1
ABSTRAK
Tujuan :Untuk mengetahui perbedaan fungsi seksual pada pasca Total Abdominal
Hysterectomy (TAH) dan Supra Vaginal Hysterectomy (SVH)di RSUP Sanglah
Denpasar.
Bahan dan cara kerja : Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional
analitik. Sampel diambil secara consecutive sampling dari bulan Januari 2011
sampai Januari 2012. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
didapatkan 28 sampel, terdiri dari 14 pasca TAH dan 14 pasca SVH, masing-
masing sesuai umur ibu, paritas, dan pendidikan, selanjutnya fungsi seksual
dinilai dengan pengisian kuisioner FSFI (Female Sexual Function Index). Skor
total kuisioner dianalisa dilakukan dengan uji t-independent. Untuk mengetahui
perbedaan fungsi seksual dipakai uji Chi-Square.
Hasil : Diperoleh rerata umur pada kelompok pasca TAH dan SVH masing-
masing 43,00±1,96 dan 41,71±2,95 dengan p=0,077. Rerata paritas pada
kelompok pasca TAH dan SVH masing-masing 2,00±0,96 dan 1,93±1,43 dengan
p=0,297 dan Rerata pendidikan pada kelompok pasca TAH dan SVH masing-
masing 10,64±3,65 dan 7,79±4,71 dengan p=0,069. Hal ini berarti bahwa
karakteristik subyek kedua kelompok adalah sama sehingga pengaruhnya terhadap
hasil penelitian dapat diabaikan. Rerata skor total FSFI pada kelompok pasca
TAH dan SVH masing-masing 25,5±2,91 dan 28,26±3,17, dengan hasrat seksual
(p=0,272), rangsangan (p=0,239), lubrikasi (p=0,014), orgasme (p=0,010),
kepuasan (p=0,061), nyeri (p=0,037).Fungsi seksual diuji Chi-Square, didapatkan
berbeda bermakna (p=0,042).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan fungsi seksual pasca TAH dibandingkan
dengan pasca SVH.
2
ABSTRACT
3
BAB I
PENDAHULUAN
karenaapabila uterus harus diangkat, maka seorang wanita tidak lagi dapat
usia reproduksi. Setiap tahun di Amerika Serikat (AS) sekitar 600.000 wanita
dilakukan histerektomi (Meston, 2004; Katz, 2005).Dari tahun 2000 hingga 2004,
tertinggi pada wanita berusia 40-44 tahun. Indikasi yang sering dikaitkan dengan
per abdominal yaitu Total Abdominal Hysterectomy (TAH) dan Supra Vaginal
Gangguan fungsi seksual wanita adalah gangguan yang terjadi pada salah
satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal.Untuk menilai
4
fungsi seksual wanita digunakan indeks fungsi seksual wanita atau Female Sexual
wanita yang menjalani histerektomi karena tumor jinak selain prolap uterus
dkk., 2003). Penelitian random terhadap 158 pasien TAH dan 161 pasien SVH
bahwa tidak ada perbedaan kehidupan seksual pada kedua kelompok (Gimbel
laparoskopi selama enam bulan, disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna
antara TAH dan SVH laparoskopi terhadap kualitas seksual (Nam dkk., 2008).
Penelitian pada 120 pasien yang dilakukan histerektomi untuk tumor jinak di RS
St Olav, terdiri dari 60 pasien TAH dan 60 pasien SVH, tahun 2001-2003,
histerektomi baik pasien TAH maupun SVH (Lonnee dkk., 2006). Penelitian
dengan membandingkan fungsi seksual dan kualitas hidup pada 135 pasien mioma
dan Dysfungsional Uterine Bleeding (DUB) yang menjalani operasi TAH dan
SVH, dilaporkan kualitas kehidupan seksual selama dua tahun adalah sama pada
5
of Cornell University, fungsi seksual dilaporkan lebih menurun pada TAH
kelompok pasca TAH dan SVH masing-masing 43% dan 6%, dengan p=0,03
Jakarta, terhadap pasien pasca TAH pada kelainan ginekologi jinak dalam waktu
tiga sampai enam bulan pasca operasi, ditemukan penurunan fungsi seksual pada
Soetomo Surabaya, pada 40 penderita tumor jinak genitalia yang telah menjalani
tindakan SVH dan TAH, pasca operasi dengan uji t-independentdidapatkan skor
fungsi seksual pasca SVH lebih baik secara bermakna dibandingkan pasca TAH
dalam hal gairah p=0,007, arousal p=0,011, lubrikasi p=0,011, orgasme p=0,008
dan nyeri p=0,011 (Kurniawati dkk., 2008). Penelitian terhadap pasien pasca TAH
dan SVH ditemukan adanya penurunan fungsi seksual pada TAH lebih tinggi dari
SVH, karena pada TAH terjadi kehilangan serviks sehingga hilangnya stimulasi
6
penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan fungsi seksual pada pasca TAH
Sanglah Denpasar.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi klinisi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Histerektomi
dilakukan oleh ahli kandungan.Ada beberapa tipe histerektomi yaitu TAH, SVH,
mengangkat seluruh uterus termasuk serviks, korpus, dan fundus uteri.SVH jika
uterus, serviks, bagian atas vagina, dan jaringan sekitarnya. Pada prosedur
laparoskopi)(Rasjidi, 2008).
