Sangat Gemuk.
Grafik yang menunjukan pola laju pertumbuhan yang diharapkan dari waktu ke
waktu memungkinkan petugas kesehatan mengidentifikasikan anak-anak yang
beresiko menjadi kurang gizi atau gemuk secara dini, tanpa menunggu sampai
anak menderita masalah gizi.
Disamping standar untuk pertumbuhan fisik, standar baru WHO 2005
menghasilkan enam tahapan perkembangan motorik kasar milestone (duduk
tanpa bantuan, merangkak, berdiri dengan bantuan, berdiri tanpa bantuan, berjalan
dengan bantuan, dan berjalan tanpa bantuan) yang diharapkan dapat dicapai oleh
anak-anak sehat pada umur antara 4 dan 18 bulan.
Oleh karena WHO telah mengeluarkan standar rujukan yang baru untuk
menilai pertumbuhan dan penentuan status gizi pada anak, maka berdasarkan hasil
kesepakatan RTL 2006 oleh Depkes RI disusunlan Kartu Menuju Sehat (KMS)
baru. Pada KMS baru telah dirancang ulang untuk anak Indonesia yang dibedakan
menurut jenis kelamin, dicantumkan 12 tahapan perkembangan motorik.

C. Variabel Pengukuran Status Gizi


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1
tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b.
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan
yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang
menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan
pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke
waktu (Djumadias Abunain, 1990).

c.

Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan
lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB

( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan


tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (M.Khumaidi, 1994).
D. Pengolahan Data Antropometri Berdasarkan Z-Score (Simpangan Baku)
WHO 2005
Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh
penyimpangannya dari angka median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score berbeda
untuk populasi yang distribusinya normal atau tidak normal.
Pengukuran Distribusi Normal.
Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu z-score.
Dlam satu distribusi normal, sebagian besar nilai dikelompokan di tengah, dan
distribusi pengukuran berada disekitar angka median yang berbentuk lonceng.
Pada kurva normal, satu z-score menggambarkan seberapa jauh penyimpangan
baku seorang anak dari angka median.
Kurva tersebut dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-anak
yang dibuat dalam grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal. Setiap segmen
pada sumbu horizontal menggambarkan satu simpangan baku atau z-score. Pada
distribusi normal, z-score -1 dan +1 mempunyai jarak yang sama dari angka
median ( 0 ). Jarak dari angka median ke +1 z-score adalah setengah dari jarak ke
+2 z-score.
Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :
Z score =

Keterangan :
Xi : Nilai yang diamati atau hasil pengukuran yang sebenarnya
Mi : Nilai Referensi Median
SBi : Z-Score (standar baku) dari populasi referensi/rujukan

Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi
0,1 kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan
tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm.
Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri,
yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan
setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan
menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai ZScore masing-masing indicator tersebut ditentukan status gizi balita dengan
batasan sebagai berikut :
a) Berdasarkan indikator BB/U :
Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan
atau menurunnya nafsu makan atau memnurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat
2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
lebih lambat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran
status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
v Kelebihan
a.
Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
b.
Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
c.
Indikator status gizi kurang saat sekarang
d.
Sensitif terhadap perubahan kecil
e.
Growth monitoring
f.
Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth
g.
Failure karena infeksi atau KEP
h.
Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
v Kekurangan
a.
Kadang umur secara akurat sulit didapat
b.
Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun asites

c.
d.

Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita


Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak saat ditimbang
e.
Secara operasional: hambatan sosial budaya misalnya tidak mau menimbang
anak karena dianggap seperti barang dagangan

1.
2.
3.
4.

Kategori BB/U :
Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0
Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0

b) Berdasarkan indikator TB/U:


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tingii badan akan nampak dalam waktu yang
relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan
status gizi masa lalu. Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U
dapatmemberikan status gizi masa lampau dan status sosial ekonomi.
v Kelebihan
a.
Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b.
Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c.
Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
v Kekurangan
a.
TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b.
Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif
sulit berdiri tegak
c.
Ketepatan umur sulit didapat
Kategori TB/U :
1.
Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0
2.
Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3.
Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0

c)
1.
2.
3.
4.

Berdasarkan indikator BB/TB:


Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0
Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut :


Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x
100%
Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizilebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%

d) IMT / U
Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui
perhitungan indeks IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19
tahun, dengan menggunakan z-score.
Kategori IMT/U :
1.
Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0
2.
Kategori Kurus, jika Z-score < - 2SD
3.
Kategori Normal, jika Z-score -2SD sampai +1SD
4.
Kategori Gemuk, jika Z-score > + 1SD
5.
Kategori Obese I, jika Z-score >+2SD
6.
Kategori Obese II jika, Z-score >+3SD
-

Cara Penilaian Status Gizi dalam Program Kesehatan Masyarakat.


Salah satu cara yang digunakan dalam penentuan status gizi masyarakat
adalah dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri.
Dalam penentuan status gizi suatu kelompok masyarakat, lebih baik kita
mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Nilai-nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan
nilai RUJUKAN yang dalam hal ini digunakan Rujukan WHO-2005).
2. Dengan menggunakan batas ambang (cut-off point) untuk masing-masing
indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan.
Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan :

a)
b)
c)
3.
4.

5.

Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk


menderita masalah kesehatan
Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3 memiliki resiko cukup tinggi (moderate) untuk menderita masalah kesehatan
Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita
masalah kesehatan
Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak
terjadi kerancuan dalam interpretasi.
Bila dalam masyarakat ada lebih dari 2,5% balita berada <-2 SD tetapi kurang
dari 0,5% berada <-3 SD kemungkinan besar penyebabnya masalahnya adalah kekurangan zat gizi karena berbagai faktor (kemiskinan, ketidak
tahuan, pola asuh yang berkaitan dengan penyakit)
Bila dalam suatu masyarakat ada lebih dari 2,5 % balita <-2 SD dan lebih dari
0,5% anak < -3 SD, maka masyarakat tersebut masih memiliki masalah
gizi yang perlu penanganan secara komprehensif terhadap akar masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai