Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tekanan Darah
1.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007), sedangkan
menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding
arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri
agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer &
Bare, 2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).
1.2 Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Joewono (2003) tekanan darah biasanya diukur secara tidak
langsung dengan sphygmomanometer air raksa pada posisi duduk atau terlentang.
Pada saat mengukur tekakana darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal
berikut :
1.2.1 Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan
yang tenang.
1.2.2 Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukurannya lebih
kecil pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran
sekitar 2/3 lengan).
1.2.3 Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar
iga IV).
6

Universitas Sumatera Utara

1.2.4 Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang.
1.2.5 Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) di atas tekanan
sistolik (palpasi), kemudian turunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik)
dan di monitor di atas brakhialis.
1.2.6 Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara korotkoff I
sedangkan tekanan diastolik pada saat korotkoff V menghilang., bila
suara tetap tedengar, dipakai patokan korotkoff IV (muffling sound).
1.2.7 Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama
bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer.
1.2.8 Perlu pengukuran pada posisi duduk atau terlentang dan berdiri
untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada
orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lainnya yang menimbulkan
hal tersebut.
Smeltzer & Bare (2001) mengatakan adapun cara pengukuran tekanan
darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada
lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan
sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan
bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup.
Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya
denyutan radial, kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan
pembacaan secara auskultasi maupun palpasi dengan palpasi kita hanya dapat
mengukur tekanan sistolik, sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur
tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara

Mengauskultasi tekanan darah yaitu dengan cara ujung stetoskop yang


berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah
lipatan siku (rongga ante kubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis
muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2
sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan bunyi berdetak, yang
menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi
korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar
dari arteri brachialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan
diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).
1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah
Pemeliharaan tekanan darah agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah
merupakan faktor yang penting, beberapa sistem terlibat dalam pengontrolan
tekanan darah yaitu jantung, arteri, ginjal, berbagai hormon, enzim dan juga
sistem saraf (sheps, 2005).
Untuk mengatur aliran darah yang datang dari jantung, arteri dilapisi otot
halus yang memungkinkan arteri mengembang dan mengerut pada saat darah
mengalir, makin lentur arteri semakin sedikit tahanannya terhadap aliran darah
sehingga sedikit tenaga dibebankan pada dindingnya, jika arteri kehilangan
kelenturannya atau terjadi penyempitan maka tahanan terhadap aliran darah
meningkat dan diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah
keseluruh tubuh. Peningkatan tenaga ini dapat berperan pada kenaikan tekanan
darah (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Ginjal mengatur jumlah natrium dan volume air

yang beredar dalam

tubuh. Natrium bersifat menahan air, jadi makin tinggi kadar natrium dalam
tubuh, semakin banyak pula kandungan air dalam darah kita. Kelebihan air ini
dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu kelebihan natrium dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sistem susunan saraf pusat
dibarengi dengan hormon, enzim dan zat-zat kimia lain juga mempengaruhi
tekanan darah (Sheps , 2005).

2. Hipertensi
2.1 Pengertian
Tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi adalah dimana tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer,
2007), sedangkan menurut Muhammadun (2010) tekanan darah tinggi merupakan
tekanan tinggi di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut
darah dari jantung dan memompakannya keseluruh jaringan dan organ-organ
tubuh.
Menurut Ruhyanuddin (2007) secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri yang
dapat menyebabkan peningkatan resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : hipertensi
bedasarkan penyebab dah hipertensi berdasarkan tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

2.2.1. Hipertensi berdasarkan penyebab


Hipertensi berdasarkan penyebab dapat dikelompokkan dalam dua
kategori besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi skunder (Palmer,
2007).
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan
darah

sebagai akibat dari gaya hidup individu dan faktor lingkungan

(Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan hipertensi primer merupakan


tipe yang terjadi sekitar 95% pada sebahagian besar kasus tekanan darah tinggi.
Hipertensi esensial (primer) biasanya dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari
adanya penyakit lain (Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan bahwa
hipertensi sekunder lebih jarang terjadi hanya sekitar 5%, hipertensi sekunder
disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit jantung atau reaksi
terhadap obat - obatan tertentu.
2.2.2 Hipertensi berdasarkan tekanan darah
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi


Kategori
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
Normal
Dibawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Hipertensi perbatasan
130-139 mmHg
85-89 mmHg
Hipertensi Ringan (stadium 1)
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Hipertensi Sedang (stadium 2)
160-179 mmHg
100-109 mmHg
Hipertensi Berat (stadium 3)
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Hipertensi Maligna (stadium 4)
210 mmHg atau
120 mmHg atau
lebih
lebih
Diambil dari Ruhyanuddin, F (2007). Asuahan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskulerl. Malang: UMM press
2.3 Faktor Resiko
Ada empat faktor resiko utama yang tidak dapat diubah dan tidak dapat
dikendalikan pada hipertensi.
2.3.1 Ras
Data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III, 1988-1991) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi
berkulit hitam 40% lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkulit putih.
Diantara orang berusia 18 tahun ke atas, perbandingan jumlah penderita
hipertensinya adalah 32,4% berkulit hitam dan 23,3% berkulit putih (Sheps,
2005).
Di Amerika Serikat, angka tertinggi untuk penyakit hipertensi adalah
pada orang berulit hitam yang tinggal di negara - negara bagian sebelah tenggara.
Pada golongan ini, hipertensi biasanya timbul pada usia lebih muda dibandingkan
dengan orang berkulit putih, bahkan perkembangannya cenderung lebih cepat dan
menonjol (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Usia
Usia merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan
darah, seiring bertambahnya usia maka resiko untuk menderita penyakit hipertensi
juga semakin meningkat, meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala
usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Diantara
orang Amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65
tahun ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).
Peningkatan tekanan darah sesuai dengan pertambahan usia
merupakan hal yang fisiologis dari tubuh. Peningkatan tekanan darah ini
disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah, dan hormon
(Sheps, 2005).
2.3.3 Riwayat keluarga
Riwayat keluarga cenderung merupakan faktor terjadi timbulnya
hipertensi, karena hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika salah
satu dari orang tua menderita penyakit hipertensi maka sepanjang hidup anaknya
akan mempunyai 25% kemungkinan menderita hipertensi dan jika kedua orang
tua menderita penyakit hipertensi maka kemungkinan anaknya menderita penyakit
hipertensi menjadi 60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi pada orang yang
kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan bahwa kasus-kasus
tertentu terdapat komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005).
2.3.4 Jenis kelamin
Jenis kelamin salah satu yang mempengaruhi terjadinya hipertensi,
hipertensi banyak diderita pada jenis kelamin laki-laki, baik pada dewasa awal

Universitas Sumatera Utara

maupun dewasa tengah, namun setelah usia 55 tahun ketika wanita mengalami
menopause, hipertensi menjadi lebih lazim dijumpai pada wanita. Diantara
penduduk Amerika yang berusia 18 tahun keatas, 34% pria dan 31% wanita
berkulit hitam menderita penyakit hipertensi. Pada pria berkulit putih 25% dan
pada wanita berkulit putih 21% menderita penyakit hipertensi, sedangkan pada
keturunan Asia dan suku-suku di kepulauan Pasifik ditemukan hanya 10% pria
dan 8% wanita menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).
2.4 Bahaya Hipertensi
Penyebab dari tekanan darah tinggi yaitu pertama yang disebabkan oleh
tekanan darah tinggi esensial yang disebut juga tekanan darah tinggi primer
yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui. Tekanan darah
tinggi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya tekanan
darah (Ruhyanuddin, 2007)
Kedua yaitu tekanan darah tinggi sekunder, penyebab tekanan darah
tinggi sekunder sekitar 5-10% penderita hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis,
tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista, trauma pada ginjal, terapi
penyinaran pada ginjal dan sekitar 1-2% disebabkan oleh kelainan pada
hormonal seperti hiperaldosteronisme, syndrome cushing dan feokromositoma
atau pemakaian obat-obat tertentu seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin,
eritropoitin, kokain dan penyalahgunaan alkohol (Ruhyanuddin, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen
(Smeltzer & Bare, 2001).
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer
& Bare, 2001).
Pada saat bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah (Smeltzer
& Bare, 2001).
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