8
Histerektomi memiliki komplikasi operasi seperti : hematoma, infeksi,
kemih, kandung kemih atau rektum selama operasi, hilangnya fungsi ovarium
pada TAH-BSO sehingga terjadi menopause lebih awal, dan gangguan fungsi
Pada dasarnya dorongan seksual (sexual desire) pria dan wanita sama saja,
yaitu dipengaruhi oleh hormon seks, faktor psikis, rangsangan seksual yang
disebut siklus reaksi seksual. Reaksi seksual tidak hanya terjadi pada organ
kelamin saja, tetapi juga pada bagian tubuh yang lain. Bahkan, secara psikis juga
terjadi perubahan. Siklus reaksi seksual dibagi dalam empat fase menurut Masters
and Johnson, yaitu : fase rangsangan (excitement phase), fase datar (plateau
phase), fase orgasme (orgasm phase), fase resolusi (resolution phase), dapat
dilihat pada gambar 2.2 (Winkjosastro, 1994; Arcos, 2004; Pangkahila, 2005;
Pratamagriya, 2009;).
9
Gambar 2.2 Model respon seksual wanita oleh Masters dan Johnson
(Anonim,Available at www.arhp.org/factsheets, 2008)
Respon seksual pada wanita dapat timbul dari hal-hal yang sederhana,
seperti tatapan mata yang penuh arti, kata-kata yang manis, dan menyenangkan,
vena menyempit sehingga darah berkumpul pada pembuluh darah di klitoris, yang
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan fase perangsangan pada pria,
10
Gambar 2.3 Fase eksitasi
(Sumber : Pratamagriya, 2009)
sepertiga luar dinding vagina dan perangsangan seksual lebih hebat.Keadaan ini
meningkatkan hasrat hingga mencapai puncak gairah yang disebut plateau. Otot-
otot vagina akan berkontraksi, membuat klitoris semakin tegang dan kelenjar
dengan itu payudara pun membesar dan menegang, sementara rangsangan terasa
seksual.Perlu diketahui bahwa fase orgasme ini dapat berlangsung tanpa adanya
11
stimulasi fisik yang nyata, misalnya melalui berbagai bentuk fantasi seksual.Fase
ini terpusat didaerah klitoris, vagina, dan uterus.Pada puncak fase orgasme, otot-
otot sekitar vagina, uterus, perut bagian bawah, dan anus mengalami kontraksi
dan jeda yang sangat singkat.Tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi
pernafasan mencapai puncaknya dan kendali tonus otot-otot lurik menjadi hilang
yang pada beberapa wanita secara tidak sadar meluruskan jari-jari kakinya saat
detak jantung, dan tekanan darah menjadi normal dan teratur kembali secara
2.6(Pratamagriya, 2009).
12
Gambar 2.6 Fase Resolusi
(Sumber : Pratamagriya, 2009)
wanita dapat menjadi subyek rangsangan. Model ini menyatakan proses fungsi
seksual pada wanita lebih kompleks dibandingkan pria. Fungsi seksual wanita
13
Gambar 2.7 Model Non Linier
(Sumber : Basson, 2005)
Gangguan fungsi seksual wanita adalah suatu gangguan yang terjadi pada
salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal.
respon seksual wanita oleh Masters dan Johnson, ada enam jenis gangguan fungsi
5. Dispareunia
6. Vaginismus
14
2.2.2.1 Gangguan hasrat seksual hipoaktif (hypoactive sexual desire disorder)
ditandai dengan pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmis pada otot-otot
2.2.2.5 Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri di daerah genital sebelum, pada saat, dan setelah
2.2.2.6 Vaginismus
15
2.2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan fungsi seksual wanita
terdiri dari faktor fisiologi, organik, dan psikososial (Pangkahila, 2005; Windhu,
2009).
