PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan beberapa studi mengenai prevalensi dan
resiko seorang perawat terkena nyeri punggung bawah, dalam studi yang
dilakukan dibeberapa Negara Asia dan Timur Tengah juga menunjukan bahwa
banyak perawat yang menglami nyeri punggung bawah, studi di Bangladesh
menunjukan sebanyak 72,9% dari 229 orang perawat mengalami Nyeri punggung
bawah (Sanjoy et al,2017). Studi penelitian di Slovenia menunjukan hasil
sebanyak 85,9% dari 1744 perawat mengalami Nyeri punggung bawah (Savic &
Touzery, 2017). Studi sebelumnya di Turki prevalensi perawat yang megalami
Nyeri punggung bawah tercatat 84,2% dari 114 orang (Ovayolu, Genc, & Col-
Araz,2014), pada tahun yang sama dilakukan juga studi di Iran mengenai
prevalensi perawat yang mengalami Nyeri punggung bawah dan tercatat sebanyak
75,4% dari 1246 orang perawat mengalami Nyeri punggung bawah baik akut
maupun kronik (Rezaee & Ghasemi, 2014). Tunisia dan Taiwan juga melakukan
studi yang sama, di Tunisia ditemukan hasil bahwa sebanyak 58,1% dari 203
perawat mengalami Nyeri punggung bawah (Boughattas et al, 2017) dan Taiwan
terdapat sebanyak 72% dari 567 orang perawat mengalami Nyeri punggung
33
lebih tinggi pada perawat perempuan daripada laki-laki. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini bahwa profesi perawat memiliki resiko dan prevalensi kejadian
nyeri punggung bawah yang tinggi diakibatkan oleh salah satu faktor yaitu
aktivitas fisik yang cukup berat, namum faktor penyebab lainnya juga seperti usia
dan jenis kelamin perlu diperhatikan.
(lampiran 15) pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) untuk mencari hubungan
antara aktivitas fisik dengan keluhan nyeri punggung bawah didapatkan hasil
expected count lebih dari 5 dan p-value=0,001 yang artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian nyeri punggung bawah pada
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai dan syarat uji chi-square
terpenuhi sehingga tidak dilanjutkan untuk uji fisher dan smirnov, dapat
disimpulkan bahwa responden yang terdiagnosa nyeri punggung bawah paling
banyak melakukan aktivitas fisik berat dan yang responden yang tidak terdiagnosa
paling banyak melakukan aktivitas fisik ringan, jugaa terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dan nyeri punggung bawah pada perawat di
Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Banggai dengan hasil uji chi-square
didapatkan hasil p-value=0,001.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori pendukung yang mengatakan bahwa nyeri
punggung bawah dapat terjadi akibat aktivitas fisik perawat, yang membuat
perawt\at mengalami penekanan nervus dibagian lumbalis sehingga perawat
merasakan nyeri dibagian punggung bawah (Satyanegara, 2010).Teori yang
dikemukakan oleh Gibson (2012), mengatakan nyeri punggung bawah banyak
terjadi pada perawat dan dapat diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya seperti
kondisi kerja dengan posisi tubuh menunduk ke depan, bahu melengkung ke
depan, mengangkat benda berat, bersamaan dengan aktivitas yang padat, kondisi
ini dapat menyebabkan stress fisik yang berlebihan pada sumsum tulang belakang
sehingga menyebabkan spasme otot dan membuat saraf terhimpit sehingga
timbulah rasa nyeri pada bagian punggung bawah atau yang lebih dikenal Low
Back Pain. Studi penelitian oleh Sanjoy et al, (2017), menemukan bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan nyeri punggung bawah pada perawat di rumah
sakit India adalah aktivtas fisik yang berat sepeti mengangkat secara manual dan
jam kerja yang berlebih, penelitian dari Shwn-Huey et al (2016) juga
menambahkan faktor aktivitas fisik seperti berjalan, berdiri lama juga dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah pada perawat. Aktivitas fisik lainnya yang
dapat menjadi faktor seperti mengurus pasien, membungkuk untuk mengubah
posisi pasien (Chappel et al, 2017), dan mengurus keperluan pasien juga
merupakan aktivitas fisik yang menjadi salah satu faktor resiko juga terjadinya
Nyeri punggung bawah pada perawat (Boughattas et al., 2017).
37
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian cross sectional yang dilakukan
oleh Jaob, Baras, & Zeev (2016), yang menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik
yang rendah berhubungan dengan tingkat nyeri, semakin rendah aktivitas
seseorang maka intensitas nyeri punggung bawah yang dirasakan juga semakin
rendah. Penelitian yang menunjukan hasil yang sama juga dilakukan oleh Rezae
& Gasemi (2014) di Iran dengan metode cross sectional, mereka menemukan
bahwa aktivitas fisik seorang perawat memiliki hubungan yang signifikan dengan
nyeri punggung bawah bahkan dalam penelitian yang dilakukan, mereka
menemukan bahwa semakin tinggi aktivitas perawat seperti membungkuk dan
mengangkat pasien akan meningkatkan resiko nyeri punggung bawah akut
maupun kronis. Penelitian yang sama di Negara Timur Tengah yaitu Arab Saudi
dilakukan oleh Bin-Homaid et al (2016), menggunakan metode cross sectional
mereka juga menemukan bahwa aktivitas fisik perawat seperti mengangkat benda,
memindahkan pasien dari kursi roda, mengangkat pasien dari tempat tidur dan
mengubah posisi klien memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai p-value <
0,05.
