Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia standar pelayanan kefarmasian di apotek telah diatur melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan. Dalam standar pelayanan kefarmasian ini
diatur mengenai sumber daya manusia, sarana prasarana, pengelolaan sediaan
farmasi, administrasi, pelayanan resep, pelayanan informasi obat, promosi
edukasi, konseling dan pelayanan residensial (home care).
Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan pengobatan dan
mengusahakan masyrakat memperoleh pengobatan dan pelayanan kesehatan yang
terbaik. Secara umum pelayanan kefarmasian melibatkan aktifitas untuk mencapai
kesehatan yang baik dan menghindarkan kesehatan yang buruk di masyarakat
dengan menggunakan obat yang menghasilkan efek terapeutik yang maksimum
dan menghindarkan efek samping yang tidak diharapakan. Untuk itu peran
apoteker atau pharmasis yang memiliki keterampilan sangat diperlukan dalam
praktek kefarmasian. Suatu kesalahan dalam praktek kefarmasian berpotensi
menimbulkan tragedi. Peran apoteker untuk pasien rawat jalan meliputi
compounding dan dispensing, konseling kepada pasien, meminimalkan kesalahan
pengobatan, meningkatkan kepatuhan pasien, monitoring terapi obat dan
meminimalkan biaya pengeluaran untuk obat.
Dalam proses dispensing, obat diserahkan kepada pasien secara individual
sebagai tanggapan atas preskripsi (lembar resep) yang dituliskan dokter. Dalam
pelayanan farmasi komunitas beberapa obat juga dapat diserahkan pada pasien
berdasarkan rekomendasi apoteker terutama obat yang memiliki tingkat keamanan
tinggi untuk keperluan swamedikasi.
Aktifitas apoteker dalam mengindividualisasi pasien meliputi fungsi klinis
dan compounding. Keahlian apoteker harus digunakan untuk penyesuaian dosis
dan frekwensi pemberian obat, serta pemilihan bentuk sediaan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien. Semua apoteker harus memperhatikan pilihan
obat untuk terapi yang akan diserahkan kepada pasien setelah proses
compounding. Apoteker terikat secara moral dan hukum untuk bertanggungjawab

atas pelayanan pasien dengan melakukan compounding dan dispensing suatu


preskripsi dengan tepat.
Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang obat, bentuk sediaan dalam
bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan
padat seperti serbuk, tablet, kapsul. Sediaan setengah padat seperti salep, cream,
pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk sediaan cair yaitu suspensi, larutan dan
emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu sediaan farmasi yang
beredar di pasaran, apotek, instalasi kesehatan maupun toko obat adalah sediaan
padat.
Sediaan padat memiliki keunggulan dibandingkan dengan sediaan bentuk cair,
antara lain:
1. Takaran dosis yang diberikan lebih tepat.
2. Dapat menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat.
3. Sediaan obat lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluarsa
dapat lebih lama.
4. Tempat penyimpanan lebih kecil.
5. Biaya transportasi dapat lebih murah serta tidak ada resiko botol hancur atau
pecah.
Sediaan padat juga mempunyai keterbatasan, antara lain:
1. Kesulitan menelan pada beberapa pasien, terutama anak-anak dan lansia.
2. Tidak dapat digunakan untuk pasien dalam keadaan tidak sadar atau yang
menggunakan tabung pernafasan.
3. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk diabsorbsi dalam tubuh
dibandingkan dengan bentuk sediaan cair.
4. Karena rasa yang pahit sehingga anak kecil sulit untuk bisa meminum obat.
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan
sediaan padat terdapat kelebihan dan kekurangan. Diharapkan agar dapat
mempertahankan kelebihannya dan mengatasi kekurangan tersebut dengan
membuatnya lebih baik lagi agar dapat diterapkan dalam dunia kerja dan bisa
didapatkan efek terapi yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik compounding untuk sediaan padat ?
2. Apa masalah compounding untuk sediaan padat ?
3. Bagaimana cara mengatasi masalah compounding untuk sediaan padat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan dan teknik
compounding sediaan padat.
2. Untuk mengetahui masalah apa yang terjadi pada proses compounding
sediaan padat.
3. Mampu mengatasi masalah yang terjadi pada sediaan padat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Compounding dan Dispensing
Menurut Lucia Hendriati 2013 compouding adalah tindakan yang meliputi
pembuatan, pencampuran, peracikan, pelabelan sediaan atau alat kesehatan atas
permintaan dokter, dapat juga atas inisiatif praktik professional apoteker untuk
penelitian, pengajaran dan analisa kimia yang tidak diperdagangkan.
Menurut USP 2004 Compounding merupakan proses melibatkan pembuatan
(preparation), pencampuran (mixing), pemasangan (asembling), pembungkusan
(packaging), dan pemberian label (labelling) dari obat atau alat sesuai dengan
resep dokter yang berlisensi atas inisiatif yang didasarkan atas hubungan
dokter/pasien/farmasis/compounder dalam praktek profesional.
Dispensing adalah aktivitas yang terjadi dalam waktu antara prekripsi
diterima dari pasien di loket sampai obat diserahkan ke pasien. Apoteker
3

