TUGAS KHUSUS
17
menawarkan kekuatan yang tinggi dan ketahanan korosi yang baik. Sifat
fisik, sifat mekanik, thermal properties, processing properties, komposisi
kimia dan electrical properties A356 ditunjukkan pada Tabel III.1.
Tabel III.1. Sifat Fisik, Sifat Mekanik, Thermal Properties, Processing
Properties, Komposisi Kimia dan Electrical Properties
(Sumber: The Aluminum Association, Inc)
Sifat Fisik
Densitas
2,67 g/cc
Sifat Mekanik
Brinell hardness
70-105
Ultimate tensile strength
234 Mpa
Yield tensile strength
165 Mpa
Elongation at break
3,5%
Modulus elastisitas
72,4 Gpa
Poissons ratio
0,33
Machinability
50%
Shear modulus
27,2 Gpa
Shear strength
143 Mpa
Thermal Properties
Heat of fusion
389 J/g
Spesific heat capacity
0,963 J/g-0C
Thermal conductivity
151 W/m-K
Solidus
5570C
Liquidus
6130C
Processing Properties
Melt temperature
677-8160C
Solution temperature
535-540,60C(ditahan selama 412 jam, kemudian didinginkan
dengan menggunakan air pada
Aging temperature
Casting temperature
Komposisi Elemen
Al
Cu
Fe
Mg
Mn
Si
Ti
Zn
150-2120F)
152-1570C (ditahan selama 2-5)
677-7880C
91,1 - 93,3%
0,20 %max
0,20 %max
0,25-0,40%
0,10 %max
6,50-7,50%
0,20 %max
0,10 %max
18
Elemen lainnya
Electrical Properties
Electrical resustivity
0,15 %max
0,00000440 ohm
Unsur paduan utama pada A356 adalah Si, Mg dan Cu. Silikon merupakan
unsur paduan yang dapat meningkatkan kemampuan alir dan menghasilkan
produk coran low shrinkage dengan castability dan weldability yang baik.
Silikon memiliki kekerasan yang tinggi sehingga akan meningkatkan
ketahanan aus paduan. Magnesium adalah elemen penguatan, dengan
adanya silikon, maka akan terbentuk magnesium silikat. Tiga elemen
pengotor utama, yaitu Fe, Ca dan P dengan minor impurities antara lain Ni,
Mn, Cr dan Sb. Penambahan unsur paduan Ti, Ti-B yang merupakan unsur
penghalus butir dan modifying agents seperti Na atau Sr.
3.5.2 Proses Produksi Ingot A356
Proses Produksi ingot paduan aluminum A356 berbeda dengan
proses produksi dari ingot pure aluminium karena banyak terdapat
perlakuan khusus untuk mendapatkan paduan alumnium yang optimal
(Gambar III.5)
19
1. Charge Material
Aluminium dan unsur alloying yang dibutuhkan dalam
pembuatan alloy diumpankan ke dalam furnace. Charge material
terdiri dari tiga komponen, yaitu ingot aluminium dengan kadar
tinggi, elemen paduan dan master alloy. Molten aluminum dari
pot reduksi atau ingot aluminium dengan kadar tinggi yang
dilelehkan kembali adalah yang umumnya digunakan (Saha,
2000).
Elemen paduan dengan titik leleh rendah, seperti magnesium dan
zinc biasanya ditambahkan ke dalam molten aluminum sebagai
logam murni dalam bentuk batangan. Elemen paduan dengan titik
leleh yang tinggi seperti silikon, mangan, nikel, tembaga dan
kromium ditambahkan dalam bentuk master alloy atau hardeners.
Hardeners pada umumnya dibuat secara terpisah dengan
melelehkan elemen dengan titik leleh tinggi dengan aluminium
dalam bentuk small ingot arau bars. Ketika hardeners
ditambahkan selama proses charging, elemen paduan diaduk
dengan molten aluminum tanpa menyebabkan overheating pada
molten aluminum. Komposisi kimia hardeners dikontrol secara
ketat. Master alloy yang dapat digunakan pada paduan A356 yaitu
Al-50Si dan Al-75Mg. Pada proses charging, master alloy Al-Si
diinputkan terlebih dahulu sebelum master alloy Al-Mg
dikarenakan Mg mudah menguap, hal ini dilakukan untuk
meminimalisisr loss pada Mg (Saha, 2000). Penambahan master
alloy Al-75Mg dilakukan setelah proses degassing dan skimming
off, karena Mg merupakan elemen paduan yang reaktif dan dapat
meningkatkan laju oksidasi lelehan logam, sehingga pada proses
penambahannya dibutuhkan keadaan atmosfer yang inert, selain
itu juga, waktu larutnya Mg dalam aluminium hanya berkisar 5
menit meskipun ditambahkan dalam jumlah yang besar (>10%).
Master alloy yang biasanya digunakan dapat dalam bentuk waffle
ingot atau aluminum notch-bar ingot (Gambar III.2).