Universitas Sumatera Utara

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
menurunkan

kemampuan

distensi

dan

daya

regang

pembuluh

darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam


mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,
2001).
2.6 Gejala Klinis
Sebahagian besar klien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai
gejala spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya
diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik saja (Kurt, 2000), kadang - kadang
seseorang menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakan
tanda-tanda meningkatnya tekanan darah, padahal itu sebahagian kecil yang
terjadi (Sheps, 2005).
Sebuah penelitian menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepala
dengan meningkatnya tekanan darah, bahkan sebahagian orang tidak merasakan

Universitas Sumatera Utara

tanda atau gejala apapun. Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan
Hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyut
jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005).
2.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis
atau dengan penatalaksanaan non-farmakologis.
2.7.1 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi
dengan menggunakan obat - obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.
Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan
farmakologis, yaitu:
a. Diuretik
Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk
mengobati hipertensi dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain (Sheps,
2005). Diuretik bekerja membantu ginjal membuang garam dan air yang akan
mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah
(Ruhyanuddin, 2007), sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat
menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat
menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin.
Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan
tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

b. Penghambat Andrenergik
Penghambat andrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari alfa-blocker, beta blocker, alfa-beta-blocker labetalol, yang bekerja
menghambat efek sistem saraf yang dengan segera akan memberiakn respon
terhadap stres dengan cara menurunkan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2007).
Obat ini dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat
kerja hormon epinefrin yang dikenal dengan sebutan adrenalin ynag menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitnya pembuluh darah. Obat ini
bekerja memperlambat denyut jantung dan menurunkan denyutannya, sehingga
membantu menurunkan tekanan darah. Obat ini juga memperlambat pengeluaran
enzim renin dari ginjal. Renin ikut berperan dalam produksi angiostensin II, yaitu
suatu zat lain yang juga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan
meningkatkan tekanan darah (Sheps, 2005).
c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
Angiotensin converting enzyme inhibitor adalah merupakan obat
yang umumnya dipilih dokter untuk mengobati hipertensi, obat ini cukup efektif
dan hanya menimbulkan sedikit efek samping (Sheps, 2005). Obat ini dapat
menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri (Ruhyanuddin, 2007).
Menurut Palmer (2007) obat ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara
memblokade produksi hormon angiotensin II yang menyebabkan konstriksi
pembuluh darah, dengan demikian obat ini dapat memperlebar pembuluh darah
dan mengurangi tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

d. Vasodilatator
Vasodilator adalah golongan obat yang kuat, biasanya digunakan
untuk mengobati kasus - kasus hipertensi berat yang tidak memberikan respon
terhadap obat lain. Obat ini bekerja secara langsung pada dinding otot dinding
pembuluh darah arteri dengan mencegah otot untuk berkontraksi dan mencegah
pembuluh darah menyempit (Sheps, 2005). Menurut Ruhyanuddin (2007) obat ini
bekerja secara langsung terhadap obat lain dapat secara langsung memperlebar
pembuluh darah
e. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium adalah golongan obat yang efektif dan secara
umum dapat ditoleransi dengan baik (Sheps, 2005). Obat ini berkerja
mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel - sel dan mengendurkan otot - otot di
dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran
darah dan tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau
pelebar pembuluh darah (Hayens, 2003).
2.7.2 Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Menurut Palmer (2007) perubahan gaya hidup secara global berperan
besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi, terlebih lagi perubahan ini
disertai penurunan aktivitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan jumlah
populasi orang yang kelebihan berat badan dan resiko menyandang diabetes, oleh
karena itu faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya
adalah diri sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Langkah-langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para