bertanggung jawab untuk melakukan dispensing dengan teliti agar pengobatan


berjalan seperti yang dimaksud oleh dokter.
2.2 Teknik Compounding
Pencampuran merupakan salah satu pekerjaan yang sangat umum dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari (Lachman,1989). Pencampuran adalah proses yang
menggabungkan bahan-bahan yang berbeda untuk menghasilkan produk yang
homogen. Pencampuran dalam sediaan farmasi dapat diartikan sebagai proses
penggabungan dua atau lebih komponen sehingga setiap partikel yang terpisah
dapat melekat pada partikel dari komponen lain (Bhatt dan Agrawal, 2007).
Teknik compounding dapat dilakukan dengan cara :
-

Memperkecil ukuran partikeldapat digunakan dengan 3 metode :


1. Metode penggerusan dengan menggunakan mortar dan stemper
2. Metode levigasi: menghaluskan serbuk dengan bahan yang bukan
pelarutnya.
3. Metode inversensi: memperkecil ukuran dengan pertolongan bahan kedua

yang mudah dipisahkan. Biasanya bahan yang mudah menguap.


Mencampur (mixing), proses mixing dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Timbang bahan yang jumlahnya lebih sedkit, (serbuk A)
2. Timbang bahan yang jumlahnya lebih besar, (serbuk B)
3. Tambahkan serbuk B kedalam mortar sejumlah serbuk A yang ada di
mortir, gerus hingga tercampur rata.
4. Tambahkan kembali serbuk B lagi sejumlah campuran serbuk A dan B
yang ada di mortir, aduk hingga rata. Lakukan berulang hingga serbuk B

habis.
Proses pencampuran dapat dilakukan demgan mortir-stamper, botol, kantung
plastik, dan pengayak.
Untuk Proses pengkapsulan din apotek dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Setelah pencampuran serbuk selesai
2. Tentukan berat campuran serbuk sesuai kapsitas kapsul yang akan
digunakan.
3. Campuran serbuk diratakan pada papan menggunakan spatula dengan tebal
kira kira 1/3 dari panjang bahan kapsul.
4. Tangan tidak boleh menyentuh serbuk ketika mengisin kapsul.
5. Serbuk diisikan kedalam badan kapsul tersebut hingga penuh.
6. Timbang berat kapsul setelah di iisi.

7. Setelah diisi kapsul harus ditimbang satu persatu agar diperoleh berat kapsul
yang sama.
8. Jika serbuk susah dimasukan maka dimasukan menggunakan spatula
didorong dengan spatula direbahkan.
2.3 Proses Compounding
Menurut Lucia Hendriati tahun 2013:
1. Melakukan penilaian perskripsi untuk keamanan dan tujuan penggunaan
dan ketepatan dosis untuk pasien, termasuk penentuan beyond use date.
2. Lakukan perhitungan untuk menentukan jumlah bahan aktif yang
3.
4.
5.
6.

diperlukan
Memilih peralatan yang diperlukan dengan kebersihan yang terjamin
Menggunakan pakaian yang tepat dan mencuci tangan
Membersihkan area compounding dan peralatan
Menyusun semua bahan yang diperlukan untuk compounding dan

menyiapakn kemasan sediaan.