a. Siklus menstruasi
teratur.
b. Kehamilan
trimester kedua karena wanita telah bisa menyesuaikan diri dengan kondisi
c. Menopause
16
hormon estrogen sehingga menyebabkan terjadinya atropi lapisan dinding
vagina.
ketika salah satu pasangan menginginkan seks lebih dari yang lainnya atau
17
2.2.4 Pengukuran fungsi seksual wanita
instrumen multidimensi berupa kuisioner yang bersifat self report yang telah teruji
2005):
dihasilkan oleh kelenjar bartholin yang terdapat diantara himen dan labia
minora. Lubrikasi terjadi saat wanita terstimulasi baik secara fisik maupun
psikis.
18
mengurangi stress dan meningkatkan kedekatan hubungan emosional
dengan pasangan.
maupun psikologis.
Indek fungsi seksual wanita dinyatakan baik apabila diperoleh skor ≥30,
sedang apabila diperoleh skor 23 sampai 29 dan buruk apabila skor < 23 (Miocic
dkk., 2008)
orgasme, dan nyeri (Goldstein, 2003). Gangguan fungsi seksual wanita pasca
lokal dan gangguan vaskularisasi, dan gangguan hormonal (Mokate dkk., 2006).
19
polos pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya aliran darah ke klitoris,
labia, dinding vagina, dan terjadinya lubrikasi pada vagina (Murrel dkk., 2008).
kommunis. Pleksus ini dibentuk dari pleksus simpatis aortikus dan cabang-cabang
medial arteri iliaka interna dan cabang-cabangnya dan lateral terhadap rektum.
Pleksus ini dihubungkan satu sama lain oleh serabut saraf parasimpatis yang
1994).
berjalan ke pleksus hipogastrika inferior dekstra dan sinistra dan tersebar ke organ
neuron postganglioner yang terletak baik pada pleksus hipogastrika inferior atau
pada dinding organ dalam pelvis. Pleksus uterovaginal terletak pada dasar
ligamentum latum dan terletak lateral terhadap insersi ligamentum uterosakral dan
20
kardinal ke dalam uterus. Saraf ini berlanjut terus ke superior sepanjang uterus
cedera pada serat otonom dari vagina, labia, dan serviks dapat terjadi selama
uterovaginal.Serat sarat simpatik dan para simpatik dari pleksus ini melayani
serviks dan bagian atas vagina seperti uretra, bulbus vestibuler, dan klitoris
segmen sakral yang sama, saraf pudendal lebih bersifat somatik daripada saraf
sebagian besar berasal dari pleksus ovarika yang menyertai pembuluh ovarika,
beberapa berasal dari pleksus yang mengelilingi cabang ovarika dari arteri uterina.
Ovarium sangat kaya dengan serabut saraf tak bermielin, yang sebagian besar
21
Gambar 2.8 Persarafan organ reproduksi wanita
(Sumber :Starr, 2006)
pada jalur saraf pada vagina bagian atas berpengaruh pada lubrikasi dan orgasme.
Masters dan Jonson menyatakan pencetus respon seksual pada wanita adalah
gairah sexual dan orgasme (Katz, 2005). Jewett memeriksa kemungkinan bahwa
22
ujung saraf dalam pleksus uterovaginal hilang oleh histerektomi dengan
pleksus yang lewat di bawah arteri uterina ikut rusak sepanjang cabang
rusak selama diseksi tumpul uterus dan serviks, c) diseksi yang luas pada jaringan
para vaginal merusak nervus pelvikus yang lewat dari sisi lateral vagina, d)
berhubungan dengan pleksus tersebut. Oleh karena itu, pada beberapa wanita
terjadi perubahan fungsi seksual pasca TAH seperti hilangnya atau berkurangnya
libido, dan hasrat seksual (Roovers dkk., 2003). Demikian pula dengan orgasme
kontraksi ritmis otot uterus akibat dari cedera saraf tersebut (Goldstein, 2003).
