Anda di halaman 1dari 9

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden


Penelitian ini dilakukan di RSUD Luwuk Banggai bulan November 2018 yang
membahas tentang hubungan Aktivitas Fisik dengan Nyeri Pungung Bawah pada
Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai dengan total populasi
281 orang perawat yang terbagi dalam 17 ruangan sebagai berikut : 15 orang di
ruangan bogenvile, 15 orang di ruangan tulip, 14 orang di ruangan sakura,11
orang di ruangan edelweiss, 16 orang di ruangan mawar, 16 orang di ruangan
cempaka, 15 orang di ruangan seroja, 19 orang orang di ruangan anggrek, 23
orang teratai, 15 orang di ruangan neuro, 15 orang di ruangan hemodialisa, 22
orang orang di ruangan OK, 23 orang orang di ruangan IGD, 24 orang di ruangan
ICU, 22 orang di poliklinik, 12 orang di ruangan perinotologi, 4 orang di ruangan
forensik dan yang menjadi tempat penelitian adalah ruangan cempaka, mawar,
anggrek, teratai, seroja, dan neuro dengan total jumlah perawat 104. Jumlah
responden yang diambil peneliti sebanyak 100 responden yang telah memenuhi
kriteria inklusi.

6.1.1 Karakteristik Berdasarkan Usia


Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.1. diketahui dari 100
responden, responden paling banyak berasal dari kelompok usia 22-29 tahun yaitu
sebesar 60%, diikuti kelompok usia 30-39 tahun yaitu sebesar 30% dan yang
paling sedikit adalah responden dari kelompok usia 40-55 tahun yakni sebesar
10%, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa perawat yang bekerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai masih berada dalam usia produktif yang
dibuktikan dengan hasil penelitian dimana jumlah responden yang mengikuti
penelitian sebanyak 60% berasal dari kelompok usia 22-29 tahun.
6.1.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada gambar 5.2 dietahui dari 100
responden, Jumlah terbanyak merupakan responden dengan jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 85% dan untuk responden dengan jenis kelamin laki
laki sebanyak 15%. dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa perawat yang bekerja
di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai sebagian besar berjenis kelamin
perempuan yang dibuktikan dengan hasil penelitian dimana jumlah responden
yang mengikuti penelitian sebanyak 85% berjenis kelamin perempuan.
31
32

6.2 Analisa Univariat


6.2.2 Nyeri Punggung Bawah
Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 100
responden didapati sebagian besar responden terdiagnosa Nyeri punggung bawah,
yaitu sebesar 58% sendangkan 42% diantaranya tidak terdiagnosa nyeri punggung
bawah, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa perawat yang bekerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai sebagian besar mengalami Nyeri Punggung
bawah yang dibuktikan dengan prevalensi jumlah perawat yang terdiagnosa nyeri
punggung bawah sebanyak 58%. Nyeri punggung bawah terjadi akibat perawat
mengalami penekanan nervus dibagian lumbalis sehingga perawat merasakan
nyeri dibagian punggung bawah (Satyanegara, 2010). Nyeri punggung bawah
banyak terjadi pada perawat dan dapat diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya
seperti kondisi kerja dengan posisi tubuh menunduk ke depan, bahu melengkung
ke depan, mengangkat benda berat, bersamaan dengan aktivitas yang padat,
kondisi ini dapat menyebabkan stress fisik yang berlebihan pada sumsum tulang
belakang sehingga menyebabkan spasme otot dan membuat saraf terhimpit
sehingga timbulah rasa nyeri pada bagian punggung bawah atau yang lebih
dikenal Low Back Pain (Gibson, 2012).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan beberapa studi mengenai prevalensi dan
resiko seorang perawat terkena nyeri punggung bawah, dalam studi yang
dilakukan dibeberapa Negara Asia dan Timur Tengah juga menunjukan bahwa
banyak perawat yang menglami nyeri punggung bawah, studi di Bangladesh
menunjukan sebanyak 72,9% dari 229 orang perawat mengalami Nyeri punggung
bawah (Sanjoy et al,2017). Studi penelitian di Slovenia menunjukan hasil
sebanyak 85,9% dari 1744 perawat mengalami Nyeri punggung bawah (Savic &
Touzery, 2017). Studi sebelumnya di Turki prevalensi perawat yang megalami
Nyeri punggung bawah tercatat 84,2% dari 114 orang (Ovayolu, Genc, & Col-
Araz,2014), pada tahun yang sama dilakukan juga studi di Iran mengenai
prevalensi perawat yang mengalami Nyeri punggung bawah dan tercatat sebanyak
75,4% dari 1246 orang perawat mengalami Nyeri punggung bawah baik akut
maupun kronik (Rezaee & Ghasemi, 2014). Tunisia dan Taiwan juga melakukan
studi yang sama, di Tunisia ditemukan hasil bahwa sebanyak 58,1% dari 203
perawat mengalami Nyeri punggung bawah (Boughattas et al, 2017) dan Taiwan
terdapat sebanyak 72% dari 567 orang perawat mengalami Nyeri punggung
33