7. Bersihkan daerah peracikan dan alat yang diperlukan
8. Hanya satu resep yang harus diracik pada satu waktu dalam suatu
peracikan yang ditentukan.
9. Kumpulkan semua bahan bahan untuk meracik resep.
10. Racik sediaan dengan mengikuti catatan formularium.
11. Bubuhi keterangan catatan racikan dan jelaskan rupa sediaan
12. Beri label wadah resep dengan memasukan item berikut : a) nama
sediaan, b) Nomor indentifikasi internal, c) initial Compounder, d)
penyimpanan yang diperlukan, dan pernyataan yang diperlukan
berdasarkan undang undang.
13. Tandatangani dan beri tanggal resep yang mengesankan bahwa semua
prosedur telah dikerjakan untuk menjamin keseragaman, identitas,
kekuatan, kuantitas, dan kemurnian.
14. Bersihkan semua peralatan dan simpan dengan tepat.
2.4 Bentuk Sediaan Padat
Berikut ini adalah bentuk sediaan padat :
1. Sediaan Tablet
- Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
-

bahan pengisi (Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).


Tablet adalah sediaan padat yang mengandung dosis tunggal dari satu
atau lebih zat aktif dan umumnya diperoleh dengan mengkompresi
volume

yang

sama

dari

partikel-partikel

(Menurut

European

Pharmacopoiea Edisi VII (2011).


5

Sediaan tablet dalam formulanya terdiri atas bahan aktif dan bahan
tambahan. Bahan tambahan dalam formula tablet terdiri atas bahan
pengisi

(filler),

bahan

pengikat

(binder),

bahan

penghancur

(disintegrant), bahan pelican (lubricant), pelincir (glidant), pewarna


(colouring), perasa (flavouring).
2. Sediaan Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat dimana bahan obat dan atau bahan inert
dimasukkan dalam cangkang kecil gelatin.
3. Sediaan Pil
Pil adalah sediaan padat berbentuk bulat dan berukuran kecil,
dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam.
4. Sediaan serbuk
Sediaan serbuk adalah campuran kering bahan obat yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
2.5 . Stabilitas Obat Racikan
Proses compounding sediaan solid merupakan suatu proses agar
menghasilkan sedian yang memenuhi persyaratan mutu yaitu : aman, efektif dan
acceptable secara ketersediaan farmasetik dan ketersediaan hayati serta stabilitas
obat yang diracik tetap terjaga hingga waktu yang tercantum dalam label.
Stabilitas adalah jangka waktu dimana suatu produk atau sediaan tetap
memiliki sifat karakteristik yang sama dengan waktu dimana sediaan diproduksi
selama periode penyimpanan dan pemakaian dalam batas tertentu. Stabilitas
suatu obat itu bisa kita berikan ketika sedian solid yang kita racik itu selesai dan
di berikan kepada pasien yaitu dengan berupa beyond use date.
Umumnya klasifikasi degradasi sediaan farmasi disebabkan mekanisme
kimia, fisika dan biologi.
Terdapat perbedaan antara istilah expire date dan beyond use date:
- Expire date atau waktu kadaluarsa adalah lamanya waktu suatu sediaan
dimana kemurnian dan potensi suatu obat masih tetap. Waktu kadaluarsa
ditentukan berdasarkan penentuan dengan kenaikan temperature. Biasanya
-

untuk sediaan komersil.


Beyond use date adalah perkiraan interval waktu dimana sediaan yang
dicompound dapat diharapkan potensi dan kemurniannya tetap berdasarkan
cara penentuan umum, referensi pustaka atau percobaan stabilitas dengan
menggunakan kondisi pada waktu compounding.

Panduan umum beyond use date untuk sediaan padat : bahan aktif dibuat
dari produksi pabrik memiliki beyond use date 25% waktu kadaluarsa produk
pabrik atau 6 bulan, dipilih mana yang lebih cepat. Tanggal ini dapat diperpanjang
apabila ada informasi ilmiah yang valid sebagai pendukung stabilitasnya.
2.6 . Problema bentuk sediaan padat
1. Pada sediaan tablet : Pembentukan bagian yang lunak atau lembek akibat
adara udara yang masuk, warna berubah menjadi pucat.
2. Pada sediaan serbuk : adanya bagian serbuk

yang

mengeras

mengindikasikan adanya pertumbuhan bakteri.