Uterus dilayani oleh arteri uterina sinistra dan dekstra yang terdiri dari
ramus ascendens dan ramus desendens. Arteri ini berasal dari arteri iliaka interna
melalui dasar ligamentum latum, masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-
kira 1,5 cm dari forniks vagina. Pembuluh darah lain yang melayani uterus adalah
arteri ovarika sinistra dan dekstra, berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui
23
ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba fallopi, beranastomosis dengan
ramus asendens arteri uterina di sebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Darah
Vagina juga mendapat darah dari 1) arteri uterina, yang melalui cabangnya
ke serviks dan vagina memberikan darah ke bagian 1/3 atas vagina; 2) arteri
vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberi darah ke vagina bagian 1/3
memberikan darah ke bagian 1/3 bawah vagina. Darah kembali melalui pleksus
vena antara lain pleksus pampiniformis, ke vena hipogastrika dan vena iliaka ke
klitoris, vagina, dan serviks, yang menimbulkan gangguan fungsi seksual berupa
24
menyebabkan peningkatan aliran darah ke vagina dan klitoris.Ini membantu
terdapat penurunan fungsi seksual sebesar 15-37% (Zippe dkk., 2005; Salonia
Rumah Sakit Khon Kaen di Thailand, terhadap 80 wanita yang sudah menikah,
usia≤45 tahun, yang akan dilakukan TAH dengan atau tanpa salfingo-ooforektomi
pasca histerektomi dan memiliki dampak positif pada fungsi seksual (Punushapai,
2006). Penelitian yang dilakukan terhadap 1101 wanita umur rata-rata 43 tahun,
wanita sebelum dan pasca histerektomi totalis pada bulan ke-3, ke-8 dan ke-18,
dilaporkan kepuasan seksual meningkat secara bermakna baik dalam hal gairah
25
seksual maupun orgasme (Goetsch, 2005).Penelitian prospektif di Rumah Sakit
menjalani histerektomi karena tumor jinak selain prolap uterus simptomatis dan
pasca histerektomi vaginal, sub total maupun abdominal total. Menetap dan
berkembangnya masalah selama aktivitas seksual hampir sama pada ketiga tehnik
Penelitian random terhadap 158 pasien TAH dan 161 pasien SVH bahwa
Penelitian lain melaporkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada fungsi
pasien SVH dan 100 pasien TAH pada tahun 2007, dinyatakan bahwa dispareunia
dan frekwensi hubungan seksual tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok
berpartisipasi dengan kuisioner melalui telepon pasca TAH atau dengan TAH-
BSO, disimpulkan bahwa pengaruh dari TAH atau TAH-BSO terutama pada
hasrat seksual dan jumlah bersanggama setiap minggu dan estrogen pada periode
paska operatif tidak banyak perbedaan diantara kedua grup(Kuscu dkk., 2004).
selama enam bulan, disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara TAH
maupun SVH laparoskopi terhadap kualitas seksual (Nam dkk., 2008). The
26
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada gangguan fungsi dan
kepuasan seksual pada TAH dengan SVH (Johnson dkk., 2005). Penelitian pada
120 pasien yang dilakukan histerektomi untuk tumor jinak di RS St Olav, terdiri
dari 60 pasien TAH dan 60 pasien SVH, tahun 2001-2003, dilaporkan tidak ada
pasangannya, 12% pada TAH dan 4% pada SVH (Lonnee dkk., 2006). Penelitian
dengan membandingkan fungsi seksual dan kualitas hidup pada 135 pasien
myoma dan DUB yang menjalani operasi TAH dan SVH. Dilaporkan kualitas
seksual dan hidup selama dua tahun sama pada TAH maupun SVH(Kuppermann
dkk.,2005).
dengan TAH, dilaporkan bahwa fungsi seksual lebih menurun pada TAH
pasca TAH dan SVH masing-masing 43% dan 6%, dengan p=0,03 (Saini dkk.,
pasien pasca TAH pada kelainan ginekologi jinak dalam waktu 3 sampai 6 bulan
2004). Begitu juga penelitian cross sectional di RSU dr Soetomo Surabaya, pada
40 penderita tumor jinak genitalia yang telah menjalani tindakan SVH dan TAH,
pasca operasi dengan uji t-independentdidapatkan skor fungsi seksual pasca SVH
lebih baik secara bermakna dibandingkan TAH dalam hal gairah p=0,007, arousal
27
dkk., 2008). Penelitian terhadap 68 pasien yang menjalani histerektomi oleh
fungsi seksual akibat depresi mayor pasca TAH lebih tinggi sebesar
TAH dengan SVH ditemukan adanya penurunan fungsi seksual pada TAH lebih
tinggi daripada SVH, karena pada TAH terjadi kehilangan serviks sehingga
pasien, dilaporkan bahwa pada pasca SVH diperoleh gangguan kecemasan sebesar
28
BAB III
servik berperan penting pada rangsangan seksual dan orgasme.Oleh karena itu,
setelah histerektomi karena hilangnya kontraksi ritmis otot uterus akibat dari
29
Pasca TAH Pasca SVH
- Usia
- Pendidikan
- Paritas
- Diabetes mellitus
- Endometriosis
- TAH-BSO
Sanglah Denpasar.