bawah (Shwn-Huey et al, 2016). untuk studi yang dilakukan di Indonesia


khususnya Manado, telah dilaksanakan di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado
dan hasil yang didapatkan sebanyak 86% perawat mengalami Nyeri punggung
bawah (Goni, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa teori dan studi sebelumnya ditemukan


sebagian besar perawat baik di beberapa Negara Asia, Timur Tengah bahkan di
Manado dan tempat penelitian yaitu Luwuk Banggai memiliki prevalensi yang
tinggi mengalami nyeri punggung bawah, peneliti berasumsi bahwa prevalensi
dan resiko seorang perawat mengalami Nyeri punggung bawah dapat diakibatkan
oleh aktivitas fisik yang cukup tinggi atau berat sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Gibson (2012), bahwa Nyeri yang timbul pada perawat dapat
diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya seperti kondisi kerja dengan posisi
tubuh menunduk ke depan, bahu melengkung ke depan, mengangkat benda berat,
bersamaan dengan aktivitas yang padat, menguatkan peneliti berasumsi bahwa
nyeri punggung bawah pada perawat disebabkan oleh aktivitas fisik, studi lainya
yang menguatkan peneliti berasumsi bahwa aktivitas fisik adalah penyebab dari
nyeri punggung bawah yaitu Studi penelitian Sanjoy et al, (2017) mengenai faktor
pekerjaan pada Nyeri punggung bawah, ditemukan salah satu faktor yang
menyebabkan Nyeri punggung bawah pada perawat di rumah sakit India adalah
aktivtas fisik yang berat sepeti mengangkat secara manual dan jam kerja yang
berlebih, Shwn-Huey et al (2016) menambahkan Aktivitas fisik seperti berjalan,
berdiri lama juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah pada perawat.
Aktivitas fisik seperti mengurus pasien, membungkuk untuk mengubah posisi
pasien (Chappel et al, 2017), dan mengurus keperluan pasien juga merupakan
aktivitas fisik yang menjadi salah satu faktor resiko juga terjadinya Nyeri
punggung bawah pada perawat (Boughattas et al., 2017), selain berasumsi
penyebab nyeri punggung bawah pada perawat adalah aktivitas fisik, peneliti
berasumsi bahwa usia dan jenis kelamin juga dapat menyebabkan nyeri punggung
bawah pada perawat karena sesuai dengan hasil studi dari Sanjoy et al(2017), ia
menemukan bahwa nyeri punggung bawah meningkat seiring berjalannya usia
dan puncaknya adalah pada usia 55 tahun dan ia juga menemukan bahwa perawat
yang lebih muda sedikit menglami Nyeri Punggung Bawah daripada perawat yang
sudah berusia lebih tua. Studi dari Ovayolu, Genc, & Col-Araz (2014),
menunjukkan bahwa prevalensi kejadian nyeri punggung bawah pada perawat
34

lebih tinggi pada perawat perempuan daripada laki-laki. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini bahwa profesi perawat memiliki resiko dan prevalensi kejadian
nyeri punggung bawah yang tinggi diakibatkan oleh salah satu faktor yaitu
aktivitas fisik yang cukup berat, namum faktor penyebab lainnya juga seperti usia
dan jenis kelamin perlu diperhatikan.