3. Pada saat peracikan obat yang akan diracik sangat keras sehingga harus di
haluskan dengan tenaga yang cukup kuat. Jika menggunakan blender cukup
sulit karena jumlah obat sedikit.
4. Melakukan compounding suatu sediaan tablet yang hanya jumlahnya 1
tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian oral pada anak.
5. Melakukan compounding terhadap obat yang baunya sangat tidak enak dan
pahit dan ini ditujukan untuk pemakain anak anak.
6. Terjadinya kontaminasi dengan obat lain akibat dari mortar dan stamper
tidak dicuci dengan baik.
7. Penggunaan alat yang kurang tepat pada saat proses compounding dimana
jumlah tablet begitu banyak sehingga jumlah kadar tablet yang di racik
menjadi berkurang karena pada jatuh ke bawah.
8. Proses yang kurang benar tidak hati hati sehingga obat jatuh kelantai dan
ini membuat obat tercemar dengan bakteri.
9. Penggunaan ukuran cangkang kapsul yang kurang tepat.

BAB III
PEMBAHASAN
Sediaan solid terdiri atas berbagai bentuk, yaitu : tablet, kapsul, pil, granul
dan serbuk. Sediaan solid memiliki beberapa keuntungan dibandingkan sediaan
cair, antara lain : takaran dosis yang diberikan lebih tepat, dapat menghilangkan
atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, sediaan obat lebih stabil dalam
bentuk padat sehingga waktu kadaluarsa dapat lebih lama. Tempat penyimpanan

lebih kecil, biaya transportasi dapat lebih murah serta tidak ada resiko botol
hancur atau pecah. Sediaan solid sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena
praktis dalam hal penggunaan maupun kemasan.
Selain memiliki kelebihan, sediaan solid juga memiliki kekurangan yang
tidak kalah penting untuk ditangani dengan baik. Disiplin prosedur atau teknik
compounding harus diterapkan

agar sediaan farmasi tidak mengalami

pengurangan mutu dan stabilitas yang akan menyebabkan takaran atau dosis
berkurang dan tujuan pemakaian obat tidak tercapai.
Beberapa penyelesaian problem compounding dalam kegatan sehari hari
di apotek dapat dilakukan dengan cara :
1. Obat yang dimaksud benar.
2. Melakukan perhitungan dengan baik agar jumlah obat yang diracik benar.
3. Melakukan prosedur sesuai dengan aturan tanpa terlewati
4. Alat yang dipergunakan harus benar benar bersih.
5. Obat yang mudah menguap atau jumlahnya kecil bisa digunakan Saccharum
Laktis agar obat yang telah diracik tidak hilang atau menempel pada kertas.
6. Ukuran kapsul harus tepat agar tidak kurang isi atau isi yang terbuang karena
pemilihan cangkang kapsul yang terlalu kecil.
7. Obat yang akan dimasukan kedalam larutan syrup maka racikan harus benar
benar halus.
8. Jika ada obat yang

tidak boleh diracik tetapi dalam resep dokter harus

diracik, maka konsultasikan pada dokter yang menulis resep.


Ada banyak masalah yang dijumpai dalam pembuatan sediaan solid, baik
dalam pembuatan tablet, kapsul, pil, maupun serbuk. Berikut ini adalah masalahmasalah yang kerap ditemui dalam pembuatan tablet, suatu bentuk sediaan
farmasi yang paling umum diresepkan dan juga sebagai obat bebas yang paling
banyak jenis dan jumlahnya :
3.1. Pelekatan
Pelekatan (binding) dalam lubang kempa atau sulitnya pengeluaran tablet ke
luar lubang kempa biasanya disebabkan oleh lubrikasi yang tidak cukup.
Perlawanan (resistensi) tablet untuk keluar dari lubang kempa menyebabkan
mesin tablet berdecit dan menghasilkan tablet dengan pinggiran yang kasar serta
menyebabkan goresan vertikal pada pinggiran tablet. Hal yang ini dapat diatasi
dengan :

a. Meningkatkan lubrikasi
b. Menggunakan lubrikan yang lebih efisien
c. Menyempurnakan distribusi dengan pengayakan

melalui

saringan

pengayak 30 mesh dan mencampur dengan sebagian debu (fines) yang


d.
e.
f.
g.

