Anda di halaman 1dari 3

Aphrodite Nadya N

14/364155/KU/17081

SENSITIVITAS, SPESIFISITAS, PPV, DAN PPV RAPID TEST


DAN ELISA UNTUK SCREENING INFEKSI HIV
Screening adalah suatu upaya mendeteksi secara cepat kelompok masyarakat yang beresiko
mempunyai suatu penyakit. Dalam melaksanakan screening, peneliti memerlukan alat
screening yang mudah digunakan, murah, dan mempunyai tingkat ketelitian yang mendekati
gold standar (alat/uji yang biasanya digunakan untuk menguji suatu penyakit dengan akurasi
yang lebih tepat). Untuk mengetahui tingkat ketelitian alat screening, dapat digunakan empat
indikator, yaitu dengan melihat sensitivitas, spesifisitas, negative predictive value (NPV), dan
positive predictive value (PPV).
Sensitivitas dari sebuah uji adalah kemampuan untuk secara tepat mengidentifikasi orang
yang benar-benar mempunyai resiko penyakit. Spesifisitas adalah kemampuan suatu uji untuk
secara tepat mengidentifikasi orang yang tidak mempunyai resiko penyakit. Negative
predictive value adalah proporsi/probabilitas seseorag benar-benar tidak beresiko suatu
penyakit. Positive predictive value adalah proporsi/probabilitas seseorang benar-benar
mempunyai resiko penyakit. Untuk mengetahui sensitivitas, spesitifitas, negative predictive
value, dan positive predictive value, alat screening dibandingkan dengan gold standar dan
hasil pengujiannya dituliskan dalam bentuk tabel :

Gold Standar
Total
+
Uji
Screening
Total

+
_

True Positive (TP)


False
(FN)
TP + FP

False Positive (FP)

Negative True Negative (TN)


FN + TN

TP + FP
FP + TN
TP+FN+FP+TN

Spesitivitas =

PPV =

TN
TN + FP

Sensitivitas =

TP
TP + FP

NPV =

TP
FN + TP

TN
TN + FN

Pada artikel penelitian berjudul Rapid test versus ELISA for Screening of HIV Infection:
Our Experience from a Voluntary Counseling and Testing Facility of a Tertiary Care
Centre In North India , peneliti ingin mengetahui tingkat sensitivitas, spesifisitas, NPV, dan
PPV dari rapid test yang biasa dilakukan untuk mengscreening kasus infeksi HIV
dibandingkan dengan gold standar, yaitu metode ELISA. Rapid test yang diuji adalah SD
Bioline HIV-1/2 3.0 dengan gold standar yang digunakan Microlisa-HIV.
Penelitian dilakukan di India Selatan dengan spesimen serum, plasma darah sebanyak 787
responden. 787 Serum, plasma pada fase pertama diuji menggunakan SD Bioline HIV-1/2
3.0..Serum, plasma yang menunjukan hasil positive pada uji SD Bioline HIV-1/2 3.0 diuji
kembali menggunakan uji Pareekshak HIV-1/2 Triline card test dan Pareekshak HIV-1/2
rapid test kit (Trispot) untuk memastikan hasilnya positif. Hasil pengujian menggunakan
Pareekshak HIV-1/2 Triline card test dan Pareekshak HIV-1/2 rapid test kit (Trispot) tidak
diuji sensitivitas, spesifisitasnya karena sifatnya hanya untuk mengecek hasil positif pada
sampel dari uji pertama. Pada fase kedua, 787 serum, plasma yang sama diuji ulang
mengguakan Microlisa-HIV. Pengujian dengan Microlisa-HIV dilakukan dua kali untuk
memastikan hasilnya. Semua sampel yang positif oleh uji Microlisa-HIV dan rapid test
dikonfirmasi menggunakan metode western blot.
Hasilnya, dari 787 sampel yang diuji menggunakan SD Bioline-1/2 3.0 sebanyak 36
sampelnya reaktif/menunjukan hasil positif. Sebanyak 5 sampel menunjukan nilai false
positive (negatif oleh ELISA dan western blot ). Sedangkan 787 sampel yang diuji
menggunakan Microlisa-HIV menunjukan sebanyak 40 sampel positif, 9 sampel diantaranya
menunjukkan nilai negatif bila diuji dengan SD Bioline-1/2 3.0. Dalam bentuk tabel :

Microlisa-HIV
+

Total

+
_

Rapid test
Total
Sensitivitas =

31
9
40

31
40

5
742
747

36
751
787

Spesifisitas =

= 0,775 (77,5%)
PPV =

31
36

= 0,861 (86,1%)

742
747

= 0,993 (99,3%)
NPV =

742
751

= 0,988 (98,8%)

Didapatkan nilai sensitivitas sebesar 77,5%, spesifisitas sebesar 99,3%, PPV sebesar 86,1%,
dan NPV sebesar 98,8%. Dengan nilai false negative sebanyak 9 orang. Hal ini dapat
disebabkan karena hasil titrasi antibodi yang rendah sehingga tidak dapat dideteksi oleh rapid
test, namun dapat dideteksi oleh uji ELISA. Nilai false positive sebanyak 5 orang. False
positive dapat disebabkan karena kesalahan teknis saat pengujian, kesalahan pelabelan
sampel, atau kesalahan interpretasi.
Berdasarkan nilai sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV yang didapatkan oleh rapid test
dibandingkan dengan ELISA, dapat disimpulkan bahwa rapid test yang digunakan cukup
baik untuk mendeteksi adanya infeksi HIV pada suatu kelompok. Kekurangan yang ada pada
rapid test dapat diatasi dengan pengujian kedua menggunakan uji ELISA, menggunakan
rapid test tambahan untuk mendeteksi antigen p24, dan mengkonfirmasi sampel/hasil yang
positif menggunakan western blot.

Anda mungkin juga menyukai