Melting
Holding
Pouring
Cutting
Sanding
Gambar 31. Diagram Alur Proses Casting Outer Tube
Proses Melting
Melting adalah proses pencairan aluminium padat yang berupa ingot dan
material return di dalam tungku (melting furnace). Ingot merupakan aluminium
pejal dalam bentuk balok. Sedangkan material return adalah material hasil coran
yang sudah tidak digunakan lagi karena tidak sesuai dengan kebutuhan (standart),
bisa berupa potongan gate, runner, riser, dan outer tube reject.
Dalam proses ini ingot dan material return dipanaskan pada suhu 700C,
dimana titik lebur aluminium berkisar 650C. Material Alumunium-Silikon (Al-Si)
di tahan pada kisaran suhu 720C-740C agar seluruh komposisi paduan dapat
mencair dengan sempurna sehingga dapat menghasilkan kualitas coran yang baik.
Di PT. Kayaba Indonesia terdapat dua jenis furnace yang digunakan untuk proses
melting, yaitu crucible type dan homel furnace.
Crucible Type
Pada furnace jenis ini antara melting furnace dan holding furnace
dihubungkan dengan gutter yang bisa mengalirkan aluminium cair. Bila
temperatur target pada melting furnace sudah tercapai, maka aluminium cair akan
di alirkan dari melting furnace ke dalam holding furnace dengan menggunakan
hydraulic system. Biasanya aluminium cair dalam melting furnace selalu disisakan
minimal 30%, tujuannya adalah agar peleburan berikutnya lebih cepat, karena
suhu pada crucibel tetap terjaga.
Lance
pipe
Homel Furnace
Pada furnace jenis ini antara melting furnace dan holding furnace tergabung
dalam satu unit. Sumber panas dapur ini adalah campuran antara udara dan gas
elpiji. Dalam unit dapur homel furnance terdapat dua tungu, yaitu tungku melting
dan tungku untuk holding.
Material charging dimasukan ke melting furnace untuk dilebur. Charging
material dilakukan dengan cara memasukan ingot dan scrap ke dalam wagon,
kemudian wagon tersebut dipasang pada menara charging untuk pengisian.
Aluminium cair akan mengalir turun dengan sendirinya menuju holding furnace.
Setelah volume aluminium cair dirasa cukup untuk melakukan treatment cairan,
sekat holding furnace diturunkan untuk membatasi cairan treatment dengan cairan
yang mengalir dari melting furnace.
Proses ini lebih efektif dan ekonomis karena crucible setting tidak dilakukan
pada dapur ini dan perawatan lebih mudah. Kekurangan dapur ini dibandingkan
dengan dapur biasa (terpisah) adalah tiap satu melting furnace ini hanya untuk
satu holding furnace, karena telah menyatu. Namun demikian dapur jenis ini
(Homel Furnace) tetap jauh lebih ekonomis dalam pengoperasiannya.
Proses Holding
Proses holding merupakan proses untuk mempertahankan suhu alluminium
cair agar tetap berada pada suhu 74010C. Didalam proses holding diperlukan
adanya proses treatment terhadap aluminium cair. Tujuan dari treatment adalah
untuk meningkatkan kualitas dari hasil pengecoran, yaitu dengan memperbaiki
ukuran dari butir dari aluminium. Adapun treatment yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Degassing
Proses degassing adalah proses pemberian gas nitrogen (N2) pada aluminium
cair. Hal ini dilakukan untuk mengikat gas hidrogen (H 2) yang masuk ke dalam
cairan melalui udara dan reaksi uap air pada permukaan cairan logam. Akan tetapi
proses masuknya gas hidrogen (H2) ke dalam cairan ini tidak dapat berlangsung
terus-menerus, karena permukaan alluminium cair terlindung oleh lapisan oksida
(Dross).
Tujuan proses degassing adalah untuk menghindari pin hole (lubang jarum)
yang terjadi pada saat aluminium membeku. Pin hole ini disebabkan karena
terdapat gas hidrogen (H2) pada alluminium cair yang terbawa pada saat
penuangan dan terjebak di dalam cavity sampai cairan logam membeku.
Pin hole dapat menyebabkan outer tube bocor. Maka dari itu gas hidrogen
harus dihilangkan dengan cara diberi gas nitrogen. Prosesnya adalah mengalirkan
gas N2 selama 30 menit pada tekanan 2 bar dan debit 10 liter/menit. Alat yang
digunakan untuk memasukkan nitrogen adalah lance pipe, yaitu pipa yang terbuat
dari Silicon Carbide. Tekanan dari gas nitrogen yang digunakan sebesar 2 bar
dengan flow rate sebesar 15 liter/menit.
Fluxing
Proses fluxing adalah proses pemberian serbuk flux (cover flux 104) pada
aluminium cair yang bertujuan untuk mengikat kotoran yang ada di dalam
alluminium cair, dan juga untuk membentuk lapisan oksida (Dross) yang berguna
untuk melindungi aluminium cair dari reaksi dengan atmosfer. Banyaknya cover
flux yang diizinkan adalah 0,1-0,2% dari berat aluminium yang dicairkan pada
holding furnace. Berat aluminium cair pada holding adalah 300 kg, berarti
banyaknya cover flux yang diberikan adalah 300 s/d 700 gr.