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
analitik.
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Populasi target pada penelitian ini adalahpasien pasca TAH dan SVH.
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua pasien pasca TAH
31
4.2.3 Kriteria eligibilitas
3. Sudah menikah
informed consent.
1. Diabetes mellitus
2. Endometriosis
3. TAH/SVH-BSO
4. Keganasan ginekologi
2
( z 2 PQ z P1Q1 P2Q2 )
n1 n2
( P1 P2 ) 2
z = deviat baku beta, untuk kesalahan tipe II ditetapkan 20% maka z = 0,84
32
P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna, dalam penelitian
P1 P2
P = proporsi total = = 0,25
2
Q2 = 1-P2 = 0,94
Q1 = 1-P1 = 0,57
Q = 1-P = 0,75
n1 = n2 = 12
4.2.5Teknik penentuansampel
sampling.
1. Fungsi seksual adalah tingkat atau derajat fungsi seksual pada wanita yang
dengan tabel yang dapat dilihat pada lampiran. Indeks fungsi seksual wanita
dinyatakan baik apabila diperoleh skor ≥30, sedang apabila diperoleh skor
33
23-29 dan buruk apabila skor <23.
6. Diabetes mellitus adalah meningkatnya kadar gula darah acak ≥ 200 mg/dl
8. Usia adalah umur dinyatakan dalam tahun yang didapatkan dari kartu tanda
10. Paritas adalah jumlah janin viabel yang dilahirkan, diperoleh dari rekam
34
medis pasien.
11. Menikah adalah status yang tertulis pada kartu tanda penduduk, hingga saat
12. Keganasan ginekologi adalah berbagai tumor ganas dari organ kandungan,
antara lain kanker servik, ovarium dan endometrium. Data tersebut diperoleh
maupun progesterone pasca TAH dan SVH dengan atau tanpa USO, yang
14. Kemoterapi adalah pemberian tambahan kemoterapi pasca TAH dan SVH
4.5.1 Tempat Penelitian :di poliklinik bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4.5.2 Waktu penelitian :selama 1 tahun mulai bulan Januari 2011 atau sampai
Populasi target pada penelitian ini adalah wanita pasca TAH dan
SVH.Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua pasien wanita dengan
35
2011 sampai jumlah sampel terpenuhi. Dari populasi terjangkau tersebut
penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini, selanjutnya bagi yang
melakukan sendiri pengisian kuisioner tanpa didampingi pihak lain pada ruangan
yang telah disediakan oleh peneliti dan peneliti melakukan anamnesis dan
tidak mampu atau kesulitan untuk membaca maka peneliti akan membantu untuk
36
Wanita pasca histerektomi
Kuisioner FSFI
ANALISIS DATA
analisis dengan perangkat lunak komputer The Statistical and Service Solution
c. Uji perbedaan antar kelompok TAH dan SVH dengan uji t-independent bila
data normal, atau menggunakan uji Mann Whitney bila data tidak normal.
d. Perbedaan fungsi seksual berdasarkan kategori baik, sedang dan buruk, diuji
dengan Chi-Square.
37
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan
Januari 2012 telah terkumpul 28 orang pasien yang terdiri dari 14 pasca TAH dan
14 pasca SVH.
38
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat pendidikan antara kedua
dan SVH dipakai uji Chi-square, yang dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Perbedaan Fungsi Seksual padaKelompok Pasca TAH dan SVH
Fungsi Seksual
Tindakan Baik Sedang Kurang X2 P
6,349 0,042
Pasca SVH 7(25,0%) 6 (21,4%) 1 (3,6%)
pada fungsi seksual antarakelompok pasca TAH dengan kelompok pasca SVH.