diayak dari granulasi


Mengurangi ukuran granul
Meningkatkan kandungan lembap dari granul
Mengempa pada suhu dan/atau kelembapan yang lebih rendah
Menggunakan lubang kempa yang ditirus (tapered)

3.2. Sticking, Picking dan Filming


Sticking biasanya terjadi karena pengeringan yang tidak memadai atau
granulasi yang dilubrikasi sehingga permukaan tablet melekat pada permukaan
pons. Hal ini menyebabkan permukaan tablet tumpul, tergores atau berbintik.
Kondisi ini biasanya makin lama makin buruk. Apabila terjadi sticking, gaya
tambahan diperlukan untuk mengatasi gesekan antara tablet dan didnding kempa
selama pengeluarannya dari lubang kempa. Sticking yang serius pada waktu
pengeluaran dapat menyebabkan sumbing pada pinggir tablet dan dapat
menyebabkan

tepi

tablet

menjadi

kasar. Masalah

sticking

juga tidak

memungkinkan pons bawah bergerak bebas sehingga tekanan yang tidak biasa
pada lintas bubungan (cam-track) dan kepala pons menyebabkan kerusakan pons.
Sticking juga dapat menimbun bahan pada permukaan pons.
Picking adalah suatu bentuk sticking ketika bagian kecil granulmelekat
pada permukaan pons dan bertambah setiap putaran mesin tablet sehingga
membuat lubang pada permukaan tablet.
Filming adalah bentuk lambat dari picking dan sebagian besar karena
kelembapan berlebihan dalam proses granulasi, suhu tinggi atau hilangnya
permukaan pons yang terpoles karena aus. Berikut ini adalah penyebab umum dan
solusi sticking, picking dan filming :
Penyebab
Kelembapan berlebihan

Solusi
Turunkan kandungan lembap, keringkan
granul dan,/atau lengkapi ruangan dengan
pengondisi udara
Tambahkan adsorben yakni silika aerogel,
alumunium

hidroksida,

mikrokristalin
9

Titik leleh bahan yang rendah


Kohesi bahan individual tidak cukup
Serbuk berlebihan
Lubrikasi yang tidak cukup
Lubang kempa dan pons majal (tumpul)
Rancangan ukiran tidak sempurna

selulosa
Granulasi bahan seperti ini secara terpisah
Naikan tekanan pengempaan perlahan-lahan
Ayak serbuk yang berlebihan
Tingkatkan atau ganti lubrikan
Poles lubang kempa dan pons
Gunakan pinggiran yang bulat

Huruf atau logo pada pons sering menimbulkan sticking. Cacat ini dapat
diatasi dengan berbagai cara, antara lain :
a. Merancang huruf atau logo sebesar mungkin terutama pada pons dengan
diameter kecil, tablet atau memformulasi ulang tablet menjadi tablet yang
lebih besar
b. Melapis permukaan

pons

dengan

kromium

untuk

menghasilkan

permukaan yang licin dan tidak melekat.


Dalam beberapa hal, silika koloidal ditambahkan kedalam formula guna
bekerja sebagai zat pemoles dan membuat permukaan pons sedemikian licin agar
bahan tablet tidak melekat pada pons. Di sisi lain, karena sifat gesekan bahan,
lubrikasi tambahan mungkin diperlukan untuk mempermudah pelepasan tablet
dari lubang kempa. Kadang-kadang pengikat tambahan atau penggantian pengikat
dapat membuat granul lebih kohesif dan karenanya kurang melekat dibanding
sebelumnya.
Zat-zat dengan titik leleh rendah, misalnya zat aktif atau zat tambahan
seperti asam stearat dan polietilenglikol, dapat melunak karena panas pengempaan
dan menyebabkan sticking. Pengenceran zat aktif dengan bahan tambahanyang
memiliki titik leleh yang lebih tinggi dapat menolong dan akibatnya
meningkatkan ukuran tablet. Konsentrasi lubrikan dengan titik leleh yang rendah
dapat dikurangi atau dapat disubstitusi dengan bahan yang memiliki titik leleh
lebih tinggi. Apabila zat aktif dengan titik leleh rendah terdapat dalam konsentrasi
tinggi, pendinginan granul dan mesin tablet dapat dilakukan.
3.3.Kaping dan Laminasi
Kaping adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pemisahan sebagian atau keseluruhan mahkota atas atau bawah suatu tablet dari