penderita hipertensi yaitu:
a. Mengontrol pola makan
Makanan merupakan faktor yang penting dalam menentukan
tekanan darah. Menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan
total lemak serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak yang
telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Pola makan tersebut
sebaiknya juga menyertai produk gandum, ikan, unggas dan kacang-kacangan,
serta mengurangi jumlah daging merah, makanan manis dan minuman yang
megandung gula (Palmer, 2007).
b. Mengurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam merupakan salah satu pencegahan dari
peningkatan tekanan darah. Penelitian ilmiah bertahun-tahun menunjukkan bahwa
asupan garam dalam makanan kita terlalu banyak, dengan membatasi asupan
garam, kita dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. Anjuran
pengurangan asupan garam yang terbaru adalah dibawah 6 gram per hari sekitar 1
sendok teh (Palmer, 2007).
c. Olah raga atau aktivitas
Individu yang gaya hidupnya tidak aktif akan lebih rentan
terhadap tekanan darah tinggi. Olah raga secara teratur tidak hanya menjaga tubuh
dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Latihan
aerobik sedang selama 30 menit sehari dapat menurunkan tekanan darah, jenis
olah raga lainnya yaitu berjalan kaki, bersepeda dan berenang (Palmer, 2007),

Universitas Sumatera Utara

tetapi olah raga yang harus dihindari pada penderita hipertensi yaitu latihan fisik
isometrik seperti angkat besi karena latihan tersebut dapat meningkatkan tekanan
darah (Joewono, 2003).
Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk
meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya
mengantar anak kesekolah, sisihkan waktu 30 menit sebelum berangkat bekerja
untuk berenang di kolam renang terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja
selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu, mulailah berlari setiap hari dimana
melakukan latihan ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan,
pada saat istirahat makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan,
pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau bersepeda bersama keluarga atau
teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan aktivitas baru misalnya bergabung
dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga
dibandingkan lift atau eskalator.
d. Penurunan berat badan
Perunanan berat badan merupakan salah satu penanganan dalam
menurunkan tekanan darah. Secara umum semakin tinggi berat badan seseorang
maka semakin tinggi pula tekanan darahnya (Palmer, 2007). Menurut Joewono
(2003) obesitas merupakan faktor predisposisi yang mengakibatkan terjadinya
hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5kg pada penderita hipertensi dengan
obesitas kelebihan berat badan lebih dari 10kg dapat menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor resiko yang
lain seperti : resistensi insulin, diabetes melitus dan hiperlipidemia .

Universitas Sumatera Utara

e. Berhenti merokok
Berhenti merokok merupakan salah satu penanganan dalam
penurunan tekanan darah. Zat - zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan
dalam dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak.
Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras penyempitan
pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung
serta tekanan darah (Sheps, 2002), maka dengan berhentinya merokok merupakan
gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan non
kardiovaskuler pada penderita hipertensi (Joewono, 2003).
f. Membatasi konsumsi alkohol
Diperkirakan konsumsi alkohol yang berlebihan menjadi
penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Bagaimana dan mengapa
alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas, namun sudah
menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum - minuman beralkohol
berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ, maka paling aman adalah
minum secukupnya ataupun tidak sama sekali (Sheps, 2002).
2.8 Komplikasi
Hipertensi harus dikendalikan sebab semakin lama tekanan yang
berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh.
Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah pembuluh arteri ,
jantung , otak, ginjal dan mata (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.8.1 Sistem kardiovaskuler


Hipertensi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan dapat
menimbulkan arteriosklerosis, aterosklerosis, aneurisma, penyakit arteri koronoria
dan gagal jantung.
a. Arteriosklerosis
Sklerosis merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang
artinya pengerasan, jadi arteriosklerosis adalah pengerasan yang terjadi pada
arteri. Arteri yang sehat adalah arteri yang fleksibel, kuat dan elastis.
Lapisan dalamnya mulus sehingga darah dapat melaluinya tanpa hambatan.
Setelah bertahun-tahun, dengan banyaknya tekanan pada arteri maka dinding
arteri akan menjadi tebal dan kaku, terkadang arteri yang kaku di lengan
bawah dapat teraba dan terasa seperti pipa-pipa kecil yang keras (Sheps,
2005).
b. Aterosklerosis
Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang kata ather
berarti bubur, yang merupakan timbunan lemak di dalam pembuluh darah
yang lembek seperti bubur. Hipertensi dapat mempercepat penumpukan
lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri, penumpukan lemak
dalam jumlah besar disebut plak, lama-kelamaan plak dapat mengeras dan dapat
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2005).
c. Aneurisma
Aneurisma adalah pembuluh darah yang tidak elastis lagi dan
melemah dan akan menimbulkan titik-titik tertentu pada dindingnya yang