6.2.2 Aktivitas fisik


Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.3 diketahui dari 100
responden, didapatkan hasil responden paling banyak melakukan aktivitas fisik
tinggi atau berat yaitu sebanyak 41%, diikuti aktvitas fisik sedang 31% dan yang
paling sedikit adalah aktivitas fisik rendah atau ringan yaitu sebanyak 28%, dapat
disimpulkan bahwa perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk
Banggai sebagian besar melakukan aktivitas fisik berat yang dibuktikan dengan
hasil penelitian dimana terdapat sebanyak 41% responden melakukan aktivitas
tinggi atau berat. Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang menghasilkan peningkatan tingkat metabolisme atas
pengeluaran energi aktivitas fisik juga merupakan setiap pergerakan tubuh akibat
aktivitas otot-otot, yang termasuk aktivitas fisik seseorang adalah aktivitas selama
ia bekerja, sampai dengan waktu senggang (Bouchard, Blair, & Haskel, 2012).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil studi Sanjoy et al (2017), dalam penelitian
tersebut ia mengatakan aktivitas seorang perawat cukup berat karna seorang
perawat melakukan aktivitas fisik seperti mengangkat dan memindahkan pasien
secara manual. Menurut beberapa hasil studi lainya Aktivitas fisik lainya yang
dilakukan oleh seorang perawat seperti membungkuk dalam melakukan beberapa
asuhan keperawatan, mengubah posisi pasien (Ovayolu et al, 2014), berjalan,
berdiri lama (Shwn-Huey et al, 2016), mengurus pasien, membungkuk untuk
mengubah posisi pasien (Chappel et al, 2017), dan mengurus keperluan pasien
merupakan aktifitas fisik yang cukup berat yang dilakukan oleh perawat
(Boughattas et al., 2017).

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa teori dan studi sebelumnya ditemukan


sebagian besar perawat baik di beberapa negara Asia, Timur Tengah dan tempat
penelitian yaitu Luwuk Banggai, perawat melakukan aktivitas fisik berat. Peneliti
berasumsi bahwa aktivitas seorang perawat menjadi berat seperti yang
dikemukakan oleh hasil studi oleh Sanjoy et al (2017) yang mengatakan bahwa
35

aktivitas seorang perawat seperti mengangkat dan memindahkan pasien secara


manual. Kemudian aktivitas berat lainya seperti membungkuk dalam melakukan
beberapa asuhan keperawatan, mengubah posisi pasien (Ovayolu et al, 2014),
berjalan, berdiri lama (Shwn-Huey et al, 2016), mengurus pasien, membungkuk
untuk mengubah posisi pasien (Chappel et al, 2017), dan mengurus keperluan
pasien (Boughattas et al., 2017) ini dikarenakan perawat memiliki tugas dan
tanggung jawab yang besar diamana perawat harus merawat seorang klien secara
menyeluruh meliputi bio, psiko dan spiritual, namun peneliti juga berasumsi
bahwa aktivitas fisik seorang perawat menjadi berat tidak sepenuhnya disebabkan
oleh aktivitas di tempat kerja karena sesuai dengan teori dari Bouchard, Blair, &
Haskel, (2012) bahwa aktivitas fisik adalah aktivitas seseorang selama bekerja,
sampai waktu senggang, yang artinya aktivitas setelah jam dinas dapat
mempengaruhi berat tidaknya aktivitas seorang perawat, usia juga perlu
diperhatikan karena perawat yang berusia lebih tua mungkin sudah tidak
melakukan aktivitas berat. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa aktivitas
fisik seorang perawat memang berat atau memiliki intensitas yang cukup tinggi
dikarenakan seorang perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar
diamana ia harus merawat seorang klien secara menyeluruh meliputi bio, psiko
dan spiritual, namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua aktivitas fisik di
tempat kerja yang dapat membuat aktivitas fisik seorang perawat menjadi berat
atau tinggi dalam hal ini juga perlu diperhatikan faktor usia seorang perawat.

6.3 Analisis Bivariat


6.3.1 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Nyeri Punggung Bawah
Hasil analisis uji bivariat yang dapat dilihat pada tabel 5.5 didapatkan hasil untuk
responden yang terdiagnosa nyeri punggung bawah paling banyak melakukan
aktivitas fisik tinggi atau berat dengan jumlah 30 responden, di ikuti dengan
aktivitas fisik sedang 20 responden dan yang paling sedikit adalah responden yang
terdiagnosa nyeri punggung bawah dan melakukan aktivitas fisik rendah atau
ringan yaitu sebanyak 8 responden, pada responden yang tidak terdiagnosa nyeri
punggung bawah paling banyak melakukan aktivitas fisik rendah atau ringan
dengan jumlah 20 responden diikuti responden yang tidak terdiagnosa dan
melakukan aktivitas fisik sedang dengan jumlah 12 responden dan untuk
responden yang tidak terdiagnosa paling sedikit melakukan aktivitas tinggi atau
berat yaitu sebanyak 10 responden, hasil uji hipotesis menggunakan uji chi-square
36