20
Gambar III.2 (a) Waffle Ingot (b) Aluminum Notch Bar Ingot
2. Melting dan Holding
Pemilihan furnace yang digunakan untuk melting dan pembuatan
alloy tergantung dari tipe dan ukuran dari proses casting. Saat ini,
penggunaan titling furnace lebih sering dignakan daripada
stationary holding furnace. Titling furnace dilengkapi dengan satu
pintu yang terbuka penuh untuk memudahkan proses stirring,
skimming dan cleaning pada bagian heart furnace (Saha, 2000).
Aluminium dan elemen paduan yang telah dilelehkan di dalam
furnace, ditransfer ke holding furnace. Lelehan diaduk dari arah
bawah ke atas untuk menghindari agitasi yang berlebihan dan
memerusak lapisan oksida, kemudian dilakukan proses skimming
off.
3. Fluxing dan Degassing
Fluxing merupakan salah satu chemical treatment yang dilakukan
pada molten aluminum. Komposisi kimia dari flux adalah
campuran garam anorganik. Proses fluxing juga termasuk
treatment yang dilakukan pada lelehan aluminium dengan
menginputkan gas inert untuk menghilangkan impurities dalam
bentuk padat maupun gas. Pembentukan oksida dan nonmetallic
impurities terjadi pada proses melting. Impurities dapat muncul
dalam bentuk liquid dan inklusi padat. Proses fluxing yang
dilakukan akan menyebabkan akumulasi dan pemisahan
konstituen yang tidak diinginkan dari lelehan. Temperatur molten
21
22
23
Nitrogen-5 freon
Nitrogen
Chlorine
0.
4
0.
Hidrogen Conten
mL/100g
3
0.
Nitrogen
2
0.1
1
Nitrogen-5 freon
Chlorine
0
0
10
12
14
16
Time(s)
24
25
26
27
Gambar
III.6
Mekanisme
Porous
plug
28
29
P=
H
S.C
............................................................(6)
................................(7)
30
R=
1P S . C
=
1 .........................................(8)
P
H
( )
=
t
H H O 10 M ( CS )2
........................................(9)
31
0,6
M
E
0,4
()( )
.............................................(10)
32
33
34
35
36
37
38
39
Gambar
III.18 Pouring system dan casting launder
(Hertwich SMS Group, 2012)
Sistem pendingin ingot pada teknologi terbaru Hertwich R & D
yaitu air cooled open mould caster. Sistem pendingin ini
memiliki beberapa keuntungan, ingot didinginkan secara perlahan
untuk menghindari terjadinya temperature shock dan permukaan
ingot yang bergelombang, selain itu dengan pendinginan ingot
secara perlahan akan menghasilkan ingot yang bebas dari retak
karena akan terjadi penyusutan yang seragam pada ingot (Gambar
III.19). Ketika bagian terluar dari ingot telah membeku dilakukan
pendinginin udara. Kipas pendingin dipasang pada bagian atas
dan bawah dari casting conveyor. Temperatur mould ditetapkan
100-250oC. Kelebihan lain dari air cooling antara lain:
a. Aman, tidak adanya bahaya ledakan yang disebabkan oleh
adanya air.
b. Penuangan yang optimal, penyusutan yang seragam pada
ingot selama pembekuan.
c. Temperatur mould disesuaikan sebelum dilakukan
penuangan.
d. Peningkatan pendinginan udara selama proses solidifikasi
dan pendinginann. Pendinginan udara mengurangi efek dari
pendinginan air setelah ingot menyusut. Terutama pada
paduan yang memiliki solidifikasi rendah ( paduan eutektik)
e. Tidak adanya temperature shock pada pendinginan udara.
40
41
42
43
44
45
Rumus kimia
Beberapa macam partikel
Sumber masuk
Degradasi refraktori,
exogenous
Non-metalic in-
situ
dipersoid
MgAl2O4 films dan clusters
Garam halida
turbulensi ketika
terjadinya transfer
aliran logam
Proses fluxing yang
MgCl2-NaCl-CaCl2-dll
MgCl2-NaCl-CaCl2/MgO-dll
tidak optimal
Fe
(%)
(%)
0.2 max 0.2 max
Mg
Mn
Si
Ti
(%)
0.2-0.4
(%)
0.1 max
(%)
6.5-7.5
(%)
0.2 max
Zn (%)
Elemen
0.1
lain (%)
0.15 max
G1
99.76
0.0491
0.1942
0.0004
0.0048
0.0017
S1-B
99.76
0.0395
0.0546
0.0003
0.0039
0.0006
46
V
Ga
Mg
Na
Ni
Zn
Cr
B
Pb
0.0048
0.0058
0.0005
0.0022
0.0033
0.0018
0.0005
0.0002
0.0011
0.0032
0.0039
0.0005
0.0016
0.0026
0.0016
0.0004
0.0002
0.0007
%
91.8792
7.5
0.1942
0.0004
0.0048
0.0017
0.0048
0.0058
0.4
0.0022
0.0033
47
Zn
Cr
B
Pb
0.0018
0.0005
0.0002
0.0011
Pembuktian :
Kadar Si : 0.0491 (30,000) + 50 (5,259.5) = x (35,448.358)
1,473 + 262,975 = 35,448.358x
264,448 = 35,448.358x
x = 7.46%
Pembuktian :
Kadar Mg : 0.0005 (30,000) + 75 (188.858) = x (35,448.358)
15 + 14,164.35 = 35,448.358x
14,179.35 = 35,448.358x
x = 0.4%
Sehingga, banyaknya master alloy yang ditambahkan pada molten
aluminium dengan grade S1-B yaitu:
Al-50Si : 0.0395 (30,000) + 50x = 7.5 (30,000 + x)
1,185 + 50x = 225,000 + 7.5x
50x- 7.5x = 225,000 1,185
42.5 x = 223,815
x = 5,266.3553 kg 5,266.4 kg
Al-75Mg :0.0005 (30,000) + 75x = 0.4 (35,266.4 + x)
15 + 75x = 14,106.56 + 0.4x
75x 0.4x = 14,106.56 15
74.6x = 14,091.56
x = 188.895 kg
Total komposisi kimia dalam alloy A356 dari molten grade G1 ditunjukkan
pada Tabel III.6.