Universitas Sumatera Utara

menggelembung seperti balon. Pada awalnya aneurisma tidak menimbulkan gejala


apa - apa, namun pada tahap lanjut, aneurisma pada arteri otak dapat
menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang tidak bisa hilang. Aneurisma di arteri
perut dapat menyebabkan sakit perut yang berkepanjangan dan sakit pinggang
pada bagian bawah. Bahaya paling besar pada aneurisma adalah kemungkinan
bocor atau pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan yang fatal
(Sheps, 2005).
d. Penyakit arteri koronaria
Penyakit arteri koronaria adalah penyait akibat dari kerusakan
pada arteri utama yang memberi pasokan darah pada otot jantung. Penimbunan
plak dalam arteri sering dijumpai pada seseorang dengan tekanan darah
tinggi. Plak mengurangi aliran darah ke otot jantung sehingga dapat
menyebabkan serangan jantung (Sheps, 2005).
e. Gagal jantung
Gagal jantung yaitu dimana jantung tidak kuat memompa darah
yang kembali ke jantung dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul di dalam paruparu, kaki dan jaringan lainnya, keadaan ini disebut edema. Cairan dalam paruparu menyebabkan sesak nafas, sedangkan cairan yang di tungkai menyebabkan
kaki membengkak (Sheps, 2005).
2.8.2 Otak
Hipertensi dapat menganggu sistem kerja otak dan dapat
menyebabkan stroke iskemik, stroke hemoragis dan dimensia.

Universitas Sumatera Utara

a. Stroke iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang biasanya mengenai bagian otak
serebrum yaitu bagian yang mengatur gerakan, bahasa dan rasa. Stroke ini
disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah akibat
menumpuknya plak dalam arteri, sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar
plak yang merangsang terjadinya pembentukan berupa gumpalan darah (Sheps,
2005).
b. Stroke hemoragis
Stroke hemoragis yaitu stroke yang terjadi akibat bocor atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Darah

yang

mengalir

keluar

menggenangi jaringan otak sekitarnya, sehingga merusak jaringan tersebut.


Sel - sel otak yang jauh dari lokasi kebocoran ataupun robekan itu juga ikut
rusak karena kekurangan darah (Sheps, 2005).
c. Dimensia
Dimensia yaitu hilangnya daya ingat dan kemampuan mental.
Hasil penelitian menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan dimensia.
Resiko demensia ini meningkat secara tajam pada usia 70 tahun ke atas.
Sejak saat hipertensi didiagnosa, dimensia dapat timbul beberapa tahun
kemudian (Sheps, 2005).
2.8.3 Ginjal
Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan mineral, derajat asam dan
air dalam darah. Ginjal juga menghasilkan zat-zat kimia yang mengontrol ukuran
pembuluh darah dan fungsinya, jika pembuluh darah dalam ginjal mengalami

Universitas Sumatera Utara

aterosklerosis karena tekanan darah yang terlalu tinggi, maka aliran darah ke
nefron (jaringan penyaring yang sangat halus dalam ginjal) akan menurun
sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dari dalam darah, lama kelamaan produk sisa akan menumpuk di dalam darah mengakibatkan ginjal akan
mengecil dan berhenti berfungsi ( Sheps , 2005).
2.8.5 Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan retina (area mata yang sensitif terhadap
cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina, penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan (Palmer, 2007).