39
BAB VI
PEMBAHASAN
seksualitas, aktivitas seksual wanita terbaik tercapai pada usia muda selanjutnya
akan turun pada usia tua (Huangdkk., 2008). Paritas juga berpengaruh terhadap
dua anak, pandangan ini tak jarang menyebabkan terbatasnya peranan hubungan
mereka sulit untuk melakukan hubungan seksual hanya atas dasar rekreasi belaka
juga masih diperdebatkan. Tingkat pendidikan yang cukup baik, pengaruh mitos
yaitu informasi yang berkaitan dengan kepuasan seksual yang sebenarnya salah,
tetapi dianggap benar karena telah beredar lama, bahkan dari generasi ke generasi
akan semakin rendah karena mereka tahu informasi tersebut salah dan
secara negatif dengan kepuasan seksual,hal ini berkaitan dengan dukungan suami
Pada penelitian cross sectional dengan 28 orang sampel yang terdiri atas
14 pasca TAH dan 14 pasca SVH ini terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
umur dan paritas untuk mengetahui apakah kedua kelompok berdistribusi normal
dengan uji Saphiro Wilk. Uji normalitas umur pada kelompok pasca TAH dan
40
SVH masing-masing p=0,087 dan p=0,077. Uji normalitas paritas pada kelompok
pasca TAH dan SVH masing-masing p=0,064 dan p=0,297. Nilai p>0,05 berarti
data umur dan paritas berdistribusi normal sehingga bisa dilanjutkan dengan uji t-
Rerata paritas pada kelompok pasca TAH dan SVH masing-masing 2,00±0,96 dan
dengan uji Chi-Square didapatkan p=0,064. Hal ini berarti bahwa karakteristik
6.2 Perbedaan Fungsi Seksual pada Kelompok Pasca TAH dan SVH
hasrat pada kelompok pasca TAH dan SVH masing-masing 4,11±0,52 dan
4,16±0,55 dengan p=0,272, rerata rangsangan pada kelompok pasca TAH dan
pada kelompok pasca TAH dan SVH masing-masing 4,31±0,48 dan 4,82±0,55
dengan p=0,014, rerata orgasme pada kelompok pasca TAH dan SVH masing-
masing 4,29±0,60 dan 4,97±0,70 dengan p=0,014, rerata kepuasan pada kelompok
pasca TAH dan SVH masing-masing 4,20±0,54 dan 4,57±0,46 dengan p=0,061,
rerata nyeri pada kelompok pasca TAH dan SVH masing-masing 4,46±0,80 dan
berbeda bermakna. Berdasarkan rerata skor total FSFI pada kelompok pasca TAH
41
dan SVH masing-masing25,5±2,91 dan 28,26±3,17, berbeda secara bermakna
(p<0,05). Jadi didapatkan bahwa skor total pada kelompok pasca TAH lebih
(X2) dan didapatkan bahwa pada kelompok pasca TAH dengan fungsi seksual
baik dengan nilai ≥ 30 sebanyak 2 orang (7,1%), sedang dengan nilai 23-29
sebanyak 6 (21,4%), buruk dengan nilai < 23 sebanyak 6 (21,4%). Pada kelompok
pasca SVH fungsi seksual baik sebanyak 7 (25,0%), sedang sebanyak 6 (21,4%),
kurang sebanyak 1 (3,6%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi Square
didapatkan p=0,042. Hal ini berarti terdapat perbedaan fungsi seksual kelompok
penting dalam proses stimulasi pada pikiran wanita (Windhu, 2009).TAH tidak
memusatkan diri pada stimulasi seksual yang timbul dari dalam diri akibat
inisiatif wanita itu sendiri atau akibat rangsangan dari pasangan seksualnya.Jenis
stimulasi, waktu yang dibutuhkan bersifat sangat subjektif dan berbeda pada
setiap wanita. Aspek psikologis yang baik akan memberikan peningkatan motivasi
42
(Windhu, 2009). Kepuasan seksual tidak berhubungan dengan jenis tindakan
dan kepuasan seksual pada penelitian ini mungkin karena sebagian besar 60%
kelompok pasca TAH dan SVH mempunyai tingkat pendidikan rendah yang
Pada beberapa wanita kualitas dan intensitas dari orgasme internal yang
dengan gerakan dari serviks dan uterus (Saini dkk., 2002, Bermandkk.,
pada fase gairah dan plateu akibat pengangkatan uterus dengan servik tersebut.
