TINJAUAN PUSTAKA
1. Tekanan Darah
1.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007), sedangkan
menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding
arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri
agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer &
Bare, 2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).
1.2 Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Joewono (2003) tekanan darah biasanya diukur secara tidak
langsung dengan sphygmomanometer air raksa pada posisi duduk atau terlentang.
Pada saat mengukur tekakana darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal
berikut :
1.2.1 Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan
yang tenang.
1.2.2 Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukurannya lebih
kecil pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran
sekitar 2/3 lengan).
1.2.3 Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar
iga IV).
6
1.2.4 Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang.
1.2.5 Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) di atas tekanan
sistolik (palpasi), kemudian turunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik)
dan di monitor di atas brakhialis.
1.2.6 Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara korotkoff I
sedangkan tekanan diastolik pada saat korotkoff V menghilang., bila
suara tetap tedengar, dipakai patokan korotkoff IV (muffling sound).
1.2.7 Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama
bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer.
1.2.8 Perlu pengukuran pada posisi duduk atau terlentang dan berdiri
untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada
orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lainnya yang menimbulkan
hal tersebut.
Smeltzer & Bare (2001) mengatakan adapun cara pengukuran tekanan
darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada
lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan
sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan
bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup.
Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya
denyutan radial, kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan
pembacaan secara auskultasi maupun palpasi dengan palpasi kita hanya dapat
mengukur tekanan sistolik, sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur
tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.
tubuh. Natrium bersifat menahan air, jadi makin tinggi kadar natrium dalam
tubuh, semakin banyak pula kandungan air dalam darah kita. Kelebihan air ini
dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu kelebihan natrium dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sistem susunan saraf pusat
dibarengi dengan hormon, enzim dan zat-zat kimia lain juga mempengaruhi
tekanan darah (Sheps , 2005).
2. Hipertensi
2.1 Pengertian
Tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi adalah dimana tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer,
2007), sedangkan menurut Muhammadun (2010) tekanan darah tinggi merupakan
tekanan tinggi di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut
darah dari jantung dan memompakannya keseluruh jaringan dan organ-organ
tubuh.
Menurut Ruhyanuddin (2007) secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri yang
dapat menyebabkan peningkatan resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : hipertensi
bedasarkan penyebab dah hipertensi berdasarkan tekanan darah.
2.3.2 Usia
Usia merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan
darah, seiring bertambahnya usia maka resiko untuk menderita penyakit hipertensi
juga semakin meningkat, meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala
usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Diantara
orang Amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65
tahun ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).
Peningkatan tekanan darah sesuai dengan pertambahan usia
merupakan hal yang fisiologis dari tubuh. Peningkatan tekanan darah ini
disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah, dan hormon
(Sheps, 2005).
2.3.3 Riwayat keluarga
Riwayat keluarga cenderung merupakan faktor terjadi timbulnya
hipertensi, karena hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika salah
satu dari orang tua menderita penyakit hipertensi maka sepanjang hidup anaknya
akan mempunyai 25% kemungkinan menderita hipertensi dan jika kedua orang
tua menderita penyakit hipertensi maka kemungkinan anaknya menderita penyakit
hipertensi menjadi 60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi pada orang yang
kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan bahwa kasus-kasus
tertentu terdapat komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005).
2.3.4 Jenis kelamin
Jenis kelamin salah satu yang mempengaruhi terjadinya hipertensi,
hipertensi banyak diderita pada jenis kelamin laki-laki, baik pada dewasa awal
maupun dewasa tengah, namun setelah usia 55 tahun ketika wanita mengalami
menopause, hipertensi menjadi lebih lazim dijumpai pada wanita. Diantara
penduduk Amerika yang berusia 18 tahun keatas, 34% pria dan 31% wanita
berkulit hitam menderita penyakit hipertensi. Pada pria berkulit putih 25% dan
pada wanita berkulit putih 21% menderita penyakit hipertensi, sedangkan pada
keturunan Asia dan suku-suku di kepulauan Pasifik ditemukan hanya 10% pria
dan 8% wanita menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).