10

tubuh utama tablet.Kaping terjadi apabila bagian atas tablet berpisah dari bagian
utama tablet dan terlepas sebagai suatu topi.
Laminasi adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan berbeda.
Penyebabnya sama seperti penyebab kaping, kecuali jika tablet membelah dan
pecah pada sisi dan dikeluarkan dalam dua bagian. Jika tablet mengalami laminasi
hanya pada stasiun tertentu, biasanya penyebabnya adalah komponen mesin tablet.
Masalah pada pemrosesan dapat terjadi segera setelah pengempaan, tetapi
kaping dan laminasi dapat terjadi beberapa jam atau bahkan beberapa hari
kemudian. Pengujian friabilitas tablet dapat memastikan hal tersebut.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kaping dan laminasi :
a. Menyemprot granul dengan air atau campuran air gliserin (bila granul
tidak cukup lembap)
b. Mengganti prosedur granulasi
c. Mengering ulangkan granul (bila terlalu lembap)
d. Meningkatkan jumlah pengikat atau melakukan regranulasi dengan
pengikat yang lebih sesuai
e. Menambahkan pengikat kering seperti amilum terpragelatinisasi, gom
arab, serbuk sorbitol, PVP, silika hidrofilik, atau serbuk gula
f. Meningkatkan jumlah atau mengganti lubrikasi atau mengurangi lubrikasi
g. Mengurangi kuantitas fine dengan pengayakan
h. Mengurangi diameter pons atas sebesar 0,0005 inci-0,002 inci tergantung
pada ukuran
i. Menggunakan pons yang ditirus (jika terdapat udara berlebihan dalam
granul)
3.4. Sumbing dan Retak
Sumbing merupakan tablet yang terpotong putus atau tercuil, biasanya pada
sekitar pinggiran tablet. Hal inni dapat disebabkan perkakas yang rusak atau
penyetelan sin,tasiun yang tidak oleh pemuaian tablet. Hal ini dapat terjadi
bersamaan dengan sumbing dan laminasi. Keretakan sering terjadi apabila
digunakan pons konkaf (cekung) yang dalam. Masalah ini dapat diatasi dengan:
a.
b.
c.
d.

Memoles permukaan pons


Mengurangi fines
Mengurangi ukuran granul
Mengganti pons yang tertoreh atau sumbing

11

e. Menambahkan pengikat kering seperti amilum pragelatinisasi, gom arab,


PVP, serbuk gula, serbuk halus gelatin, atau sirup jagung yang disemprot
kering
Retak yang disebabkan oleh kelembapan yang berlebihan dalam granul dapat
diatasi dengan mengeringkan kembali granul. Keretakan tablet yang disebabkan
oleh lubriksi dengan mengganti lubran yang tidak sesuai dapat diatasi dengan
mengganti lubrikan. Penyetelan pons yang tidak benar dapat menyebabkan
keretakan yang dapat diatasi dengan memeriksa kembali penyetelan pons.
3.5. Bercak-Bercak
Bercak-bercak adalah distribusi warna yang tidak merata pada tablet,
dengan daerah terang dan gelap yang menonjol pada permukaan yang seharusnya
seragam. Salah satu penyebab bercak-bercak adalah zat aktif yang warnanya
berbeda dengan eksipien tablet atau suatu zat aktif yang hasil penguraiannya
berwarna. Penggunaan zat warna dapat mengatasi hal ini, tetapi dapat
menciptakan masalah lain.Zat warna dapat menyebabkan bercak-bercak karena
bermigrasi

pada

permukaan

granulasi

selama

pengeringan.