Hal ini sesuai dengan Masters & Johnson bahwa fase gairah ada peningkatan
43
aliran darah pada keseluruhan daerah pelvis, elevasi dan pembesaran uterus 2 kali
ukuran biasa, akibat TAH terjadi pengurangan sensasi tambahan pada fase-fase
Saini dkk. (2002) yang menyatakan pasien-pasien pasca TAH fungsi seksualnya
lebih buruk dibandingkan pasien pasca SVH, gangguan orgasme pasca TAH dan
orgasme.
terbentuknya jaringan parut ataupun jaringan granulasi pada apeks vagina dan
kelenjar yang memproduksi mukus yang berperan dalam lubrikasi dinding vagina
kekurangan lubrikasi ini akan menghambat orgasme serta kualitas seksual secara
berhubungan seksual pasca SVH dan TAH tidak berbeda bermakna, faktor
leluasa tanpa beban psikologis, nilai ambang terhadap nyeri akan meningkat, dan
44
dkk.(2010) dinyatakan bahwa dispareunia dan frekwensi hubungan seksual tidak
wanita Asia di salah satu negara berbasis agama, dimana hubungan pria dan
wanita merupakan suatu masalah yang sangat ditabukan dan tidak biasanya
diungkapkan pada orang lain selain pasangan resminya. Hal ini menyebabkan
perbedaan dari segi keterbukaan pasien terhadap masalah seksual yang mereka
hadapi
fungsi seksual pada kelompok sampel TAH dan SVH pada enam bulan dan dua
pada 6 bulan pertama rerata skor fungsi seksual kelompok SVH lebih tinggi
Penelitian yang dilakukan di Amerika Tenggara ini tidak memberi batasan berat
badan pada respondennya dan rerata berat badan responden (83 kg) melebihi
rerata berat badan kelompok wanita usia sama di Amerika (73 kg). mendapatkan
fisiologis dan psikologis yang kompleks dan belum sepenuhnya dapat dimengerti,
Kondisi medis sebelum operasi, keadaan emosional, dan proses patologis yang
seksual sebelum dan setelah operasi dilakukan. Oleh karena itu tidak
45
mengherankan bila beragam penelitian dapat menunjukkan hasil berupa
dilakukan oleh penelitian lain dapat memberikan hasil yang berbeda dengan
Kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah sampel dan waktu yang
terbatas. Penggunaan metode cross sectional yang hanya menilai fungsi seksual
dalam rumah tangga.Selain itu sampel penelitian kami juga tidak dibatasi dari segi
indeks massa tubuh sehingga kemungkinan obesitas sebagai salah satu faktor
pengganggu belum dapat dihilangkan. Disadari pula bahwa hasil penelitian ini ada
46
BAB VII
7.1 Simpulan
simpulan bahwa rerataskor total FSFI pada kelompok pasca TAH dan SVH
dan dispareunia dengan p<0,05. Pada penelitian ini fungsi seksual pada kelompok
pasca TAH dan SVH dengan uji Chi-Square didapatkan berbeda bermakna
(p<0,05).
7.2 Saran
akan timbul dampak terhadap fungsi seksual pasca histerektomi sehingga perlu
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. What You Need to know Female Sexual Response. Available at
www.arhp.org/factsheets.Association of Reproductive Health Profesional.
El-Toukhy, T.A. Hefni, M.A., Davies, A.E., Mahadeva, S. 2004. The Effect of
Different Types of Hysterectomy on Urinary and Sexual Functions: a Prospective
Study.Journal of Obstetrics and Gynaecology. Vol 24; No 4: 420-425.
Gimbel, H., Zobbe,V., Andersen, B.M., Filtenborg, T., Gluud, C., Tabor, A., and
The Danish Hysterectomy Group. 2003. Randomized Controlled Trial of Total
Compared With Subtotal Hysterectomy With One-Year Follow Up Result.
Denmark : BJOG. Vol. 110. pp. 1088-1098.
Huang, A.J., Subak, L.L., Thom, D.H., Vandeneeden, S.K., Ragins, A.I.,
Kuppermann M., Hui shen, Brown, J.S. 2009.Sexual Function and Aging in
Racially and Ethhnically Diverse Women. J Am geriatr Soc. 57(8): 1362-1368
Johnson, N., Barlow, D., Lethaby, A., Tavender, E., Curr, L., Garry, R., 2005.
Methods of Hysterectomy : Systematic Review and Meta-Analysis of
Randomised Controlled Trials. Cochrane Database of Systematic Review.
48
Katz, A. 2005. Sexuality and Hysterectomy : Finding the Right Words. AJN
Vol.105 : 12.
Kurniawati, E.M., Muhdi, N., 2008. Perbedaan Frekuensi, Skor Fungsi Seksual
Gairah, Arousal, Lubrikasi, Orgasme, Kepuasan Emosi dan Nyeri Hubungan
Seksual Pasca Histerektomi Total dan Supravaginal Perabdomen.