(lampiran 15) pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) untuk mencari hubungan
antara aktivitas fisik dengan keluhan nyeri punggung bawah didapatkan hasil
expected count lebih dari 5 dan p-value=0,001 yang artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian nyeri punggung bawah pada
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai dan syarat uji chi-square
terpenuhi sehingga tidak dilanjutkan untuk uji fisher dan smirnov, dapat
disimpulkan bahwa responden yang terdiagnosa nyeri punggung bawah paling
banyak melakukan aktivitas fisik berat dan yang responden yang tidak terdiagnosa
paling banyak melakukan aktivitas fisik ringan, jugaa terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dan nyeri punggung bawah pada perawat di
Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai dengan hasil uji chi-square
didapatkan hasil p-value=0,001.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori pendukung yang mengatakan bahwa nyeri
punggung bawah dapat terjadi akibat aktivitas fisik perawat, yang membuat
perawt\at mengalami penekanan nervus dibagian lumbalis sehingga perawat
merasakan nyeri dibagian punggung bawah (Satyanegara, 2010).Teori yang
dikemukakan oleh Gibson (2012), mengatakan nyeri punggung bawah banyak
terjadi pada perawat dan dapat diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya seperti
kondisi kerja dengan posisi tubuh menunduk ke depan, bahu melengkung ke
depan, mengangkat benda berat, bersamaan dengan aktivitas yang padat, kondisi
ini dapat menyebabkan stress fisik yang berlebihan pada sumsum tulang belakang
sehingga menyebabkan spasme otot dan membuat saraf terhimpit sehingga
timbulah rasa nyeri pada bagian punggung bawah atau yang lebih dikenal Low
Back Pain. Studi penelitian oleh Sanjoy et al, (2017), menemukan bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan nyeri punggung bawah pada perawat di rumah
sakit India adalah aktivtas fisik yang berat sepeti mengangkat secara manual dan
jam kerja yang berlebih, penelitian dari Shwn-Huey et al (2016) juga
menambahkan faktor aktivitas fisik seperti berjalan, berdiri lama juga dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah pada perawat. Aktivitas fisik lainnya yang
dapat menjadi faktor seperti mengurus pasien, membungkuk untuk mengubah
posisi pasien (Chappel et al, 2017), dan mengurus keperluan pasien juga
merupakan aktivitas fisik yang menjadi salah satu faktor resiko juga terjadinya
Nyeri punggung bawah pada perawat (Boughattas et al., 2017).
37

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian cross sectional yang dilakukan
oleh Jaob, Baras, & Zeev (2016), yang menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik
yang rendah berhubungan dengan tingkat nyeri, semakin rendah aktivitas
seseorang maka intensitas nyeri punggung bawah yang dirasakan juga semakin
rendah. Penelitian yang menunjukan hasil yang sama juga dilakukan oleh Rezae
& Gasemi (2014) di Iran dengan metode cross sectional, mereka menemukan
bahwa aktivitas fisik seorang perawat memiliki hubungan yang signifikan dengan
nyeri punggung bawah bahkan dalam penelitian yang dilakukan, mereka
menemukan bahwa semakin tinggi aktivitas perawat seperti membungkuk dan
mengangkat pasien akan meningkatkan resiko nyeri punggung bawah akut
maupun kronis. Penelitian yang sama di Negara Timur Tengah yaitu Arab Saudi
dilakukan oleh Bin-Homaid et al (2016), menggunakan metode cross sectional
mereka juga menemukan bahwa aktivitas fisik perawat seperti mengangkat benda,
memindahkan pasien dari kursi roda, mengangkat pasien dari tempat tidur dan
mengubah posisi klien memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai p-value <
0,05.

Penelitian di Benua Eropa seperti Slovenia yang dilakukan oleh Savic, & Touzery
(2017), menggunakan metode yang sama yaitu cross sectional menemukan hasil
bahwa aktivitas fisik juga memiliki hubungan dengan nyeri punggung bawah pada
perawat di Slovenia, mereka menambahkan bahwa diperlukan pemberian edukasi
pada perawat juga mengatur menejemen jumlah perawat agar aktivitas fisik tidak
terlalu berat dan kejadian nyeri punggung bawah dapat terminimalisir. Penelitian
yang dilakukan di Afrika Selatan oleh Dlungwange, Voce & Knight (2018),
menggunakan metode cross sectional mereka juga menemukan bahwa aktivitas
fisik perawat memiliki hubungan yang kuat dengan nyeri punggung bawah,
penelitian mereka juga menjelaskan aktivitas seperti membungkuk memiliki
tingkat hunbungan yang signifikan dengan nyeri punggung bawah dengan hasil uji
p-value = 0.002, begitu juga dengan mengubah posisi klien (p-value = 0.03) dan
memindahkan pasien (p = 0.004). Penelitian di Asia dilakukan oleh Sanjoy et al
(2017) pada perawat India, dengan menggunakan metode cross sectional,
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa aktivitas fisik seperti mengangkat
benda dan pasien memiliki hubungan yang bermakna dengan nyeri punggug
bawah.
38