Untuk

mengatasikesulitan ini, formulator dapat mengganti sistem pelarut, mengganti


sistem pengikat, mengurangi suhu pengeringan atau menghaluskan granul
menjadi ukuran partikel yang lebih kecil. Penggunaan zat pewarna dalam
formulasi kempa langsung, dapat menimbulkan bercak-bercak jika pewarna tidak
terdispersi dengan baik atau jika ukuran partikelnya terlalu besar.
Larutan gel adhesi yang diber warna tertentu dapat tidak terdistribusi dengan baik
karena larutan ini harus panas apabila ditambahkan pada campuran serbuk yang
jauh lebih dingin. Adhesif kemudian mengendap dari larutan dan membawa
sebagian besar pewarna kedalam endapan itu. Selanjutnya, pembasahan, bahkan
lewat pembasahan, d[perlukan untuk mendispersi pengikat dan pewarna. Namun,
pengadukan tambahan dan peningkatan aktivasi pengikat dapat menyebabkan
waktu disintregrasi tablet meningkat. Oleh karena itu akan lebih baik untuk
menambahkan serbuk adhesif yang halus, seperti gom arab dan tragakan ke

12

dalam produk sebelum penambahan cairan penggranulasi atau mendispersi zat


pewarna tambahan kering selama tahap pencampuran serbuk.
3.6. Variasi Bobot Tablet
Bobot tablet ditentukan oleh jumlah granul dalam lubang kempa sebelum
sediaan dikempa. Karena itu setiap hal yang dapat mengubah proses pengisian
lubang kempa dapat merubah bobot tablet dan menimbulkan variasi bobot.
Penyebab
Ukuran granul tidak sesuai
Bentuk granul

Solusi
Ganti ukuran granul
Buat granul sebulat mungkin

Kandungan fines
Perbedaan volume

meniadakan ruang udara yang tidak seimbang


Proporsi fines dibuat kurang dari 20% granul
Pengisian volume dalam lubang kempa harus

dengan

sedekat mungkin dengan hilangnya bobot


Pengendalian Aliran

jenis volume
Pilihan dan kuantitas lubrikan dapat diganti
untuk mengendalikan aliran granul. Lubrikan

Muatan elektrostatik

1-5% sudah cukup.


Dapat dihilangkan

dengan

granul

untuk

dengan

air

menyemprot
meningkatkan

konduktivitasnya agar elektrisitas dialirkan ke


Kelembapan

sekeliling mesin dan bumi


Jika granul terlalu basah, keringkan kembali

granul
Kecepatan pengempaan yang berlebihan
Kurangi kecepatan
Getaran dalam corong
Gunakan bantalan absorbsi corong
Rendahnya
kemampuan
mengerahkan Ganti pengisi dan tutup yang usang
gerakan granul

3.7. Ukuran dan Distribusi Ukuran Granul Sebelum Pengempaan


Variasi dan granul perbandingan granul kecil dan granul besar dan variasi
dalam besaran dari perbedaan ukuran granul mempengaruhi cara pengisian ruang
celah antara partikel-partikel. Jadi, walaupun volume sebenarnya dalam lubang
kempa pada dasarnya sama, perbandingan (proporsi) partikel besar dan kecil yang
berbeda dapat mengubah bobot isi dalam tiap lubang kempa. Selanjutnya jika
13