Penelitian di Benua Eropa seperti Slovenia yang dilakukan oleh Savic, & Touzery
(2017), menggunakan metode yang sama yaitu cross sectional menemukan hasil
bahwa aktivitas fisik juga memiliki hubungan dengan nyeri punggung bawah pada
perawat di Slovenia, mereka menambahkan bahwa diperlukan pemberian edukasi
pada perawat juga mengatur menejemen jumlah perawat agar aktivitas fisik tidak
terlalu berat dan kejadian nyeri punggung bawah dapat terminimalisir. Penelitian
yang dilakukan di Afrika Selatan oleh Dlungwange, Voce & Knight (2018),
menggunakan metode cross sectional mereka juga menemukan bahwa aktivitas
fisik perawat memiliki hubungan yang kuat dengan nyeri punggung bawah,
penelitian mereka juga menjelaskan aktivitas seperti membungkuk memiliki
tingkat hunbungan yang signifikan dengan nyeri punggung bawah dengan hasil uji
p-value = 0.002, begitu juga dengan mengubah posisi klien (p-value = 0.03) dan
memindahkan pasien (p = 0.004). Penelitian di Asia dilakukan oleh Sanjoy et al
(2017) pada perawat India, dengan menggunakan metode cross sectional,
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa aktivitas fisik seperti mengangkat
benda dan pasien memiliki hubungan yang bermakna dengan nyeri punggug
bawah.
38
Hasil studi ini berbeda dengan hasil studi cross sectional oleh Asadi, Kasmaei,
Ziabari, dan Zohrevandi (2016) mereka menemukan bahwa hanya usia yang
memiiki hubungan dengan nyeri punggung bawah sedangkan aktivitas fisik tidak
dengan hasil uji p-value=0,05. Hasil Studi dari Frantz (2012), juga menemukan
hasil yang berbeda, dengan menggunakan metode cross sectional studi tersebut
mendapatkan hasil bahwa Usia, status perkawinan dan pengalaman kerja perawat
secara signifikan memiliki hubungan bermakna dengan nyeri punggung bawah,
namum aktivitas fisik tidak memiliki hubungan dengan nyeri punggung bawah.
dari kedua penelitian ini sama-sama mengguakan International Physical Activity
Quesionnarie sebagai alat ukur aktivitas fisik perawat, dari hasil studi ini mereka
berharap ada alat ukur yang lebih baik untuk mengukur aktivitas fisik seorang
perawat, karna aktivitas fisik seorang perawat tidak dapat diukur menggunakan
alat ukur aktivitas fisik seperti profesi lainya atau secara umum.
Peneliti berasumsi bahwa adanya perbedaan dalam hasil penelitian antara aktivitas
fisik dan nyeri punggung bawah dikarenakan alat ukur aktivitas fisik yang
berbeda, ini menjelaskan bahwa aktivitas fisik seorang perawat memerlukan alat
ukur yang tepat karna profesi seorang perawat berbeda dengan profesi yang
lainnya, peneliti juga berasumsi bahwa aktivitas fisik seorang perawat tidak murni
karena aktivitas fisik ditempat kerja karna sesuai dengan teori dari Bouchard,
39
Blair, & Haskel, (2012) bahwa aktivitas fisik adalah aktivitas seseorang selama
bekerja, sampai waktu senggang, yang artinya aktivitas setelah jam dinas dapat
mempengaruhi berat tidaknya aktivitas seorang perawat, sehingga dalam
penelitian ini peneliti memakai alat ukur yang terbagi atas tiga bagian, yaitu
bagian aktivitas selama jam dinas, diluar jam dinas dan waktu senggang, Faktor
lain yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah pada adalah usia dan jenis
kelamin karna sesuai dari hasil studi dari Sanjoy et al(2017), ia menemukan
bahwa nyeri punggung bawah meningkat seiring berjalannya usia dan puncaknya
adalah pada usia 55 tahun dan ia juga menemukan bahwa perawat yang lebih
muda sedikit menglami Nyeri Punggung Bawah daripada perawat yang sudah
berusia lebih tua. Studi dari Ovayolu, Genc, & Col-Araz (2014), menunjukkan
bahwa prevalensi kejadian nyeri punggung bawah pada perawat lebih tinggi pada
perawat perempuan daripada laki-laki. Kesimpulan dari hasil penelitian ini
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
nyeri punggung bawah pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk
Banggai dengan hasil uji hipotesa menggunakan uji chi-square (lampiran 15)
didapatkan nilai dari p-value=0,001, namun perlu diperhatikan bahwa tidak
semua aktivitas fisik di tempat kerja yang dapat membuat aktivitas fisik seorang
perawat menjadi berat atau tinggi, dalam hal ini juga perlu diperhatikan faktor
usia dan jenis kelamin seorang perawat.