PRO
Kelompok 3
Test PCR adalah jenis pemeriksaan untuk mendeteksi pola genetik (DNA
dan RNA) dari suatu sel, kuman, atau virus, termasuk virus Corona (SARS-CoV-
2). Hingga saat ini, tes PCR merupakan tes yang direkomendasikan oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendiagnosis COVID-19. Jenis pemeriksaan
untuk mendeteksi COVID-19 ini akan menggunakan sampel lendir dari hidung
atau tenggorokan. Dua lokasi ini dipilih karena menjadi tempat virus akan
menggandakan dirinya. Tingkat akurasi tes PCR cukup tinggi, tetapi pemeriksaan
ini membutuhkan waktu yang cukup lama hingga hasilnya keluar, yaitu sekitar 1–
7 hari karena melalui dua kali proses yaitu, ekstraksi dan amplifikasi. Tes PCR
umumnya perlu dilakukan pada orang yang mengalami gejala COVID-19, seperti
batuk, pilek, demam, terganggunya indra penciuman, serta sesak napas,
khususnya jika orang tersebut memiliki riwayat kontak dengan pasien
terkonfirmasi COVID-19.
2. Rapid Test
Selain tes PCR, rapid test juga kerap digunakan sebagai pemeriksaan awal
atau skrining COVID-19. Sesuai namanya, hasil rapid test bisa langsung diketahui
dalam waktu yang singkat, biasanya hanya sekitar beberapa menit atau paling
lama 1 jam untuk menunggu hasil pemeriksaan keluar. Hingga saat ini, terdapat
dua jenis rapid test yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus
Corona di dalam tubuh pasien, yaitu: Rapid test Antibodi dan Rapid test Antigen.
Antigen merupakan suatu zat atau benda asing, misalnya racun, kuman, atau
virus, yang dapat masuk ke dalam tubuh. Sebagian antigen dapat dianggap
berbahaya oleh tubuh, sehingga memicu sistem imunitas untuk membentuk zat
kekebalan tubuh (antibodi). Reaksi ini merupakan bentuk pertahanan alami tubuh
untuk mencegah terjadinya penyakit. Virus Corona yang masuk ke dalam tubuh
akan terdeteksi sebagai antigen oleh sistem imunitas. Antigen ini juga dapat
dideteksi melalui pemeriksaan rapid test antigen. Rapid test antigen untuk virus
Corona dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan
melalui proses swab. Untuk memberikan hasil yang lebih akurat, pemeriksaan
rapid test antigen perlu dilakukan paling lambat 5 hari setelah munculnya gejala
COVID-19. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan rapid test
antigen virus Corona memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan rapid
test antibodi. Akan tetapi, pemeriksaan rapid test antigen dinilai belum seakurat
tes PCR untuk mendiagnosis COVID-19.
Antigen, termasuk virus Corona, yang masuk ke dalam tubuh dapat terdeteksi
oleh sistem imunitas tubuh. Setelah antigen terdeteksi, sistem imun akan
memproduksi antibodi untuk memusnahkannya. Keberadaan antibodi untuk
membasmi virus Corona bisa dideteksi melalui rapid test antibodi. Jenis rapid test
untuk COVID-19 ini merupakan jenis rapid test yang paling awal muncul.
Sayangnya, tes ini memiliki tingkat akurasi yang rendah dalam mendeteksi
keberadaan virus Corona di dalam tubuh. Inilah sebabnya rapid test antibodi tidak
layak digunakan sebagai metode pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit
COVID-19. Hasil pemeriksaan rapid test antibodi untuk COVID-19 dibaca
sebagai reaktif (positif) dan nonreaktif (negatif). Saat ini, rapid test antigen dan
antibodi sudah tersedia di Indonesia. Berdasarkan tingkat ketepatan pemeriksaan,
metode pemeriksaan yang dinilai paling akurat untuk mendeteksi keberadaan
virus Corona di dalam tubuh adalah rapid test antigen dan tes PCR.
Sebuah tes skrining yang ideal adalah yang mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas tinggi yang berarti validitasnya juga tinggi. Validitas sebuah tes
skrining didasarkan atas akurasinya dalam mengidentifikasi individu ke dalam
sakit dan tidak sakit. Sensitivitas: Adalah kemampuan tes untuk menunjukkan
individu mana yang menderita sakit dari seluruh populasi yang benar-benar sakit.
Sedangkan Validitas: Adalah kemampuan tes untuk menunjukkan dengan benar
(akurat) individu mana yang menderita sakit dan mana yang tidak. Validitas tes
dicerminkan dengan sensitivitas dan spesifisitas.
Ada dua hal yang harus diperhatikan yakni: false positive (positif palsu)
dan
false negative (negatif palsu).
• False positives, yakni mereka yang tesnya positif tetapi sebenarnya tidak
berpenyakit.
• False negatives, yakni mereka yang tesnya negatif padahal sebenarnya
mereka berpenyakit.
Aksiologi : Rapid test berbasis reaksi serologis sebagai “tools screening test” pada
kasus COVID-19
Alat kit ini sangat bagus digunakan sebagai tools screening test
sebagaimana disebutkan oleh Prof. drh. Wiku Adisasmito yang merupakan ketua
gugus penanggulangan COVID-19 di Indonesia, rapid test antibodi memiliki
keunggulan yaitu waktu pengujian yang cepat walaupun spesifitas dan sensitivas
60-80 persen namun sangat baik digunakan untuk screening awal dari penyebaran
COVID-19 sehingga pemerintah dapat mengambil tindakan dengan cepat dan
tepat. Li et al. (2020) juga menyebutkan rapid antibodi dapat menambah nilai
pada diagnosis dan pengobatan pada kasus COVID-19. Perbedaan deteksi
antibodi IgM cenderung menunjukkan paparan baru terhadap SARS-CoV-2,
sedangkan deteksi IgG antibodi COVID-19 menunjukkan paparan virus beberapa
waktu lalu.
Kesimpulan
Rapid test berbasis serologi sangat bagus digunakan sebagai alat skrinning suatu
penyakit dikarenakan murah, mudah dan cepat serta dapat dijangkau oleh semua
kalangan masyarakat serta memudahkan pemerintah untuk bergerak cepat
terhadap suatu penyakit melalui screening yang dilakukan dengan kit rapid
antibodi dibandingkan denganmetode diagnostik lainnya seperti PCR.
Daftar Pustaka