Referat Uveitis Anterior
Referat Uveitis Anterior
PENDAHULUAN
Uveitis merupakan peradangan pada traktus uvea. Radang uvea dapat mengenai
hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput pelangi (iris) yang disebut iritis.
Bila mengenai bagian tengah uvea maka disebut dengan siklitis. Iritis biasanya
akan diikuti dengan siklitis yang disebut dengan uveitis anterior. Uveitis anterior
merupakan penyakit mendadak yang biasanya terjadi selama 6-8 minggu. Bila
radang mengenai selaput hitam bagian belakang mata disebut koroiditis. Kelainan
inflamasi di traktus uvealis berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik dan
beberapa diantaranya mengancam nyawa bila tidak dikenali. Uveitis paling
banyak yaitu uveitis anterior sekitar 90,6% dari kasus uveitis.
benar,
minimalisasi
efek
samping
dari
uveitis
serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan sklera. Koroid kaya akan pembuluh darah yang memberikan nutrisi untuk
segmen posterior dari retina.
sel
plasma,
fagosit
mononuklear
dan
sedikit
sel
merupakan
reaksi
vaskular
yang
dominan
yang
Onset
Nyeri
Non granulomatosa
Akut
Nyata
Granulomatosa
Tersembunyi
Tidak ada atau
Fotofobia
Penglihatan Kabur
Merah
Nyata
Sedang
Nyata
ringan
Ringan
Nyata
Ringan
sirkumkorneal
Keratic precipitate
Putih halus
Kelabu
Pupil
(mutton fat)
Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur
Sinekia posterior
Nodul iris
Lokasi
Kadang-kadang
Tidak ada
Uvea anterior
(bervariasi)
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Uvea
anterior,
Akut
Sering
Perjalanan penyakit
Kekambuhan
besar
Patofisiologi
Peradangan uvea biasanya unilateral dapat disebabkan oleh efek langsung
suatu infeksi atau fenomena alergi. Inflamasi dari iris dan korpus siliaris
menyebabkan rusaknya blood-aqueuous barrier sehingga terjadi peningkatan
protein, fibrin dan sel radang di dalam humor aquous yang tampak pada
penyinaran miring berupa flare. Fibrin yang harusnya dihasilkan untuk
menghambat gerakan kuman, justru mengakibatkan perlengkatan iris dengan
permukaan lensa (sinekia posterior). Sel radang (limfosit, makrofag, sel
plasma) akan melekat pada permukaan endotel kornea membentuk keratik
presipitat. Bila ukuran presipitat besa membentuk mutton fat. Akumulasi dari
sel radang juga dapat ditemukan di tepi pupil berupa koeppe nodules atau
dipermukaan iris berupa busacca nodules. Peradangan dapat merangsang otot
sfingter pupil sehingga pupil menjadi miosis dan adanya timbunan fibrin dan
sel radang terjadi seklusio atau oklusio pupil. Bila seklusio atau oklusio pupil
total maka cairan dalam bilik mata belakang tidak dapat mengalir yang
menyebabkan tekanan intraokular meningkat sehingga iris menggembung ke
depan (iris bombe) dan menyebabkan glaukoma.
Pemeriksaan fisik
Visus
Visus biasanya normal atau sedikit menurun. Pada episode yang berat
visus dapat sangat rendah.
Tekanan intraokular
10
11
Iris
Sinekia posterior biasanya ditemukan pada uveitis. Nodul inflamasi tidak
ditemukan pada iritis nongranulomatosa. Nodul koepe dapat ditemukan
pada Fuchs heterochromic iridocyclitis. Atrofi dari iris dapat ditemukan
Diagnosa banding
Diagnosa banding dari uveitis dapat berupa konjungtivitis, keratitis atau
keratokonjungtivitis, glaukoma akut. Pada konjungtivitis penglihatan tidak
kabur, respon pupil normal, ada kotoran mata dan umumnya tidak ada rasa
sakit, fotofobia atau injeksi siliaris. Pada keratitis atau keratokonjungtivitis,
penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab
keratitis seperti herpes simpleks dan herpes zoster biasanya juga dapat
menyertai uveitis anterior. Pada glaukoma akut pupil melebar, tidak
ditemukan sinekia posterior.
Komplikasi
Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior maupun posterior.
Sinekia anterior dapat menganggu aliran keluar aquos disudut bilik mata dan
menyebabkan glaukoma. Sinekia posterior dapat menyebabkan glaukoma
sekunder sudut tertutup dengan terbentuknya seklusio pupil dan penonjolan
iris ke depan (iris bombe). Peradangan di bilik mata depan maupun belakang
akan menyebabkan terjadinya penebalan dan opasifikasi lensa. Hal ini
menimbulkan kelainan refraksi ringan misalnya miopia.
12
13
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
AA.
2015.
Uveitis,
Anterior,
Nongranulomatous.
Tersedia
dari:
Tersedia
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1209595-overview
Dahl
AA.
2014.
Uveitis,
Anterior,
granulomatous.
http://emedicine.medscape.com/article/1209505-overview
Ilyas S. 2010. Ilmu Penyakit mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Muchatuta
MN.
2015.
Iritis
and
Uveitis.
Tersedia
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/798323-overview
Tortora GJ dan Sandra RG. 2003. Principle of Anatomy and Physiology 10th
Edition. USA: John Wiley & Sons Inc
Vaughan DG dan Asbury T.Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC
16