Anda di halaman 1dari 7

INDUKSI PERSALINAN

Induksi persalinan adalah suatu usaha mempercepat persalinan dengan tindakan


rangsangan kontraksi uterus. Induksi persalinan dapat bersifat mekanis, atau secara kimiawi
(medikamentosa). Sebelum melakukan induksi, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Penilaian serviks
Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada skor pelvis.
Jika skor >6, biasanya induksi cukup dilakukan dengan oksitosin. Jika < 5, matangkan
serviks lebih dahulu dengan prostaglandin atau kateter Foley.

OKSITOSIN
Oksitosin digunakan secara hati-hati karena dapat terjadi gawat janin dari hiperstimulasi.
Walaupun jarang, dapat terjadi ruptura uteri, terutama pada multipara. Selalu lakukan
observasi ketat pada pasien yang mendapat Oksitosin.
Dosis efektif oksitosin bervariasi. Infus oksitosin dalam dekstrose atau garam fisiologik,
dengan tetesan dinaikkan secara bertahap sampai his adekuat. Pertahankan Tetesan sampai
persalinan.
Pantau denyut nadi, tekanan darah, dan kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung
janin (DJJ).
Kaji ulang indikasi induksi.
Baringkan ibu hamil miring kiri.
Catat semua pengamatan pada partograf tiap 30 menit
- Atur kecepatan infus oksitosin (Lihat Tabel);
- Frekuensi dan lamanya kontraksi;

- Denyut jantung janin (DJJ). Dengar DJJ tiap 30 menit, dan selalu langsung setelah
kontraksi. Apabila DJJ kurang dari 100 per menit, segera hentikan infus.
Ingat : Ibu dengan infus Oksitosin Jangan ditinggal sendirian.
Infus oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau garam fisiologik) mulai dengan 10
tetes per menit (Lihat Tabel)
Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat (3 kali

tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) dan pertahankan sampai terjadi kelahiran.

Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4 kali
kontraksi dalam 10 menit, hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi dengan:
- terbutalin 250 mcg IN. pelan-pelan selama 5 menit, ATAU
- salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan (garam fisiologik atau Ringer Laktat) 10 tetes
per menit.
Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40
detik) setelah infus oksitosin mencapai 60 tetes per menit:
- Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekslrose (atau
garam fisiologik) dan sesuaikan kecepatan infus sampai 30 tetes per menit (15
mIU/menit);
- Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi

adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) atau setelah
infus oksitosin mencapai 60 tetes per menit.
Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi:
- Pada multigravida, induksi dianggap gagal, lakukan seksio sesarea.
- Pada primigravida, infus oksitosin bisa dinaikkan konsentrasinya yaitu:
10 unit dalam 500 ml dekstrose (atau garam fisiologik) 30 tetes per menit.
Naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat.
Jika kontraksi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes per menit (60 mIU per menit), lakukan
seksio sesarea .
Catatan : Jangan Berikan Oksitosin 10 Unit dalam 500 CC pada multigravida dan pada
bekas seksio sesaria
PROSTAGLANDIN
Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi persalinan.
Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin
(DJJ). Catat semua pengamatan pada partograf.
Kaji ulang indikasi.
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg atau gel 2-3 mg ditempatkan pada forniks
posterior vagina dan dapat diulangi 6 jam kemudian (jika his tidak timbul).
Pantau DJJ dan his pada induksi persalinan dengan Prostaglandin.
Hentikan pemberian prostaglandin dan mulailah infus oksitosin, jika:
- ketuban pecah,
- pematangan serviks telah tercapai,
- proses persalinan telah berlangsung,
- ATAU pemakaian prostaglandin telah 24 jam.

MISOPROSTOL
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pada kasus-kasus tertentu
misalnya:
- preeklampsia berat/eklampsia dan serviks belum matang sedangkan seksio sesarea belum
dapat segera dilakukan atau bayi terlalu prematur untuk bisa hidup;
- kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum in partu, dan terdapat tanda-tanda
gangguan pembekuan darah.
Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak timbul
dapat diulangi setelah 6 jam.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg tiap 6
jam.
Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4 dosis atau 200 mcg.

Misoprostol mempunyai risiko meningkatkan kejadian ruptura uteri. Oleh karena itu, hanya
dikerjakan di pelayanan kesehatan yang lengkap (ada fasilitas bedah sesar).
KATETER FOLEY
Kateter Foley merupakan alternatif lain di samping pemberian prostaglandin untuk
mematangkan serviks dan induksi persalinan.
Catatan : Jangan menggunakan Kateter Folley Jika ada riwayat perdarahan, Ketuban Pecah,
pertumbuhan Janin terhambat, atau infeksi Vaginal.
Kaji ulang indikasi.
Pasang spekulum DTT di vagina.
Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan menggunakan forseps DTT.
Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri internum.
Gembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air.
Gulung sisa kateter dan letakkan di vagina.
Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai 12 jam.
Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian lanjutkan dengan infus
oksitosin.
AKSELERASI PERSALINAN DENGAN OKSITOSIN
Kaji ulang indikasi.
Pemakaian infus oksitosin sama seperti untuk induksi persalinan (Lihat hal diatas ).

Tidak boleh dilakukan induksi pada : 1) Panggul sempit 2) Kelainan letak bayi, 3)Bekas
Cesar (relatif) 4) Primi gravida tua (anak I usia >35 tahun)dengan komplikasi obstetri dan
medis 5)Kelainan jantung 6)Kehamilan risiko tinggi 7) Adanya tumor di rongga pnggul.

Anda mungkin juga menyukai