Hasil studi ini berbeda dengan hasil studi cross sectional oleh Asadi, Kasmaei,
Ziabari, dan Zohrevandi (2016) mereka menemukan bahwa hanya usia yang
memiiki hubungan dengan nyeri punggung bawah sedangkan aktivitas fisik tidak
dengan hasil uji p-value=0,05. Hasil Studi dari Frantz (2012), juga menemukan
hasil yang berbeda, dengan menggunakan metode cross sectional studi tersebut
mendapatkan hasil bahwa Usia, status perkawinan dan pengalaman kerja perawat
secara signifikan memiliki hubungan bermakna dengan nyeri punggung bawah,
namum aktivitas fisik tidak memiliki hubungan dengan nyeri punggung bawah.
dari kedua penelitian ini sama-sama mengguakan International Physical Activity
Quesionnarie sebagai alat ukur aktivitas fisik perawat, dari hasil studi ini mereka
berharap ada alat ukur yang lebih baik untuk mengukur aktivitas fisik seorang
perawat, karna aktivitas fisik seorang perawat tidak dapat diukur menggunakan
alat ukur aktivitas fisik seperti profesi lainya atau secara umum.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan studi pendukung lainya


ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan
nyeri punggung bawah di benua Eropa, Asia, Timur Tengah, Afrika dan tempat
penelitian yaitu Luwuk Banggai pada perawat. Peneliti berasumsi aktivitas fisik
memiliki hubungan yang signifikan dengan nyeri punggung bahwah pada perawat
dikarenakan aktivitas fisik seorang perawat yang cukup padat karena seorang
perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dimana ia harus mengurus
seorang klien secara menyeluruh meliputi bio-psiko-dan spiritual, dari aktivitas
fisik yang berat ini menyebabkan perubahan pada otot skeletal, perubahan yang
terjadi adalah adanya stress dan ketegangan otot termasuk pada komponen neural
maupun muskular. Peningkatan ketegangan otot ini mengakibatkan penghimpitan
otot saraf, (Satyanegara et al, 2010). Pengimpitan tersebut terjadi pada daerah
lumbal maka menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada bagian punggung bawah
perawat atau yang lebih dikenal Low Back Pain (Gibson, 2012).

Peneliti berasumsi bahwa adanya perbedaan dalam hasil penelitian antara aktivitas
fisik dan nyeri punggung bawah dikarenakan alat ukur aktivitas fisik yang
berbeda, ini menjelaskan bahwa aktivitas fisik seorang perawat memerlukan alat
ukur yang tepat karna profesi seorang perawat berbeda dengan profesi yang
lainnya, peneliti juga berasumsi bahwa aktivitas fisik seorang perawat tidak murni
karena aktivitas fisik ditempat kerja karna sesuai dengan teori dari Bouchard,
39

Blair, & Haskel, (2012) bahwa aktivitas fisik adalah aktivitas seseorang selama
bekerja, sampai waktu senggang, yang artinya aktivitas setelah jam dinas dapat
mempengaruhi berat tidaknya aktivitas seorang perawat, sehingga dalam
penelitian ini peneliti memakai alat ukur yang terbagi atas tiga bagian, yaitu
bagian aktivitas selama jam dinas, diluar jam dinas dan waktu senggang, Faktor
lain yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah pada adalah usia dan jenis
kelamin karna sesuai dari hasil studi dari Sanjoy et al(2017), ia menemukan
bahwa nyeri punggung bawah meningkat seiring berjalannya usia dan puncaknya
adalah pada usia 55 tahun dan ia juga menemukan bahwa perawat yang lebih
muda sedikit menglami Nyeri Punggung Bawah daripada perawat yang sudah
berusia lebih tua. Studi dari Ovayolu, Genc, & Col-Araz (2014), menunjukkan
bahwa prevalensi kejadian nyeri punggung bawah pada perawat lebih tinggi pada
perawat perempuan daripada laki-laki. Kesimpulan dari hasil penelitian ini
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
nyeri punggung bawah pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk
Banggai dengan hasil uji hipotesa menggunakan uji chi-square (lampiran 15)
didapatkan nilai dari p-value=0,001, namun perlu diperhatikan bahwa tidak
semua aktivitas fisik di tempat kerja yang dapat membuat aktivitas fisik seorang
perawat menjadi berat atau tinggi, dalam hal ini juga perlu diperhatikan faktor
usia dan jenis kelamin seorang perawat.

Anda mungkin juga menyukai