Kuscu, N.K., Oruc, S.,Ceylan,E. 2005. Sexual Life Following Total Abdominal
Hysterectomy. Arch Gynecol Obstet; 271;218-221
Miocic, J., Car, N., Metelko, Z. 2008. Sexual Dysfunction in Women with
Diabetes Mellitus. Diabetalogia Croatica; 37-2
Meston, C.M. 2004. The Effect of in Women with a Hystory of Benign Uterus
Fibroids. Texas.Archive of Sexual Behavior; Vol. 33:31-42.
Murrel, J.N., Berman, J.R., Weiss, R., Berman, L., Keane, S.R.,Zierack, M.C.,
Van Hooten, T., Goldstein, I., Stubblefield, P. 2008. Effect of Hysterectomy on
Female Sexual Function.
Nam, A. Cho, S. Seeo, S.K., Jeon, Y.E. Kim, H.Y., Choi, Y.S., Lee,B.S. 2008.
Laparoscopic Total Hysterectomy versus Laparoscopic Supracervical
Hysterectomy The Effect on Female Sexuality. Journal of Women’s Medicine;
Vol 1. No1.
49
Okunlola, M.A., Umuerri, C., Omigbodun, O.O., Bello, I.M., Okonkwo, S.N.,
Ojengbede, O.A. 2009.Pattern of Mental Ill Health Morbidities Following
Hysterectomy for Benign Gynaecological Disorders among Nigerian
Women.International Journal of Mental Systems; 3:18.
Roovers, W.R., Van der Bom, J.G., Van der Vaart, C.H., Heintz, A.P.M. 2003.
Hysterectomy and Sexual Wellbeing : Prospective Observational Study of
Vaginal Hysterectomy, Subtotal Abdominal Hysterectomy, and Total Abdominal
Hysterectomy. Netherland.BMJ; Vol. 327: 774-777.
Sahaja. 2009. The Anatomy and Development of the Female External Genital
Organs.
Saini, J., Kuczynski, E., Gretz, H.F., Sills, E.S. 2002. Supracervical Hysterectomy
versus Total Abdominal Hysterectomy: Perceived Effect on Sexual Function.
BMC Women’s Health.
Salonia, A., Briganti, A., Deho, F.,Zanni, G., Rigatti, P., Montorsi, F. 2006.
Women’s Sexual Dysfunction : A Review of the “Surgical Landscape”. Italy :
European Association of Urology.
Schimpf, M.O, Harvie, H.S., Omotosho, T.B., Epstein, L.B., Michel, M.J.,
Olivera, C.K., Rooney, K.E., Balgobin, S., Ibeanu, O.A., Gala, R.B., Rogers, R.G.
50
2009. Does Vaginal size Impact Sexual Activity and function?. Int Urogynecol
J.21: 447-452.
Thakar, R., Ayers, S., Clarkson, P., Stanton, S., Manyonda, I. 2002. Outcomes
after Total versus Subtotal Abdominal Hysterectomy. NEJM; Vol 347: 1318-
1325.
Whiteman, M.K., Hillis, S.D., Jamieson, D.J., Morrow, B., Podgornik, M.N.,
Brett, K.M., Marchbanks, P.A. 2008. Inpatient Hysterectomy Surveillance in the
United States, 2000–2004. Am J Obstet Gynecol; 198(1):34.e1–7.
Yen, J.Y. Chen, Y.H, Long, C.Y, Chang, Y. Chen, C.C, Ko, C.H. 2008. Risk
Factors for Major Depressive Disorder and the Psychological Impact of
Hysterectomy: A Prospective Investigation. Arlington. In Psychosomatics; 49:
137-142.
Zippe, C., Nandipati, K., Agarwal, A., Raina, R. 2005. Review Sexual
Dysfunction After Pelvic Surgery. Ohio : International Journal of Impotence
Research; 18: 1-18.
Zobbe, V., Gimbel, H., Andersen, B.M., Filterborg, T., Jakobsen, K., Sorensen,
H.C., Toptager-Larsen, K., Sidenius, K., Moller, N., Madsen, E.M., Vejtorp, M.,
Clausen, H., Rosgaard, A., Gluud, C., Ottesen, B.S., Tabor, A. 2004.Sexuality
after Total vs. Subtotal Hysterectomy.Denmark : Acta Obstet Gynecol
Scand;83:191-196.
51