Tabel III.6. Total komposisi kimia dalam alloy A356 dari molten grade S1B
48
Elemen
Al
Si
Fe
Cu
Ti
Mn
V
Ga
Mg
Na
Ni
Zn
Cr, Pb, B
%
91.8792
7.5
0.1942
0.0004
0.0048
0.0017
0.0048
0.0058
0.4
0.0022
0.0033
0.0018
0.0018
Pembuktian :
Kadar Si : 0.0395 (30,000) + 50 (5,266.4) = x (35,455.295)
1,185 + 263,320 = 35,455.295x
264,505 = 35,455.295x
x = 7.46%
Pembuktian :
Kadar Mg : 0.0005 (30,000) + 75 (188.895) = x (35,455.295)
15 + 14,167.125 = 35,455.295x
14,182.125 = 35,455.295x
x = 0.4%
Penentuan UC Standard (Berdasarkan Molten Grade G1)
1. Perhitungan flux yang dibutuhkan
Untuk setiap 12 ton molten aluminium, dibutuhkan 2-5 kg flux, dengan
mengambil nilai median, maka digunakan 4 kg flux per 12 ton molten
aluminium, sehingga flux yang dibutuhkan 0.33 kg per ton molten
aluminium . Dengan molten aluminium sebanyak 30,000 kg, master alloy
Al-50Si sebanyak 188.858 kg dan master alloy Al-75Si sebanyak 5,259.5
kg, maka total molten aluminium dalam furnace yaitu:
= 30,000 + 188.858 + 5,259.5 = 35,448.358 kg
Maka flux yang dibutuhkan untuk 35,448.358 kg molten aluminium yaitu
(35.448358) (0.33) = 11.7 kg
49
= m/V
2.7 = (m)/(0.5)
m
= 1.36 gram
Sehingga, laju pengumpanan rod sebesar 1.36 gram/menit.
dengan speed casting 13 ton/jam, maka untuk menyelesaikan proses
casting untuk 37,448.358 kg molten aluminium yaitu :
= (35,448.358)/(13,000) = 2.73 jam = 164 menit
Maka massa rod yang diumpankan selama proses casting yaitu:
= 1,36 gram/menit x 173 menit = 223 gram = 0,223 kg
3. Perhitungan banyaknya gas argon yang diinjeksikan selama proses
degassing
Dibutuhkan 200L gas argon untuk menghilangkan sebanyak 1L hidrogen.
Jika diasumsikan terdapat 1L gas hidrogen dalam molten aluminium, maka
banyaknya gas argon yang dibutuhkan yaitu:
24.4 x mol = V(L)
24.4 x mol = 200
Mol
= (200)/(24.4) = 8.2 mol
m
= mol x Ar
m
= 8.2 x 40
m
= 328 gram = 0.328 kg
Massa 1L hidrogen:
24.4 x mol = V(L)
24.4 x mol = 1
Mol
= (1)/(24.4) = 0.04 mol
m
= mol x Ar
m
= 0.04 x 1
m
= 0.04 gram = 4 x 10-5 kg
4. Perhitungan dross yang dihasilkan
Asumsi dross yang akan dihasilkan adalah 1% dari molten aluminium,
maka banyaknya dross yang dihasilkan:
= 35,448.358 kg x 0.01 = 354.48358 kg
RM 65%, maka dross yang dihasilkan yitu:
= (354.4835)x(0.35) =124.07 kg
50
30,000
5,259.5
11.7
188.858
0.223
0.328
35,460.61
Output (kg)
Dross
124.07
RM
230.4135
Gas hidrogen
4 x 10-5
Ingot
35,105.797
Gas argon
0.328
Total
35,460.61
5. Perhitungan UC Standard
= [(massa molten aluminium + Al-50Si + Al-75Mg + Al-1,2Ti-0,5B)/
(massa ingot)] x 1000
= (30,000 + 5,259.5 + 188.858 + 0.223)/( 37,086.61)
= [(35,448.581)/( 35,105.797)] x 1,000
= 1,009.8/ton ingot