2.4 Bahaya Hipertensi
Penyebab dari tekanan darah tinggi yaitu pertama yang disebabkan oleh
tekanan darah tinggi esensial yang disebut juga tekanan darah tinggi primer
yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui. Tekanan darah
tinggi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya tekanan
darah (Ruhyanuddin, 2007)
Kedua yaitu tekanan darah tinggi sekunder, penyebab tekanan darah
tinggi sekunder sekitar 5-10% penderita hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis,
tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista, trauma pada ginjal, terapi
penyinaran pada ginjal dan sekitar 1-2% disebabkan oleh kelainan pada
hormonal seperti hiperaldosteronisme, syndrome cushing dan feokromositoma
atau pemakaian obat-obat tertentu seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin,
eritropoitin, kokain dan penyalahgunaan alkohol (Ruhyanuddin, 2006).
2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen
(Smeltzer & Bare, 2001).
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer
& Bare, 2001).
Pada saat bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah (Smeltzer
& Bare, 2001).
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
menurunkan
kemampuan
distensi
dan
daya
regang
pembuluh
darah.
tanda atau gejala apapun. Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan
Hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyut
jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005).
2.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis
atau dengan penatalaksanaan non-farmakologis.
2.7.1 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi
dengan menggunakan obat - obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.
Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan
farmakologis, yaitu:
a. Diuretik
Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk
mengobati hipertensi dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain (Sheps,
2005). Diuretik bekerja membantu ginjal membuang garam dan air yang akan
mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah
(Ruhyanuddin, 2007), sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat
menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat
menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin.
Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan
tekanan darah.
b. Penghambat Andrenergik
Penghambat andrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari alfa-blocker, beta blocker, alfa-beta-blocker labetalol, yang bekerja
menghambat efek sistem saraf yang dengan segera akan memberiakn respon
terhadap stres dengan cara menurunkan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2007).
Obat ini dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat
kerja hormon epinefrin yang dikenal dengan sebutan adrenalin ynag menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitnya pembuluh darah. Obat ini
bekerja memperlambat denyut jantung dan menurunkan denyutannya, sehingga
membantu menurunkan tekanan darah. Obat ini juga memperlambat pengeluaran
enzim renin dari ginjal. Renin ikut berperan dalam produksi angiostensin II, yaitu
suatu zat lain yang juga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan
meningkatkan tekanan darah (Sheps, 2005).
c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
Angiotensin converting enzyme inhibitor adalah merupakan obat
yang umumnya dipilih dokter untuk mengobati hipertensi, obat ini cukup efektif
dan hanya menimbulkan sedikit efek samping (Sheps, 2005). Obat ini dapat
menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri (Ruhyanuddin, 2007).
Menurut Palmer (2007) obat ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara
memblokade produksi hormon angiotensin II yang menyebabkan konstriksi
pembuluh darah, dengan demikian obat ini dapat memperlebar pembuluh darah
dan mengurangi tekanan darah.
d. Vasodilatator
Vasodilator adalah golongan obat yang kuat, biasanya digunakan
untuk mengobati kasus - kasus hipertensi berat yang tidak memberikan respon
terhadap obat lain. Obat ini bekerja secara langsung pada dinding otot dinding
pembuluh darah arteri dengan mencegah otot untuk berkontraksi dan mencegah
pembuluh darah menyempit (Sheps, 2005). Menurut Ruhyanuddin (2007) obat ini
bekerja secara langsung terhadap obat lain dapat secara langsung memperlebar
pembuluh darah
e. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium adalah golongan obat yang efektif dan secara
umum dapat ditoleransi dengan baik (Sheps, 2005). Obat ini berkerja
mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel - sel dan mengendurkan otot - otot di
dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran
darah dan tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau
pelebar pembuluh darah (Hayens, 2003).
2.7.2 Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Menurut Palmer (2007) perubahan gaya hidup secara global berperan
besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi, terlebih lagi perubahan ini
disertai penurunan aktivitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan jumlah
populasi orang yang kelebihan berat badan dan resiko menyandang diabetes, oleh
karena itu faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya
adalah diri sendiri.
tetapi olah raga yang harus dihindari pada penderita hipertensi yaitu latihan fisik
isometrik seperti angkat besi karena latihan tersebut dapat meningkatkan tekanan
darah (Joewono, 2003).
Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk
meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya
mengantar anak kesekolah, sisihkan waktu 30 menit sebelum berangkat bekerja
untuk berenang di kolam renang terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja
selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu, mulailah berlari setiap hari dimana
melakukan latihan ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan,
pada saat istirahat makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan,
pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau bersepeda bersama keluarga atau
teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan aktivitas baru misalnya bergabung
dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga
dibandingkan lift atau eskalator.
d. Penurunan berat badan
Perunanan berat badan merupakan salah satu penanganan dalam
menurunkan tekanan darah. Secara umum semakin tinggi berat badan seseorang
maka semakin tinggi pula tekanan darahnya (Palmer, 2007). Menurut Joewono
(2003) obesitas merupakan faktor predisposisi yang mengakibatkan terjadinya
hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5kg pada penderita hipertensi dengan
obesitas kelebihan berat badan lebih dari 10kg dapat menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor resiko yang
lain seperti : resistensi insulin, diabetes melitus dan hiperlipidemia .
e. Berhenti merokok
Berhenti merokok merupakan salah satu penanganan dalam
penurunan tekanan darah. Zat - zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan
dalam dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak.
Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras penyempitan
pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung
serta tekanan darah (Sheps, 2002), maka dengan berhentinya merokok merupakan
gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan non
kardiovaskuler pada penderita hipertensi (Joewono, 2003).
f. Membatasi konsumsi alkohol
Diperkirakan konsumsi alkohol yang berlebihan menjadi
penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Bagaimana dan mengapa
alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas, namun sudah
menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum - minuman beralkohol
berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ, maka paling aman adalah
minum secukupnya ataupun tidak sama sekali (Sheps, 2002).
2.8 Komplikasi
Hipertensi harus dikendalikan sebab semakin lama tekanan yang
berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh.
Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah pembuluh arteri ,
jantung , otak, ginjal dan mata (Sheps, 2005).
a. Stroke iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang biasanya mengenai bagian otak
serebrum yaitu bagian yang mengatur gerakan, bahasa dan rasa. Stroke ini
disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah akibat
menumpuknya plak dalam arteri, sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar
plak yang merangsang terjadinya pembentukan berupa gumpalan darah (Sheps,
2005).
b. Stroke hemoragis
Stroke hemoragis yaitu stroke yang terjadi akibat bocor atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Darah
yang
mengalir
keluar
aterosklerosis karena tekanan darah yang terlalu tinggi, maka aliran darah ke
nefron (jaringan penyaring yang sangat halus dalam ginjal) akan menurun
sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dari dalam darah, lama kelamaan produk sisa akan menumpuk di dalam darah mengakibatkan ginjal akan
mengecil dan berhenti berfungsi ( Sheps , 2005).
2.8.5 Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan retina (area mata yang sensitif terhadap
cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina, penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan (Palmer, 2007).
Morfologi tanaman mengkudu dapat diamati pada bagian batang, cabang, buah
dan biji. Secara alami pertumbuhan tanaman mengkudu sangat cepat serta berbuah
sangat lebat tanpa mengenal musim.
3.2 Kandungan Mengkudu (Morinda citrifolis)
Buah mengkudu mampunayai rasa sedikit pahit, tetapi mempunyai
kandungan vitamin A yang tinggi. Vitamin A tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam lemak (Rukmana, 2002).
Beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam kandungan mengkudu
(Morinda citrifolis) telah diketahui berkhasiat obat adalah senyawa terpenoid,
scopoletin, xeronin, acubin, alizrin, dan antraquinon. Senyawa terpenoid adalah
hidrokarbon isomerik yang berfungsi untuk membantu tubuh dalam proses
sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Scopoletin berfungsi untuk
memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah, serta
berkhasiat sebagai anti - bakteri, anti - alergi, dan anti - radang. Xeronin adalah
salah satu alkaloid yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur
serta membentuk struktur protein (Rukmana, 2002).
Senyawa kimia yang bermanfaat dalam penurunan tekanan darah tinggi
adalah senyawa scopoletin. Solomon (1999) dalam Muhammadun (2010)
menuliskan bahwa mengkudu mengandung scopoletin yang mampu mengikat
serotonin yaitu senyawa kimia yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan
pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Adanya senyawa scopoletin
dalam buah mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan obat alternatif
untuk penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.