Grain Refinement
Grain Refinement adalah proses pemberian grain refiner yang bertujuan
untuk mengecilkan struktur butiran-butiran logam cair sehingga aluminium yang
akan membeku memiliki struktur yang lebih kompak. Ada dua jenis metode yang
bisa digunakan dari proses grain refinement yaitu grain refinement dengan
chilling dan grain refinement dengan proses kimiawi.
Grain refinement dengan chilling adalah pemberian chill pada bagian
cetakan untuk mendinginkan coran secara cepat. Disamping itu pemberian chill
juga dapat menghaluskan struktur pada permukaan produk hasil coran. Sedangkan
grain refinement dengan proses kimiawi adalah dengan penambahan bahan kimia
yang berbentuk tablet. Proses ini yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama
grain refinement.
g) Jika cairan telah membeku dan mesin telah mati, keluarkan cup dari
ruang vacum dan ambil material uji yang telah beku dan dinginkan dalam
air.
h) Belah material uji pada bagian tengah menjadi dua dengan menggunakan
mesin band saw. Amplas permukaan belah material uji sampai halus
merata.
Proses Pouring
Proses pouring adalah proses penuangan aluminium cair dari holding
furnace ke cetakan (dies) dengan menggunakan metode Gravity Die Casting.
Gravity Die Casting adalah sistem pengecoran yang memanfaatkan gaya gravitasi
untuk memadatkan logam cair yang ada pada cavity (rongga cetakan).
Setelah proses treatment selesai dilakukan, aluminium cair siap dituangkan
ke dalam cetakan (dies) yang berada pada gravity die machine. Kemiringan dies
sangat berpengaruh terhadap hasil pengecoran, karena pada posisi mendatar hasil
yang didapatkan tidak akan optimal. Setelah dilakukan trial dan error maka
didapatkan kemiringan optimal dies sebesar 25o.
5. Setelah penuangan selesai, injak foot switch dan pastikan bahwa lampu timer
telah menyala. Timer untuk core keluar adalah 90 detik, sedangkan timer dies
110 detik.
6. Kembalikan cairan yang tersisa di ladle ke dalam holding furnace dan tunggu
hingga solidifikasi selesai berjalan setelah 110 detik.
7. Setelah solidifikasi (pendinginan) selesai, kemudian dilakukan pemeriksaan
secara visual untuk memastikan hasil casting tidak NG atau terdapat defect.
Proses Cuting
Proses cutting disini bertujuan untuk memisahkan antara outer tube dengan
gate, runner, dan riser. Hasil potongan yang tidak digunakan (gate, runner, dan
riser) dinamakan dengan return scrap. Proses cutting ini dilakukan dengan
menggunakan Band Saw Machine. Return scrap tersebut kemudian akan dilebur
kembali.
Outer Tube
Cutter
Proses Sanding
Proses sanding adalah proses penghalusan bagian outer tube yang sudah
sudah dipisahkan dari gate, runner, dan riser. Dalam proses sanding penghalusan
hanya dilakukan pada jalur/sisi benda kerja bekas cutting kecuali end line. Pada
proses sanding digunakan mesin belt sander, belt grinder (amplas) dengan grit
#40 dan ukuran 2950 x 50 mm.
Color check
Proses ini dilakukan untuk melihat cacat-cacat yang timbul pada hasil coran,
seperti retak, rongga penyusutan, dan lubang kecil (pin hole) pada produk hasil
coran. Metode yang digunakan untuk proses ini adalah dengan pemeriksaan
penetrasi. Adapaun proses kerja dari proses ini adalah sebagai berikut:
1) Siapkan color check paint yang terdiri dari:
a) color check paint no. 1
Leakage Tester
Leakage tester adalah pengujian untuk melihat ada atau tidaknya kebocoran
pada outer tube hasil pengecoran. Pengujian ini dilakukan setelah outer tube
melewati proses permesinan. Tugas utama dari outer tube adalah mampu
menahan tekanan dari oli dan udara akibat dari beban kendaraan bermotor. Bila
terdapat kebocoran pada outer tube hasil pengecoran, maka hasil pengecoran
tersebut tidak dapat dipakai. Oleh sebab itu pengujian ini penting untuk
mendeteksi adanya kebocoran.
Prinsip dari pengujian ini adalah dengan memberi tekanan pada outer tube
dengan air pressure 6 Kg/cm2. Perapat pada pangkal outer tube harus dijamin
rapat agar tekanan benar-benar maksimal. Setelah itu outer tube dimasukkan
dalam air dan di berikan tekanan. Bila terdapat bocor maka akan ada gelembung
dari tepi outer tube.
OUTER TUBE
AIR
SEAL
PERAPAT