3. Buah Mengkudu (Morinda citrifolis)


3.1. Pengertian
Mengkudu (Morinda citrifolis) adalah termasuk suku rubiaceae yang
mempunyai banyak manfaat, buahnya berwana putih keruh berbentuk bulat,
permukaannya berbenjol - benjol, berbiji banyak, daging buahnya yang masak
lunak dan banyak mengandung air dan rasanya agak masam, digunakan sebagai
obat peluruh kencing dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi, daunnya
digunakan sebagai obat sakit perut, akar dan kulit batangnya mengandung zat
warna merah yang digunakan dalam pembantikan (Sjabana & Bahalwan, 2002).
Menurut Rukmana (2002) tanaman mengkudu termasuk suku (famili)
kopi - kopian (Rubiaceae) dan terdiri atas sekitar 80 species tanaman. Tanaman
lain yang termasuk dalam famili Rubiaceae antara lain adalah kopi dan kina.

Universitas Sumatera Utara

Morfologi tanaman mengkudu dapat diamati pada bagian batang, cabang, buah
dan biji. Secara alami pertumbuhan tanaman mengkudu sangat cepat serta berbuah
sangat lebat tanpa mengenal musim.
3.2 Kandungan Mengkudu (Morinda citrifolis)
Buah mengkudu mampunayai rasa sedikit pahit, tetapi mempunyai
kandungan vitamin A yang tinggi. Vitamin A tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam lemak (Rukmana, 2002).
Beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam kandungan mengkudu
(Morinda citrifolis) telah diketahui berkhasiat obat adalah senyawa terpenoid,
scopoletin, xeronin, acubin, alizrin, dan antraquinon. Senyawa terpenoid adalah
hidrokarbon isomerik yang berfungsi untuk membantu tubuh dalam proses
sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Scopoletin berfungsi untuk
memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah, serta
berkhasiat sebagai anti - bakteri, anti - alergi, dan anti - radang. Xeronin adalah
salah satu alkaloid yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur
serta membentuk struktur protein (Rukmana, 2002).
Senyawa kimia yang bermanfaat dalam penurunan tekanan darah tinggi
adalah senyawa scopoletin. Solomon (1999) dalam Muhammadun (2010)
menuliskan bahwa mengkudu mengandung scopoletin yang mampu mengikat
serotonin yaitu senyawa kimia yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan
pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Adanya senyawa scopoletin
dalam buah mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan obat alternatif
untuk penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Rukmana (2002) senyawa scopoletin yang terdapat dalam buah


mengkudu berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan
memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Scopoletin diyakini berperan dalam efek antihipertensi dalam buah
mengkudu, ternyata scopeletin juga dapat bekerja secara sinergis dalam efek
adaptogenik yaitu dimana efekya tidak saja dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi tetapi juga dapat menaikkan tekanan darah pada penderita
hipotensi. Dalam hal ini berarti scopoletin memiliki efek menormalkan tekanan
darah (Sjabana & Bahalwan, 2002).
3.3 Pemanfaatan Mengkudu terhadap Tekanan Darah Tinggi
Pemanfaatan buah mengkudu yaitu dengan cara meramu atau membuat jus
mengkudu. Pada penderita hipertensi disediakan 2 buah mengkudu masak
dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan dan diperas kemudian
diambil airnya, kemudian tambah 20 ml madu asli dan diaduk kemudian disaring
kembali, serta air saringannya ditambah air masak 100 ml, maka larutan inilah
yang kemudian diminum sebagai obat (indomedia.com/intisari/2000).
Menurut resep atau ramuan Wijayakusuma yang dikutip oleh Rukmana
(2002) cara membuat jus mengkudu untuk penderita tekanan darah tinggi yaitu :
sediakan 1 buah mengkudu matang dan 1 buah belimbing manis dibersihkan
terlebih dahulu kemudian dihancurkan hingga menjadi jus kemudian diminum,
selain itu menurut Muhammadun (2010) bisa juga disediakann 2 buah mengkudu
masak dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan, diperas dan

Universitas Sumatera Utara

disaring kemudin ditambahkan 20 ml madu diaduk dan disaring kembali, air


saringannya ditambah air masak 100 ml. Cara menggunakan: diminum dan
diulangi dua kali sehari.
Secara normal takaran jus mengkudu yang diberiakan sebanyak 15ml/50kg
berat badan, diberiakn 2 kali sehari pada pagi dan malam hari, kira - kira setengah
jam sebelum makan nasi atau 2 jam sesudah makan nasi (Muhammadun, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai