Senyawa Metabolit Sekunder Sebagai Antikanker
Senyawa Metabolit Sekunder Sebagai Antikanker
jaringan
baru
yang
abnormal
dan
bersifat
ganas
dengan
berbagai
macam
tanaman
yang
mengandung
terpenting
adalah
klormethin
dan
derivatnya,
tiotepa
dan
saingan metotreksat (MTX). Antagonis asam folat ini efektif sekali pada
kanker korion, juga bila sudah terjadi metastatis. Banyak digunakan
pada leukemia akut guna memelihara remisi (perbaikan gejalagejala)yang kurang dicapai dengan obat-obat lain, misalnya vinkristin
bersama prednison. Juga digunakan untuk mengobati penyakit kulit
bersisik (psoriasis) yang parah sebagai obat terakhir.
a.
Mitotic
Spindle
Golongan
obat
ini
berikatan
dengan
protein
Topoisomerase
Inhibitor
Obat
ini
mengganggu
fungsi
enzim
5) Hormonal dan lain lain Obat-obat lain yang digunakan pada kanker
terdiri
dari
kortikosteroida,
hormon
kelamin,
prokarbazin
dan
asparaginase
C. Senyawa-senyawa (metabolit sekunder) antikanker:
Metabolisme sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak
esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk
yang unik atau berbeda- beda antara spesies yang satu dan lainnya.
Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder
yang berbeda-beda, bahkanmungkin satu jenis senyawa metabolit
sekunder hanya ditemukan pada satuspesies dalam suatu kingdom.
Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat
dibutuhkan
saja
atau
pada
fase-fase
tertentu.
Fungsi
metabolit
karbohidrat,
dan
merupakan
waste
product
dari
protein.
Tanin
memiliki
efek
anti
diare
hemostatik
pada
daun,
bunga,
buah,
biji-bijian,
istilah yang lebih spesifik adalah ex vivo . Setelah sel terganggu dan
bagian individu yang diuji atau dianalisis, ini dikenal sebagai in vitro.
dalam percobaan vivo dalam hidup; dalam studi in vitro dalam tabung
reaks
Secara invitro
Penggunaan uji sitotoksisitas pada kultur sel merupakan salah stu
cara penetapan in vitro untuk mendapatkan obat sitostatik. Sistem
tersebut merupakan uji kualitatif dengan cara menetapkan prosen
kehidupan sel. Hasil uji sitotoksik dapat ditentukan nilai IC50 yang
menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitistatik. Respon toksik
dapat diukur dengan parameter perubahan kemampuan hidup sel atau
metabolisme sel. Pada umumnya uji viabilitas sel didasarkan pada
kerusakan-kerusakan membran, karena membran sel yang rusak dan
sel mati akan menyerap zat warna, sedangkan sel normal bersifat
impermeabel terhadap zat warna.
Teknik uji in vitro ( bahasa Latin : dalam kaca) dilakukan tidak
dalam organisme hidup tetapi dalam lingkungan terkontrol, misalnya di
dalam tabung reaksi atau cawan Petri . Banyak percobaan biologi
seluler dilakukan di luar organisme atau sel, karena kondisi pengujian
mungkin tidak sesuai dengan kondisi di dalam organisme, ini dapat
mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dengan situasi yang muncul
dalam organisme hidup. Akibatnya, hasil eksperimen tersebut sering
dijelaskan dengan in vitro, bertentangan dengan in vivo.