granul besar digunakan untuk mengisi lubang kempa yang kecil, granul yang
diperlukan relatif hanya sedikit.Sedikit perbedaan dari rata-rataukuran granul
dapat menimbulkan variasi persentase bobot yang tinggi. Jika rata-rata ratusan
granul diperlukan untuk mengisi lubang kempa, sedikit variasi dari rata-rata
ukuran granul akan menghasilkan variasi bobot yang kecil, asalkan rentang
ukuran vartikel sempit.
3.8. Aliran yang Buruk
Proses pengisian lubang kempa didasarkan pada aliran granul yang
kontinu dan seragam dari corong melalui bingkai pengisian. Apabila granul tidak
mudah mengalir, granul cenderung bergerak tak teratur melalui bingkai pengisi
sehingga beberapa lubang kempatidak terisi sempurna. Selain itu, lubang kempa
tidak akan terisi sebagaimana mestinyaapabila kecepatan mesin melebihi
kemampuan aliran granul. Penambahan glidan, seperti talk atau silika koloidal
atau peningkatan jumlah yang telah ada dapat memperbaiki aliran granul yang
buruk. Penginduksi pengisian lubang kempa, yang secara mekanik menekan
granulasi turun kedalam lubang kempa ketika lewat dibawah bingkai pengisian.
Aliran yang buruk melalui bingkai pengisian, biasanya merupakan suatu tanda
bahwa granulasi tidak mengalir dengan baik keluar corong. Ketika partikulat
padatan bergerak dibawah gaya gravitasi melalui lubang yhang semakin kecil,
partikel ini mengalami tekanan yang tak seimbang dari atas atau samping massa.
Tergantung pada geometri corong, hal-hal yang dapat terjadi pada granul didalam
corong akibat aliran buruk adalah melengkung (arching), membentuk jembatan
(bridging) atau membentuk liang tikus (rat holing).
Aliran buruk dapat dikendalikan dengan penggetar yang menempel pada
sisi corong untuk menginduksi aliran granulasi, Meskipun demikian, kadang alat
ini menimbulkan masalah karena kebanyakan granul tablet terdiri dari bahanbahan dengan rentang ukuran partikel, penggetaran atau tindakan pencampuran
dari alat peningkat aliran dapat menginduksi pemisahan dan stratifikasi partikelpartikel. Partikel-partikel yang lebih besar cenderung naik sementara partikelpartikel yang lebih kecil bergeser turun. Klasifikasi ukuran partikeltidak hanya
menyebabkan perubahan besar dalam bobot tablet dan variasi bobot tetapi juga

14

dapat menimbulkan keseragaman kandungan yang buruk karedistribusi secara


seragam diantara partikel yang lebih besar dan yang lebih kecil. Aliran partikulat
yang buruk mungkin tidak disebabkan oleh granulasi, tetapi oleh rancangan
corong granulasi yang buruk, yang dapat diperparah oleh lekukan yang secara
efektif memutus aliran.
3.9. Pencampuran yang Buruk
Kadang-kadang lubrikan dan glidan tidak terdistribusi sama sekali. Aliran
partikel kemudian rusak dan granul tidak bergerak secara efisien kedalam lubang
kempa. Ada kecenderungan untuk meminimalkan waktu pencampuran selama
penambahan lubrikan untuk mencegah atau mengurangi friabilitas granul, tetapi
pencampuran yang tidak memadai pada tahap ini dapat menyebabkan aliran
granulasi yang tidak memuaskan
3.10.Variasi Pons
Apabila pons bawah tidak sama panjangnya,

perbedaan yang hanya

beberapa per seribu inci dapat menyebabkan pengisian dalam tiap lubang kempa
bervariasi karena isi bersifat volumetrik.
3.11. Variasi Kekerasan
Kekerasan tergantung pada bobot bahan dan celah ntara pons atas dan
pons bawah pada waktu pengempaaan. Jika volume bahan atau jarak antara pons
bervariasi, kekerasan juga bervariasi.

15

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Teknik compounding sediaan padat dapat dilakukan dengan cara :
a. Memperkecil ukuran partikel dengan metode penggerusan, levigasi
dan inversensi.
b. Pencampuran (mixing).
2. Problema compounding sediaan padat yang sering ditemui perubahan
fisik sediaan, degradasi biologi dan human error.
3. Problema compounding sediaan padat dapat diminimalisir dengan cara
melakukan aktivitas sesuai prosedur, teliti, meningkatkan ketrampilan
sehingga tidak terjadi kontaminasi, kesalahan dalam penanganan /
penyimpanan sediaan.
4.2 Saran
Untuk meminimalkan terjadinya kesalahan dalam proses compounding
sebagai compounder perlu untuk memperhatikan dengan penuh ketelitian
tentang hal yang dapat mempengaruhi proses mulai dari pembacaan resep
sampai pemberian etiket atau label pada sediaan yang telah dibuat yang
akan diserahkan kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

16

Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
Bhatt, Bhawna and Agrawal, S.S .2007. Pharmaceutical Engineering Mixing.
Delhi Institute of Pharmaceutical Science and Research Sector 3. Pushp
Vihar. New Delhi
Lachman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI
Press.
Hadisoewigyo. L dan Fudholi.A.2013. Sediaan Solida. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hendriati Lucia. 2013. Compounding dan Dispensing. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siregar, Charles JP. 2010. Sediaan Tablet. Jakarta : EGC. Hal 254-264.

17

Anda mungkin juga menyukai